Anda di halaman 1dari 5

_____________________________________________________________________________________________ Nama Dokter Muda Stase Identitas Pasien Nama / Inisial Umur Diagnosis/ kasus : : Tn.

N : 48 tahun No RM Jenis kelamin : 33 36 65 : Laki-laki : Eko Andriyanto : Ilmu Radiologi NIM: 06711205

FORM REFLEKSI KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Sinus perianal dengan ujung fistel di subcutis (fistula ani)

Pengambilan kasus pada minggu ke: 1 Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib) a. Ke-Islaman* b. Etika/ moral c. Medikolegal d. Sosial Ekonomi e. Aspek lain Form uraian 1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ).

Tn. N, 48 tahun, mengeluh keluar darah dan nanah dari bekas bisul didekat anus, mulai terjadinya keluhan sejak 6 bulan terakhir. Awalnya OS merasa adanya bisul di sekitar anus, bisul di rasakan nyeri, kemudian bisul pecah dan keluar darah dan nanah dari bisul, sudah 3 bulan terakhir kumat-kumatan keluar darah dan nanah dari bekas bisul tersebut. Pasien mengaku tidak keluar kotoran (feses) bekas bisul tersebut. Pasien memeriksakan diri ke poli bedah dan dokter bedah mengirim pasien ke dokter radiologi untuk dilakukan fistulografi atas indikasi suspek fistulo ani. Dari hasil fistulografi didapatkan kesan sinus perianal dengan ujung fistel di subcutis.

Page 1

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus

Saat ini, perkembangan radiologi sangat pesat seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Terdapat banyak sekali modalitas dalam radiologi. Salah satunya adalah fistulogrgrafi. Sebagian besar fistula ani memerlukan operasi karena fistula ani jarang sembuh spontan. Setelah operasi risiko kekambuhan fistula termasuk cukup tinggi yaitu sekitar 21% (satu dari lima pasien dengan fistula post operasi akan mengalami kekambuhan). Namun, bukan berarti penyakit ini tidak dapat disembuhkan. Terdapat empat klasifikasi dari fistula anal, yang masing-masing memerlukan prosedur pembedahan yang berbeda. Oleh karena itu, pre operatif klasifikasi anal fistula sangat diperlukan untuk memfasilitasi prosedur pembedahan. Kesuksesan manajemen bedah anal fistula memerlukan informasi yang akurat mengenai traktus fistula terutama kaitannya dengan otot sfinter. Diketahui bahwa sebagian besar kekambuhan anal fistula setelah operasi adalah konsekuensi dari tidak terdeteksinya traktus primer atau sekunder, atau kegagalan untuk mengidentifikasi bukaan internal. Sebuah metode yang akurat dari pencitraan pre operasi untuk melukiskan traktus primer dan sekunder, tempat pembukaan internal, dan tempat berkumpulnya pus dapat membantu untuk mencegah kekambuhan dan cedera sfingter yang tak disengaja.

3. Refleksi dari Medikolegal

Dari segi medikolegal, dokter sebagai pelayan kesehatan telah mengarahkan seluruh daya dan usahanya untuk menolong pasien dan memberi tahu tentang keadaannya dengan jujur. Hal ini sesuai dengan kaidah dasar bioetika yang diajarkan dalam medikolegal, dengan empat macam prinsip yaitu : 1. Autonomy Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk mentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih. Autonomy mempunyai ciri-ciri: Menghargai hak pasien untuk menentukan nasib sendiri. Berterus terang, menghargai privasi Melaksanakan Informed Consent
Page 2

2. Justice Inti dari prinsip ini adalah keadilan, berlaku adil pada setiap pasien, setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupannya. Justice mempunyai ciri-ciri: Memberlakukan segala sesuatu secara universal Menghargai hak sehat pasien Menghargai hak hukum pasien

3. Beneficence Prinsip beneficence ini adalah tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yg menguntungkan membahayakan pasien pasien. dan menghindari seorang perbuatan dokter yg adalah merugikan atau

Kewajiban

mengutamakan

kepentingan pasiennya. Ciri-ciri prinsip ini yaitu: Mengutamakan Altruisme, yaitu perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu keburukannya. Memaksimalkan pelayanan yang baik terhadap pasien Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

4. Non Maleficence Dalam hal ini dokter tidak berbuat hal-hal yang memperburuk keadaan pasien. Terutama sekali pada waktu-waktu emergency atau gawat darurat. Kaidah ini bermaksud tidak menimbulkan bahaya atau kecederaan kepada pasien dari segi fisik maupun psikologis. Prinsip non-maleficence ini boleh digambarkan dengan kata ini yaitu primum non nocere yaitu pertama jangan menyakiti. Non-Maleficence mempunyai ciri-ciri: Menolong pasien emergency Mengobati pasien yang luka Tidak mencelakai pasien Tidak memandang pasien sebagai objek

Page 3

4. Refleksi ke-Islaman

Semua penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya. Kadang ada orang yang menemukan obatnya, ada juga orang yang belum bisa menemukannya. Oleh karenanya seseorang harus bersabar untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat ketika sakit sedang menimpanya. "Sahabat berkata: "Ya Rasulullah, apakah kita berdosa jika melaksanakan pengobatan?". Kemudian Beliau menjawab: "Berobatlah kalian hamba-hamba Allah, karena Allah tidak menciptakan sebuah penyakit, kecuali Dia juga menciptakan (untuk penyakit itu) obat" HR. Ibn Hibban Hadist ini seharusnya kita maknai secara proporsional, agar tidak terkesan fiktif ketika kita melihat banyak penyakit semacam AIDS atau mungkin SARS yang belum secara transparan ditemukan penangkal obatnya. Penjelasannya dapat kita temukan dalam hadis lain : "Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan obatnya. Dia memberikan (pengetahuan) kepada siapa yang mengetahui dan meniadakan pengetahuan itu dari mereka yang tidak tahu". HR. Turmudzi Semua penyakit yang menimpa manusia maka Allah turunkan obatnya. Kadang ada orang yang menemukan obatnya, ada juga orang yang belum bisa menemukannya. Oleh karenanya seseorang harus bersabar untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat ketika sakit sedang menimpanya.

Page 4

Umpan balik dari pembimbing

Sragen, TTD Dokter Pembimbing

Juli 2013

TTD Dokter Muda

dr. Prasetyo Budi Dewanto, M.Sc, Sp.Rad

Eko Andriyanto

Page 5

Anda mungkin juga menyukai