Anda di halaman 1dari 10

REFLEKSI KASUS

Regional Anastesi pada Re-SC

Diajukan untuk memenuhi syarat dalam mengikuti Program


Pendidikan Klinik Bagian Ilmu Anestesi dan Reanimasi di RSUD
Wonogiri

Shindy Yudha Utami


12711137

Pembimbing :
dr. Yosie Arif Sanjaya, Sp.An.

RSUD SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2017
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
______________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Shindy Yudha Utami NIM: 12711137
Stase : Ilmu Anestesi dan Reaminasi

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Nn. S No RM : 53xxxx
Umur : 28 tahun Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : G2P1A0 riwayat SC

Pengambilan kasus pada minggu ke: 2


Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika / Moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil ).

Ny S datang ke IGD dengan keluhan merasa kenceng- kenceng pada perut yang
dirasakan sejak kemarin. Pasien G2P1A0 dengan usia kehamilan 38 minggu + 3 hari,
pasien tidak mengeluh adanya darah maupun cairan yang merembes dari jalan lahir.
Pada kehamilan sebelumnya yaitu 3 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat SC (Sectio
caesaria a.i panggul sempit).
Hasil pemeriksaan pada pasien didapatkan :
 KU : cukup, compos mentis
 Air way : clear, tidak ada obstruksi jalan nafas: nafas spontan, tidak tampak
ketinggalan gerak pada dada, RR 20x/ menit, regular.
 Breathing : Suara vesikuler, tidak terdapat retraksi.
 Circulation : kulit hangat, TD 110/80 mmHg, nadi 79x/menit

Page 2
 Disability : keadaan umum tampak cukup, gizi cukup, kesadaran kompos mentis
 Vital sign :
TD : 110/80 mmHg,
HR : 79x/menit,
RR : 20x/menit,
t : 36,3̊ C
Pemeriksaan abdomen: didapatkan bekas SC 3 tahun yang lalu a/i CPD, pada
palpasi tinggi TFU 30 cm, his jarang, DJJ 12-11-12, VT (-), PPV (-).

Pada pasien dilakukan re-SC mengingat riwayat sesar sebelumnya 3 tahun yang lalu dan
adanya nya kontraindikasi pervaginam, yaitu CPD.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus

Bedah caesar (caesarean section), disebut juga dengann seksio sesaria (disingkat
dengan SC) adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan, dimana irisan
dilakukan diperut ibu (laparotomi), dan rahim (histerotomi), untuk mengeluarkan bayi.
Bedah caesar umumnya dilakukan ketika proses persalinan normal melalui vagina tidak
memungkinkan. Karena beresiko pada komplikasi medis lainnya. Sebuah prosedur
persalinan dengan pembedahan umumnya dilakukan oleh tim dokter yang
beranggotakan spesialis kandungan, anak, anestesi, serta bidan.

Namun akhir-akhir ini banyak dari ibu-ibu yang melahirkan anak mereka melalui
proses operasi caesar. Mereka melakukan hal itu karena alasan medis, seperti bayi
kembar, atau panggul yang sempit, atau ukuran bayi yang terlalu besar. Kadang juga
karena alasan sosial atau sekedar sebagai pelengkap saja, seperti jalan lahir bayi ingin
tetap utuh sehingga oran kewanitaannya sama seperti sebelum melahirkan, atau sekedar
ingin menentukan tanggal kelahiran sesuai yang dikehendaki dan lain-lainnya.

Pada operasi sesar, jenis anastesi yang digunakan adalah anastesi regional. Hal ini
menarik saya untuk membahas mengenai kasus tersebut. Sebagaimana obat-obatan
anastesi dapat menimbulkan beberapa efek samping yang dapat mengenai ibu ataupun
janin. Sehingga pemilihan anastesi yang tepat sangat diperlukan untuk mencapai hasil
yang baik, mengurangi efek samping, menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Page 3
Selain itu, untuk menilai prognosis pra anastesi pasien pro-operasi dapat dinilai
berdasarkan status ASA (American Society of Anesthesiologists) yang membagi pasien
kedalam 5 kelompok atau kategori sebagai berikut:

 ASA 1, yaitu pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi. Contohnya
pada pasie ini, status fisik dapat masuk kedalam ASA 1.
 ASA 2, yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena
penyakit bedah maupun penyakit lainnya. Contohnya pasien batu ureter dengan
hipertensi sedang terkontrol, atau pasien apendisitis akut dengan lekositosis dan
febris.
 ASA 3, yaitu pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diaktibatkan karena berbagai penyebab. Contohnya pasien apendisitis perforasi
dengan septi semia, atau pasien ileus obstruksi dengan iskemia miokardium.
 ASA 4, yaitu pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung
mengancam kehiduannya.
 ASA 5, yaitu pasien emergency dengan atau tanpa operasi, hidupnya tidak lebih
dari 24 jam. Contohnya pasien tua dengan perdarahan basis krani dan syok
hemoragik karena ruptura hepatik.

Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan


tanda darurat (E = emergency), misalnya ASA 1 E atau III E.

3. Refleksi dari aspek Bioetika/medikolegal


Secara garis besar, bioetika adalah suatu kajian kritis yang bersifat interdisipliner
(berhubungan antar cabang ilmu pengetahuan) yang mengkaji perilaku manusia,
dampak, masalah-masalah atau isu-isu etis, sosial, hukum, kependudukan, lingkungan
hidup dan lain-lain. Hal-hal yang dikaji timbul sebagai akibat perkembangan dan
kemajuan dalam ilmu-ilmu biologi dan ilmu serta tekhnologi kedokteran serta
penerapannya pada kehidupan dan pelayanan kesehatan manusia.

Dalam kaidah bioetika dasar kedokteran dikenal istilah Beneficence dan non

Page 4
maleficence. Beneficence yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang
ditujukan ke kebaikan pasien atau penyedia keuntungan dan menyeimbangkan
keuntungan tersebut dengan resiko dan biaya. Dalam Beneficence tidak hanya dikenal
perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat)
lebih besar dari pada sisi buruknya (mudharat).
 General beneficence :
Melindungi & mempertahankan hak orang lain
Mencegah terjadinya kerugian pada orang lain
Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada orang lain
 Spesific beneficence :
Menolong orang cacat
Menyelamatkan orang dari bahaya
Pada kasus ini, dokter telah memilih anastesi spinal untuk memenuhi etika tersebut.
Anestesi spinal adalah menginjeksikan agen lokal anestesi ke dalam cairan serebrospinal
di dalam ruang subarachnoid. Selain spinal, terdapat anastesi epidural, yaitu
memasukkan agen lokal anestesi ke dalam ruang yang terletak di dalam kanal vertebra
tetapi di luar atau di permukaan terhadap saccus dural sedangkan anestesi kaudal
merupakan tipe khusus dari anestesi epidural dimana agen lokal anestesi diinjeksikan ke
dalam ruang kaudal epidural dengan memasukkan jarum dari hiatus sacralis. Kedua
anastesi ini sama-sama bekerja pada blockade simpatis,namun spinal memiliki lebih
banyak keuntungan jika diberikan pada kasus ini. Efek anastesi lebih kuat, lama dan
teknik lebih mudah sehingga selain memudahkan dokter sendiri, operator Obgsyn dan
yang terpenting meningkatkan kenyamanan pasien. Selain itu, regional anastesi lebih
aman dibandingkan umum. Anestesia umum seringkali dihubungkan dengan kejadian
depresi neonatus yang kerap memerlukan tindakan resusitasi. Sedangkan anastesi
regional memberikan keuntungan dimana ibu tetap terjaga, sehingga setelah operasi
dapat segera menyusui bayinya, dan juga dapat mengurangi kejadian aspirasi dan depresi
neonates.

Page 5
Non maleficence Adalah prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip
moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal
sebagai “primum non nocere” atau “above all do no harm”
Kriterianya :
a. Menolong pasien emergensi
b. Mengobati pasien luka
c. Mengobati secara tidak proporsional
d. Tidak mencegah pasien dari bahaya
Dalam kasus ini, pasien diharuskan dilakukan tindakan terminasi kehamilan dengan
cara operasi, karena sebelumnya pasien sudah memiliki riwayat sesar dengan indikasi
panggung sempit/ CPD, oleh karena itu dokter memutuskan untuk melakukan terminasi
kehamilan dengan cara Sectio Caesar untuk menyelamatkan bayi dan juga ibu.
Justice, suatu prinsip dimana seorang dokter wajib memberikan perlakuan sama rata
serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat
ekonomi, pandangan politik, agama, kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial,
kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter
terhadap pasiennya. Dalam banyak kasus, dokter tidak membeda-bedakan pasien, apakah
termasuk pasien BPJS atau umum, pasien kelas I atau III. Dalam hal ini dokter telah
menerapkan prinsip justice.
Autonomi, Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan
hak manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai hak
menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara logis dan
membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki, menyetujui,
membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya sendiri. Dalam kasus ini,
dokter telah menjelaskan prosedur tindakan dan telah ada informed consent yang jelas.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai

Page 6
Pengobatan mempunyai tujuan memperbaiki hidup untuk menjadi lebih baik dari
keadaan sebelumnya (sakit). Hasil akhir pengobatan tidak semata-mata akan sembuh tanpa
adanya ijin dari Allah SWT.
‫) الشَّاف‬. Dalil yang menunjukkan hal
Di antara nama-nama Allah adalah Asy Syaafii (‫ِي‬
ini adalah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan: Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota
keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa:
َّ
‫هم‬ َّ َّ
ُ‫الل‬ ‫َب‬ َّ َّ
‫اسِ ر‬ ‫ِبِ الن‬ ‫َذ‬
َّ‫ْه‬ َّْ
‫سَ أ‬ ‫َأ‬ ْ ‫ِه‬
‫الب‬ ‫َاشْف‬
‫َو‬ َْ
َّ‫ن‬
‫ت‬ ‫لَ الشَّاف‬
‫ِي وأ‬ َ‫َآ‬
َّ ‫ء‬
َّ ‫لَّ ش‬
َِّ
‫ف‬ َِّ َُّ
‫َإ‬
‫ك‬ ‫َاؤ‬
‫ِف‬ ‫َاء‬
‫َّ ش‬ ‫لَ ش‬
‫ِف‬ َّ
ُ ‫َاد‬
َِّ
‫ر‬ ‫يغ‬ُ ‫َما‬
‫سَق‬
“Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau
Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu,
kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain” (HR Bukhari 535 dan Muslim 2191).
Makna dari Asy Syafii adalah Zat yang mampu memberikan kesembuhan, baik
kesembuhan penyakit hati maupun penyakit jasmani. Kesembuhan hati dari
penyakit syubhat, keragu-raguan, hasad, serta penyakit-penyakit hati lainnya, dan juga
kesembuhan jasmani dari penyakit-penyakit badan. Tidak ada yang mampu memberikan
kesembuhan dari penyaki-penyakit tersebut selain Allah Ta’ala. Tidak ada kesembuhan
kecuali kesembuhan yang berasal dari-Nya. Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali
Dia.
Dari aspek keislaman , hukum operasi caesar dilihat dari sisi kepentingan wanita hamil
atau janin di bagi menjadi 2 :

Pertama : dalam keadaan darurat
. Yang dimaksud dalam keadaan darurat dalam operasi
caesar adanya kekhawatiran terancamnya jiwa ibu, bayi, atau keduanya secara bersamaan.
Berikut perinciannya :
1. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu. Misalnya untuk ibu yang mengalmi
eklamsia (kejang dalam kehamilan), mempunyai penyakit jantung, persalinan tiba-
tiba macet, perdarahan banyak selama kehamilan, infeksi dalam rahim, atau dinding
rahim yang menipis akibat bedah caesar atau operasi rahim sebelumnya.
2. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa bayi, yaitu jika sang ibu sudah meninggal
dunia tapi bayi yang berada didalam perutnya masih hidup.


Page 7
3. Operasi caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan bayi secara bersamaan, adalah
ketika air ketuban pecah, namun belum ada kontraksi akan melahirkan, bayi terlilit
tali pusar, sehingga tidak dapat keluar secara secara normal, usia bayi belum matang
(prematur), posisi bayi sungsang dan lain-lain.

Dalam tiga keadaan diatas, menurut pendapat yang benar, dibolehkan dilakukan operasi
caesar untuk menyelamatkan jiwa ibu dan anak.
Dalil-dalilnya sebagai berikut :


- Firman Allah Ta’ala

“ dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan anusia semuanya, “ (QS. Al-Maidah :32)


Dalam ayat ini Allah memuji setiap orang yang memelihara kehidupan manusia,
termasuk didalamnya orang menyelamatkan ibu dan bayi dari kematian dengan melakukan
pembedahan pada perut.
Imam Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “ jika seorang ibu yang
hamil meninggal dunia, sedangkan bayinya masih hidup dan bergerak dan sudah berumur
enam bulan, maka dilakukan pembedahan perutnya dengan memanjang untuk mengeluarkan
bayi tersebut, ini berdasarkan firman Allah (QS Al-Maidah : 32). Dan barang siapa
membiarkan bayi tersebut didalam sampai mati, maka orang tersebut dikategorikan
pembunuh.”

- Kaidah fiqhiyyah yang menyatakan :
 “ suatu bahaya itu haru dihilangkan.”


- Kaidah fiqhiyah yang lainnya juga mengtakan : 
“ jika terjadi pertentangan antara dua
kerusakan, maka diambil yang paling ringan kerusakannya. ”
Keterangan dari kaidah
diatas adalah bahwa operasi caesar dalam keadaan darurat terdapat dua keusakan. Yang
pertama adalah terancamnya jiwa ibu atau anak, yang paling ringan adalah dibedahnya perut
ibu. Dari dua kerusakan tersebut, yang paling ringan adalah dibedahnya perut ibu.

Page 8
Maka tindakan ini diambil untuk menghindari kerusakan yang lebih besar, yaitu
terancamnya jiwa ibu dan anak.


Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di mengatakan, “ dan dibolehkan melukai badan, seperti


membedah perut, untuk mengobati penyakit. Jika mafsadahnya lebih banyak dari
manfaatnya, maka Allah mengharamkannya.

Hal semacam ini telah disinggung oleh Allah dibeberapa tempat dalam kitab-Nya,
diantaranya adalah firman-Nya :

“ Mereka bertanya kepada mu tentang khamer dan judi. Katakanlah, pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaatnya bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar
dari manfaatnya.” (QS. Al-baqarah : 219)


Kedua : bukan dalam keadaan darurat . Yakni operasi caesar dengan keinginan dari pasien
atau mewakilinya (seperti suami misalnya), agar sang buah hati dilahirkan tanpa melalui
organ reproduksinya. Motivasinya bisa dipicu oleh istri yang ingin membahagiakan
suaminya dengan jalan lahir yang masih utuh, sehingga organ kelahirannya masih sama
seperti ketika ia belum melahirkan. Bisa saja karena menentukan tanggal baik atau tanggal
cantik sebagai hari kelahiran sang anak. Motivasi lainnya juga dikarenakan enggan berlama-
lama dan bersusah-susah payah melalui proses persalinan, dll. Operasi caesar dalam kondisi
ini haram hukumnya. Sebab tidak boleh bagi seseorang untuk berbuat sesuatu terhadap
dirinya kecuali dengan izin dari syariat. Hendaknya wanita juga mengetahui bahwa namanya
melahirkan pasti merasakan sakit dan susah. Allah Ta’ala berfirman,

“ kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandung dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah paah (pula).
Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”
(QS. Al ahqaaf : 15).

Page 9
Maka tidak boleh bagi wanita dengan sekedar tidak mau merasakan sakitnya kontraksi saat
melahirkan, lalu pergi ke dokter untuk operasi, karena persalinan secara alami lebih baik

dibandingkan operasi caesar.

Umpan balik dari pembimbing

Wonogiri , Oktober 2017


TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

dr. Girindro Utomo, Sp.An Rosalina Febrianti, S.Ked

Page 10

Anda mungkin juga menyukai