Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

Kebidanan merupakan ilmu yang sama tuanya dengn sejarah Homo Sapiens. Kebidanan sebagai profesi tua lahir kembali dalam masyarakat komtemporer, dimana sebuah profesi yang bersifat global. Kebidanan sebagai suatu profesi yang diakui secara internasional dan memiliki praktisi di seluruh dunia. Bidan selalu bersama wanita selama kehamilan dan persalinan sejak permulaan perabadan. Fokus dewasa ini pada kebidanan internasional mencerminkan migrasi berkelanjutan tenaga professional bidan. Keberadaan Bidan ditengah masyarakat sebagai wanita yang terpercaya dalam mendampingi ibu dan wanita. Bidan juga harus mampu melakukan pengawasan, perawatan, serta memberi saran yang diperlukan kepada wanita selama masa hamil, bersalin, dan setelah melahirkan. Bidan sebagai jabatan profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya.

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN 1. PROFESI a. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (2003) Bidang pekerjaan dilandasi pendidikan tertentu contoh : keterampilan, keguruan, dsb b. Menurut Abraham Flexman (1915) Profesi adalah aktifitas yang bersifat intelektual berdasarkan ilmu pengetahuan, digunakan untuk tujuan praktik pelayanan, dapat dipelajari, mendahulukan kepentingan orang lain. c. Menurut Mavis Kirkham (1996) Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pelatihan khusus dalam ilmu atau seni khususnya dan hal yang dipelajari dalam profesi yaitu hukum, ilmu agama atau pengobatan. Namun dalam kenyataannya sosial sangat kompleks d. Menurut Suessman (1997) Profesi berorientasi kepada pelayanan, memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari kelompok pelaksana. e. Menurut CNMs (2011) Profesi bidan adalah pelayanan kesehatan yang komprehensif dan mandiri yang diberikan bagi wanita selama masa hidupnya. 2. BIDAN Dalam bahasa inggris, kata Midwife (Bidan) berarti with woman(bersama wanita, mid = together, wife = a woman. Dalam bahasa Perancis, sage femme (Bidan) berarti wanita bijaksana,sedangkan dalam bahasa latin, cum-mater (Bidan) bearti

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

berkaitan dengan wanita. Menurut WHO bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana ia ditempatkan dan telah menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izin melaksanakan praktek kebidanan. Menurut International Conferedation of Midwives (ICM) bidan adalah seorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutukan kepada wanita selama hamil, persalinan dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan tidak hanya untuk wanita tersebut tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan ini termasuk pendidikan antenatal, persiapan menjadi orang tua dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, KB dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat tempat pelayanan lainnya. Bidan mempunyai tugas penting dalam memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan, terhadap wanita hamil, melahirkan dan post partum maupun masa interval. Memberikan pelayanan kepada bayi bau lahir, bayi dan anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia/generasi penerus yang berkualitas. Asuhan tersebut termasuk tindakan pemeliharaan, pencegahan, deteksi serta intervensi dan rujukan pada keadaan resiko tinggi termasuk kegawatan pada ibu dan anak.

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Menurut Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010 menyebutkan bahwa bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengertian bidan menurut ICM tahun 2011 adalah A midwife is a person who
has successfully completed a midwifery education programme that is duly recognized in the country where it is located and that is based on the ICM Essential Competencies for Basic Midwifery Practice and the framework of the ICM Global Standards for Midwifery Education ; who has acquired the requisite qualifications to be registered and/or legally licensed to practice midwifery and use the title midwife; and who demonstrates competency in the practice of midwifery. 3. Kebidanan

Midwifery, profesion that provides helath care for women,especially during pregnancy and childbirth. Midwives (practitioners of midwifery) have assisted women in giving birth since ancient times. Today midwives deliver more that two-thirds of the worlds infants and provide many other gynecological services. (http://syafii-wirabuana.blogspot.com)

B. JABATAN SEBAGAI PROFESI

1. Ciri-ciri Profesi 1) Menurut Atik Purwandari, ciri-ciri jabatan sebagai profesi, adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. Bersifat unik Dikembangkan dengan teliti Mempunyai wadah organisasi Pekerjaan yang mempunyai kode etik Pekerjaan yang mendapat imbalan jasa Pekerjaan yang dilaksanakan oleh orang yang memiliki profesi tersebut

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

2) Menurut Djaman satori, dkk, ciri-ciri profesi memiliki standar baku dan jelas, sebagai berikut: a. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya dengan program dan jenjang pendidikan yang baku. b. c. Ada organisasi profesi yang mewadahi para pelakunya Ada etika dan kode etik yang mengatur pelaku etik para anggotanya dalam memperlakukan kliennya d. e. Ada sistem imbalan jasa pelayanan yang adil dan baku Ada pengakuan masyarakat terhadap pekerjaan itu sebagai profesi

3) Ciri-ciri profesi lainnya menurut Omstein dan Levine adalah : a.Melayani masyarakat, merupakan karier yang dilaksanakan sepanjang hayat b.Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai c. Menggunakan hasil, penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek d.Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang e.Terkendali berddasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan masuk (memerlukan izin tertentu) f. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan untuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan g.Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan penekanan terhadap layanan yang diberikan h.Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya i. Menggunakan Organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri j. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok elite untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

k. Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyangsikan yang hubungan dengan layanan yang diberikan l. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan kepercayaan dari setiap anggotanya m. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding dengan jabatan lain)

4) Hunt dan Symond (1995) menyatakan bahwa sebuah profesi atau profesional memiliki ciri-ciri atau karateristik sebagai berikut : a. Pendidikan akademik b. Ilmu pengetahuan yang spesifik c. Tanggung jawab atas praktik d. Standar etik yang harus dipatuhi oleh anggota profesi e. Kebebasan f. Otonomi (Mary Billington dan Mandy Stevenson, 2010 ; 35)

2. Karakteristik Bidan Sebagai Profesi

Beberapa ahli mengemukakan bahwa karakteristik suatu profesi harus berorientasi pada pelayanan melalui pendidikan dan mempunyai otomoni. Secara umum profesi bidan mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Memiliki pengetahuan yang melandasi ketrampilan dan pelayanan. b. Ketrampilan bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan sudah dimulai sejak zaman dahulu. Pada masa tersebut pelayanan yang diberikan berdasarkan pengetahuan ketrampilan yang turun temurun. Sejak tahun 1952 sampai sekarang pengetahuan kebidanan sudah berdasarkan ilmu terapan yang terdiri dari

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

pengetahuan umum, ketrampilan dan perilaku yang berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan kesehatan profesional. c. Mampu memberikan pelayanan yang unik kepada orang lain. d. Keunikan bidan tergambar dalam perannya dalam meningkatkan kesehatan ibu dan keluarga pada usia subur. Bidan bekerjasama dengan wanita dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan bagi dirinya dan keluargannya dengan menghargai martabat manusia dan memperlakukan wanita sebagai manusia seutuhnya. Pusat pelayanan kebidanan pada peningkatan kesehatan ibu dan pencegahan dan memandang kehamilan dan persalinan sebagai suatu peristiwa kehidupan yang normal. e. Mempunyai pendidikan yang mempunyai standar. f. Pendidikan bidan sudah dimulai sejak tahun 1852. Pada masa itu pendidikan dilaksanakan sesuai dengan tuntutan pemenuhan kebutuhan pelayanan. Tuntutan akademik belum menjadi persyaratan dalam pelaksanaan pendidikan. Namun setelah melihat besarnya tanggung jawab yang diemban oleh seorang bidan dalam melaksanakan tugas pelayanannya maka pendidikan bidan sudah ditingkatkan menjadi pendidikan profesional melalui pendidikan tinggi. g. Pengendalian terhadap standar praktik h. Standar adalah suatu pernyataan atau criteria yang mencerminkan kualitas standar praktik kebidanan disusun oleh organisasi profesi berdasarkan kompetensi inti bidan yang menekankan pada tanggung jawab bidan untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan. Standar ini bertujuan untuk melindungi bidan dan kliennya. i. j. Bertanggung jawab dan mempertanggung-jawabkan pelayanan yang diberikannya. Bidan menolong persalinan atas tanggung jawabnya sendiri dan merawat bayi baru lahir.

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

k. Karir seumur hidup yang mandiri. Yang dimaksud dengan karir seumur hidup adalah pekerjaan seumur hidup diluar pekerjaan rutin. Bidan yang dibekali ilmu pengetahuan sesuai dengan kewenangannya dapat meneruskan karirnya dengan praktik mandiri seumur hidup. Sedangkan bidan sebagai profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat b. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan yang ditujukan untuk maksud profesi yang bersangkutan. c. d. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai dengan kode etik yang berlaku e. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya f. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan
g.

Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya .

C. PROFESIONAL

Profesional berarti memiliki sifat profesional (profesional = ahli). Secara popular seorang pekerja apapun sering dikatakan profesional. Seorang profesional dalam bahasa kesehariannya adalah seseorang pekerja yang terampil atau cakap dalam kerjanya. Seorang pekerja profesional dituntut menguasai visi yang mendasari ketrampilan yang menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan dan mengembangkan mutu kerja. C.V.Good menjelaskan bahwa pekerjaan yang berkualitas profesional memiliki ciri-ciri

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

tertentu, yaitu : memerlukan persiapan dan pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pra jabatan yang relevan dengan kecakapan seorang pekerja). Profesional memerlukan persyaratan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya : pemerintah, organisasi profesi) dan jabatan profesional tersebut mendapat pengakuan dari masyarakat dan pemerintah. 1. Karakteristik Profesional Bidan Karakteristik profesional bidan yang melandasi dan tercermin pada praktik profesional adalah sebagai berikut : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. Terbuka terhadap perubahan Menguasai dan menggunakan pengetahuan teoritis Mampu menyelesaikan masalah Mengembangkan diri secara terus menerus Mempunyai pendidikan formal Ada system pengesahan terhadap kompetensi Legalisasi standar praktik professional Melakukan praktik dengan memperhatikan etika Mempunyai sangsi hukum terhadap malpraktik Memberikan pelayanan kepada masyarakat Memperbolehkan praktik otonomi

2. Bidan Sebagai Profesi Yang Profesional Secara lebih rinci, ciri-ciri jabatan profesional adalah sebagai berikut (termasuk bidan) : a. Bagi pelakunya secara nyata (de facto) dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (denderung ke spesialis). b. Kecakapan atau keahlian seseorang pekerja professional bukan sekedar

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

hasil pembiasan atau latihan rutin yang terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap. Jabatan professional menuntut pendidikan juga. Jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot , terselenggara secara efektif, afisien dan tolok ukur evaluatifnya terstandar. c. Pekerja professional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaikbaiknya. Hal ini mendorong pekerja professional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan (menyempurnakan) diri serta karyanya. Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya dan memiliki etos kerja yang tinggi. d. Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyarakat dan atau negaranya. Jabatan professional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh pelakunya. Hal ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung jawab sosial professional tersebut.

3. Bidan Sebagai Jabatan Profesional Disebut jabatan profesional karena : a. Disiapkan melalui pendidikan agar lulusannya dapat mengerjakan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya, dan kemampuannya diperoleh melalui jenjang pendidikan b. Dalam menjalankan tugasnya bidan mempunyai alat yang dinamakan kode etik dan etika bidan c. Bidan memiliki kelompok pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

d.

Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya (Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010)

e. f. g.

Memiliki organisasi profesi Memiliki karakteristik khusus, dan dikenal serta dibutuhkan masyarakat Menjadikan bidan sebagai sumber utama kehidupan

4. Persyaratan Bidan Sebagai Jabatan profesional a. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis b. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga profesional c. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga profesional d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. Keberadannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat Mempunyai kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah Mempunyai peran dan fungsi yang jelas Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur Memiliki organisasi profesi sebagai wadah Memiliki kode etik bidan Memiliki etika kebidanan Memiliki standar pelayanan Memiliki standar praktek Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan n. Memiliki standar pendidikan berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi.

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

5. a.

Perilaku profesional bidan Dalam melaksanakan tugas berpegang teguh dan filosofi, etika profesi dan aspek legal b. Bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya c. Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan

keterampilan mutakhir secara berkala d. Menggunakan cara pencegahan universal untuk mencegah penularan penyakit dan strategi pengendalian infeksi e. Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan asuhan kebidanan. f. Menghargai budaya setempat sehubungan dengan praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, bayi baru lahir dan anak g. Menggunakan model kemitraan dalam bekerja sama dengan kaum wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri. h. i. Menggunakan ketrampilan komunikasi Bekerjasama dengan petugas kesehatan lain untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada ibu dan keluarga j. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan pelayanan.

Menurut ICM tahun 2011 perilaku profesional bidan adalah : a. is responsible and accountable for clinical decisions and actions b. acts consistently in accordance with professional ethics, values and human rights c. acts consistently in accordance with standards of practice

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

d. maintains/updates knowledge and skills, in order to remain current in practice e. uses universal/standard precautions, infection prevention and control strategies, and clean technique f. behaves in a courteous, non-judgmental, non-discriminatory, and culturally appropriate manner with all clients g. is respectful of individuals and of their culture and customs, regardless of status, ethnic origin or religious belief h. maintains the confidentiality of all information shared by the woman; communicates essential information between/among other health providers or family members only with explicit permission from the woman and compelling need i. works in partnership with women and their families, enables and supports them in making informed choices about their health, including the need for referral or transfer to other health care providers or facilities for continued care when health care needs exceed the abilities of the midwife provider, and their right to refuse testing or intervention j. works collaboratively (teamwork) with other health workers to improve the delivery of services to women and families

D. Otonomi Profesional 1. Definisi otonomi Otonomi berasal dari bahasa Yunani, Autos yang berarti diri, dan nomos yang berarti peraturan, peraturan diri sendiri atau hak untuk memerintah diri sendiri. Pandangan yang lebih luas terhadap otonomi yang tidak hanya mencakup kebebasan bertindak, tetapi juga

indentifikasi prinsip instriksik lain, yaitu ; (1) penting untuk membuat keputusan rasional, (2) jika individu melakukan satu tindakan, individu tersebut bertanggung jawab atas konsekuensi

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

tindakan tersebut. Sehingga ada beberapa faktor penting bagi individu untuk melakukan otonomi : a. Kemampuan berfikir dan bernalar b. Kemampuan bertindak dan menyatakan keinginan c. Informasi dan pengetahuan untuk membuat keputusan d. Lingkungan yang mendukung e. Nilai moral instrinsik

2. Dasar Pemikiran Otonomi Bidan (ICM, Core Document, 2011) The purpose of this position statement is to define midwifery clearly as an autonomous profession, separate from other health professions. In many areas of the world, midwives struggle to attain recognition of midwifery as an autonomous profession. Autonomy comes from the Greek words autos meaning 'self' and nemein or nomos meaning to 'hold sway' hence the concept of 'self-governing'. Professional autonomy, therefore, implies that midwives determine and control the standards for midwifery education, midwifery regulation and midwifery practice. The concept of professional autonomy must not be confused with the concept of 'independent' or private midwifery practice. Autonomous midwifery practice enables midwives to fulfil their contract with society by providing up-to-date, evidence-based, high quality and ethical care for childbearing women and their families, as set out in the ICM Definition of the Midwife 2005. However, in significant areas of the world, midwifery education and practice are being defined by those without midwifery knowledge and skills. In other places, even though midwifery education and practice are defined by midwives, the regulation of midwifery practice rests in the hands of other health professionals or government agents who seek to control and limit the scope of midwifery practice. Other ways in which midwifery practice

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

may be restricted by others include the misuse of policies, protocols and contractual or employers' obligations. These realities must change if women are to receive all the benefits of professional midwifery care. Sargent (2002) mendeskripsikan bidan yang otonom sebagai seorang yang mampu praktik dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka untuk merencanakan danmengimplementasikan perawatan wanita yang menjadi tanggung jawabnya. Bidan yang otonom bebas mengadopsi atau menolak advis bidan lain karena ia bertanggung jawab atas perawatan yang ia berikan (Marshall, 2005) (Billington M, 2010 ;35). Faktor-faktor yang mempengaruhi otonomi bidan : a. Keyakinan dan dasar pemikiran yang kuat dalam kebidanan yang normal (memahami proses fisiologi normal dan mengenali proses tersebut walaupun terjadi komplikasi obstetrik, bidan mampu melakukan otonomi kebidanan. b. Keterlibatan dalam penetapan kebijakan dan prosedur unit. c. Pendidikan, bidan yang percaya diri dan memiliki bekal pengetahuan memadai dan menerapkan pengetahuan tersebut dengan sendirinya akan lebih dihargai. Hal ini akan meningkatkan otoritas dan otonomi bidan. E. Kebidanan Sebagai Profesi Di Luar Negeri 1. Amerika In the United State there are two formally recognized types of midwives: certified nurse-midwives and direct-entry midwives. Certified nurse-midwive (CNMs) are registered nurses certified by the American college of nurse-midwives (ACNM). Certified nursemidwives are rocognized by all 50 states and the district of Columbia. The ACNM requires that CNMs graduate form 1 of 45 ACNM approve educational program and pass a national certification exam. Some states have additional requirement for a professional midwifery license. In the 1996 the ACNM opened the profession to qualified non-nurses

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

who successgully complete an approved midwifery education program and pass the national certification examination. All ACNM-certified are required to recertify every eight years. Direct-entry midwives may be trained through informal apprenticeships or, increasingly, through more formalized degree programs at educational centers. Direct-entry midwives typically help women who deliver children at home. The practice of direct-entry midwifery is allowed in 41 states. (http://syafii-wirabuana.blogspot.com) Midwifery profession.. 2. Kanada Support for the Midwifery Profession: Pros and Cons The tradition of midwifery virtually disappeared in Canada during the early part of this century. Several generations of women gave up childbirth at home to the medical profession. They did this in the name of safety and pain relief, or simply because the option of being cared for by a midwife no longer existed. Midwifery should be re-instated as a legal and honourable profession. With healthy pregnancies and under normal conditions, women should give birth at home with the professional assistance of a midwife. The most common argument against home births and midwifery are perpetuated by the medical establishment. As a profession, they openly oppose to lay midwifery, and as Dr. William Hall, president of the College of Physicians, said, he and the college oppose home births because they feel it is unsafe. (Ramondt, 1990) Undoubtedly, the medical profession is correct in protesting home births in certain cases. Some pregnancies are difficult and some births are problematic. It is not difficult to concede that there are times when sound medical intervention is a necessity and a blessing. To insist, though, that every birth requires a hospital setting and the attendance of a doctor with ten years training is, as many experts in the field agree, rather ludicrous. A study done by Dr. Lewis Mehl (cited in Barringtonm, 1985), matched a

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

population of 421 women attended by physicians with 421 women attended by midwifes at home. The midwife sample fared far better with significantly less fetal distress, birth injuries, and infants needing resuscitation. The former head of the International Confederation of Gynecology & Obstetrics, Dr. Caldero Barcia, goes as far to state that, iatrogenia (doctor-caused illness) is the main cause of fetal distress (Barrington, 1985, p. 122). Furthermore, the routine of use of medical procedures initially developed to protect high-risk mothers and babies are often used by doctors simply as preventive measures. An episiotomy (cutting the perineum) is done in 80% of hospital births. Midwives use it less than 1% of the time. Labour is induced 40% of the time in hospitals; whereas, midwives never induce births. Cesarean sections are performed in 16.3% of hospital births while they rate for midwifery is only 307% (Hopkins, 1990). Some doctors will argue the comparison of the rates ignores the reality that hospitals deal with most of the high-risk births. According to Dr. Malcolm Brown, a health care economist at the University of Calgary, however, the high rate of cesareans done in hospitals is because, doctors find it convenient and they make money on them (Ramondt, 1990). Physicians also collect extra fees for inducing labour and for giving spinal blocks. These realities make it questionable whether or not to use these procedures are used in only high-risk situations as originally intended. As well, giving birth at home offers parents and opportunity that hospitals cannot give. At home they are free to create an atmosphere of their own choosing for the birth. These greatly increase the chance for both parents to have a meaningful and personal experience. There is comfort and convenience in having the midwife come to them in surroundings that are familiar and emotionally safe. Eleanor Barrington (1985) states that studies suggest that a mother's biting experience relates to the baby's motor and cognitive development at two and six months of age (p. 122). Feeling good about the birth experience would appear to enhance the mother/child

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

relationship and, consequently, the child's development. This is a consideration that midwives take seriously and is reflected in the quality of care and support that they offer throughout the entire experience. Finally, a home birth presided over by a midwife is, in the long run, less costly. Alberta Health Care pays physicians $284 for a delivery. This does not include costs for hospitalization, pre- or post-natal care, or any additional costs that may arise out of inducement of labour, cesareans, spinal blocks, or other services. The cost for an average hospital bed per night is $450. With the average stay for a birth being three to seven days, the cost to the taxpayer is very high. Midwives, on the other hand, charge between $400 and $1000 for a package that includes pre-natal care, labour and delivery, and post-natal care. Richard Plain of the University of Alberta argues that using a costly doctor to preside at a natural event like childbirth is like, requiring a Ph.D. in mechanical engineering to grease your car (Ramondt, 1990). And so, parents should make themselves aware of the facts and statistics pertinent to the allegations made by the medical profession that home births are unsafe. When the myth of safety is dispelled with the facts, it is not difficult to see that giving birth at home with the consistent and professional care of a midwife offers many advantages over a hospital setting. (http://www.freeessays.cc/db/31/mwc101.shtml)

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

BAB III KESIMPULAN

Bidan adalah seorang yang telah menjalani program pendidikan bidan yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau memiliki izin formal untuk praktek bidan. Sebagai anggota profesi, bidan mempunyai ciri khas yang khusus. Sebagai pelayan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan. Kebidanan sebagai profesi merupakan komponen yang paling penting dalam meningkatkan kesehatan perempuan. Profesi merupakan bidang pekerjaan dilandasi pendidikan tertentu. Profesi bidan merupakan profesi yang berorientasi kepada pelayanan, memiliki ilmu pengetahuan teoritik dengan otonomi dari kelompok pelaksana. Bidan sebagai jabatan profesional dalam menjalankan tugas dan prakteknya, bekerja berdasarkan pandangan filosofis yang dianut, keilmuan, metode kerja, standar praktik pelayanan serta kode etik yang dimilikinya. Bidan sebagai profesi yang memiliki otonomi seharusnya juga senantiasa meningkatkan kompetensinya baik dari segi ilmu pengetahuan, keterampilan maupun cara bersikap profesional. Salah satunya dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan, agar profesi bidan dapat diakui keberadaannya oleh user.

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Bennet, V. Ruth, dkk. 2001. Myles Textbook For Midwives. Churcill Livingstone. New York. Billington M & Stevenson M, 2010, Kegawatan dalam Kehamilan dan Persalinan, EGC, Jakarta Helen Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. EGC, Jakarta. IBI. 2005. Standar Profesi Bidan. PP IBI, Jakarta. Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010 Soepardan, S. 2008. Konsep Kebidanan. EGC, Jakarta. Sofyan, M. 2003. 50 Tahun IBI Bidan Menyongsong Masa Depan. Pengurus Pusat IBI. Jakarta. ICM, Core Document, 2011 (diakses tanggal 24 Oktober 2011) (http://www.freeessays.cc/db/31/mwc101.shtml) di akses tanggal 24 Oktober 2011 http://syafii-wirabuana.blogspot.com

20

Bidan Sebagai Profesi/ Kelompok 2

Anda mungkin juga menyukai