Anda di halaman 1dari 17

RESPONSI

LAPORAN KASUS SMF ANAK


BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

OLEH TAUFIK ABIDIN, Sked H1A003048

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK DI SMF ANAK RSU MATARAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM NOPEMBER 2009

LAPORAN KASUS ANAK I. Identitas Pasien Nama Umur BBL AS : Bayi Ar : 2 hari : 1390 gram : 5-7 Jenis Kelamin : laki-laki

Tanggal Lahir : 10 Nopember 2009 pukul 14.20 WITA II. Keluhan Utama : Lahir tanpa tangis III. Riwayat Penyakit Sekarang : Bayi lahir di ruang bersalin RSU mataram dengan keluhan lahir tanpa menangis dan belum cukup bulan. Bayi masuk NICU dengan tangis merintih, napas tidak adekuat, tampak retraksi dinding dada ringan, tidak terlihat biru pada bibir & ekstremitas. Setelah di suction, banyak cairan ketuban yang keluar. Bayi dilahirkan normal dengan indikasi ketuban pecah dini. Sebelum 12 jam setelah ketuban pecah, timbul kontraksi adekuat hingga timbulnya persalinan. IV. Riwayat Kehamilan Ibu : Ibu os mengaku ini adalah kehamilannya yang pertama. Ibu os biasa ANC di puskesmas yang diperiksa oleh bidan. HPHT diakui oleh ibu os pada tanggal 07 april 2009. sebelum melahirkan, os mengalami riwayat keluar air yang banyak, jernih, dan tidak bau, disertai dengan perut yang mules. Selama hamil, ibu os tidak pernah sakit atau pun minum obat-obatan. V. Riwayat Persalinan : Bayi lahir spontan letak belakang kepala dengan indikasi ketuban pecah dini, BBL 1390 gram. Apgar skor 5 7. tangis (-), sianosis (-).

VI. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Kesadaran Ballard score Score Down SpO2 : lemah : waspada : 22 (32-33 minggu) : <4 tidak ada gawat napas : 100% (tanpa O2)

1. Tanda Tanda Vital : Suhu DJJ Respirasi : 36,0 oC : 128 x/menit : 50 x/menit

Tekanan Darah : Tidak dievaluasi

2. Menilai Pertumbuhan : Berat Badan Panjang Badan Lingkar Kepala : 2160 gram : 38 cm : 27 cm

3. Penampakan Umum : Aktivitas Warna Kulit : menurun : kemerahan

Cacat Bawaan Yang Tampak : (-) : simetris, lonjong, lecet (-), ubun ubun besar terpisah, teraba datar, sutura normal, craniosynostosis (-), molding (-), caput sucendaneum (-), dan cephal hematom (-)

4. Kepala Bentuk kepala

5. Leher Rooting refleks (+), hematome pada m. SCM (-), pembesaran kel. Tiroid (-), leher pendek (-). 6. Muka o o Mata : katarak kongenital (-), SCB (-), conjunctivitis (-). Hidung : atresia choana (-/-), napas cuping hidung (+/+), rhinore (-/-)

o o 7. Thoraks Inspeksi Palpasi Perkusi

Mulut : palatoschizis (-), frenulum pendek (-), makroglossia (-). Telinga :low set ears (-/-) : dinding dada simetris, retraksi dinding dada (+) subcostal. : gerakan diding dada simetris : sonor dikedua lapang paru

Auskultasi : vesikuler +/+, rh -/-, wh -/Penilaian pernapasan : napas teratur (+), tachypnea (-), stridor (-), tarikan dinding dada (+/+) subcostal, sianosis (+). 8. Jantung S1S2 tunggal regular, mur mur (-), gallop (-). 9. Abdomen Inspeksi Palpasi Perkusi 10. umbilicus Tampak basah dan mulai mongering, warna kuning kehijauan (-), edema (-), kemerahan (-) pada pangkal umbilicus. 11. Genitalia Normal. Hipospadia (-), epispadia (-), hidrokel (-), rugae testis (+) halus. 12. Anus dan rektum Anus (+), mekoninum (+) 24 jam pertama. 13. Ekstremitas Normal. Syndactyli (-), polidactyli (-), talipes equinovarus (-/-) 14. Tulang belakang, pinggul dan system syaraf dalam batas normal VIII. Pemeriksaan Penunjang Darah Lengkap 10 Nopember 2009: Hemoglobin Leukosit : 16,6 gr% : 23.900/mm3 : distensi (-), organomegali (-), kelainan congenital (-) : massa (-), supel (+), hepar-lien tidak teraba. : timpani (+) diseluruh lapang abdomen Auskultasi : bising usus Normal

Trombosit Hematokrit GDS

: 217.000/mm3 : 53,1 % : 162 mg%

IX. Diagnosis Kerja BBLR dengan kehamilan preterm + prematuritas murni X. Rencana Terapi IVFD D10% Ampicillin inj Gentamicin inj Transfusi PRC Puasa 24 jam. 8 tts/menit (mikro) 2 x 75 mg 1 x 20 mg 22 cc @ hari s/d Hb > 10

FOLLOW UP Hari/ tgl I 11/11/2009 S Minum (+), per sonde. Aktifitas (+) kurang. Respon (+). O RR: 52 x/m N: 120 x/m SpO2: 99% (dgn O2) Retraksi (+) subcostal. Sianosis (-) BB: 1400 g RR: 50 x/m N: 130 x/m SpO2: 100% Retraksi (+) subcostal minimal. BB: 1330 g RR: 52 x/m. N: 140 x/m. Retraksi minimal. BB: 1350 g. A BBLR + prematur murni. BBLR + prematur murni P O2 1 l/m. D10% 5 tts/m Ampicilin 2x50mg. Gentamycine 1x8 mg. ASI per sonde

II 12/11/2009

III 13/11/2009

Minum (+) per sonde >>. Aktifitas (+) sedikit. Menangis (+) kuat. Respon (+). Minum (+) >> Aktifitas (+). Respon (+). Menangis (+).

BBLR + premature (+) murni

Off O2 D10% 4 tts/m. Ampicilin 2x50mg Gentamycine 1x8mg ASI per sonde D10% 4 tts/m. Ampicilin 2x50mg Gentamycine 1x80mg. ASI per sonde. 5

DISKUSI BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) Definisi Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir. Klasifikasi BBLR dapat digolongkan sebagai berikut : a. Prematuritas murni Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan. Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang. b. Dismaturitas Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta, kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari bayinya sendiri. Epidemiologi Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara

berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%. Etiologi Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR (1) Faktor ibu a. Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain b. Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. c. Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia <> d. Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. (2) Faktor Janin Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom. (3) Faktor Lingkungan Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosioekonomi dan paparan zat-zat racun. Komplikasi Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :

o Hipotermia o Hipoglikemia o Gangguan cairan dan elektrolit o Hiperbilirubinemia o Sindroma gawat nafas o Paten duktus arteriosus o Infeksi o Perdarahan intraventrikuler o Apnea of Prematurity o Anemia Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain : o Gangguan perkembangan o Gangguan pertumbuhan o Gangguan penglihatan (Retinopati) o Gangguan pendengaran o Penyakit paru kronis o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan Diagnosis Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. 1). Anamnesis Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR : o Umur ibu o Riwayat hari pertama haid terakir o Riwayat persalinan sebelumnya 8

o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya o Kenaikan berat badan selama hamil o Aktivitas o Penyakit yang diderita selama hamil o Obat-obatan yang diminum selama hamil 2). Pemeriksaan Fisik Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain : o o Berat badan <> Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) o Tulang rawan telinga belum terbentuk. Masih terdapat lanugo. Refleks masih lemah. Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). Tidak dijumpai tanda prematuritas. Kulit keriput. Kuku lebih panjang

3). Pemeriksaan penunjang o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain o Pemeriksaan skor ballard o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah. o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi 1 Medikamentosa Pemberian vitamin K1 : o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) 2 Diatetik Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama : o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut : a. Berat lahir 1750 2500 gram Bayi Sehat o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu. o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. Bayi Sakit o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. 10

Apabila bayi memerlukan cairan intravena: Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan cairan IV dan ASI menurut umur Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram Bayi Sehat o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung. Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu) o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum. o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. Bayi Sakit o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

11

o o

Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan IV secara perlahan. Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum.

Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

c. Berat lahir 1250-1499 gram Bayi Sehat o Beri ASI peras melalui pipa lambung o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. Bayi Sakit o o o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan intravena secara perlahan. Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum o o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung. d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi) o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama

12

o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian cairan intravena secara perlahan. o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI setiap kali minum o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok. o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba untuk menyusui langsung.

Suportif Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal (3): o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin o Ukur suhu tubuh dengan berkala o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah : o Jaga dan pantau patensi jalan nafas o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia) o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui. Pemantauan (Monitoring) 1). Pemantauan saat dirawat a. Terapi

13

o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu b. Tumbuh kembang o Pantau berat badan bayi secara periodik o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir 1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500> o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari : Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu. 2). Pemantauan setelah pulang Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut : o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan. o Hitung umur koreksi. o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala. o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST). o Awasi adanya kelainan bawaan. Prognosis BBLR

14

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial, hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah. Pencegahan Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan : o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun) o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. Tanda kecukupan pemberian ASI: o BAK minimal 6 kali/ 24 jam. o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI. o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari. o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap ASI akan menetes dari payudara yg lain. Indikasi bayi BBLR pulang: o Suhu bayi stabil. 15

o Toleransi minum oral baik terutama ASI. o Ibu sanggup merawat BBLR di rumah. Cara menghangatkan bayi Cara Petunjuk penggunaan Kontak kulit Untuk semua bayi Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 oC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan. KMC Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan berat badan <1.800 g. Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat) Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat merawat bayinya. Pemancar panas Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih. Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau menghangatkan kembali bayi hipotermi. Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak dapat dilakukan KMC. Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan. Tidak untuk bayi sakit berat. Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg) Berat (g) >1500 <1500 1 60 80 2 80 100 Umur (hari) 3 100 120 4 120 140 5+ 150 150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499 Pemberian Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 1 10 2 15 Umur (hari) 3 4 5 18 22 26 6 28 7 30

Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg) Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 2500 >2500 Hari I 120 cc D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10% Hari II 140 cc D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10% Hari III 170 cc D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10% Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.

16

DAFTAR PUSTAKA Azis, Abdul Latief. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak, edisi III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya Kosim, Sholeh. 2008. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta Suraatmaja, Sudrajat, dr,SpA(K). Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP Sanglah, Denpasar. Poesponegoro, Hardiono, dr. Sp.A(K). 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai