Anda di halaman 1dari 5

Competitive Advantages of Toyota

Para sarjana bisnis dan manajemen internasional, banyak meneliti mengenai kunci kesuksesan Toyota dan telah banyak menghasilkan karya ilmiah sebagai pelajaran. Steven Spear dan H.Kent Bowen pernah mengatakan dalam artikelnya yang dimuat di Harvard Business Review bahwa, poin penting budaya korporasi Toyota adalah terdapat pada nilai filosofis, kebudayaan dan prisinp yang di anut oleh Toyota. David Magee salah satu pakar bisnis otomotif dunia mengatakan bahwa siapa pun yang menggali sejarah Toyota akan menemukan pertumbuhan yang stabil, pengembalian investasi kepada para pemegang saham yang lebih baik dari pada rerate industri, rating kepuasan pelanggan yang melambung sangat tinggi dan sejumlah karyawan paling bahagia di atas bumi dan dia kembali menyimpulkan bahwa tidak adanya hubungan antara kualitas dan kriteria yang melambungkan Toyota kepuncak dengan hasil penjualan atau margin keuntungan yang diperoleh (Magee 2008). Berdasarkan penjelasan sebelumnya, perjalanan kesuksesan Toyota merupakan suatu fakta bisnis internasional yang sangat menarik untuk dikaji, bagaimana proses perebutan dominasi dari tangan senior yang menjadi prestasi besar Toyota sampai saat ini. Dimana awalnya Toyota yang hanya merupakan perusahaan rumah tangga yaitu mesin tenun di tahun 1935, berubah menjadi perusahaan otomotif terbesar dunia sampai saat ini. Di samping itu yang lebih menarik untuk dikaji kemudian bagaimana strategi unik Toyota melalui human capital di tengah arus persaingan globalisasi yang semakin ketat. Dapat dikatakan strategi Toyota adalah bagaimana menggunakan tenaga kerjanya sebagai asset strategisnya atau human capital strategy. Sehingga, pertanyaan dasar yang menjadi landasan pemikiran penelitian ini adalah Mengapa Toyota dapat muncul sebagai kekuatan dominasi otomotif dunia? Jika Toyota bukanlah satu-satunya perusahaan yang memberikan perhatian yang intensif terhadap tenaga kerjanya lantas mengapa Toyota yang keluar sebagai perusahaan yang unggul dalam persaingan otomotif mobil dunia? Apakah perusahaan lain tidak memilikinya? Benarkah kunci kesuksesan Toyota semata terdapat pada strategi human capital atau adakah strategi lain diluar itu, sehingga membuatnya istimewa dan layak untuk diteliti? Kasus aplikasi human capital strategy Toyota menarik untuk dikaji sebab pelbagai literature bisnis internasional khususnya yang memuat riset tentang produktivitas perusahaan multinasional lebih banyak menyoroti aspek fisik dan konsentrasi pada pengembangan material berorientasi keuntungan financial semata. Menurut penelitian kategori ini, faktor-faktor tangible seperti diferensiasi produk, keunggulan biaya produk, fokus terhadap meningkatnya investasi dari segi tangible asset misalnya tanah, gedung, serta efisiensi man-hours diyakini sebagai determinan paling

87

signifikan untuk menunjang kinerja dan profit (The collaborative view online tt). Misalnya, Michael E. Porter dalam riset yang kemudian diterbitkan menjadi buku panduan strategi jitu bisnis multinasional, berjudul Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior Performance, menjelaskan bahwa ada tiga kunci kesuksesan bisnis di era kompetisi global yakni; fokus pada produk , keunggulan teknologi spesifik dan penghematan biaya produksi (Porter 1985). Senada dengan Porter, Jimmy Ponch, penulis buku Winning the Business Empire: US Corporations and the Global Market , menyebutkan bahwa penguasaan pasar hanya akan berhasil dilakukan, sekaligus untuk memenangi kompetisi bisnis internasional, apabila sebuah perusahaan multinasional mau menerapkan diversifikasi produk dan penguatan teknologi industri (Ponch 1985). Sedangkan di sisi lain factors of productions dikategorisasikan kedalam tiga hal (ACA Clasical) yakni; land, labor, capital. Materi dan energi (potensi) menjadi sesuatu hal yang tidak di utamakan karena dapat digantikan dengan physical capital. Faktor Human capital tidak secara tegas dicantumkan sebagai faktor penentu kesuksesan bagi kedua penstudi. Baik dapat dijadikan sebagai competitive advantage maupun sebagai factor of productions. Adapun labor yang dimaksud di atas tidak sama dengan human capital. Justru Toyota melalui keberhasilannya, membuktikan lewat faktor yang bersifat intangible yaitu strategi human capital, bertolak belakang dengan strategi perusahaan kebanyakan yang lebih menitikberatkan investasi yang lebih bersifat tangible assets seperti rekomendasi karya Adam Smith (Smith 1776) dan David Ricardo (Ricardo 1955). Dengan demikian penelitian ini menggeser topik bahasan ke area human capital. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: Mengapa Toyota yang mengembangkan strategi human capital dapat lebih unggul dalam konteks produktivitas dari pesaingnya terutama Ford yang lebih fokus kepada physical investment? Arti Penting Human Capital di era globalisasi Di era globalisasi, pengaruh human capital sebagai intangible asset telah memainkan peranan yang sangat penting. Bahkan sumber daya manusia sesuai dengan paradigma baru praktek manajemen perusahaan saat ini, tidak lagi hanya sebagai faktor produksi melainkan sudah dianggap sebagai aset yang sangat berharga bagi kelangsungan perusahaan. Terdapat dua kekuatan utama mengapa human capital menjadi pusat perhatian utama di komunitas bisnis. Pertama, kompetisi dalam lingkungan bisnis adalah akibat dari globalisasi perdagangan dan perkembangan beberapa sektor kunci seperti telekomunikasi, transportasi, dan jasa-jasa keuangan. Kedua,

perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat terutama setelah kemunculan internet. Kedua perkembangan ini secara dramatis telah merubah struktur bisnis dan mendorong intangible asset memegang peran yang kian penting bagi perusahaan (Wheaterly 2003). Seiring dengan hal tersebut maka, perusahaan semakin banyak tergantung pada intangible asset. Adanya pergeseran ini tercermin dalam studi Brooking Instutution di Amerika Serikat yang meneliti 500 perusahaan dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Pada 1982, tangible asset merepresentasikan 62% nilai pasar perusahaan, turun menjadi 38% pada 1992. Studi terakhir yang dilakukan pada 2002 menunjukkan angka penurunan yang semakin besar menjadi 15%, sementara 85% merupakan intangible asset yang menentukan nilai pasar perusahaan. Sebuah perusahaan akan menghasilkan kinerja yang berbeda jika dikelola oleh orang yang berbeda, artinya SDM yang berbeda dalam mengelola aset perusahaan yang sama akan menghasilkan nilai tambah yang berbeda. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan akan menghasilkan kinerja yang berbeda jika dikelola oleh orang yang berbeda atau dengan katalain bahwa tangible aset yang dimiliki perusahaan bersifat sangat memiliki hubungan ketergantungan terhadap intangible asset dalam hal ini human capital yang menghasilkan intellectual capital-berkaitan dengan knowledge and knowing capability of a social collectivity, sebagai suatu organisasi, komunitas intelektual, atau praktek profesional yang dapat mengelola dan menciptakan nilai bagi suatu perusahaan (Ghosal 2003). Sistem dan praktik-praktik investasi sumber daya manusia diyakini merupakan sumber keunggulan bersaing bagi perusahaan karena sistem tersebut sukar ditiru oleh perusahaan lain atau dibeli begitu saja di pasar. Perilaku investasi sumber daya manusia memberikan dukungan pada argumen bahwa investasi pada sumber daya manusia merupakan sumber keunggulan bersaing yang potensial. Sistem yang memberlakukan investasi pada manusia dapat berpengaruh secara signifikan pada sumber daya dan individu di dalam perusahaan sehingga dapat menjadi salah satu faktor penting pencapaian keunggulan bersaing (Barney 1995). Keunggulan SDM dibanding faktor produksi lainnya dalam strategi bersaing suatu perusahaan antara lain meliputi: kemampuan inovasi dan entrepreneurship, kualitas yang unik, keahliaan yang khusus, pelayanan yang berbeda dan kemampuan produktivitas yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan (Robert dan Jackson 1984). Ford VS Toyota: Physical VS Human Capital Ford lebih mengedepankan faktor physical capital, tidak dapat di sangkal bahwa Ford telah memberikan sumbangsih yang besar terhadap kemajuan industri otomotif di abad sekarang. Ford turut terlibat dalam penemuan industri mobil. Semenjak berdirinya perusahaan Ford sangat mementingkan

Globalisasi & Strategis, Januari-Juni 2011

nilai sebuah produk. Dengan, menciptakan mobil tipe T dan Balck yang berukuran besar. Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Sakichi Toyoda, lebih mementingkan human capital dengan pergi ke luar Jepang seperti Amerika dan Eropa untuk belajar bagaimana menciptakan sebuah mobil masa depan. Investasi ini baru terlihat di tahun 1990-an ketika mobil Ford yang kurang inovasi dan tidak sesuai dengan kebutuhan pada saat itu. Disinilah nilai human capital competitive advantage dapat terlihat. Kondisi jalan Amerika pada saat itu berukuran kecil, sehingga sukar dilalui oleh mobil besar buatan Ford. Toyota melihat ini merupakan suatu kesempatan yaitu dengan menciptakan mobil ukuran kecil. Kemudian, pada saat itu mobil yang dikenal hanyalah mobil berwarna cat hitam, Toyota membuat suatu inovasi menciptakan mobil dengan warna-warni bahkan di beberapa tempat seperti di Texas dapat memesan warna dan produk sesuai dengan prinsip just in time. Disisi lain, tahun 1970 nilai energi minyak melambung tinggi sehingga kebutuhan saat itu menuntut kendaraan yang hemat bahan bakar, Toyota melalui human capitallnya berhasil menciptakan mobil hemat energi. Semua aplikasi ide yang tertuang diluarnya merupakan suatu cerminan pekerja didalamnya. Kecenderungan mobil Ford adalah proses Amerikanisasi. Sedangkan Toyota melakukan glokalisasi misalnya Toyota Avanza yang dijual di Indonesia tidak terdapat di negara lain. Strategi ini dilakukan berdasarkan tingkat kebutuhan Indonesia yang merupakan jumlah populasi ke dua terbanyak dunia sehingga memerlukan mobil yang cukup besar untuk keluarga. Di sisi lainnya, Ford lebih mengedepankan pertumbuhan properti dalam jumlah yang banyak. strategi ini merupakan suatu pemborosan menurut Toyota. Karena, kadangkala inventori tidak digunakan tetapi biaya operasional tetap berjalan. Toyota justru melalui prinsip-prinsipnya melakukan pengurangan di bagian inventori. Toyota mengedepankan human capital bukan berarti mengabaikan physical capital. Dalam melakukan ekspansi pasar, Toyota sangat memperhitungkan nilai-nilai human index host country, pernyataan ini di ungkapkan oleh Akio Toyoda selaku presiden Toyota. Toyota memandang faktor-faktor physical capital adalah sesuatu hal yang dapat diadaptasikan dan sifatnya mengikuti. Misalnya di Hongkong Toyota hanya memiliki gedung yang kecil, dan melakukan sistem pemesanan. Ini disebabkan untuk mengurangi space inventori dalam jumlah yang banyak. Hongkong Negara yang mempunyai nilai pajak yang tinggi, Toyota menghindari biaya ini dengan metode pull system. II.3.2 Perbandingan Human Capital dan Physical Capital Berikut disajikan perbandingan kekuatan dan kelemahan human capital dan physical capital investment: Tabel II.I Perbandingan Human and Physical Capital

Human Investment Kekuatan

Capital Physical Investment

Capital

Tidak terpengaruh terhadap faktorfaktor eksternal seperti gejolak perekonomian Biaya lebih murah

Sangat terpengaruhi oleh dinamika keberadaan ekonomi

Biaya investasi memakan banyak modal Tidak memiliki Memiliki depreciation depreciation expenses yang tinggi expenses Biaya maintance Biaya maintance yang sangat murah mahal Lebih berorientasi Orientasi Jangka jangka panjang Pendek Tidak memiliki pajak Biaya pajak yang tinggi Lebih sukar di Lebih mudah untuk bangun dibangun Diperlukan waktu Diperlukan waktu yang lebih panjang dalam singkat untuk penciptaan membangun Penemuan yang Lebih mudah sangat sulit ketika menemukan bahan mencocokan antara baku kebutuhan perusahaan dan spesialisasi talenta Sangat tergantung Lebih bersifat kolektif kepada nilai individu Sumber: Pengembangan penulis

Kelemahan

Globalisasi & Strategis, Januari-Juni 2011

Anda mungkin juga menyukai