Anda di halaman 1dari 67

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), semakin banyak pula dampak yang ditimbulkan terhadap kehidupan masyarakat dan lingkungan, baik dampak yang menguntungkan ataupun yang merugikan. Dampak menguntungkan yang banyak dirasakan oleh masyarakat antara lain semakin bervariasinya pilihan masyarakat misalnya, dibidang obat bahan alam masyarakat dengan mudah dapat memilih produk-produk dengan berbagai bentuk sediaan farmasi seperti fitofarmaka, suplemen makanan dan jamu yang siap digunakan tanpa harus menyiapkan sendiri seperti yang dilakukan oleh para leluhur. Sebaliknya dampak yang merugikan masyarakat antara lain polusi udara karena asap kendaraan, limbah pabrik, perubahan gaya hidup masyarakat dengan pola makan konsumsi tinggi lemak serta kurang serat dan sebagainya. Keadaan tersebut dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan munculnya berbagai macam penyakit degeneratif seperti kanker, diabetes, kardiovaskular dan lain sebagainya. Menurut Farnsworth (1985) diperkirakan 80% masyarakat di Negara berkembang menggantungkan dirinya dari tumbuhan untuk memelihara kesehatannya. Kecenderungan ini memungkinkan meningkat dengan makin banyaknya isu back to nature.

Keanekaragaman jenis tumbuhan di hutan tropika Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Brazil (Pramono, 2002). Dalam buku Medical Herbs Index in Indonesia (1995) tidak kurang dari 7000 spesies tanaman dan tumbuhan memiliki khasiat obat. Hutan Indonesia memiliki spesies tumbuhan obat tidak kurang dari 9606 spesies, sedangkan yang sudah dibudidayakan dan dimanfaatkan secara komersial lebih kurang 34%, dan sudah 238 spesies tanaman obat yang sudah terdaftar dan digunakan oleh Industri Obat Tradisional di Indonesia (Pranoto, 1999). Akan tetapi pada saat ini ancaman kepunahan jenis-jenis tumbuhan yang belum terungkap potensinya makin tinggi. Penggalian sumber bahan obat yang baru perlu dilakukan terutama pada jenis-jenis tumbuhan yang belum banyak diketahui potensinya. Sterculiaceae sebagai salah satu famili tumbuhan yang telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat. Sebagai contoh tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat oleh masyarakat antara lain yaitu Sterculia foetida, Guazuma ulmifolia (jati belanda), Cola acuminate (biji kola), Theobroma cacao (Cokelat), Sterculia affinis, Sterculia urens, Abroma fastuosa (kapas hantu) dan lain sebagainya (Heyne, 1987; Khare, 2007). Sterculia foetida digunakan sebagai diurertik, karminatif,

astringen, laksatif, dan rematik. Mengandung derivate glukoronil prosianidin, luteolin, beta sitosterol, dan siklopropan. (Khare, 2007). Guazuma ulmifolia (jati belanda) rebusan biji-bijinya yang dibakar seperti kopi diminum sebagai obat penyembelit (Heyne, 1987).

Cola acuminata sebagai tonikum, merangsang sistem syaraf pusat, bagian yang digunakan biji yang mengandung kafein, theobromin, theofilin juga mengandung tannin (Khare, 2007). Sterculia affinis sebagai obat terhadap buang air lendir dan demam dalam perut juga sebagai obat pereda sariawan (Heyne, 1987). Abroma fastuosa atau disebut kapas hantu, akarnya digunakan sebagai obat kudis. (Heyne, 1987). Berdasarkan urain tersebut kekayaan keanekaragaman hayati harus dimanfaatkan secara optimal, dilakukan penggalian dan dieksplorasi lebih banyak untuk mencapai peluang dalam mengembangkan obat-obatan baru. Penggalian bahan obat alami sebagai antioksidan perlu dilakukan mengingat radikal bebas banyak yang ditimbulkan oleh polusi udara, asap rokok dan perubahan pola makan yang tidak seimbang sangat mudah menyerang sel-sel sehat di dalam tubuh. Bila tidak ada pertahanan tubuh yang cukup optimal maka sel-sel sehat tersebut menjadi tidak sehat atau sakit (Hernani, 2006). Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies oksigen reaktif/spesies nitrogen reaktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang

dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskular dan penuaan (Halliwell, 2000). Penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal mengungkapkan potensi beberapa jenis tumbuhan famili Sterculiaceae yaitu kulit batang dan daun Kleinhovia hospita, , kulit batang Pterospermum celebicum,

kulit batang dan daun Pterospermum diversifolium, kulit batang Pterospermum javanicum, biji Sterculia javanica, daun dan kulit batang Sterculia sp dan Kulit batang Sterculia subpeltata dengan salah satu pengujian antioksidan yaitu metode tiosianat. secara in vitro menggunakan spektrofotometer UV/ Vis (Kikuzaki, 1999), sebagai antioksidan mengingat penyakit kanker dan penyakit degeneratif lainnya dapat diredam dengan penangkap radikal bebas.

1.2

Pembatasan Masalah Penelitian ini dibatasi oleh pengujian aktivitas antioksidan tertinggi dari beberapa ekstrak jenis tumbuhan famili Sterculiaceae yang diteliti.

1.3

Perumusan Masalah Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1.

Apakah beberapa ekstrak jenis tumbuhan famili Sterculiaceae yaitu (kulit batang dan daun K. hospita, kulit batang P. celebicum, kulit batang dan daun P. diversifolium, kulit batang P. javanicum, biji S. javanica, daun dan kulit batang Sterculia sp dan Kulit batang S. subpeltata,) memiliki aktivitas sebagai antioksidan?

2.

Dari beberapa jenis ekstrak tumbuhan famili Sterculiaceae dengan konsentrasi yang berbeda, manakah yang memiliki aktivitas antioksidan tertinggi?

1.4

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1.

Untuk mengetahui ada atau tidak aktivitas antioksidan dari beberapa ekstrak jenis tumbuhan famili Sterculiaceae yang diteliti.

2.

Untuk mengetahui aktivitas antioksidan tertinggi dari beberapa ekstrak jenis tumbuhan famili Sterculiaceae yang diteliti dengan konsentrasi yang berbeda.

1.5

Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan:

1.

Dapat memberikan informasi mengenai adanya aktivitas antioksidan pada bebereapa jenis tumbuhan dari famili Sterculiaceae yang diteliti.

2.

Dapat dijadikan dasar penelitian lebih lanjut yang berhubungan dengan aktivitas antioksidan pada famili Sterculiaceae.

3.

Dapat meningkatkan nilai perekonomian pada penggunaan sumber daya hayati.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tumbuhan Famili Sterculiaceae Sterculiaceae adalah pohon-pohon dan semak belukar atau obat yang tumbuh di daerah tropis atau subtropis. Sterculiaceae berjumlah sekitar 68 genus 700 spesies. Kandungan kimia yang ada pada famili ini adalah sianogenik, alkaloid, sianidin, proantosianidin, flavonol, kaemferol, kuersetin dan saponin (Watson, 1992). Menurut Rumphius dalam buku Heyne, 1987 Sterculia foetida dikenal dengan kepuh atau kelompang, daunnya dilumatkan dan ditempelkan pada kaki dan tangan yangt patah atau sendi-sendi yang terkilir dan untuk luka dalam karena jatuh. Daun-daun muda yang digerus dengan air, berdaya kerja menyejukkan penyakit demam. Di Jawa buahnya dipakai sebagai obat dengan dibakar. Vorderman (Madoereesche planten No.145) dalam Heyne (1987) mengatakan bahwa air abunya diminum guna mengobati penyakit kencing nanah, sedangkan Dr. Boorsma mendengar di Solo bahwa air abu tadi diminum terhadap busung air. Menurut dia, di Jakarta kulit buah kepuh yang dipanggang merupakan bagian ramuan obat terhadap penyakit kelamin. Di Jawa bijinya digunakan sebagai obat. Menurut Catalagus Brusselse Tentoonstelling 1910 ia dipakai dalam sejumlah banyak jamu, pemakaiannya dalam dosis besar dapat mengakibatkan keguguran (abortus). Dr. Boorsma mengatakan, seduhan biji kepuh dengan kemukus dipakai terhadap batuk dan

minyaknya diuapkan pada borok, suatu ruam seperti kudis pada kepala (Heyne, 1987). Guazuma ulmifolia (jati belanda) seduhan daunnya dua kali sehari selama sebulan telah dianjurkan oleh Ny. Kloppenburg sebagai obat pelangsing tubuh. Buahnya juga dimakan oleh anak-anak, jika terlalu banyak dapat menimbulkan diarrhea (Heyne, 1987). Daun dan akar Melochia corchorifolia digunakan untuk

antidisentri. Daun digunakan untuk bengkak perut dan luka. Daunnya mengandung flavonol glikosida, siklopeptida alkaloid, triterpenoid dan steroid (Khare, 2007). Helicteres isora untuk antidiare, antigalaktik dan penyakit kulit (Khare, 2007). Buahnya yang berbentuk uliran di Jawa pada pedagang jamu dikenal dengan nama kayu ules. Di Timor disebut buah raja dan sangat terpandang sebagai bahan obat terhadap mulas usus dan bermacammacam penyakit lainnya. Demikian juga di Jawa bahan ini dipakai baik sebagai obat dalam maupun luar terhadap kejang-kejang dan penyakitpenyakit perut (Heyne, 1987). Beberapa tumbuhan yang akan di uji antioksidan adalah: 2.1.1 Kleinhovia hospita L (daun dan kuli batang) Nama daerah Penyebaran : Timo, Tangkele. : Asia Tropis, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur dan Papua Nugini. Deskripstif : Pohon yang tumbuh cepat, tinggi 18-20 cm dan

besar batang 70 hingga 90 cm, tumbuhnya tidak berkelompok tetapi sangat banyak. Kegunaan : Daunnya sebagai makanan sayuran, untuk mencuci mata jika penglihatannya buruk, untuk pencuci rambut agar bersih dari kutu. Daun dan kuit batangnya sebagai obat batuk dan tuberkulosis, mengandung senyawa sianogenik yang

diasumsikan untuk membunuh ektoparasit seperti kutu. Ekstrak daun menunjukkan aktivitas

antitumor yang melawan sarkoma pada tikus. Batangnya untuk sarung keris. Kandungan kimia : Sianogenik, rutin, cycloartane triterpenoid, beberapa asam lemak (kaemferol, dengan kuersetin, cincin dan

cyclopropenylic skopoletin).

Gambar 1: K. hospita

2.1.2 Pterospermum celebicum (kulit batang) Sinonim Nama daerah Deskriptif : Pterospermum niveum. : Lawanan, Bayok-bayokan, Puyaan. : Raksasa rimba, tinggi sampai 50 m dan besar batang 1 m. Penyebaran Kegunaan : Sulawesi, Philipina. : Antiinflamasi, wasir, hematuria, ulser dan untuk gatal-gatal pada kaki. Kayunya untuk bangunan rumah, jembatan kecil, kerangka perahu, pewarna kuning. Kandungan Kimia : Kaemferol, tanin, glukosida, betuli, lupeol, luteolin, bauerenol, friedelin, betasitosterol dan 3-O-beta-DGalaktosida.

Gambar 2: P. celebicum

2.1.3 Pterospermum diversifolium (daun dan kulit batang) Sinonim Nama daerah Deskriptif : Pterospermum Acerifolium. : Balangkoras, Bayur Jantan. : Pohon tinggi sampai 30 m dan besar batang 40-50 cm. Batangnya agak lurus dengan alur-alur menuju ke atas agak tinggi. Penyebaran : India, Vietnam, Thailand, Malaysia, Sumatra, Jawa dan Philipina. Kegunaan : Antiinflamasi, wasir, hematuria, ulser, disentri, antimalaria, luka tembakan. Kayu Bayur dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan kayu lapis, furnitur, perkapalan, jembatan, pulp dan kertas. Daun dan kulit batang yang banyak mengandung tannin dapat berkhasiat mengobati gatal-gatal dan disentri. Jenis tumbuhan ini juga dapat digunakan untuk memulihkan kembali lahan-lahan kritis. Manfaat yang diberikan dalam penghijauan adalah memiliki struktur tajuk yang baik sebagai penahan air hujan. Andriani dan Kruyt mewartakan bahwa orang-orang Sulawesi Tengah menggunaakan cairan dari daun kuwa ini yang telah dilayukan di atas api terhadap gatalgatal pada kaki yang banyak terjadi karena akibat berjalan di dalam lumpur.

10

Kandungan Kimia

: Kaemferol, tanin, 3-O-beta-D-Galaktosida, glukosida, betuli, lupeol, luteolin, bauerenol, friedelin dan betasitosterol.

Gambar 3: P. diversifolium Blume

2.1.4 Pterospermum javanicum (kulit batang) Sinonim Nama daerah Deskriptif : Pterospemum blumeanum. : Bayur dan Wadang. : Raksasa rimba, tinggi sampai 50 m dan besar batang 80-100 m. Penyebaran : Myanmar, Sumatra, Jawa, Borneo.

11

Kegunaan

: Kayu Bayur dapat digunakan sebagai bahan untuk pembuatan kayu lapis, furnitur, perkapalan,

jembatan, pulp dan kertas. Daun dan kulit batang yang banyak mengandung tannin dapat berkhasiat mengobati gatal-gatal dan disentri. Jenis tumbuhan ini juga dapat digunakan untuk memulihkan kembali lahan-lahan kritis. Manfaat yang diberikan dalam penghijauan adalah memiliki struktur tajuk yang baik sebagai penahan air hujan. Kandungan Kimia : Kaemferol, tanin, glukosida, betuli, lupeol, luteolin, bauerenol, friedelin dan betasitosterol dan 3-O-beta-D-Galaktosida.

Gambar 4: P. javanicum

12

2.1.5

Sterculia javanica (biji) Sinonim Nama daerah Deskripstif Penyebaran Kegunaan : Clompanus cordata Kuntze. : Binong ( Sunda ), Pranajiwa, Kucila. : Pohon tinggi 15-20 m dan besar batang 50 cm. : Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur. : Untuk hiasan pada batik, aphrodisiac, meningkatkan kemampuan seksual, obat penguat tubuh mengatasi lemah syahwat. Kandungan Kimia : Alkaloid, minyak.

Gambar 5: Sterculia javanica

2.1.6

Sterculia sp (daun dan kulit batang) Nama daerah Penyebaran : Kepuk, Kelumpang, Biris. : Malaysia, Borneo, Sumatra, Philipina, Sulawesi dan Asia Tenggara. Kegunaan : Menghasilkan sutra dan fiber berkilau untuk topi,

13

tas tangan, dompet dan lain-lain. Pengobatan penyakit kelamin, luka tembakan, diuretik. Kandungan kimia : Derivate glukoronil prosianidin, skutelarin luteoli, tarakserol, n-oktasanol, beta sitosterol, lupenon, lupeol, betulin, kuersetin, rhamnoside dan

leucoanthoyanidin-3-O-alpha-Lrhamnopyranoside.

Gambar 6: Streculia sp

2.1.7

Sterculia subpeltata (kulit batang) Nama daerah Penyebaran Kegunaan : Tampui : Jambi : Obat luka bakar

14

2.2

Antioksidan Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat spesies oksigen reaktif/spesies nitrogen reaktif (ROS/RNS) dan juga radikal bebas sehingga antioksidan dapat mencegah penyakit-penyakit yang

dihubungkan dengan radikal bebas seperti karsinogenesis, kardiovaskular dan penuaan (Halliwell, 2000). Dalam arti lain, antioksidan adalah senyawa yang dapat melawan dan menetralisir radikal bebas dan memperbaiki kerusakan oksidatif pada molekul biologis (Vimala, 2003).

2.2.1

Sumber-sumber Antioksidan

a. Antioksidan Alami Antioksidan alami berasal dari tumbuhan yang sering dikonsumsi dan telah diisolasi. Antioksidan yang terdapat pada tanaman tingkat tinggi dan terdapat dalam setiap bagian tanaman seperti pada kayu, batang, daun, buah, akar, bunga dan serbuk sari (Pratt, 1992). Senyawa kimia yang tergolong kelompok antioksidan dapat ditemukan pada tanaman, antara lain berasal dari golongan polifenol, bioflavonoid, vitamin C, vitamin E, beta-karoten, katekin, dan resveratrol (Hernani, 2006).

Gambar 7: Vitamin C

Gambar 8: Vitamin E

15

Gambar 9: Polyphenol b. Antioksidan Sintetik

Gambar 10: Flavonoid

Antioksidan sintetik diizinkan penggunaannya dalam makanan untuk menjaga mutu dan dari perubahan sifat kimia makanan akibat proses oksidasi yang terjadi terutama pada waktu penyimpanan. Contohnya adalah Butil Hidroksi Anisol (BHA), Butil Hidroksi Toluen (BHT), TertButil Hidroksi Quinon (TBHQ), Propil Galat dan lain-lain (Ardiansyah, 2007).

Gambar 11: BHA

Gambar 12: BHT

Gambar 13: Propil Galat

2.2.2

Mekanisme Kerja Antioksidan Antioksidan dalam menghambat jalannya reaksi oksidasi dapat melalui beberapa cara yaitu mekanisme donor proton, radical scavenger, oxygen quencher, inhibisi dengan enzim dan sinergis (Gordon, 1990).

16

Peranan

antioksidan

khususnya

antioksidan

fenolik

dalam

peroksida lipid dapat digambarkan sebagai berikut : ROO + AH ROOH + A RO + AH R + AH HO + AH ROH + A RH + A H2O + A

Pada reaksi tersebut antioksidan bertindak sebagai donor hidrogen, dimana hidrogen tersebut akan berkaitan dengan radikal bebas dari lemak atau minyak sehingga membentuk senyawa yang stabil. Pemberian atom hidrogen ini juga merupakan tahap awal dari mekanisme antioksidan melalui radical scavenger (pemerangkap radikal). Radikal baru yang terbentuk yaitu A akan dapat langsung bergabung dengan radikal-radikal lain membentuk senyawa yang tidak reaktif. Beberapa contoh radical scavenger adalah tokoferol, asam-asam galat, beta-karoten, BHA dan BHT. Mekanisme radical scavenger di bawah ini:

AH

RH

R , ROO

RA, ROOA

Gambar 14: Mekanisme radical scavenger

17

Ket R

: : Radikal bebas asam lemak

ROO : Radikal peroksida AH : Radical Scavenger

Berikut ini adalah system pertahanan antioksidan secara enzimatik.

Gambar 15: Sistem pertahanan antioksidan

Gambar 16: Mekanisme radikal bebas lipid peroksida

Berdasarkan fungsinya, antioksidan dikelompokkan menjadi antioksidan primer dan antioksidan sekunder.

18

a. Antioksidan Primer Yaitu antioksidan yang dapat bereaksi dengan radikal lipid lalu mengubahnya ke bentuk yang lebih stabil. Contohnya antara lain Superoksida dismutase (SOD), Butylated Hidroxyanisol (BHA), Butylated Hidroxytoluene (BHT) dan tokoferol (Gordon, 1990). b. Antioksidan Sekunder Yaitu suatu senyawa yang dapat memperlambat laju reaksi autooksidasi lipida. Antioksidan ini bekerja dengan berbagai mekanisme, seperti mengikat ion metal, memecah hidroperoksida ke adalah asam askorbat (Vitamin C), Vitamin E, beta karoten, asam urat, bilirubin dan albumin, asam erithrobat (D-Isomer asam askorbat) dan bentuk-bentuk non radikal, menyerap radiasi ultraviolet. Contohnya garam sodiumnya, dilauril tiopropionat (Gordon, 1990).

2.3

Radikal Bebas Radikal bebas adalah Reactive Oxygen Species (ROS) dengan satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan, ketika kelebihan dapat menyebabkan kerusakan pada sel, asam nukleat, protein dan lemak. Radikal bebas menyerang molekul biologi yang menyebabkan kerusakan jaringan dan sistem imun. Radikal bebas menyebabkan lipid peroksidasi, yang memudahkan gejala penuaan (Vimala, 2003).

19

Gambar 17: Struktur kimia radikal bebas

2.3.1

Sumber-Sumber Radikal Bebas

a. Sumber Endogen Di dalam tubuh, radikal bebas sering diproduksi selama proses aerob seperti metabolisme, reaksi biokimia di sel, detoksifikasi di liver dan penghasil energi oleh mitokondria. Semua diproduksi di mitokondria selama metabolisme aerob ketika oksigen digunakan untuk mengoksidasi makanan yang kita makan untuk memproduksi energi. Superoksida dan hidrogen peroksida juga dihasilkan oleh tubuh sebagai bagian dari sistem imun untuk melawan dan membunuh bakteri. Sehingga tubuh

membutuhkan dan menggunakan beberapa radikal bebas. Walaupun

20

kelebihan radikal bebas tidak menyenangkan untuk semua itu yang dapat membunuh sel dan menyebabkan kerusakan jaringan (Vimala, 2003) b. Sumber Eksogen Produksi Radikal bebas dipertinggi oleh diet lemak tinggi, minyak jenuh, daging panggang, makanan siap saji dan makanan basi. Gaya hidup stress, rokok dan radiasi juga mempertinggi produksi radikal bebas. Radikal bebas juga masuk ke dalam tubuh dari bahan kimia pada pewarna makanan, bahan pengawet dan perasa yang tinggi, polusi lingkungan dan pestisida (Vimala, 2003).

2.3.2

Mekanisme Perusakan Sel Terhadap Radikal Bebas Radikal bebas diproduksi dalam sel yang secara umum melalui reaksi pemindahan elektron, menggunakan mediator enzimatik atau nonenzimatik. Produksi radikal bebas dalam sel dapat terjadi secara rutin maupun sebagai reaksi terhadap rangsangan. Secara rutin adalah superoksida yang dihasilkan melalui aktifasi fagosit dan reaksi katalisa seperti ribonukleotida reduktase. Sedang pembentukan melalui rangsangan adalah kebocoran superoksida, hidrogen peroksida dan kelompok oksigen reaktif (ROS) lainnya pada saat bertemunya bakteri dengan fagosit teraktifasi. Pada keadaan normal sumber utama radikal bebas adalah kebocoran elektron yang terjadi dari rantai transport elektron, misalnya yang ada dalam mitokondria dan endoplasma retikulum dan molekul oksigen yang menghasilkan superoksida (Droge, 2002; Abate, 1990).

21

Mekanisme kerja radikal bebas dalam merusak sel dapat ditunjukkan pada gambar sebagai berikut :

Gambar 18: Pengaruh ROS, RAD dan SO (Superoksida) terhadap sel

2.4

Metode Uji Antioksidan Ada empat metode uji antioksidan yang sering digunakan untuk industri herbal dan perusahaan-perusahaan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan produk herbal, minuman herbal, jus buah, makanan sehat, suplemen makanan, produk teh, ekstrak tanaman, tablet herbal, kapsul dan serbuk. Yaitu metode tiosianat, metode DPPH, metode xanthine dan metode deoksiribosa (Vimala, 2003).

2.4.1

Metode Tiosianat

22

Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode tiosianat. Metode ini didasarkan pada kemampuan senyawa antioksidan dalam

menghambat terbentuknya radikal yang reaktif. Pembentukan radikal bebas disebabkan oleh oksidasi asam linoleat. Oksidasi lipid sering disebut autooksidasi karena reaksi tetap berlangsung walaupun tidak ada zat pengoksidasi. Reaksi terbagi menjadi tiga tahap yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi (Wong, 1989). Inisisasi adalah pembentukan radikal bebas akibat reaksi antara inisiator (I) dan asam lemak bebas. Tahap propagasi dengan cepat menghasilkan radikal peroksida (ROO), hidroperoksida (ROOH), dan radikal asam lemak (R). Selanjutnya adalah tahap terminasi, yaitu tahap akhir oksidasi yang ditandai dengan terbentuknya produk-produk non-radikal seperti aldehida, keton, alkohol, dan asamasam dengan ciri-ciri beraroma tengik (Winarno, 1989). Hasil oksidasi asam linoleat adalah malonaldehida dan radikal peroksida yang reaktif. Radikal bebas yang terbentuk akan berubah menjadi senyawa karbonil, yaitu aldehida dan keton. Oksidasi asam linoleat membentuk malonaldehid merupakan indikasi adanya oksidasi lemak (Fardiaz, 1996). Selain itu, asam linoleat yang mengalami kerusakan akan menghasilkan senyawa peroksida yang sangat reaktif dan bersifat radikal bebas. Penambahan antioksidan menyebabkan oksidasi asam linoleat terhenti (Schulz, 1985). Mekanisme reaksi peroksidasi lemak (Benson, 1990) ditunjukkan sebagai berikut :

23

RH + I R + O2 ROO + RH ROO +ROO R + R ROO + R

R + H + I ROO ROOH + R ROOR + O2 RR ROOR

Inisiasi Propagasi

Terminasi

Aktivitas antioksidan yang ditentukan dengan metode tiosianat membutuhkan suatu kontrol positif, pembanding ini biasanya merupakan senyawa yang telah diketahui sifat antioksidannya, seperti vitamin C, butil hidroksi toluena (BHT), atau tokoferol. Oksidasi asam linoleat dalam kondisi buffer yang diinkubasi pada suhu 37oC menggunakan FeCl2 dan amonium tiosianat sebagai pereaksi oksidator dapat mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga menghasilkan warna merah darah yang menyerap sinar tampak pada panjang gelombang 500 nm. Intensitas warna dinyatakan sebagai nilai absorbans dengan pengukuran menggunakan spektrofotometer. Peroksida lemak meningkatkan bilangan oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ yang kemudian bereaksi dengan ligan CNS- membentuk kompleks berwarna merah darah [Fe(CNS)6]3- .

-C = C-

-C-COO

-C-C- + Fe2+ + 2H+ O O Fe3+ + 6 SCN-

-C-COH OH

+Fe3+

[ Fe(CNS)6]3-

24

(Merah darah) Gambar 19 : Reaksi kimia lipid peroksida

Linoleic acid
antioxidant antioxidant inhibit lipid peroxidation

Hydroperoxide
FeCl 2

Ferric, Fe3+
SCN

Ferric thiocyanate red Fe (SCN)3

Absorbance 500 nm Gambar 20 : Alur kerja metode tiosianat

2.4.2

Metode DPPH (1,1- difenil-2- pikrilhidrazil) DPPH merupakan radikal bebas yang stabil pada suhu kamar dan sering digunakan untuk mengevaluasi aktivitas antioksidan beberapa senyawa atau ekstrak bahan alam. DPPH menerima elektron atau radikal hidrogen akan membentuk molekul diamagnetik yang stabil. Interaksi antioksidan dengan DPPH baik secara transfer elektron atau radikal hidrogen pada DPPH, akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas DPPH menjadi berpasangan, maka

25

warna larutan berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm akan hilang. Perubahan ini dapat diukur secara stoikiometri sesuai dengan jumlah elektron atau atom hidrogen yang ditangkap oleh molekul DPPH akibat adanya zat antioksidan (Green, 2004; Gurav, 2007). Perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan

dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol posistif sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol positif ini dapat berupa tokoferol, BHT dan Vitamin C. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH menggunakan 1,1difenil-2- pikrilhidrazil sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen dari senyawa antioksidan, misalnya troloks, yang ,mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin (Ohtani, 2000). Menurut metode Blois (1958). Kira- kira ekstrak metanol (4 ml pada 0,5mg/ml) ditambahkan sampai 1 ml DPPH (1 mM dalam larutan metanol) di dalam 5 ml botol dengan penutup. Campuran di aduk rata dan di simpan dalam temperatur ruangan selama 10 menit. Lalu diukur dengan spektorfotometer Uv Vis dengan 520 nm (Vimala, 2003).

DPPH + MeOH + simple 0,5 mg/ml antioksidan DPPH + AH + DPPH H +A Warna ungu

26

Absorban 520 nm Gambar 21 : Bagan kerja metode DPPH 2.4.3 Metode Xanthine Suatu sistem uji evaluasi aktivitas penangkal untuk sampel melawan superoksida anion radikal bebas (Vimala, 2003). Metode Chang (1996) sedikit dimodifikasi. Larutan NBT (100 ml pada 4.1 mM/l) yang telah disiapkan dengan menambahkan 3.15 g TrisHCL, 0.1 g MgCl2 , 15.0 mg 5-bromo-4-chloro-3-indolyl phosphate dan 34.0 mg-4-nitro blue tetrazolium chloride sampai 100 ml aquadest. Campuran reaksi (100 ml) disiapkan dengan melarutkan 0.53 g Na CO3 (pH 10.2), 4.0 mg EDTA dan 2.0 mg xanthine dalam 0.025 mM larutan NBT. Campuran disimpan dalam refrigerator pada suhu 4C. Campuran reaksi (999 ml) yang dipindahkan ke dalam mikrokuvet dan ditempatkan dalam 25 C sel holder spectrofotometer. Turunan superoksida diinisiasikan dengan menambahkan 1x10-3 U/ml XOD. Ukuran optical density (OD) yang digunakan pada 560 nm selama 120 detik mengunakan Lambda 2S spektrofotometer. Pencampuran reaksi (979 ml) yang dipindahkan ke mikrokuvet dan tempat pada suhu 25C pada kuvet spektrofotometer. SOD (1.16 U/ml) ditambahkan kedalam pencampuran reaksi dan siap di aduk. Kemudian XOD (1x10-3U/ml) ditambahkan untuk memulai oksiradikal. OD berasal dari 560 nm selama 120 detik pada interval setiap 10 detik.

27

Ekstrak etanol kasar tanaman dilarutkan dalam pencampuran reaksi pada konsentrasi 250 mg/ml. Sejumlah larutan (5 ml) ditambahkan dalam pencampuran reaksi 994 l dan ditempatkan dalam kuvet kemudian diset kekeadaan normal (autozero). XOD (1x10-3U/ml) ditambahkan setelah pencampuran selesai, dilakukan langkah yang sama untuk pembuatan kurva antara XOD dan SOD.

Xanthine + SOD + sampel, 250 ug/ml

SFR, O2NBT NBT

H2O2

H2O + O2

Larutan berwarna biru

Pengukuran absorbansi (560nm) Gambar 22: Alur kerja metode xanthine

2.4.4

Metode Deoksiribosa Reaksi degradasi gula deoksiribosa akan menghasilkan suatu produk karbonil dan dikarbonil diantaranya malondialdehid (MDA). Adanya MDA dapat dideteksi dengan asam tiobarbiturat (TBA) dalam suasana asam membentuk suatu kromogen yang berwarna merah muda. Jumlah kromogen MDA-TBA yang terbentuk sangat tergantung dari jumlah deoksiribosa yang didegradasi. Semakin tinggi konsentrasi

28

deoksiribosa

yang

ditambahkan

akan

menyebabkan

peningkatan

absorbansi kromogen MDA-TBA (Halliwell, 1999).

Gambar 23: Reaksi pembentukan MDA-TBA Uji nilai kemampuan antioksidan suatu sampel untuk menghalangi jalan katalitik dari biosntesis pigmen melanin, demikian yang

menghasilkan kulit puith. Tyrosine mengatur tiga tahap didalam jalan biosntesis melanin, dengan perubahan tyrosine menjadi dopa, dopa menjadi dopaquinone dan DHI menjadi ndole-5,6-quinone (Vimala, 2003). Metode Tomita et al (1990) sedikit dimodifikasi. Sebelum inkubasi campuran yang terdiri dari 1.8 ml buffer fosfat 0.1M (pH 6,5), 0.6 ml H2O2, 0.1 ml larutan sampel dan 0,1 ml larutan cair jamur tirosin (9600U/ml) sebelum diinkubasi pada suhu 25C selama 5 menit. Kemudian ditambahkan 0,4 ml L-dopa 6,3 mM dan reaksi dimonitor pada 475 nm selama 100 detik. L-Cystine (8 mg/ml) digunakan sebagai kontrol positif. Dan kontrol negatif etanol sebagai ganti sampel (Vimala, 2003 ). Tyrosine + L-dopa + Sampel, 1 mg/ml
antioxidant inhibit tyrosinase activity

purple cromogen

29

absorbance 520 nm

Gambar 24: Bagan kerja metode tyrosine 2.5 Ekstraksi Ekstraksi adalah proses penarikan komponen atau zat aktif suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Pemikiran metode ekstraksi senyawa bukan atom dipergunakan oleh beberapa faktor, yaitu sifat jaringan tanaman, sifat kandungan zat aktif serta kelarutan dalam pelarut yang digunakan. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non polar. Secara umum ekstraksi dilakukan secara berturut-turut mulai dengan pelarut non polar (n-heksan) lalu pelarut yang kepolarannya menengah (diklor metan atau etilasetat) kemudian pelarut yang bersifat polar (metanol atau etanol). Cara penyarian dapat dibedakan menjadi Infundasi, Maserasi, Perkolasi dan Penyarian berkesinambungan. Dari ke empat cara tersebut sering dilakukan modifikasi untuk memperoleh hasil yang baik (Haryono Djoko, 1986).

2.5.1

Infundasi Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90 selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan

30

kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Cara ini sangat sederhana dan sering digunakan oleh perusahaan obat tradisional. Dengan beberapa modifikasi, cara ini sering digunakan untuk membuat ekstrak.

2.5.2

Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak dan lain-lain. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lain. Bila cairan penyari digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal penyarian. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugian cara maserasi adalah pengerjaannya lama dan

penyariannya kurang sempurna.

2.5.3

Perkolasi

31

Perkolasi

adalah

cara

penyarian

yang

dilakukan

dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang akan dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: Gaya berat, kekntalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adhesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi).

2.5.4

Penyarian Berkesinambungan

a. Sokhletasi Sokhletasi merupakan metoda ekstraksi cara panas yang

menggunakan alat shoxlet, pada keadaan ini sample dan pelarut berada dalam keadaan terpisah. Pengekstrak sokhlet hanya diperlukan untuk mendapatkan senyawa yang tidak terbatas pada kelarutan pada pelarut dan pengotor yang tidak larut pada pelarut yang digunakan. Keutungan : 1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit, dan secara langsung diperoleh hasil yang lebih tepat.

32

2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga dapat menyari zat aktif lebih banyak. 3. Penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan, tanpa menambah volume cairan penyari. Kerugian : 1. Larutan dipanaskan terus menerus, sehingga zat aktif yang tidak tahan pemanasan tidak cocok. Ini dapat diperbaiki dengan menambahkan peralatan untuk mengurangi tekanan udara. 2. Cairan penyari didihkan terus menerus, sehingga cairan penyari yang baik harus murni atau cairan azeotrop. b. Destilasi Uap Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari serbuk simplisia yang mengandung komponen yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal. Pada pemanasan biasa kemungkinan akan terjadi kerusakan zat aktifnya. Untuk mencegah hal tersebut maka penyarian dilakukan dengan destilasi uap. Dengan adanya uap air yang masuk, maka tekanan kesetimbangan uap zat kandungan akan diturunkan menjadi sama dengan tekanan bagian didalam suatu system, sehingga produk akan terdestilasi dan terbawa oleh uap air yang mengalir. Destilasi uap bukan semata-mata suatu proses penguapan pada titik didihnya, tetapi suatu proses perpindahan masa ke suatu media yang bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan bahan, melunakkan jaringan dan menembus ke dalam melalui dinding sel, dan zat aktif akan pindah ke rongga uap air yang aktif dan selanjutnya akan pindah

33

ke rongga uap yang bergerak melalui antar fase. Proses ini disebut hidrodifusi. BAB III KERANGKA KONSEP

Keanekaragaman hayati

Secara empiris tumbuhan famili Sterculiaceae dapat di uji sebagai antioksidan

Determinasi tumbuhan

Ekstrak Etanol 1. Daun dan kulit batang K. hospita. 2. Kulit batang S. subpeltata. 3. Daun P. diversifolium 4. Kulit batang P. celebicum.

Ekstrak Metanol 1. Daun dan kulit batang Sterculia sp. 2. Biji S. javanica 3. Kulit batang P. javanicum. 4. Kulit batang P. diversifolium

Penapisan Fitokimia

Pengujian & Perhitungan Nilai Peroksida

Uji Aktivitas Antioksidan Metode Tiosianat

Analisa data dengan Uji Kruskal Wallis

34

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1

Waktu Dan Tempat Penelitian Waktu penelitian uji aktivitas antioksidan dari ekstrak beberapa jenis tumbuhan famili sterculiaceae dengan menggunakan metode tiosianat secara in vitro ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2009. Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Botani LIPI Cibinong, Bogor.

4.2 4.2.1

Alat Dan Bahan Alat Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah vacum rotary evaporator Heidolph WB 2000, neraca analitik And Gr-300 max 310 gr min 10 mg, waterbath, pH meter TOA Dkk HM-20 P, incubator WTB Binder BD-115, spektrofotometer UV-Vis Shimadzu UV mini 1240.

4.2.2

Bahan Uji Bahan yang digunakan adalah sepuluh ekstrak tumbuhan dari famili Sterculiaceae yang diperoleh dari Bank Ekstrak LIPI yaitu; kulit batang K. hospita (61), daun K. hospita (65) tumbuhan ini diambil dari Rimbo Panti Padang, kulit batang P. Celebicum (143), kulit batang P. diversifolium (429), daun P. diversifolium (140) tumbuhan ini diambil dari Kebun Raya Bogor, kulit batang P. javanicum (303) tumbuhan ini diambil

35

dari Kebun Raya Bogor, biji S. Javanica (236) tumbuhan ini diambil dari Gunung Lowu Solo, daun Sterculia sp (287), kulit batang Sterculia sp (288) tumbuhan ini diambil dari Camplong dan Kulit batang S. Subpeltata (99) tumbuhan ini diambil dari Rimbo Panti Padang.

4.2.3

Bahan Kimia Bahan kimia yang digunakan adalah metanol, etanol, asam linoleat, asam sulfat, pereaksi Dragendroffs, pereaksi Mayers, kloroform, buffer fosfat pH 7, larutan gelatin, aquadest, natrium klorida, ferri klorida, pereaksi Wilstatter, asam asetat glasial, dimetil sulfoksida, n-heksan, amonium tiosianat, KI, natrium bikarbonat, hidrogen peroksida, benzena, KOH, oktil alkohol, fero sulfat, HCl dan Vitamin E.

4.3 4.3.1

Prosedur Kerja Determinasi tumbuhan Sebelum dilakukan penelitian, ekstrak beberapa jenis tumbuhan famili Sterculiaceae dideterminasi terlebih dahulu untuk mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran tanaman. Determinasi tumbuhan yang akan digunakan dilakukan di Herbarium Bogoriense, Bidang Botani Puslitbang Biologi LIPI Bogor.

4.3.2

Penapisan Fitokimia Metode identifikasi dapat dilakukan berdasarkan pada metode penapisan fitokimia terhadap golongan senyawa kimia tertentu yaitu

36

alkaloid, saponin, tannin, steroid, flavonoid, glikosida dan antrakuinon dengan menggunakan pereaksi warna (kualitatif) (Guevara, 1985). a. Alkaloid Masing-masing ekstrak tanaman famili Sterculiaceae ditimbang kurang lebih 10 mg dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dilarutkan dengan ammoniacal kloroform secukupnya lalu di aduk sampai larut. Setelah itu disaring dengan menggunakan pipet yang disumbat dengan kapas, hasil filtrat ditambahkan H2SO4 1M sebanyak 0.5 ml kocok sampai homogen. Didiamkan beberapa saat sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan atas yang jernih diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukkan dan dibagi ke dalam dua tabung reaksi. Tabung reaksi

pertama ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Dragendorffs, jika terdapat endapan orange atau jingga maka positif adanya alkaloid. Tabung reaksi yang kedua ditambahkan 2-3 tetes pereaksi Mayers, jika terdapat endapan putih maka positif adanya alkaloid.

b.

Saponin Masing-masing ekstrak beberapa tanaman famili Sterculiaceae ditimbang kurang lebih 10 mg, kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan etanol 80% sebanyak 5 ml aduk sampai larut kemudian ditambahkan aquadest 5 ml. Setelah itu ditutup dengan jari dan dikocok kuat-kuat selama 30 detik dan dibiarkan selama 30 menit. Busa yang terjadi diamati dan diukur tinggi busa yang dihasilkan, jika tinggi

37

busa lebih dari 3 cm dari permukaan maka ekstrak tersebut mengandung saponin. Jika busanya tidak stabil maka ditambahkan natrium karbonat.

c.

Tanin dan Polifenol Masing-masing ekstrak beberapa tanaman famili Sterculiaceae ditimbang kurang lebih 10 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian dilarutkan dengan kurang lebih 10 ml air panas dan diaduk sampai larut. Lalu ditambahkan 5 tetes NaCl 10% kocok sampai homogen. Kemudian dibagi ke dalam 2 tabung reaksi. Tabung yang pertama sebagai kontrol positif dan tabung yang kedua ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3 lalu diamati perubahan warna yaitu warna biru atau biru hitam untuk tannin terhidrolisa dan warna biru hijau untuk tannin terkondensasi, hasil dibandingkan dengan kontrol.

d.

Flavonoid Masing-masing ekstrak beberapa tanaman famili Sterculiaceae ditimbang kurang lebih 10 mg dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian dicuci dengan heksan beberapa kali sampai warna heksan bening dan warna pigmen ekstrak hilang. Lalu dikeringkan diatas penangas air untuk menghilangkan sisa heksan. Setelah itu ditambahkan kurang lebih 5 ml etanol 80% dikocok sampai homogen dan dibagi ke dalam 2 tabung reaksi. Pereaksi Wilstatter

38

Tabung reaksi yang pertama ditambahkan kurang lebih 0.5 ml HCL pekat dan ditambahkan 3-4 tetes butir logam magnesium (Mg), diamati perubahan warna setelah 10 menit. Jika terbentuk warna, diencerkan dengan aquadest secukupnya lalu ditambahkan 1 ml oktil alkohol. Kemudian tabung reaksi ditutup dan dikocok kuat-kuat dan dibiarkan. Lalu diamati perubahan warna pada masing-masing lapisan larutan. Jika terjadi perubahan warna pada lapisan tersebut maka positif flavonoid. Pereaksi Bate Smith dan Metcalft Tabung reaksi yang kedua ditambahkan kurang lebih 0,5 HCL pekat dan diamati perubahan warna. Setelah itu dipanaskan diatas penangas air selama 15 menit dan diamati perubahan warna dalam waktu 1 jam. Jika terjadi perubahan warna merah intensif atau violet yang menunjukkan adanya leukoantosianin.

e.

Glikosida Masing-masing ekstrak beberapa tanaman famili Sterculiaceae ditimbang kurang lebih 10 mg dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian dicuci dengan heksan beberapa kali sampai warna heksan bening atau pigmen ekstrak tidak berwarna. Setelah itu dikeringkan di atas penangas air untuk menghilangkan sisa heksan. Lalu ditambahkan 3 ml pereaksi FeCl3 1% dan diaduk sampai homogen. kemudian diteteskan 1 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi dan dibiarkan beberapa saat sampai terbentuk warna merah kecoklatan yang mungkin berubah menjadi

39

biru atau lembayung. Perubahan warna tersebut menunjukkan positif adanya 2-deoksi-gula.

f.

Antrakuinon Masing-masing ekstrak beberapa tanaman famili Sterculiaceae ditimbang kurang lebih 10 mg dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Kemudian diekstraksi dengan ditambahkan kurang lebih 5 ml benzen diaduk sampai homogen. lalu dibagi ke dalam 2 tabung reaksi. Tabung reaksi pertama sebagai kontrol dan tabung reaksi kedua ditambahkan kurang lebih 5 ml ammoniak 32% lalu ditutup dan dikocok perlahan sampai homogen. perubahan warna diamati, jika terjadi warna merah atau pink pada lapidan larutan ammoniak maka positif adanya antrakuinon.

4.3.3

Pengujian dan Perhitungan Nilai Peroksida Masing-masing ekstrak sampel dan vitamin E ditimbang sebanyak kurang lebih 50 mg dan dilarutkan terlebih dahulu dalam etanol 75% sebanyak 4 ml lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 30 ml campuran kloroform, asam asetat glasial dan etanol dengan perbandingan 9:4:5 (kloroform 15 ml, asam asetat glasial 6,7 ml dan etanol 75% 8.3 ml), karena etanol 75% telah digunakan untuk melarutkan ekstrak sebanyak 4 ml maka ditambahkan sisanya sebanyak 4.3 ml lalu dikocok sampai homogen.

40

Setelah itu ditambahkan KI jenuh sebanyak 0,5 ml kocok sampai homogen. Kemudian didiamkan selama 15 menit di dalam ruang yang gelap terlindung dari cahaya matahari. Ditambahkan aquadest secukupnya dan dikocok sampai homogen. Kemudian ditambahkan amilum 1% beberapa tetes dikocok sampai homogen. Dan dititrasi dengan natrium sulfat 0.01 N (Na2S2O3) sambil dikocok sampai ada perubahan warna dari biru kehitaman sampai warna larutan kembali seperti semula sebelum ditambahkan amilum atau bening. Pengujian dilakukan secara triplo dan hasil dibandingkan dengan larutan yang belum dititrasi. Dari hasil titrasi tersebut dicatat jumlah (dalam ml) natrium tiosulfat yang terpakai, dihitung normalitasnya. Nilai peroksida dihitung dengan menggunakan rumus: POV= S x N x 1000 / gram sampel Keterangan : S = ml larutan Natrium tiosulfat N = normalitas dari Natrium tiosulfat

4.3.4

Pembuatan Kontrol Positif dan Kontrol Negatif -tokoferol digunakan sebagai kontrol positif dengan konsentrasi 1000 g/ml. 10 mg -tokoferol dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml lalu dilarutkan dalam sedikit etanol 75% dan ditambahkan sampai tanda batas kocok sampai homogen, kemudian diambil 4 ml dengan menggunakan jarum suntik volume 5 ml. Masukkan dalam botol vial volumenya 25 ml, setelah itu ditambahkan 4.1 ml asam linoleat 2.51 % dalam etanol 96%, 8

41

ml buffer fosfat 0.05 M pH 7 dan 3,9 ml aquadest. Botol vial ditutup rapat lalu dialiri dengan gas nitrogen dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 40 C, didiamkan selama 24 jam. Pembuatan kontrol negatif sama dengan kontrol positif tetapi tanpa penambahan -tokoferol (Kikuzaki, 1999).

4.3.5

Uji Antioksidan Beberapa Jenis Tumbuhan Famili Sterculiaceae Dengan Menggunakan Metode Tiosianat Secara In Vitro

a.

Penyiapan Ekstrak Uji Menyiapkan vial kosong sebagai wadah ekstrak yang akan digunakan untuk uji antioksidan, pengujian dilakukan pada masing-masing ekstrak dengan konsentrasi 10; 100; dan 1000 g/ml. Larutan induk dengan konsentrasi 1000 g/ml dibuat dengan cara masing-masing ekstrak (daun, biji dan kulit batang) ditimbang 10 mg dan dilarutkan dalam aquadest sampai 10 ml. Untuk mempermudah kelarutan ekstrak dalam air, sebelumnya ditambahkan dimetil sulfoksida (DMSO) 15 tetes. Larutan kedua dengan konsentrasi 100 g/ml dibuat dengan cara mengambil 1 ml dari larutan induk pertama (1000 g/ml) dan dilarutkan dalam aquadest sampai 10 ml. Larutan keempat dengan konsentrasi 10 g/ml dibuat dengan cara mengambil 1 ml dari larutan kedua (100 g/ml) dan dilarutkan dalam aquadest sampai 10 ml.

b.

Uji Antioksidan Motode Tiosianat

42

Konsentrasi larutan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah 10; 100; dan 1000 g/ml, diambil 4 ml larutan uji lalu dimasukkan dalam masing-masing botol vial 25 ml dan ditambahkan 4,1 ml asam linoleat 2.51% dalam etanol 96%, 8 ml buffer fosfat 0.05 M pH 7 dan 3.9 ml air suling. Botol vial ditutup rapat lalu dialiri dengan gas nitrogen dan dimasukkan dalam oven pada suhu 40oC didiamkan selama 24 jam. Masing-masing sampel yang telah didiamkan selama 24 jam tersebut diambil 0.1 ml dan dimasukkan dalam vial 10 ml kemudian ditambahkan 9.7 ml etanol 75%, 0.1 ml ammonium tiosianida 30%. Larutan dikocok sampai homogen dan didiamkan selama 3 menit. Setelah 3 menit ditambahkan 0,1 ml ferro sulfat 0.02 M dalam H2SO4 3.5% dan dikocok kembali sampai homogen. Daya serap dari warna merah yang terjadi diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 500 nm. Pengujian tersebut dilakukan selama 14 hari secara triplo (Kikuzaki, 1999: 2000).

4.3.6

Analisa Statistik Analisa data yang digunakan dalam uji aktivitas antioksidan dari ekstrak beberapa jenis tumbuhan famili Sterculiaceae dengan

menggunakan metode tiosianat secara in vitro adalah uji Kruskal Wallis.

43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 5.1.1

Hasil Penelitian Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi

menunjukkan bahwa tanaman ini adalah jenis Kleinhovia hospita Linn, Pterospermum diversifolium Blume, Pterospermum javanicum Jungh, Sterculia sp, Sterculia subpeltata Blume dari familia Sterculiaceae. Sertifikat hasil determinasi dapat dilihat pada lampiran 1.

5.1.2

Penapisan Fitokimia Hasil pemeriksaan penapisan fitokimia dengan menggunakan metode Guevara pada kulit batang dan daun Kleinhovia hospita, , kulit batang Pterospermum celebicum, kulit batang dan daun P. diversifolium, kulit batang P. javanicum, biji S. javanica, daun dan kulit batang Sterculia sp dan Kulit batang S. subpeltata dapat dilihat pada tabel 1.

44

Tabel 1. Hasil penapisan fitokimia beberapa ekstrak famili Sterculiaceae yang diteliti
Kandungan Kimia Kulit batang K. hospita Daun K. hospita Alkaloid Saponin Glikosida Tannin & Polifenol +++ + +++ ++ +++ + +++ ++ +++ Flavonoid Antrakuinon

+++ +++ -

+ ++ ++ + +++ + +++ + +++

+ +++ -

+++ +++ + + +++ + +++ + + +

+ +++ ++

Kulit batang S. subpeltata Daun P. diversifolium Kulit batang P. celebicum Biji S. javanica

Daun Sterculia sp Kulit batang Sterculia sp Kulit batang P. javanicum Kulit batang P. diversifolium

Keterangan hasil :

45

+++ ++ + -

reaksi banyak reaksi sedang reaksi sedikit tidak ada reaksi

5.1.3

Hasil Pengukuran Nilai Peroksida (POV) Hasil pengukuran nilai peroksida pada ekstrak beberapa jenis tumbuhan dari familia Sterculiaceae dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Nilai peroksida (POV) ekstrak beberapa tumbuhan famili sterculiaceae yang diteliti. Bahan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tokoferol (Vitamin E) Pterospermum diversifolium (Bark) Sterculia javanica (Semen) Pterospermum javanicum (Bark) Sterculia subpeltata (Bark) Pterospermum celebicum (Bark) Kleinhovia hospita (Bark) Pterospermum diversifolium (Leaves) Sterculia, sp (Bark) Kleinhovia hospita (Leaves) POV 89,203 59,054 70,782 81,565 84,135 86,839 88,279 110,847 125,765 144,734

46

11

Sterculia, sp (Leaves)

145,219

5.1.4

Hasil Pengukuran Aktivitas Antioksidan dengan menggunakan Spektrofotometer UV/Vis Hasil pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan Spektrofotometer UV/Vis pada ekstrak beberapa jenis tumbuhan familia Sterculiaceae dapat dilihat pada tabe-tabell dibawah ini: Tabel 3. Nilai absorban kulit batang K. hospita
Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 Absorban (A) 10g 0.287 0.3073 0.318 0.3623 0.3773 0.4123 0.424 0.4473 0.4706 0.494 0.511 0.5406 0.564 0.598 100 g 0.2943 0.3206 0.3346 0.388 0.393 0.4166 0.4423 0.467 0.4196 0.516 0.534 0.5653 0.59 0.63 1000 g 0.2813 0.3056 0.3293 0.3586 0.3786 0.401 0.4273 0.4516 0.476 0.5003 0.538 0.549 0.5733 0.5996

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 12.872 0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

6.1137 0.436693 0.098507

6.3113 0.450807 0.103953

6.1695 0.440679 0.102795

Tabel 4. Nilai absorban daun K. hospita


Hari Absorban (A)

47

K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 Jumlah Rata-rata SD 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 4.4712 0.319371 0.077036

K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 12.872 0.919429 0.506729

10g 0.344 0.3716 0.3886 0.4086 0.433 0.457 0.478 0.5003 0.5226 0.545 0.5723 0.5896 0.612 0.6376 6.8602 0.490014 0.09376

100 g 0.3413 0.3733 0.3856 0.411 0.4303 0.437 0.475 0.4973 0.5196 0.542 0.5753 0.5806 0.609 0.6313 6.8086 0.486329 0.093036

1000 g 0.2103 0.2346 0.2486 0.2723 0.2856 0.3086 0.3283 0.3546 0.3753 0.3873 0.407 0.4303 0.451 0.466 4.7598 0.63464 1.105198

Tabel 5. Nilai absorban kulit batang S. subpeltata


Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 Absorban (A) 10g 0.353 0.371 0.389 0.41 0.428 0.454 0.468 0.488 0.507 0.527 0.533 0.566 0.586 0.624 100 g 0.3363 0.3566 0.378 0.4013 0.4206 0.443 0.4633 0.4846 0.506 0.5273 0.543 0.57 0.5913 0.6213 1000 g 0.2813 0.309 0.3346 0.3723 0.385 0.4096 0.4453 0.473 0.5006 0.5283 0.5653 0.5836 0.6113 0.639

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 12.872 0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

6.704 0.478857 0.083148

6.6426 0.474471 0.089692

6.4382 0.459871 0.115796

48

Tabel 6. Nilai absorban daun Sterculia sp


Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 Absorban (A) 10g 0.325 0.3456 0.371 0.4 0.4163 0.4376 0.4616 0.4843 0.507 0.5263 0.554 0.572 0.5976 0.624 100 g 0.3346 0.365 0.37 0.4 0.423 0.45 0.465 0.4866 0.5083 0.53 0.5503 0.5786 0.595 0.6253 1000 g 0.2736 0.3003 0.3186 0.338 0.3803 0.441 0.4336 0.4603 0.487 0.5136 0.546 0.563 0.5936 0.616

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 12.872 0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

6.6223 0.473021 0.094981

6.6817 0.477264 0.091769

6.2649 0.447493 0.112366

Tabel 7. Nilai absorban kulit batang Sterculia sp


Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 Absorban (A) 10g 0.308 0.3306 0.3586 0.384 0.4083 0.437 0.46 0.499 0.5106 0.5343 0.5656 0.5866 0.612 0.6403 100 g 0.28 0.2956 0.321 0.3463 0.3683 0.389 0.4223 0.4476 0.473 0.4983 0.5303 0.549 0.5743 0.6056 1000 g 0.281 0.3046 0.3266 0.3486 0.3706 0.4006 0.4146 0.4366 0.449 0.4806 0.512 0.5246 0.5506 0.5693

Jumlah

4.4712

12.872

6.6349

6.1006

5.9693

49

Rata-rata SD

0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

0.473921 0.106982

0.435757 0.106423

0.426379 0.092934

Tabel 8. Nilai absorban biji S. javanica


Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 Absorban (A) 10g 0.3406 0.3506 0.3746 0.401 0.4203 0.4273 0.4653 0.488 0.5106 0.5333 0.561 0.5786 0.6013 0.632 100 g 0.2996 0.317 0.3406 0.3623 0.3886 0.4126 0.4353 0.4613 0.4826 0.5063 0.5313 0.5536 0.5773 0.6096 1000 g 0.2623 0.2886 0.315 0.3396 0.3706 0.394 0.4203 0.4466 0.4706 0.4993 0.5283 0.552 0.5783 0.608

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 12.872 0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

6.6845 0.477464 0.095247

6.278 0.448429 0.099498

6.0735 0.8098 0.110655

Tabel 9. Nilai absorban daun P. diversifolium


Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 Absorban (A) 10g 0.3083 0.3343 0.36 0.3856 0.4126 0.4396 0.4653 100 g 0.304 0.3313 0.354 0.378 0.3993 0.44 0.4446 1000 g 0.2833 0.323 0.349 0.3943 0.399 0.426 0.4516

50

8 9 10 11 12 13 14

0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343

0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706

0.4916 0.518 0.5443 0.5743 0.597 0.6233 0.65

0.4673 0.49 0.5126 0.522 0.558 0.5806 0.6166

0.4773 0.503 0.5286 0.558 0.58 0.6056 0.6276

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 12.872 0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

6.7042 0.478871 0.110288

6.3983 0.457021 0.095793

6.5063 0.464736 0.107921

Tabel 10. Nilai absorban kulit batang P. diversifolium


Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 Absorban (A) 10g 0.3176 0.345 0.359 0.3826 0.3943 0.4176 0.4466 0.4703 0.494 0.517 0.5433 0.571 0.595 0.6353 100 g 0.268 0.291 0.314 0.337 0.3606 0.3893 0.406 0.429 0.4436 0.4746 0.4976 0.5326 0.5426 0.5666 1000 g 0.248 0.2746 0.2873 0.317 0.3373 0.3736 0.386 0.409 0.432 0.4483 0.491 0.5013 0.5303 0.542

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 12.872 0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

6.4886 0.463471 0.099439

5.8525 0.418036 0.096606

5.5777 0.398407 0.097005

Tabel 11. Nilai absorban kulit batang P. celebicum


Hari K(+) 1 2 3 0.2103 0.2183 0.2343 K(-) 0.175 0.234 0.326 Absorban (A) 10g 0.3323 0.349 0.3706 100 g 0.273 0.303 0.316 1000 g 0.238 0.2616 0.2866

51

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343

0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706

0.3976 0.414 0.4356 0.4573 0.479 0.4936 0.5223 0.5236 0.5656 0.5873 0.6336

0.3366 0.362 0.3743 0.408 0.431 0.4426 0.477 0.5236 0.5243 0.546 0.569

0.308 0.3403 0.3633 0.3936 0.4203 0.455 0.4736 0.503 0.527 0.5536 0.5803

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 0.319371 0.077036

12.872 0.919429 0.506729

6.5614 0.468671 0.091605

5.8864 0.420457 0.096966

5.7042 0.407443 0.111835

Tabel 12. Nilai absorban kulit batang P. javanicum


Hari K(+) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0.2103 0.2183 0.2343 0.2553 0.258 0.2903 0.3083 0.3263 0.3526 0.3803 0.3803 0.3996 0.423 0.4343 K(-) 0.175 0.234 0.326 0.484 0.655 0.738 0.859 0.98 1.101 1.222 1.343 1.464 1.585 1.706 Absorban (A) 10g 0.3093 0.33 0.354 0.378 0.3983 0.4253 0.45 0.474 0.498 0.522 0.5563 0.57 0.594 0.618 100 g 0.2126 0.243 0.2726 0.2903 0.3233 0.3813 0.3946 0.437 0.4553 0.4856 0.5103 0.5446 0.5783 0.607 1000 g 0.246 0.2693 0.294 0.319 0.341 0.38 0.392 0.4163 0.4406 0.465 0.4893 0.5156 0.5453 0.5623

Jumlah Rata-rata SD

4.4712 12.872 0.319371 0.919429 0.077036 0.506729

6.4772 0.462657 0.100904

5.7358 0.4097 0.127836

5.6757 0.405407 0.10268

52

Gambar 25: Profil histogram rerata nilai absorban hari ke 14 beberapa ekstrak famili Sterculiaceae yang diteliti pada konsentrasi 1000 g/ml.
Keterangan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. KP KN KHB KHL SBB PDL PCB SJS SSL SSB PJB PDB : Kontrol positif : Kontrol Nrgatif : Kleinhovia hospita Bark : K. hospital Leaves : Sterculia subpeltata Bark : Pterospermum diversifolium Leaves : Pterospermum celebicum Bark : Sterculia javanica Semen : Sterculia sp Leaves : Sterculia sp Bark : Pterospermum javanicum Bark : Pterospermum diversifolium Bark

53

5.2

Pembahasan Salah satu metode awal untuk mengetahui adanya kemungkinan sifat antioksidan dari tumbuhan adalah dengan uji nilai peroksida (POV). Setelah diketahui adanya aktivitas antioksidan pada ekstrak tumbuhan tersebut lalu dilanjutkan dengan uji aktivitas antioksidan dengan metode tiosianat untuk mengetahui seberapa besar daya serap antioksidan tumbuhan tersebut. Vitamin E atau -tokoferol digunakan sebagai pembanding, karena mengingat vitamin E telah dimanfaatkan untuk menghambat laju oksidasi lemak pada makanan, dan merupakan antioksidan alami (Kochhar dan Russel, 1990). Menurut Donald dan Miranda (2001) nilai Peroksida (POV) digunakan untuk mengetahui sifat reduktor atau oksidator suatu ekstrak tumbuhan, apabila ekstrak bersifat reduktor maka terdapat kemungkinan ekstrak tersebut dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Nilai peroksida digunakan pula sebagai indikator penghambatan laju oksidasi dari lemak (Praptiwi, 2006). Dari hasil pengujian tersebut diperoleh nilai peroksida ekstrak kulit batang P. diversifolium (59,054), biji S. javanica (70,782), kulit batang P. javanicum (81,565), kulit batang S. subpeltata (84,135), kulit batang P. celebicum (86,839), dan kulit batang K. hospita (88,279) lebih kecil dari nilai peroksida (POV) pembanding -tokoferol (89,203). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut bersifat reduktor sehingga

penghambatan laju oksidasi lebih baik dibandingkan dengan kontrol

54

positif -tokoferol. Semakin rendah nilai peroksida yang dihasilkan maka maka kemungkinan adanya aktivitas antioksidan tinggi. Sedangkan hasil pengujian nilai peroksida (POV) dari ekstrak daun P. diversifolium (110,847), kulit batang Sterculia sp (125,765), daun K. hospita (144,734) dan daun Sterculia sp (145,219) lebih besar dari nilai peroksida (POV) pembanding -tokoferol (89,203). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak tersebut bersifat reduktor lemah sehingga penghambatan laju oksidasi kurang baik dibandingkan dengan kontrol positif -tokoferol. (Tabel 2). Semakin tinggi nilai peroksida yang dihasilkan maka kemungkinan aktivitas antioksidan rendah. Setelah itu, dilanjutkan dengan uji aktivitas antioksidan dengan metode tiosianat dengan cara melihat jumlah peroksida yang terbentuk pada emulsi selama inkubasi sampel yang diukur secara spektrofotometri, yaitu mengukur absorbansi pada panjang gelombang 500 nm. Pengukuran ini berdasarkan kemampuan terbentuknya senyawa-senyawa radikal yang bersifat reaktif. Menurut Osborn dan Casimir (2003), proses terjadinya senyawa radikal bebas ini disebabkan oleh oksidasi senyawa asam linoleat dalam buffer yang diinkubasi pada suhu 40oC selama 24 jam. Asam linoleat pada uji ini berperan sebagi substrat yang dioksidasi. Setiap periode tertentu aborbansi hasil oksidasi diukur dengan menggunakan FeSO4 dan amonium tiosianat (NH4CN). Bilangan peroksida dinyatakan sebagai senyawa yang mampu mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+, dan selanjutnya Fe3+ dengan ion CNS menghasilkan warna merah yang diukur pada panjang gelombang 500 nm.

55

Dari hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa nilai absorban terendah konsentrasi 10 g/ml pada ekstrak kulit batang S. subpeltata (0,6236), konsentrasi 100 g/ml pada ekstrak kulit batang P. diversifolium (0,566) dan konsentrasi 1000 g/ml pada ekstrak daun K. hospita (0,466). Sedangkan nilai absorban tertinggi konsentrasi 10 g/ml pada ekstrak daun P. diversifolium (0,65), konsentrasi 100 g/ml pada daun K. hospita (0,631) dan konsentrasi 1000 g/ml pada ekstrak kulit batang S. subpeltata (0,639). Pada uji statistik ANOVA dengan menggunakan program pengolahan data SPSS 17, terlebih dahulu ditentukan uji normalitas dari setiap variabel kelompok untuk mengetahui nilai absorban sampel uji terdistribusi normal atau tidak. Hasil yang dipeoleh menunjukkan nilai absorban sampel uji terdistribusi normal (p 0,05) kecuali kontrol negatif. Hal ini dikarenakan nilai absorban kontrol negatif pada hari ke 8 mencapai nilai absorban (0,980) dan mencapai nilai maksimal setelah hari ke 9 (A 1). Setelah itu dilakukan uji homogenitas dari setiap variabel kelompok untuk menguji kesamaan dari setiap variabel kelompok. Hasil yang diperoleh menunjukkan nilai absorban sampel uji tidak bervariasi homogen (p 0,05). Data yang diperoleh pada penelitian ini tidak dapat dilakukan uji ANOVA karena tidak memenuhi syarat homogenitas. Sedangkan asumsi yang digunakan pada pengujian ANOVA yaitu populasi yang akan diuji berdistribusi normal, varians dari populasi tersebut adalah sama, sample tidak berhubungan satu dengan lainnya (Santoso, 2007). Oleh karena itu, dilakukan uji Kruskal-Wallis untuk

56

menguji sampel uji yang independen yang berasal dari populasi yang berbeda. (Uyanto, 2006). Pada uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa nilai absorban sampel uji berbeda secara signifikan (p 0,05) dan untuk melihat perbedaan antara sampel uji dilakukan uji LSD (Least Significant Difference). Hal ini memperlihatkan adanya perbedaan bermakna nilai absorban antara sampel uji dengan kontrol positif (0,434) dan kontrol negatif

(1,706). Sedangkan nilai absorban antara konsentrasi 10, 100 dan 1000 g/ml sampel uji tidak ada perbedaan secara bermakna atau identik sama kecuali pada sampel K. hospita. Semakin rendah nilai absorban maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya, sebaliknya semakin tinggi nilai absorban maka semakin rendah aktivitas antioksidannya. Nilai absorban pada sampel ekstrak daun K. hospita 1000 g/ml mendekati nilai absorban kontrol positif. Hal ini dapat dilihat dari pengukuran nilai absorban pada hari ke 14 (Kontrol positif 0,434; daun K. hospita 0,466) dan dari uji statistik terlihat selisih mean antara daun K. hospita 1000 g/ml dengan kontrol positif (0,021), selisih ini dapat dikatakan tidak berbeda secara signifikan atau identik sama. Dengan kata lain bahwa ekstrak daun K. hospita 1000 g/ml memiliki aktivitas antioksidan sama dengan kontrol positif (-tokoferol). Akan tetapi pada pengujian nilai peroksida, kulit batang Pterospermum diversifolium (59,054) yang memiliki nilai peroksida terkecil dibandingkan kontrol positif (89,203). Hal ini terjadi karena perbedaan kandungan senyawa antioksidan pada masing-masing tumbuhan

57

berbeda. Kemungkinan bahan yang digunakan sangat sensitif dan ekstrak yang di gunakan juga sangat sedikit. Menurut Gan, LS (2009) terdapat cycloartane triterpenoid yang diisolasi dari daun K. hospita. Lattif A dalam buku Plant Resources of South-East (1987), menyimpulkan bahwa ekstrak daun K. hospita memiliki aktivitas antitumor penyerang sarkoma pada tikus dan juga mengandung asam lemak siklopropenilik (quersetin, kaemferol dan skopoletin) yang diisolasi dari daun. Kulit batang dan daunnya digunakan untuk mengobati batuk dan tuberkulosis. (Khare, 2007). Di laporkan kulit batang P. diversifolium dapat menurunkan jumlah parasetamia terhadap malaria anjing dan terdapat minyak atsiri, lemak dan asam lemak, sterol, triterpenoid, aglikon flavonoid, tannin, gula pereduksi, garam alkaloid, flavonoida, saponin. (Praptiwi, 2003). Penapisan fitokimia dengan menggunakan metode Guevara terhadap beberapa ekstrak dari familia Sterculiaceae menunjukkan bahwa kulit batang K. hospita mengandung saponin, glikosida, tannin dan polifenol, dan flavonoid. Praptiwi (2003) menyimpulkan bahwa hasil penapisan fitokimia pada kulit batang K. hospita mengandung minyak atsiri, sterol dan triterpenoid, tannin, gula pereduksi, garam alkaloida, glikosida steroid dan saponin. Daun K. hospita mengandung saponin, tannin, polifenol dan flavonoid. Kulit batang P. celebicum mengandung saponin, tannin, polifenol, flavonoid dan antrakuinon. Daun P. diversifolium mengandung saponin, tannin, polifenol dan flavonoid. Selain itu menurut Khare C.P (2007) terdapat betulin, lupeol,

58

bauerenol, friedelin dan betasitosterol. Kulit batang P. diversifolium mengandung saponin, tannin, polifenol, flavonoid dan antrakuinon. Kulit batan P. javanicum mengandung saponin, tannin, polifenol dan flavonoid. Menurut Lemmens (1995) pada kulit batang menghasilkan warna kuning dan mengandung tannin berkhasiat mengobati. Kulit batang S. subpeltata mengandung saponin, glikosida, tannin, polifenol, dan flavonoid. Tumbuhan ini belum banyak diteliti tetapi telah digunakan oleh masyarakat lokal di Kawasan Konservasi PT. Wira Karya Sakti Sungai TapaJambi sebagai obat luka bakar. (Rahayu, 2007). Daun Sterculia sp mengandung alkaloid, saponin dan flavonoid. Kulit batang Sterculia sp mengandung saponin, glikosida, tannin, polifenol, flavonoid dan antrakuinon. Biji S. javanica mengandung alkaloid, saponin, tannin, polifenol dan flavonoid. Menurut Heyne (1987) bijinya mengandung alkaloid sebagai aphrosidiak, mengatasi impotensi dan meningkatkan kemampuan seksual. Bidayati (1990) menyimpulkan bahwa ekstrak air biji pronojiwo memiliki efek stimulan terhadap susunan syaraf pusat (SSP) pada mencit dan tikus putih. Kandungan kimia yang terdapat dalam ekstrak beberapa tumbuhan dari famili sterculiacae yang diteliti mengandung flavonoid dan tannin polifenol, kemungkinan besar senyawa ini yang bersifat bioaktif sebagai antioksidan. Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenolik alam, disintesis oleh tumbuhan yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dan tidak

59

dapat disintesis oleh tubuh manusia. Di awal 1966, aktivitas antioksidan dari flavonoid telah mulai dipelajari terutama difokuskan pada kuersetin dan rutin, tetapi hasilnya tidaklah konsisten, walupun menggunakan cara uji yang sama (Robak, 1988; Yuting, 1990). Aktivitas antioksidan beberapa flavonoid telah diuji dengan menggunakan metode peroksida pada lipida (Ramanathan, 1994; Mora, 1990; Cholbi, 1991; Wang, 1992), di samping kuersetin dan rutin pemeriksaan juga dilakukan terhadap apigenin, eriodicyol, kaemferol dan luteolin yang menunjukkan aktivitas antioksidan (Mora, 1990; Cholbi, 1991). Senyawa-senyawa flavonoid juga dapat menghambat enzim xantin oksidase dan merusak aktivitas superoksida terutama apigenin, eriodictyol, kaemferol dan luteolin. (Masayoshi, 1985; Sichel, 1991; Hu, 1995; Cos, 1998). Flavonoid telah terbukti berperan penting dalam kesehatan tidak hanya terbatas pada aktivitas antioksidannya, tetapi juga berbagai aktivitas biologi dan farmakologinya seperti antibakteri, antiviral, dan efek antimutagenik serta menghambat beberapa enzim. (Bors, 1990; Berghe, 1993). Oleh karena itu, beberapa tumbuhan yang menghasilkan flavonoid termasuk beberapa ekstrak tumbuhan dari familia sterculiaceae yang diteliti ini dapat diumumkan sebagai antioksidan. Meskipun suatu senyawa uji menunjukkan daya antioksidan yang tinggi dengan salah satu metode, tidak selalu akan memberikan hasil yang sama baiknya dengan menggunakan metode lainnya sehingga disarankan untuk mengukur daya antioksidan dengan berbagai macam metode. (Takaya, 2003). Dan untuk memperoleh informasi lebih lanjut terhadap

60

aktivitas antioksidan perlu dilakukan pengujian lebih lanjut yang berhubungan dengan aktivitas antioksidan secara in vivo. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Nilai peroksida (POV) terkecil dari beberapa ekstrak jenis tumbuhan familia Sterculiaceae terdapat pada ekstrak kulit batang P. diversifolium (59,054) dibandingkan dengan -tokoferol (89,203) dan nilai peroksida terbesar ada pada ekstrak daun Sterculia, sp (145,219). 2. Aktivitas antioksidan tertinggi dari beberapa ekstrak tumbuhan famili Sterculiaceae yang diteliti terdapat pada ekstrak daun K. hospita

1000 g/ml (Abs = 0,466) dibandingkan kontrol positif -tokoferol nilai (Abs = 0,434). 3. Aktivitas antioksidan ekstrak daun K. hospita 1000 g/ml sama dengan aktivitas antioksidan -tokoferol, dilihat dari perbedaan mean (0,021) atau p 0,05. 4. Aktivitas antioksidan keseluruhan sampel uji berbeda secara bermakna dengan kontrol positif dan kontrol negatif , kecuali ekstrak daun K. hospita 1000 g/ml dengan kontrol positif. 5. Aktivitas antioksidan antara konsentrasi 10, 100 dan 1000 g/ml pada setiap sampel uji sama, kecuali sampel uji ekstrak daun K. hospita. 6.2. Saran

61

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang identifikasi komponen yang berkhasiat sebagai antioksidan pada sepuluh ekstrak jenis tumbuhan dari famili Sterculiaceae yang diteliti. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengujian aktivitas antioksidan secara in vitro pada sepuluh ekstrak jenis tumbuhan famili Sterculiaceae yang diteliti dengan metode yang berbeda. 3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut yang berhubungan dengan aktivitas antioksidan secara in vitro ataupun in-vivo pada sepuluh ekstrak jenis tumbuhan famili Sterculiaceae yang diteliti.

62

DAFTAR PUSTAKA

Abate C, Patel L, Raucher FJ III, et al. 1990. Redox regulation of fos and jun DNA-binding activity in vitro. Science. 249:1157-61. Araujo V, Arnal C, Boronat M, 1998. Oxidant-anti oxidant imbalance in blood of children with juvenile rheumatoid arthritis. Bio Factor. 8:155-59. Backer, D, Sc., and Van, den, brink . Jr., Ph., D., R., C., Bachuizen., 1965, Flora of Java. Vol I, N.V.P. Noordhoff, Groningen, The Netherlands. Benson EE. 1990. Free Radical Damage in Stored Plant Germplasms. Rome: International Board for Plant Genetic Resources. Bidayati N. C., Soegiarso. 1990.Uji Efek Stimulan Ekstrak Air Biji Pronojiwo (Sterculia Javanica R. Br.) terhadap Sistem Syaraf Pusat pada Mencit dan Tikus Putih. Detail Penelitian Obat Bahan Alam. Sekolah Farmasi ITB. Boer E., Lemmens R. H. M. J., Pterospermum javanicum. 1995. Timber trees: Lesser-known timbers Plant Resources of South-East Asia no 5(3). p.479482 Donald, R.B., and C. Miranda. 2001. Antioxidant Activities of Flavonoids. lpi@oregon state. Edu. Droge W. 2002. Free radicals in the physiological control of cell function. Physiol Rev. 82: 47-95. Fardiaz D.1996. Manfaat Antioksidan dan Bahan Pengawet Dalam Makanan. Bogor : Fateta Institute Pertanian Bogor. Faridah Hannun, I & Van der Maesan, L.J.G ( Editors ), 1997. Auxiliary Plants. Plant Resources of South-East Asian No 11.. Backhuys Publishers, Leiden, The Netherlands. 389 pp. Gan LS., Ren G., Mo JX., Zhang XY., Yao W., Zhou CX., 2009. Cycloartane triterpenoids from Kleinhovia hospita. J Nat Prod. Jun;72(6):1102-5. Institute of Modern Chinese Medicine (IMCM), College of Pharmaceutical Sciences, Zhejiang University, Hangzhou, People's Republic of China.

63

Gordon., M.H. 1990. The Mechanism Of Antioxidant Action In Vitro, Dalam: B.J.F. Hudson (ed)., Food Oxidant., Elsevier Applied Science. Green, R.J., 2004. Antioxidant Activity of Peanut Plant Tissues, Thesis, Department of Food Science, North Caroline State University, Raleigh. Guevara BQ and Recio BV. 1985. Phytochemical, Microbiological and Pharmacological Screening of the Medicinal Plants. Research Center University of Santo Thomas, Philippines. Gurav, S., N. Deshkar, V. Gulkari, N. Duragkar, Dan A. Patil, 2007. Free Radical Scavengeng Activity of Polygala chinensis Linn, Pharmacologyonline, 2 : 245-253. Hanani Endang., Munim Abdul., Sekarini Ryany., 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan Dalam Spons Callyspongia Sp Dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. II, No.3, 127 133. Departemen Farmasi, FMIPA-UI, Kampus UI Depok. Hargono, Djoko, 1986. Sediaan Galenika. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta . Hernani, Rahardjo, Mono. 2006. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Penebar Swadaya. Jakarta. Heyne, K., 1987. Tumbuhan berguna Indonesia, Jilid III. Badan Litbang Kehutanan Departemen Kehutanan. Jakarta. 1345-1358. Halliwell, B and Gutteridge, J.M.C., 2000, Free Radical in Biology and Medicine, Oxford University Press, New York. Haliwell, B., Borish, E. T., Prayor, W. A., 1987. Oxygen of Human Diseaese, Annals of Internal Medicine, 107, 526-545. Khare C.P. 2007. Indian Medical Plants. Spinger Science Business Media, LLC. New York- USA. Kikuzaki H., Hara, S., Yayoi. K., and Nakatani N. 1999. Antioxidative, phenylpropanoids from berries of Pimenta dioica. Journal of Phytochemistry. 52: 1307-1312. Kochhar, S.P. and J.B. Russel. 1990. Detection, Estimation and Evaluation of Antioxidants in Food System. In: Hudson B.J.F (ed.) Food Antioxidant. London: Elsevier Applied Science. Latiff, A., 1997. Kleinhovia hospita L. in Faridah Hanum, I. & van der Maesen, L.J.G. (Eds.): Plant Resources of South-East Asia No. 11. Auxiliary Plants. Prosea Foundation, hal 166-167. Bogor, Indonesia.

64

Lemmens, R. H.M.J.,Soerianegara, I & Wong, W.C ( Editors ), 1995. Sterculia L. Timbers trees Minor Commercial Timbers Plant Resources of South-East Asia No 5 (2). Backhuys Publisher, Leiden. 665. Pp. Hal : 423-435. Munim, A, Negishi, O and Ozawa, T. 2003. Antioxidative compounds from Crotalaria sessiliflora. Biosci.Biotechnol.Biochem. 67, (2), 410-414. Ohtani II et al. 2002. New antioxidant from the African medicinal herb Thonginia sanguinea. J Nat Prod 63: 676-679. Proctor PH, Reynolds ES. 1984. Free Radicals and Disease in Man. Physiol Chem Phys Med. 16;:175-95. Pranoto, G. 1999. Potensi dan Strategi Industrilisasi Obat Tradisional Indonesia, dalam Seminar Nasional Pendayagunaan Potensi Obat Tradisional Indonesia sebagai Unsur dalam Sistem Kesehatan. BPPT. Praptiwi, Harapani Mindarti dan Astuti Ida. 2006. Peroxide values of Aglaia argentea Blume, A. silvestria (M. Roemer) Merr., and A. tomentosa Teijsm. & Binn. Biodiversitas volume 7 nomor 3 halaman 242-244. Bogor. Praptiwi, Harapini Mindarti, Chairul. 2003. Penapisan Fitokimia dan Uji Antimalaria Empat Jenis Tumbuhan Anggota Sterculiceae. Laporan Teknik Proyek Pengkajian dan Pemanfaatan Sumberdaya Hayati. Lab Treub, Bidang Botani, PUSLIT Biologi, LIPI. Rahayu Mulyati., Susiarti Siti., Purwanto Y. 2007. Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Hutan Non Kayu oleh Masyarakat Lokal di Kawasan Konservasi PT. Wira Karya Sakti Sungai Tapa Jambi. B I O D I V E R S I T A S ISSN: 1412-033X Volume 8, Nomor 1 Januari Halaman: 73-7. Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Bogor. Rohman Abdul., Riyanto Sugeng., 2005. Daya antioksidan ekstrak etanol Daun Kemuning (Murraya paniculata (L) Jack) secara in vitro. Majalah Farmasi Indonesia, 16 (3), 136 140. Laboratorium Kimia Analisis Bagian Kimia Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Santoso Singgih. 2007. Menguasai Statistik di Era Informasi Dengan SPSS 15. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Schulz H. 1985. Oxydation of Fatty Acid. Di dalam: Biochemistry of Lipid and Membranes. Vance DE, Vance JE, editor. California: The BenjaminCummings Publishing Company, Inc.

65

Sosef, M.S.M., Hong, L.T. & Prawirohatmodjo, S. ( Editors ), 1998. Plant Resources of South- East Asia No 5 ( 3 ). Timber trees: Lesser-Known timbers. Backhuys Publishers, Leiden. 859.pp. Sunarni Titik., Pramono Suwidjiyo., Ratna Asmah. 2007. Antioxidantfree radical scavenging of flavonoid from The Leaves of Stelechocarpus burahol (Bl.) Hook f. & Th. Majalah Farmasi Indonesia, 18(3), 111 116. Fakultas Farmasi Universitas Setia Budi, Surakarta, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Takaya, Y., Kondo, Y., Furukawa, T and Niwa, M., 2003, Antioxidant Constituents of Radish Sprout (Kaiware-daikon), Raphanus sativus L., J. Agric. Food Chem, 51, 8061-8066. Vimala, S., Adenan, M.I., Ahmad, A.R. and Shahdan Rohana. 2003. Nature`s Choice To Wellness: Antioxidant Vegetables/Ulam. Forest Research Institut. Malaysia, Kuala Lumpur. Van Valkenburg, JLCH and Bunya Praphatsara, N (editors), 2001. Medical and Poisonous Plants 2. Plants Resources of South-East Asia No 12 (2). Backuys Publisher, Leiden 782 pp, 422-435. Watson, L., and Dallwitz, M.J. 1992 onwards. The families of flowering plants: descriptions, illustrations, identification, and information retrieval. Version: 25th November 2008. Williams, S., 1984, Official Method of Analysis, 14th edition, Association of Official Analytical Chemists (AOAC). Airlington, Virgini, 507. Winarno FG. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia. Wong D. 1989. Mechanism and Theory in Food Chemistry. New York. Van Nostrand Reinhold.

66

67

Anda mungkin juga menyukai