0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
469 tayangan68 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit paru akibat paparan debu di tempat kerja. Penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor debu seperti ukuran partikel dan lama paparan, serta faktor individu seperti mekanisme pertahanan paru. Diagnosa penyakit paru kerja memerlukan riwayat pekerjaan dan lingkungan yang teliti beserta hasil pemeriksaan fisik dan penunjang seperti spirometri dan foto tor
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit paru akibat paparan debu di tempat kerja. Penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor debu seperti ukuran partikel dan lama paparan, serta faktor individu seperti mekanisme pertahanan paru. Diagnosa penyakit paru kerja memerlukan riwayat pekerjaan dan lingkungan yang teliti beserta hasil pemeriksaan fisik dan penunjang seperti spirometri dan foto tor
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas tentang penyakit paru akibat paparan debu di tempat kerja. Penyakit-penyakit tersebut dipengaruhi oleh faktor debu seperti ukuran partikel dan lama paparan, serta faktor individu seperti mekanisme pertahanan paru. Diagnosa penyakit paru kerja memerlukan riwayat pekerjaan dan lingkungan yang teliti beserta hasil pemeriksaan fisik dan penunjang seperti spirometri dan foto tor
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Jakarta Faisal Yunus PENDAHULUAN + SKRT 1992 + Penyakit paru dan saluran napas merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian + Kemajuan industrialisasi ~ Dampak positif ~ Dampak negatif
PENDAHULUAN + Industrialisasi + Dampak pada pekerja penyakit paru akibat kerja PENYAKIT PARU KERJA E Di negara maju Penyebab utama ~ Kecacatan ~ Kehilangan hari kerja ~ Kematian
E Di Indonesia ~ Belum banyak dilaporkan ~ Penyakit paru infeksi masih banyak E Kemajuan industri ~ Kasus penyakit paru kerja akan banyak ~ Perlu perhatian dan pengetahuan PENYAKIT PARU KERJA PENYAKIT KARENA DEBU 4 Tergantung pada ~ Jenis debu ~ Lama paparan ~ Sifat debu ~ Kepekaan tubuh
4 Penyakit paru ~ Pneumokoniosis ~ Asma kerja ~ Bronkitis industri ~ Kanker paru SIFAT DEBU Penyakit saluran napas akibat inhalasi debu, dipengaruhi oleh : ~ Faktor debu : sifat kimiawi, bentuk, ukuran partikel, daya larut, konsentrasi dan lama paparan ~ Faktor individu : mekanisme pertahanan paru
UKURAN DEBU E 0,1 - 10 mikron mudah dihirup E 5 - 10 mikron tertahan di saluran napas atas E 3 - 5 mikron tertahan di saluran napas tengah
E 1 - 3 mikron paling berbahaya, karena tertahan dan tertimbun di saluran napas kecil E< 1 mikron tidak mudah mengendap E 0,1 - 0,5 mikron dengan gerak Brown
MEKANISME PERTAHANAN PARU + Anatomi saluran napas + Refleks batuk + Refleks bersin + Sistem mukosilier + Sistem fagositosis/makrofag alveolar DIAGNOSIS E Agak sulit ditegakkan, karena ~ Gejala dan tanda mirip dengan penyakit paru yang tidak berhubungan dengan pekerjaan ~ Perlu waktu lama antara adanya paparan dan timbulnya penyakit E Diperlukan ~ Anamnesis yang teliti ~ Pemeriksaan fisik ~ Pemeriksaan penunjang - pemeriksaan faal paru - foto toraks ~ Faktor riwayat pekerjaan & lingkungan ~ Waktu yang lama antara paparan dan penyakit
Anamnesis teliti : ~ Riwayat pekerjaan ~ Zat pajanan Riwayat pekerjaan dan lingkungan Waktu antara pajanan dan penyakit DIAGNOSIS Anamnesis yang teliti E Riwayat pekerjaan E Tempat kerja E Penyakit sekarang E Penyakit dahulu E Riwayat lingkungan DIAGNOSIS Faktor kunci riwayat pekerjaan dan lingkungan Penyakit sekarang Tempat kerja Riwayat penyakit dahulu Riwayat lingkungan Tinjauan semua sistem organ Perhatian khusus PEMBAGIAN PENYAKIT PARU KERJA Penyakit paru interstitial Asbestosis, pneumokoniosis batubara, silikosis, berilliosis dan pneumoniotis hipersensitif Edema paru Inhalasi asap gas toksik akut (NO2, klorin) Penyakit pleura Penebalan dan efusi pleura yang berhubungan dengan asbes, emsotelioma Bronkitis Debu tepung, debu berat (pekerja tambang batubara) Asma Toluen diisosianat, garam platina, tepung formalin, debu kapas, western red cadar Karsinoma bronkus Uranium, asbes, krom, nikel, khlor, metil eter Penyakit infeksi anthrax (penyortir kayu, kulit import) Coccidiodomycosis (pekerja bangunan, arkeologis) Penyakit mikobakteri (silikosis)
Psitakosis (pemilik toko binatang) Echinococcus (penggembala biri-biri dan anjing) Q Fever (penyamak biri-biri dan anjing)
FAKTOR RIWAYAT PEKERJAAN DAN LINGKUNGAN + Penyakit sekarang : ~ Gejala yang berhubungan dengan pekerjaan ~ Pekerja dengan gejala sama ~ Paparan berbahaya ~ Riwayat kecelakaan kerja + Riwayat pekerjaan : semua pekerjaan terdahulu
+Tempat kerja : ~ Ventilasi, higiene industri ~ Pemeriksaan pekerja- proteksi +Riwayat penyakit dahulu ~ Paparan ~ Radiasi +Riwayat lingkungan ~ Rumah ~ Polusi udara ~ Pekerjaan lain ~ Pemakaian pestisida ~ Limbah berbahaya ~ Hobi
+ Tinjauan semua sistem + Perhatian khusus : ~ Perubahan waktu kerja ~ Kebosanan PEMERIKSAAN PENUNJANG E Pemeriksaan radiologis E Pemeriksaan faal paru PEMERIKSAAN FAAL PARU Dianjurkan dilakukan secara rutin dan berkala Pemeriksaan sebelum bekerja berkala setelah bekerja
Dapat mengidentifikasi penyakit dan perkembangannya pada orang yang tidak mempunyai gejala PEMERIKSAAN FAAL PARU + Penunjang diagnosis + Melihat laju perjalanan penyakit + Evaluasi pengobatan + Menentukan prognosis Kelainan ventilasi Restriksi KV < 80% nilai prediksi Obstruksi VEP 1 / KVP < 75% PEMERIKSAAN FAAL PARU PEMERIKSAAN RADIOLOGIS E Foto standard (ILO) ~ Perselubungan halus : * lingkar p, q, r * ireguler s, t, u ~ Kategori 0 / - sampai 3 / + ~ Perselubungan kasar kategori A, B, C PEMERIKSAAN RADIOLOGIS Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapat kualiti teknik yang baik E Densiti cahaya E Kontras bayangan E Potensial tabung rontgen & pemakaian grid E Waktu pengambilan foto E Kombinasi layar dan film E Proses pencucian film E Kebersihan film, posisi subyek KUALITI TEKNIK FOTO Dinyatakan dalam 4 kategori E Baik E Dapat diterima tidak ada kelainanan teknik yang dapat mengganggu klasifikasi radiologi untuk pneumokoniosis E Buruk terdapat kelainan teknik yang dapat mengganggu klasifikasi radiologi untuk pneumokoniosis E Tidak dapat diterima DIAGNOSIS Agak sulit ditegakkan karena
Mirip dengan penyakit lain
* perlu waktu lama antara pajanan dan timbulnya penyakit PERSELUBUNGAN YANG DITEMUKAN DIBAGI ATAS 2 KATEGORI A. Perselubungan halus (small opacities) E Digolongkan menurut bentuk, ukuran banyak dan luasnya E Menurut bentuk dibedakan - Perselubungan halus bentuk lingkar - Perselubungan halus bentuk ireguler E Perselubungan lingkar dibagi berdasarkan diameternya p = diameter sampai 1,5 mm q = diameter 1,5 3 mm r = diameter 3 - 10 mm E Bentuk ireguler dibagi berdasarkan lebarnya s = lebar sampai 1,5 mm t = lebar antara 1,5 3 mm u = lebar antara 3 - 10 mm B. Perselubungan kasar (large opacities) Dibagi dalam 3 kategori Kategori A : satu perselubungan dengan diamater antara 1-5 cm, atau beberapa perselubungan dengan diamater masing-masing lebih dari 1 cm, tetapi bila diameternya semuanya dijumlahkan tidak melebihi 5 cm Kategori B : satu atau beberapa perselubungan yang lebih besar atau lebih banyak dari A dengan luas perselubungan tidak melebihi luas lapangan paru kanan atas
Kategori C : satu atau beberapa perselubungan yang jumlah luasnya melebihi luas lapangan paru kanan atas atau sepertiga lapangan paru kanan Kerapatan (profusion) Kelaianan didasarkan pada konsentrasi atau jumlah perselubungan halus persatuan area Dibagi 4 kategori Kategori 0 : tidak ada perselubungan atau kerapatan kurang dari 1 Kategori 1 : ada perselubungan tetapi sedikit Kategori 2 : perselubungan banyak, tetapi corakan paru masih tampak
Foto toraks pada pneumokoniosis Mempunyai 12 kategori, yaitu : 0/- 0/0 0/1 1/0 1/1 1/2 2/1 2/2 2/3 3/2 3/3 3/+ PEMERIKSAAN FAAL PARU + Spirometri ~ Kapasiti vital (KV) ~ Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP - 1)
+ Cukup sensitif + Sederhana + Reproduksibel KV - restriksi VEP 1 - obstruksi BRONKITIS INDUSTRI E 1985 : daerah sekitar pabrik semen Cibinong ~ 25 Km : laki-laki 14,66%, perempuan 23,46% ~ 5 Km : laki-laki 33,33%, perempuan 22,35% E 1987 pabrik semen Cibinong : tidak ada E 1991 : pabrik semen 0,5% Partikel debu 5 - 10 mikron E Penumpukan di proksimal E Paralisis silia E Hipertrofi, hiperplasi kelenjar batuk produktif BRONKITIS INDUSTRI Debu ukuran 3 - 10 mikron + Paralisis silia + Hipersekresi kelenjar + Hipertrofi kelenjar
Debu batubara, arang batu, keramik, kayu tepung BRONKITIS INDUSTRI Ditentukan oleh : 4 Zat pajanan 4 Status imunologis 4 Hipereaktiviti bronkus 4 Faktor rokok sangat penting BRONKITIS INDUSTRI E Pajanan debu yang lama E Pekerja tambang batubara dan tepung E Awal --- pajanan stop --- gejala hilang E Tepung : antigen padi-padian, kembang padi, tungau, endotoksin bakteri
BRONKITIS INDUSTRI Foto toraks E Normal E Corakan bertambah
Faal paru E Awal - normal E Obstruksi ireversibel BRONKITIS INDUSTRI ASMA KERJA E Manifestasi bervariasi ringan / berat E Penyakit timbul beberapa bulan/tahun E Gejala segera / lambat E Faal paru : obstruksi reversibel E Foto toraks normal E Uji provokasi bronkus Untuk konfirmasi 4 Obstruksi saluran napas reversibel 4 Rangsangan zat-zat di tempat kerja 4 Atopi timbul setelah 4 - 5 tahun kerja 4 Faal paru : obstruksi reversibel 4 Bila dicurigai -- Uji provokasi bronkus ASMA KERJA Indikasi provokasi : E Curiga asma, alergen tidak diketahui E Terpajan lebih dari 1 zat E Konfirmasi diagnosis ASMA KERJA Zat Pencetus Pekerjaan
~ Tumbuh-tumbuhan: tepung, gandum perkebunan, penggilingan debu kayu penggergajian buah jarak minyak, pupuk kopi produksi kopi ~ Binatang binatang pengerat laboratorium ulat sutra pembiakan ulat sutra ASMA KERJA Zat Pencetus Pekerjaan
kerang pengelola kerang kumbang api penggilingan ~ Enzim Tripsin plastik Bacillus subtilis produksi deterjen ~ Zat kimia Isosianat busa, cat, pernis Etanolamin tukang cat, tukang patri ~ Obat : produsen obat salbutamol, penisilin Usaha pencegahan + Seleksi awal pekerja + Identifikasi bahan berbahaya + Turunkan konsentrasi zat + Pemeriksaan berkala pekerja ASMA KERJA Kanker paru q - mineral - zat-zat kimia + Waktu paparan gejala 15-25 th KANKER PARU AKIBAT KERJA Zat Jenis kerja
Asbes Tambang Radioaktif Tambang uranium, logam Gas mustard Pabrik Arsen Penyulingan logam Nikel Penyulingan Haloeter Industri kimia INHALASI GAS DAN UAP DI TEMPAT KERJA Efek iritasi ditentukan oleh : E Konsentrasi zat dalam udara E Struktur kimia zat E Lama kontak E Daya larut zat dalam air
GAS YANG MEMPUNYAI EFEK IRITASI ~ SO 2 , H 2 SO 4 ~ Amonia ~ NOx ~ Asam asetat ~ Ozon ~ Aktolen ~ Brom dan Jodium ~ Formaldehid ~ Klor dan turunannya: HCL ~ Fluor dan turunannya SULFUR DIOKSIDA (SO 2 ) 4 Pajanan 0.4 ppm selama 1 jam dapat mencetuskan bronkospasme 4 Pajanan 0.4 ppm selama 20 menit menimbulkan reaksi inflamasi (pemeriksaan BAL) OZON Sumber + Reaksi fotokimia antara bahan organik dengan Nitrogen Oksida + Asap kendaraan bermotor + Proses dry cleaning + Industri kimia
Pajanan ozon respons fisiologik akut Penurunan kapasiti paru Peningkatan resistensi jalan napas Peningkatan permeabiliti kapiler Peningkatan sensitiviti terhadap bronkokonstriktor OZON + Pajanan 0.12 ppm selama 1-2 jam penurunan VEP 1 > 10% pada 10 - 25% orang sehat + Pajanan konsentrasi tinggi serangan asma
OZON + Pajanan < 0.12 ppm selama 6,6 jam meningkatkan respons jalan napas terhadap metakolin + BAL setelah pajanan ozon 0.4 ppm selama 2 jam peningkatan jumlah leukosit OZON NITROGEN DIOKSIDA Sumber : E Pembakaran minyak E Pemakaian kompor gas E Pemanas air E Pemanas ruangan
Dampak kelainan bersifat kronik
C Pajanan 0.5 ppm selama 1 jam dapat meningkatkan respons saluran napas terhadap metakolin C Pajanan konsentrasi tinggi > 150 ppm menimbulkan kematian C Pajanan NO 2 meningkatkan risiko infeksi saluran napas NITROGEN DIOKSIDA NITROGEN OKSIDA (NO X ) Sumber : E Asap industri E Asap kendaraan bermotor E Pada daerah perkotaan lebih banyak meningkatkan risiko infeksi saluran napas SULFUR DIOKSIDA (SO 2 ) Sumber : 4 Pembakaran batubara dan minyak bumi 4 Di udara membentuk H 2 SO 4 dll
Inhalasi SO 2 , 90% akan diabsorpsi di nasofaring PENCEGAHAN E Penatalaksanaan terpenting E Pencegahan primer : melakukan usaha atau tindakan agar pekerja tidak terpajan zat-zat berbahaya - Peraturan tenaga kerja
PENCEGAHAN - Modifikasi alat-alat industri - Seleksi calon pegawai : - Pemeriksaan pekerja sebelum mulai bekerja
E Pencegahan sekunder : usaha menghindari pekerja yang terpajan zat tidak menjadi sakit - Identifikasi zat - Menurunkan kadar debu : ventilasi yang baik, uap air
PENCEGAHAN - Substitusi zat yang berbahaya - Alat pelindung diri (APD) : ~ filtrasi ~ adsorbsi pekerjaan singkat dan risiko pajanan tinggi ~ kenyamanan pemakaian ~ cara pemakaian dan pemeliharaan - Pemeriksaan faal paru dan radiologis berkala
EPencegahan tersier: mencegah terjadi komplikasi pada pekerja yang sudah terkena penyakit paru akibat kerja - Mengistirahatkan pekerja - Memindahkan dari tempat yang terpajan - Pemeriksaan berkala untuk evaluasi penyakit FY