Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HIPERBILIRUBIN

Kelompok 11 :
SITI ANNISA Z.N. SALAS AULADI SRI HANDINI PERTIWI SILVIA JUNIANTY SRI RI MELFA DAMANIK SELLA GITA A SUSI HANIFAH SARAH RIDASHA F TIARA RACHMAWATI TIARA TRI P TRIANDINI TAMMY TIARA IARA ARUM KESUMA (220110080145) (220110080138) (220110080105) (220110080097) (220110080079 (220110080079) (220110080052 (220110080052) (220110080035 (220110080035) (220110080013 (220110080013) (220110080118) (220110080108) (220110080095 095) (220110080053 053) (220110080050 050)

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN JATINANGOR 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik Makalah ini berjudul Makalah Kasus 2 Penyakit Hiperbilirubin makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dan diajukan untuk memenuhi standar proses pembelajaran pada mata kuliah Sistem Hematologi dan Imunitas Dalam penyusunan makalah ini , penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada : 1. Ibu Wiwi Mardiah, S.Kp .M.Kes. selaku koordinator sistem hematologi dan imunitas serta dosen yang memberikan bimbingan kepada penulis. 2. Orang tua kami tercinta yang selalu membeikan doa restu dan dukungan dalam proses pembelajaran kami di Fakultas Ilmu Keperawatan. 3. Teman-teman penulis kelompok 11 yang meluangkan waktunya untuk menyususn makalah ini 4. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya, Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang lebih baik. Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kemudian. Akhir kata, penulis berharap makalah semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran di Fakultas Ilmu Keperawatan. perbaikan di hari

Jatinangor, September 2009

penulis

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang Ikterus terjadi apabila terdapat akumulasi bilirubin dalam darah. Pada sebagian neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19% menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi mungkin bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian, karenanya setiap bayi dengan ikterus harus mendapat perhatian terutama apabila ikterus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau kadar bilirubin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. Proses hemolisis darah, infeksi berat, ikterus yang berlangsung lebih dari 1 minggu serta bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan yang menunjukkan kemungkinan adanya ikterus patologik. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus harus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.

1.2. Tujuan a. Mahasiswa mengetahui konsep umum penyakit hiperbilirubin. b. Mahasiswa mengetahui gejala-gejala dari penyakit hiperbilirubin. c. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan terhadap penderita. d. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan dengan tepat.

1.3. Identifikasi kasus Bayi Ny. Nina usia 4 hari dengan berat badan lahr 1800 gr yang dilahirkan dengan usia kehamilan 35 minggu saat ini pada kulit wajah dan dada tampak kuning, sklera kuning, dengan bilirubin total 11 mg/dL. Bilirubin direct 0,8 mg/dL, Hb 16,8 mg%, hematokrit 47%, leukosit 15.000 mg/dL, trombosit 250.000 mm3. Menurut ibu bayi Nina anak ke-2, sewaktu hamil ibu mengalami hipertensi dengan rata-rata tekanan darah140/90 mmHg.

1.4. Learning object a. Nilai normal dari hasil pemeriksaan yang didapatkan b. Hubungan hipertensi dengan kehamilan c. Kenapa terjadi ikterus pada kasus yang hanya timbul pada wajah dan dada d. Hubungan usia kehamilan dengan penyakit hiperbilirubin e. Pengaruh ASI terhadap penyakit hiperbilirubin dan kandungan ASI f. Universal precaution yang digunakan g. Apakah imunisasi boleh diberikan kepada penderita hiperbilirubin h. Pengaruh genetik terhadap penyakit hiperbilirubin i. Mind map Asuhan keperawatan Konsep etik&legal Konsep penyakit hiperbilirubin Pemeriksaan diagnostik Penanganan medis Produksi, transportasi, metabolisme dan ekskresi Manifestasi klinik Etiologi&faktor resiko patofisiologi

klasifikasi

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Brain storming a. Nilai normal dari hasil pemeriksaan yang didapatkan Bilirubin direk Bilirubin indirek Hb neonatus Hematokrit Leukosit Trombosit Tekanan darah BB lahir bayi Usia kehamilan : 0,1 0,4 mg/dL : 0,3 1,1 mg/dL : 14 27 gr/dL : 40 68 % : 9000 30.000 /mm3 : 140.000 450.000 /mm3 : 100-120/ 60-80 mmHg : 2,5 4 kg : 37 42 minggu

b. Hubungan hipertensi dengan kehamilan Jika seorang ibu hamil mengalami hipertensi akan menyebabkan gangguan terhadap janinnya. Ketika mengalami hipertensi, pembuluh darah ibu akan menyempit yang menyebabkan aliran darah menuju janin menjadi berkurang, sehingga asupan nutrisi menuju janin ikut terganggu. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya oksigenasi pada janin yang kemudian mengganggu pertumbuhan janin, dan dapat juga merusak vaskularisasi.

c. Ikterus yang terjadi pada kasus dikarenakan banyaknya kadar bilirubin dalam darah yang kemudian keluar ke interstisial. Ikterus biasanya mulai terlihat pada daerah muka (kadar serum bilirubin = 5 mg/dL), selanjutnya ke perut bagian tengah (15 mg/dL) dan kaki (20 mg/dL). Pada kasus ini ikterus hanya terjadi pada dada dan wajah karena bilirubin total bayi tersebut 11 mg/dL. Pada kasus kadar bilirubin total 11 mg/dL sehingga ikterus hanya timbul pada kulit wajah dan dada.

d. Hubungan usia kehamilan dengan penyakit hiperbilirubin Pada bayi yang lahir prematur organ tubuhnya belum matur sehingga belum bisa melakukan metabolisme dengan baik. Bayi dikatakan lahir

prematur jika berat badan lahirnya kurang dari 2 kg dan dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

e. Pengaruh ASI terhadap penyakit hiperbilirubin dan kandungan ASI Pemberian ASI dapat menurunkan kadar bilirubin secara bertahap. Namun, pada beberapa kasus Kandungan ASI pada sejumlah ibu tertentu mengandung asam lemak tak jenuh atau bahan lain yang menghambat enzim perubah bilirubin. Biasanya kuning akibat ASI muncul antara hari ke 4 - 7, mencapai puncaknya pada minggu ke 2 - 3. ASI dihentikan sementara, maka kadar bilirubin akan menurun dengan cepat, lalu lanjutkan kembali menyusui. Jika ASI tidak dihentikan maka penurunan bilirubin bisa juga terjadi tetapi secara bertahap (gradually).

f. Universal precaution yang digunakan Cuci tangan aseptik. Penggunaan APP (alat perlindungan pribadi) seperti masker, sarung tangan. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai (dekontemenasi, sterilisasi, disinfeksi) Pengelolaan benda tajam (sharp precaution). System pengelolaan limbah dan sanitasi. Dilarang bekerja bila menderita luka terbuka pada kulit, tangan dan lengan bawah serta luka harus di obati sampai sembuh.

g. Apakah imunisasi boleh diberikan kepada penderita hiperbilirubin Pemberian imunisasi tidak memberikan dampak khusus terhadap penderita hiperbilirubin. Oleh karena pentingnya pemberian imunisasi, maka penderita hiperbilirubin juga harus diberikan imunisasi.

h. Pengaruh genetik terhadap penyakit hiperbilirubin Faktor dapat juga mempangaruhi seseorang menderita hiperbilirubin atau tidak. Misalnya, kurangnya sebuah struktur gen seseorang yang menyebabkan hemopoesis tidak efektif sehingga eritositnya lisis sebelum

waktunya. Hal itu dapat meningkatkan kadar bilirubin sebagai hasil dari hemolisis.

2.2.Konsep penyakit A. Definisi Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak. (Ni Luh Gede, 1995) Hiperbilirubin merupakan gejala fisiologis (terdapat pada 25 50% neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonatus kurang bulan) (IKA II, 2002). Hiperbilirubin adalah meningginya kadar bilirubin pada jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning. (Ngastiyah, 1997) Hiperbilirubin adalah meningkatnya kadar bilirubin dalam darah yang kadar nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal : bilirubin indirek 0,3 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.

Menurut Klous dan Fanaraft (1998) bilirubin dibedakan menjad dua jenis yaitu: 1. Bilirubin tidak terkonjugasi atau bilirubin indirek atau bilirubin bebas yaitu bilirubin tidak larut dalam air, berikatan dengan albumin untuk transport dan komponen bebas larut dalam lemak serta bersifat toksik untuk otak karena bisa melewati sawar darah otak. 2. Bilirubin terkonjugasi atau bilirubin direk atau bilirubin terikat yaitu bilirubin larut dalam air dan tidak toksik untuk otak. B. Macam Macam Ikterus: 1. Ikterus Fisiologis a. Timbul pada hari ke dua dan ketiga. b. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus lebih bulan. c. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% perhari. d. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama. e. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.

2. Ikterus Patologik a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama. b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan. c. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari. d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama. e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%. f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Ni Luh Gede Y, 1995) C. Etiolgi dan faktor resiko Etiologi hiperbilirubin antara lain : a. Hemolisis akibat inkompatibilitas gol. Darah ABO atau defisiensi ganggua pembuluh darah b. Perdarahan tertutup misalnya trauma kelahiran c. Inkompatibilitas Rh d. Hipksia; O2 ke jaringan metabolism anaerob asam lemak bilirubin indirect e. Dehidrasi f. Asidosis g. Polisitemia h. Prematur i. ASI j. Kelebihan produksi bilirubin k. Gangguan kapasitas sekresi konjugasi bilirubin dalam hati l. Beberapa penyakit m. Genetic n. Kurangnya enzim glukoroni transferase sehingga kadar bilirubin meningkat o. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan p. Hipoglikemia Faktor resiko terjadinya hiperbilirubin antara lain: Faktor Maternal Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.

ASI Faktor Perinatal Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis) Infeksi (bakteri, virus, protozoa) Faktor Neonatus Prematuritas Faktor genetic Polisitemia Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol) Rendahnya asupan ASI Hipoglikemia Hipoalbuminemia

2.3. Patofisiologi prematuritas, eritropoesis tidak efektif, riwayat kehamilan (hipertensi)


Hemolisis Anemia Ikatan HbO Perfusi O2 dan nutrisi Ke jaringan Hb globin Heme Fe Biliverdin

Bilirubin indirect hati Bilirubin direct

Metabolism sel Pembentukan ATP


*

empedu

ginjal diekskresi dalam bentuk pewarna urine

kelemahan

duodenum

Resiko intoleran aktivitas

Diekskresikan dalam betuk pewarna feses Sirkulasi darah

asupan nutrisi bilirubin pada plasma Resiko gangguan intake nutrisi Resiko gangguan tumbuh kembang Terakumulasi di jaringan Gangguan integritas kulit

2.4. Penanganan medis Metode terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan therapi obat. a. Fototherapi Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir rendah. b. Transfusi Pengganti Transfusi pengganti digunkan untuk: 1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah merah terhadap antibody maternal 2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi (kepekaan) 3. Menghilangkan serum bilirubin 4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan bilirubin c. Therapi Obat Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan

karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika.

2.5. Manifestasi klinik A. Gejala-gejala Secara umum gejala dari penyakit hiperbilirubin ini antara lain: a. Pada permukaan tidak jelas, tampak mata berputar-putar b. Letargi c. Kejang d. Tidak mau menghisap e. Dapat tuli, gangguan bicara, retardasi mental f. Bila bayi hidup pada umur lanjut disertai spasme otot, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot g. Perut membuncit h. Pembesaran pada hati i. Feses berwarna seperti dempul j. Ikterus k. Muntah, anoreksia, fatigue, warna urin gelap. Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi : a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni. b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis). Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 mol/l. B. komplikasi Komplikasi yang dapat ditimbulkan penyakit ini yaitu terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements),

kejang tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus. Selain itu dapat juga terjadi Infeksi/sepsis, peritonitis, pneumonia.

2.6. Produksi, transportasi, metabolisme, dan ekskresi bilirubin Sel darah merah 120 hari Membran sel pecah, Hb di fagositosis oleh jar. makrofag globin Hb dipecah heme teroksidasi biliverdin tereduksi reduktrase bilirubin Berikatan dengan albumin dari plasma (ditransfer melalui darah & cairan interstisial) Diabsorpsi mealaui membran sel hati Lepas dari albumin plasma 80% berkonjugasi dengan asam glukuronat (bilirubin glukuronida) 10% berkonjugasi dengan zat lain oksigenase

10% membentuk bilirubin sulfat

Bilirubin dikeluarkan melalui proses transpor aktif ke dalam kanalikuli empedu masuk ke usus di usus dari bilirubin konjugasi diubah oleh kerja bakteri urobilinogen (dalam feses) sterkobilinogen sterkobilin urobilin Sebagian besar diekskresikan kembali oleh hati ke dalam usus, 5% dieskskresikan oleh ginjal ke urine Beberapa diabsorpsi melalui mukosa usus kembali ke sirkulasi enterohepatik

2.7. Asuhan keperawatan A. Pengkajian 1. Identitas klien Nama Usia Alamat Jenis kelamin Agama Pendidikan Suku bangsa Tanggal masuk dirawat Diagnosa medis 2. Riwayat Keperawatan a. Riwayat Kehamilan Bayi Ny. Nina dilahirkan dengan usia kehamilan 35 minggu, Anak ke-2, dan pada saat kehamilan ibu mengalami hipertensi dengan rata-rata TD 140/90 mmHg. b. Riwayat Persalinan c. Riwayat Post Natal Kulit wajah dan dada bayi tampak kuning dan sklera kuning. d. Riwayat Kesehatan Keluarga e. Riwayat Psikososial f. Pengetahuan Keluarga 3. Kebutuhan Sehari-hari a. Nutrisi b. Eliminasi c. Istirahat d. Aktifitas e. Personal Hygiene 4. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan BB TB b. Uji laboratorium : 1800 gram :: Bayi Ny. Nina : 4 hari : : : : : : : Hiperbilirubin

Bilirubin total Bilirubin direct Hb Ht Leukosit Trombosit

: 11 mg/dl : 0,8 mg/dl : 16,8 mg% : 47% : 15.000 mg/dl : 250.000 mm

c. Pemeriksaan Menyeluruh Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi : kulit wajah dan dada tampak kuning :::-

d. Data Psikologis 5. Pemeriksaan diagnostik 1. Bilirubin serum Direct : > 1 mg / dl Indirect : > 10 mg % (BBLR), 12,5 mg % ( cukup bulan). Total : > 12 mg / dl 2. Golongan darah ibu dan bayi uji COOMBS Inkompabilitas ABO Rh 3. Fungsi hati dan test tiroid sesuai indikasi. 4. Uji serologi terhadap TORCH 5. Hitung IDL dan urine ( mikroskopis dan biakan urine) indikasi infeksi. Analisa Data Data yang menyimpang Kulit wajah dan dada tampak kuning
bilirubin pada plasma Terakumulasi di jaringan Gangguan integritas kulit Hemolisis Anemia

Etiologi

masalah Gangguan Integritas Kulit

Resiko Intoleransi Aktifitas

Metabolism sel Pembentukan ATP

kelemahan

Resiko intoleran aktivitas

Hemolisis Anemia Metabolism sel asupan nutrisi

Resiko Gangguan Intake Nutrisi

Resiko gangguan intake nutrisi

Hemolisis Anemia Metabolism sel asupan nutrisi

Resiko Gangguan Tumbuh Kembang

Resiko gangguan tumbuh kembang

B. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai dengan kulit wajah dan dada tampak kuning. 2. Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke jaringan.

3. Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi ke jaringan. 4. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang

C. Rencana Tindakan Keperawatan No. 1 Diagnosa Keperawatan Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai dengan kulit wajah dan dada tampak kuning. Tujuan Tupen: Keadaan kulit bayi membaik dalam waktu Kriteria hasil: - kadar bilirubin dalam batas normal - Kulit tidak berwarna kuning TuPan: Bayi tidak mengalami integritas kulit lagi. Intervensi Keperawatan Mandiri: - Monitor warna dan keadaan kulit setiap 4-8 jam. Rasional

- Mengetahui jika selama dalam perawatan kulit bayi tidak mengalami gangguan integritas kulit. - Untuk mengetahui adanya peningkatan atau penurunan kadar bilirubin. -Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit.

- Monitor kadar bilirubin direks dan indireks, laporkan pada Data Obyektifter jika ada kelainan.

- Ubah posisi miring atau tengkurap Perubahan posisi setiap 2 jam berbarengan dengan perubahan posisi, lakukan massage dan monitor keadaan kulit. - Jaga kebersihan dan kelembaban kulit.

- Area lembab, terkontaminasi memberikan media yang sangat baik untuk pertumbuhan organisme patogen.

Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan

TuPen: Klien mampu melakukan aktifitas secara

Mandiri: - Monitor keterbatasan aktifitas, kelemahan saat aktifitas.

-mempengaruhi pilihan intervensi atau

dengan penurunan perfusi O2 ke jaringan

mandiri. TuPan: Klien mampu mempertahankan kemampuan aktifitas seoptimal mungkin.

bantuan. - Berikan lingkungan yang tenang, lakukan istirahat adekuat setelah aktifitas. - meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh, membantu memenuhi kebutuhan energi.

Kolaborasi: -Berikan nutrisi yang adekuat, kolaborasi dengan ahli gizi.

- Nutrisi dibutuhkan untuk klien memenuhi kebutuhan energi dalam melaksanakan aktivitas.

Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi ke jaringan

TuPen: Klien menunjukkan peningkatan berat badan. TuPan: BB klien mendekati ideal (tidak ada tanda malnutrisi).

Mandiri: - Ukur intake makanan dan kebutuhan nutrisi

- Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan. - Mencegah malnutrisi

- Beri asupan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan klien Kolaborasi: - Pantau hasil lab., seperti Hb dan lainlainnya.

- Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk sumber dan diet nutrisi yang dibutuhkan. - Mencari alternatif untuk menutupi kekurangan dengan memanfaatkan kemampuan yang ada.

Resiko Gangguan Tumbuh Kembang

TuPen: Klien dapat menerima keadaan tubuhnya secara proporsional. TuPan: Klien dapat beradaptasi dengan keadaan

Mandiri: - Kajilah kemampuan yang dimiliki klien

tubuhnya. - Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan. - Memfasilitasi klien dengan memanfaatkan kelebihan klien.

2.8.Konsep legal etik keperawatan a. Respect for autonomy Memberikan Informasi yang benar. Misalnya menjelaskan tentang keadaan klien pada orang tua dan persyaratan serta tindakan ayang akan dilakukan pada klien. Privasi klien. Misalnya dalam kasus ini saat melakukan tindakan keperawatan perawat harus menjaga privasi klien, contohnya saat melakukan fototerapi, privasi klien harus dijaga dengan baik. Melindungi Informasi mengenai kesehatan klien yang bersifat rahasia. Misalnya dalam kasus ini perawat harus merahasiakan kondisi kesehatan klien kepada pihak-pihak tertentu atau pihak-pihak yang apabila klien minta untuk dirahasiakan. Memperoleh persetujuan untuk setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap klien (informed consent). Misalnya dalam kasus ini perawat meminta persetujuan klien sebelum melakukan tindakan fototerapi dan semua eek sampingnya b. Non Maleficence (non malefisiensi atau tidak menimbulkan injury). Prinsip non malefisiensi menuntut perawat menghindarkan segala sesuatu yang dapat membahayakan klien selama pemberian asuhan keperawatan. Kewajiban bagi tenaga keperawatan saat melakukan tindakan untuk tidak mengakibatkan injury terhadap klien. Penerapan dalam praktek keperawatan menekankan perlunya diterapkan standard untuk mencegah terjadinya injury pada klien : Standard Praktek Keperawatan Standard Asuhan Keperawatan Standard Prosedur Standard Tenaga Keperawatan Dalam kasus ini perawat harus memperhatikan dan menerapkan standard dalam melakukan setiap tindakan keperawatan.

c.

Beneficence Prinsip beneficence menuntut perawat memberikan maslahat (beneficence) kesehatan pada klien, keseimbangan maslahat terhadap resiko dalam situasi tersebut dimana suatu pilihan harus dibuat dan menentukan cara terbaik untuk membantu klien. Percakapan perawat dapat membantu klien mengidentifikasi diri mereka sendiri dalam hal maslahat dan resiko yang relevan dengan moral, seperti kualitas masalah hidup. Kewajiban moral untuk mencegah terjadi injury. Bertindak untuk meningkatkan kesejahteraan klien. Termasuk melindungi hak-hak klien dalam pelayanan kesehatan : 1) Hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. a. Akses yang sama terhadap pelayanan kesehatan. b. Akses pelayanan kesehatan sesuai dengan nilai dan norma kultural klien. c. Pelayanan kesehatan yang berkualitas. 2) Hak untuk mendapatkan informasi. 3) Hak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan. 4) Hak untuk mendapat informed consent. 5) Hak untuk menolak consent. 6) Hak untuk mengetahui nama dan status tim kesehatan. 7) Hak untuk mendapat second opinion. 8) Hak untuk diperlakukan dengan respect. 9) Hak untuk confidentiality.

BAB III PENUTUP

A. Simpulan Hiperbilirubin adalah suatu kedaaan dimana kadar bilirubin serum total yang lebih dari 10 mg % pada minggu pertama yang ditendai dengan ikterus pada kulit, sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus, yaitu keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak. Hiperbilirubin ini keadaan fisiologis (terdapat pada 25-50 % neonatus cukup bulan dan lebih tinggi pada neonates kurang bulan). Hiperbilirubin ini berkaitan erat dengan riwayat kehamilan ibu dan prematuritas. Selain itu, asupan ASI pada bayi juga dapat mempengaruhi kadar bilirubin dalam darah. Diagnosa keperawatan pada penderita hiperbilirubin, antara lain: Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan joundice yang ditandai

dengan kulit wajah dan dada tampak kuning. Resiko Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan penurunan perfusi O2 ke jaringan. Resiko Gangguan Intake Nutrisi berhubungan dengan penurunan suplai nutrisi ke jaringan. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatn, perawat juga harus menerapkan universal precaution agar keselamatan penderita dan perawat dapat terjaga. Konsep legal etik juga harus dilakukan agar klien dapat merasa nyaman dan kondisi klien dapat segera membaik.

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, I.S. 2003. Hiperbilirubinemia. Klinikku. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku I. FKUI, Jakarta. Surasmi, A., Handayani, S. & Kusuma, H.N. 2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi. Cetakan I. Jakarta : EGC. http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/asuhan-keperawatan-denganhiperbilirubin.pdf http://healindonesia.wordpress.com/2008/08/09/medical-check-up/ http://trisnoners.blogspot.com/2008/03/hiperbilirubin-by-sutrisno-s.html http://varyaskep.files.wordpress.com/2009/02/b007-hiperbilirubinemia.pdf http://www.drdidispog.com/2008/10/kuning-pada-bayi-baru-lahir.html http://www.klinikku.com/pustaka/dasar/hati/hiperbilirubinemia3.html. http://www.penyakithepatitis.com/Bilirubin.htm

Anda mungkin juga menyukai