Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang
Suspensi merupakan partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Parikel yang tidak larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorbsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar dengan tujuan penyalutan. Diameter partikel suspensi >1m, umumnya 10 50m. Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik, jadi tidak untuk mencegah terjadinya pemisahan fasa. Suspensi merupakan sistem disperse yang tidak stabil, sehingga bila tidak diaduk secara terus menerus akan mengendap akibat gaya gravitasi bumi. Cepat lambatnya suspensi mengendap tergantung besar kecilnya ukuran partikel zat terdispersi. Semakin besar ukuran partikel tersuspensi semakin cepat proses pengendapan terjadi. Pemisahan suspensi dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi).

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Jenis utama dari preparat cair yang mengandung obat yang tidak larut, disebarkan ke dalam cairan pembawa dan dimaksudkan untuk pemberian secara oral. Dalam preparat ini bahan yang didistribusikan disebut sebagai dispers atau fase terdispers dan pembawanya disebut fase pendispersi atau medium disperse. Preparat oral dengan tipe ini, paling banyak medium dispersinya adalah air.Partikel dari fase dispers biasanya bahan padat yang tidak larut dalam medium dispers. Fase terdispers adalah bahan cair yang tidal larut maupun bercampur dengan cairan dari fase pendispersi

Umumnya karena ukuran yang lebih besar, partikel terdispers dalam suatu dipersi kasar kecenderungannya lebih besar untuk memisah dari medium disperse daripada yang terjadi pada partikel dari disperse halus. Penyebaran ulang secara sempurna dan homogeny dari fase terdispers diperlukan supaya dapat diberikan dosis yang homogeny secara tepat.Untuk keuntungan dispersi yang dibuat harus dicapai dengan pengocokan wadah dengan sungguhsungguh. Pada disperse dari obat yang diberikan secara oral, pemakaian topical untuk kulit, suspensi optalmik, dan suspensi steril untuk injeksi.

B. Macam-macam Suspensi
1. Suspensi Oral

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat yang terbagi secara halus yang dikenal sebagai suspensoid yang disebarkan secara merata dalam pembawa dimana obat menunjukkan kelarutan yang sangat minimum. Preparat lain yang tesedia adalah serbuk kering yang dimaksudkan untuk disuspensikan dalam cairan pembawa. Jenis produk ini umumnya campuran serbuk yang mengandung obat dan bahan pensuspensi maupun pendispersi, yang dengan melarutkan dan pengocokan dengan sejumlah tertera cairan pembawa (biasanya air murni) menghasilkan bentuk suspensi yang cocok untuk diberikan. Obat seperti ini tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu dengan adanya cairan pembawa air untuk dibuat suspensi pada waktu akan diberikan.

Alasan Pembuatan Suspensi Oral Alasan pembuatan suspense oral salah satunya adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan tapi stabil bila disuspensi.Dalam hal seperti ini, suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai ketimbang bentuk padat (tablet atau kapsul), karena mudahnya menelan cairan dan keluwesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudah serta lebih mudah untuk memberikan dosis yang relatif sangat besar, aman, mudah diberikan untuk anakanak, juga mudah diatur penyesuaian dosisnya untuk anak. Kerugian dari obat yang mempunyai rasa tidak enak bila diberikan dalam bentuk larutan akan tidak terasa bila diberikan sebagai partikel yang tidak larut dalam suspensi. Untuk obat-obat yang tidak enak rasanya telah dikembangkan bentuk-bentuk kimia khusus menjadi bentuk yang tidak larut dalam pemberian yang diinginkan sehingga didapatkan sediaan cair yang rasanya enak.Kebanyakan suspensi oral berupa sediaan air dengan pembawa yang diharumkan dan dimaniskan untuk memenuhi selera pasien.

Sifat-Sifat yang Diinginkan dalam suatu Suspensi Farmasi

Di samping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan, sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi dan sifat-sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi : 1. Suatu suspensi farmasi yang dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata bila dikocok. 2. Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan. 3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen.

Pengemasan dan Penyimpanan Semua suspense harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara yang memadai diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang.Kebanyakan suspense harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebihan, dan cahaya.Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan setiap kali tepat dan seragam.

Contoh-contoh Suspensi Oral Contoh-contoh suspensi oral diantaranya preparat-preparat antasida, antelmintika, dan antibakteri merupakan preparat-preparat yang menarik dari segi farmasetika dan terapeutik. Suspensi Oral Antasida Antasida dimaksudkan untuk menetralkan efek dari kelebihan asam lambung dan hal seperti ini digunakan oleh seseorang, seperti pasien tukak lambung, yang harus mengurangi derajat keasaman dalam lambung. Kebanyakan preparat antasida disusun dari bahan-bahan yang tidak larut dalam air yang bekerja di dalam membatasi saluran cerna dengan asam dan atau meredakan iritasi atau peradangan pada batas dinding saluran cerna.Kemampuan masing-masing dalam menetralkan asam lambung berbeda-beda dengan bahan kimia.Misalnya natrium karbonat, kalsium karbonat dan magnesium hidroksida menetralkan asam secara efektif, sedangkan magnesium trisilikat dan aluminium hidroksida efektivitasnya lebih kecil dan jauh lebih lambat. Tiap zat mempunyai potensi yang khusus dalam efek yang merugikan. Umpamanya natrium bikarbonat memiliki kemampuan untuk kelebihan natrium dan alkalosis sistemik dengan kadar yang membahayakan pasien yang membatasi diet natrium. Preparat-preparat magnesium dapat menyebabkan diare dan berbahaya pada pasien dengan fungsi ginjal kurang yang disebabkan oleh ketidakmampuan pasien mengeskresi semua magnesium yang mungkin

diabsorbsi (asam lambung mengubah magnesium hidroksida yang tidak larut menjadi magnesium klorida yang larut dalam air dan sebagian diabsorpsi).

Suspensi Oral Antelmintika Suspensi oral antelmintika mengerahkan aktivitas kerja terhadap gangguan cacing, secara langsung ke dalam saluran usus.Infeksi cacing kerawit (pinworm) mudah menular dari satu orang ke yang lainnya dengan perpindahan telur-telurnya melalui kontak langsung, mengerjakan sesuatu yang telah terkontaminasi, bahkan bila berpanaskan udara dan debu yang mengandung telur.

Suspensi Oral Antibakteri Suspensi oral antibakteri mencakup preparat-preparat bahan antibiotika (umpamanya kloramfenikol palmitat, turunan eritromisin, tetrasiklin dan turunannya), sulfonamida, dan zat-zat kemoterapeutik lainnya.Kebanyakan bahan-bahan antibiotika tidak stabil bila berada dalam larutan, untuk waktu lama yang diinginkan dan oleh sebab itu dilihat dari stabilitas, bahan obat dengan bentuk tidak larut dalam suspense berair atau sebagai serbuk kering untuk dioplos sangat menarik bagi pabrik obat. Fase pendispersi dari suspensi antibiotik adalah air dan biasanya diberi warna, pemanis, pewangi, dan perasa, untuk memberikan cairan lebih menarik dan menambah selera.

2. Suspensi Topikal Sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukkan untuk penggunaan pada kulit.

3. Suspensi Optalmik Sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata.

4. Suspensi tetes telinga

Sediaan cair yang mengandung partikel-partikel halus yang ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian luar.

5. Suspensi untuk injeksi Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal.

6. Suspensi untuk injeksi terkontinyu Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.

C. Stabilitas Suspensi

Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabiltas suspensi adalah : 1.Ukuran Partikel Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya. 2.Kekentalan / Viskositas Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum STOKES

Ket : V = Kecepatan Aliran d = Diameter Dari Partikel p = Berat Jenis Dari Partikel p0 = Berat Jenis Cairan g = Gravitasi = Viskositas Cairan 3.Jumlah Partikel / Konsentrasi Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat. 4.Sifat / Muatan Partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid). Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu : 1. Bahan pensuspensi dari alam. Bahan pensuspensi dari alam yang biasanya digunakan adalah jenis gom / hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, PH, dan proses fermentasi bakteri. a. Termasuk golongan gom : Contonya : Acasia ( Pulvis gummi arabici), Chondrus, Tragacanth , Algin b. Golongan bukan gom : Contohnya : Bentonit, Hectorit dan Veegum.

2. bahan pensuspensi sintesis a. Derivat Selulosa

Contohnya : Metil selulosa, karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. b.Golongan organk polimer Contohnya : Carbaphol 934.

C. Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi

1. Metode pembuatan suspensi : Suspensi dapat dibuat dengan cara : Metode Dispersi Metode Precipitasi

2. Sistem pembentukan suspensi : Sistem flokulasi Sistem deflokulasi Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah : a. Deflokulasi Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. Sedimentasi yang terjadi lambat masing-masing patikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal. Sediaan terbentuk lambat. Diakhir sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi. b.Flokulasi Partikel merupakan agregat yang basa Sedimentasi terjadi begitu cepat Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula.

D. Formulasi suspensi
Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori : Pada penggunaan Structured Vehicle untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi Structured Vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lain-lain.

Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali. Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah : 1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium. 2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. 3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir. 4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah Structured Vehicle. 5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam Structured Vehicle.

E. Penilaian Stabilitas Suspensi


1. Volume sedimentasi Adalah Suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mula mula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.

2. Laju Endapan (Laju Sedimentasi) dari Partikel Suspensi Berbagai faktor yang terlibat dalam laju dari kecepatan mengendap partikel-partikel suspensi tercakup dalam persamaan hukum Stoke: di mana V = kecepatan jatuhnya suatu partikel bulat. g = konstanta gravitasi, r = jari-jari partikel, = kerapatan partikel bulat,

= kerapatan cairan dan, = viskositas medium disperse.

Persamaan Stoke diturunkan untuk suatu keadaan ideal di mana partikel-partikel yang benar-benar bulat dan seragam dalam suspensi yang encer mengendap tanpa mengakibatkan turbulensi pada waktu turun ke bawah, tanpa tumbukan antara partikel-partikel suspensoid dan tanpa gaya tarik-menarik kimia atau fisika atau afinitas untuk medium dispersi. Kecepatan jatuhnya suatu partikel yang tersuspensi lebih besar bila ukuran partikel lebih besar, jika semua faktor lain dibuat konstan. Dengan mengurangi ukuran partikel dari fase terdispers, seseorang dapat mengharapkan laju turunan lebih lambat dari partikel tersebut. Juga makin besar kerapatan partikel makin besar laju turunnya, asalkan kerapatan pembawa tadak diubah. Karena umumnya tidak digunakan pembawa air dalam suspensi farmasi untuk pemberian oral, kerapatan partikel umumnya lebih besar dari kerapatan pembawa, suatu sifat yang diinginkan, karena bila partikel-partikel lebih ringan dari pembawa, partikel-partikel cenderung untuk mengambang dan partikel-partikel ini sangat sukar didistribusikan secara seragam dalam pembawa. Laju endap dapat dapat berkurang cukup besar dengan menaikkan viskositas medium dispersi dan dalam batas-batas tertentu secara praktis ini bisa dilakukan.Tetapi suatu produk yang mempunyai viskositas tinggi umumnya tidak diinginkan karena sukar dituang dan juga sukar untuk diratakan kembali.Karena itu bila viskositas suspense dinaikkan biasanya dilakukan sedemikian rupa sampai viskositas sedang saja untuk menghindari kesulitan-kesulitan seperti disebutkan tadi. Sifat khas viskositas dari suspense dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan pembawa, tetapi juga dengan kandungan padatnya. Sebagai mana proporsi dari partikel padat dinaikkan dalam suspensi, maka begitu pula viskositasnya. Viskositas dari preparat farmasetik dapat ditentukan dengan menggunakan Viskometer Brookfield, yang mengukur viskositas dengan gaya dibutuhkan untuk memutar poros dalam cairan yang diuji. Kebanyakan stabilitas fisik dari suatu suspense sediaan farmasi kelihatannya paling cocok untuk disesuaikan dengan mengadakan perubahan pada fase terdispers dan bukan pada medium disperse. Dalam banyak hal medium disperse menyokong fase terdispers yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian ini terutama mengenai ukuran partikel, keseragaman ukuran partikel dan pemisahan partikel-partikel tersebut hingga tidak mungkin untuk menjadi lebih besar atau membentuk padatan pada pendiaman.

3. Derajat flokulasi. Adalah Suatu rasio volume sedimentasi akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimentasi akhir suspensi deflokulasi (Voc).

4.Metode reologi Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menemukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.

5.Perubahan ukuran partikel Digunakan cara Freeze-thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.

BAB III
A. Kesimpulan
Sediaan Bentuk Suspensi merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fasa cair. Parikel yang tidal larut tersebut dimaksudkan secara fisiologi dapat diabsorbsi yang digunakan sebagai obat dalam atau untuk pemakaian luar dengan tujuan penyalutan. Diameter partikel suspensi >1m, umumnya 10 50m. Sasaran utama didalam merancang sediaan berbentuk suspensi adalah untuk memperlambat kecepatan sedimentasi dan mengupayakan agar partikel yang telah tersedimentasi dapat disuspensi dengan baik, jadi tidak untuk mencegah terjadinya pemisahan fase.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi formulasi sediaan suspense antara lain adalah: ukuran partikel dapat mempengaruhi sifat fisika dan kimia sediaan suspensi, ditinjau dari Hukum Stokes : 2r2 ( L S ) g V = 9

Dapat dilihat bahwa besarnya partikel dapat mempercepat kecepatan sedimentasi partikel didalam larutan; Permukaan padat cair : zat padat yang tidak larut umumnya mempunyai sifat mudah dibasahi (hidrofil) yang dengan mudah dapat terdispersi dengan sedikit pengocokan, tetapi ada juga zat padat yang sukar dibasahi (hidrofob). Beberapa sifat zat padat yang harus diperhatikan antara lain adalah : pembasahan, sudut kontak dan tegangan permukaan. Untuk memodifikasi sifat pembasahan serbuk digunakan surfaktan yang berfungsi sebagai zat yang dapat mengurangi tegangan antar permukaan zat padat cair.

Sistem dispersi adalah suatu system yang salah satu zatnya (fase terdispersi, fase dalam) tersebar (terdispersi) dalam zat (fase) lainnya (medium dispersi, fase kontinu, fase luar).

B. Saran

Dalam pembuatan suspensi harus diperhatikan beberapa faktor anatara lain sifat partikel terdispersi ( derajat pembasahan partikel ), Zat pembasah, Medium pendispersi serta komponen komponen formulasi seperti pewarna, pengaroma, pemberi rasa dan pengawet yang digunakan. Suspensi harus dikemas dalam wadah yang memadai di atas cairan sehigga dapat dikocok dan mudah dituang. Pada etiket harus tertera Kocok dahulu dan di simpan dalam wadah tertutup baik dan disimpan di tempat yang sejuk .

DAFTAR PUSTAKA

Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Gajah Mada University Press : Yogyakarta Anief. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press: Yogyakarta Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi III. UI Press : Jakarta Soetopo. Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta http://rgmaisyah.wordpress.com/2008/12/03/emulsi/ http://medicafarma.blogspot.com/2008/08/suspensi_28.html http://dprayetno.wordpress.com/suspensi/

Anda mungkin juga menyukai