Presentasi kasus
Identifikasi Nama Umur Agama Alamat Pekerjaan
Tanggal masuk RSUD
Os mengeluh BAB keras, berdarah sedikit Keluar benjolan dari anus dan masih bisa dimasukkan lagi
31 Juli 201
Os mengeluh BAB masih keras, darah (-) Benjolan tidak dapat dimasukkan lagi
Os datang ke IGD RSUD Cilegon dengan keluhan keluar benjolan dari anus yang tidak bisa dimasukkan lagi, sakit, perih.
30 Juli 2013
1 Agustus 2013
Darah tinggi (-), asma (-), kencing manis (-), alergi obat (-)
Darah tinggi (-), asma (-), kencing manis (-) Tidak ada yang menderita gejala seperti ini pada keluarga tetapi ada pada tetangga
Pemeriksaan Status Present KU : Lemah KS : Compos mentis TD : 70/40 mmHg Nadi : 108 x/menit Reguler Pernafasan : 26 x/menit Reguler Suhu : 370 C
Status Generalis
Mata : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-) Leher : Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-) Jantung : Bunyi Jantung I-II Reguler, Murmur (-) dan Gallop (-). Paru : Suara Nafas Vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-). Abdomen : supel, bu (+) NTE (+) hepatosplenomegaly (-) Ekstremitas : Akral hangat, tidak ditemukan edema dan varises. Petekie (+)
Pemeriksaan Lab
05 Januari Hemat ologi GDS Hb Ht WBC 152 12,7 36,4 % 5.450 11,0 31,8% 8.130 11,2 31,9% 5.020 14 18 gr/dl 40 48 % 5.000 10.000 /uL Platelet 79.000 81.000 100.000 150.000 450.000/uL 06 Januari 07 Januari NORMAL
Pemeriksaan Lab
Fungsi Hati SGPT 85 0 37 U/l 0 41 U/l
SGOT
50
Fungsi
ginjal
Ureum 45 17-43 mg/dl
1.0
0,7 -1,1
Pemeriksaan Lainnya..
Rontgen Thorax 06/01/2014 : Kesan Cardiomegali EKG 05/01/2014 : Kesan Sinus Takikardi
Diagnosis :
DBD grade III
Tatalaksana : UGD 05/01/2014 O2 2-4 lpm IVFD NaCL loading 2000 cc ---Cek Ulang TD --- 90/60mmHg RR= 88x/m IVFD 2 line - RL 40 tpm Loading Fimahes 1 kolf ---- Cek ulang TD --- 90/60 mmHg RR= 98x/m IVFD 2 line - RL 40 tpm & NaCL 250cc + dopamin 1 ampul 10 tpm Inj Ranitidin 2x1 Aviter 3x1 Sanmol tab 3x1 (k/p) Pasang DC lalu monitor urine DPR ulang /24 jam
Pantau TTV
Prognosis - Quo ad vitam : ad malam - Quo ad functionam : ad bonam - Quo Sananctionam : ad bonam
R: 22x/menit
S: 36,5 C
A:
P:
DHF Grade III Non farmakologis : -Tirah baring Farmakologis : IVFD RL 40 tpm IVFD NS 250cc + dopamin 1 ampul 15 tpm
muntah (-), nafsu makan , oKepala: Normocephale BAB (+) BAK (+) tidak oMata: CA (-/-) SI (-/-)
ada keluhan. Kepala masih oTHT: dbn terasa pusing. Sesak (-) oCor: BJI-BJII regular, G(-), M(-)
Inj Ranitidin 2 x 1
Oral Paracetamol 3X1(k/p) Curcuma 3X1
R: 22x/menit S: 36,5 C
P: Non farmakologis :
Badan terasa lemas, demam oKU: TSS (-), mual (+) muntah (-), nafsu makan mulai membaik, BAB (+) BAK (+) tidak ada keluhan. oKS: CM oKepala: Normocephale oMata: CA (-/-) SI (-/-) oTHT: dbn
dengan perbaikan -Tirah baring Farmakologis : IVFD RL 30 tpm Inj Ranitidin 2 x 1 Oral Paracetamol 3X1(k/p) Curcuma 3X1
Kepala masih terasa pusing. oCor: BJI-BJII regular, G(-), M(-) Sesak (-) oPulmo: SNV, rh (-/-), wh (-/-) oAbd: buncit, tegang, pelebaran vena (-), BU (+), aorta abdominalis tidak terdengar, shifting dullness (-), splenomegaly (-), hepatomegaly (-), undulasi (-), NT (-) epigastrik. o Eks: Edema (-), akral hangat.
Rabu, 08 Januari 2014 TD: 110/70 mmHg N: 84x/menit S: Demam (-), mual (-), nafsu makan baik, BAB mencret O: oKU: TSS oKS: CM
R: 22x/menit S: 36,8 C
P: Non farmakologis : -Tirah baring Farmakologis : IVFD RL 30 tpm Oral Paracetamol 3X1(k/p) -Curcuma 3X1 BLPL
(-), pusing (+) , BAK dirasa oKepala: Normocephale normal. oMata: CA (-/-) SI (-/-) oTHT: dbn oCor: BJI-BJII regular, G(-), M(-) oPulmo: SNV, rh (-/-), wh (-/-) oAbd: buncit, tegang, pelebaran vena (-), BU (+), aorta abdominalis tidak terdengar, shifting dullness (-), splenomegaly (-), hepatomegaly (-),
DEFINISi
Demam dengue/DD dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik
DBD dibedakan dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas vaskuler dan bukan dari adanya perdarahan
EPIDEMIOLOGI
Epidemik dengue adalah masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia, Myanmar, Sri Lanka, Thailand dan Timor Leste yang beriklim tropis dan berada di daerah ekuator dimana Aedes aegypti berkembang biak, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
ETIOLOGI
VIRUS DENGUE
Arthropod Borne Virus (Arbovirus) Genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal berat molekul 4x106 4 jenis serotipe, yaitu: DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN4.
VEKTOR
CARA PENULARAN
berkembang biak di dalam rumah yaitu pohon-pohon, dimana tertampung air di tempat penampungan air jernih atau hujan yang bersih seperti pohon pisang, tempat penampungan air sekitar rumah. pandan dsb.
Menggigit pada waktu pagi dan sore hari Jarak terbang 100 m
Jarak terbang 50 m
Tabel 1 : Perbedaan sifat Nyamuk Aedes aegypti dan Nyamuk Aedes albopictus
TRANSMISSION
1.Transmisi virus dengue ke manusia melalui saliva nyamuk.
2.Replikasi virus pada target organ: limfnodi (jaringan dekat titik inokulasi) dan hati (sel kuffer). 3.Virus yang dilepaskan akan masuk sirkulasi darah untuk menginfeksi sel darah putih dan jaringan limfatik.
4.Virus yang dilepaskan (keluar) dari jaringan tersebut, masuk ke sirkulasi darah .
5. Nyamuk (lain) menghisap darah yang mengandung virus dengue (tertular). 6.Virus replikasi (berkembang) di perut (midgut) nyamuk, ovarium, jaringan syaraf, lemak, kemudian ke rongga tubuh, selanjutnya menuju ke kelenjar ludah (saliva). 7. Virus berkembang di kelenjar ludah, jika nyamuk menghisap darah orang lain, siklus penularan (penularan) berlanjut.
MANIFESTASI KLINIS
Demam Dengue
Tersangka dengue : Demam akut disertai dua atau lebih manifestasi berikut Sakit kepala Nyeri retroorbital Myalgia Athralgia Rash Manifestasi pendarahan Leukopenia Serologis : HI antibody titer > 1280, IgG dan IgM pada fase akut dan konvalesen Castelanis sign
Pasti dengue : Kriteria lab Isolasi virus dengue dari serum atau autopsi Peningkatan 4 x IgG atau IgM titer pada antigen virus diserum Penemuan antigen virus pada autopsi jaringan, serum, CSF dengan metode immunohistokima, imunofloresensi atau ELISA Deteksi genom virus pada autopsi jaringan, serum atau CSF dengan PCR
Kriteria Klinis Demam akut 2-7 hari, kadangkadang bifasik Kecenderungan pendarahan berupa : Tes tourniquet positif Ptekie, ekimosis, purpura Pendarahan mukosa, saluran
Kriteria lab Trombositopenia <100.000/ mm3 Bukti kebocoran plasma dan peningkatan permeabilitas vaskular dengan manifestasi : Peningkatan Ht> 20 % dari baseline sesuai umur dan jenis kelamin pada populasi tersebut Penurunan Ht> 20% setelah terapi cairan Tanda kebocoran plasma berupa efusi pleura, asites dan hipoproteinemia
Diagnosis klinis ditegakkan bila didapatkan >2 gejala klinis dengan trombositopenia dan hemokonsentrasi.
sampai tidak teraba Tekanan nadi < 20 mmHg Tekanan darah turun Kulit teraba dingin dan lembab, terutama daerah akral (ujung hidung, jari, kaki) Sianosis sekitar mulut
DF/DHF DF
GRADE
SYMPTOMS Fever with two or more of following: Headache Retro orbital pain Myalgias Arthralgias
I II III
Above signs plus positive tourniquet sign Above signs plus spontaneous bleeding Above signs plus circulatory failure (weak pulse, hypotension, restlessness)
Thrombocytopenia < 100 000; Hct rise 20% Thrombocytopenia < 100 000; Hct rise 20% Thrombocytopenia < 100 000; Hct rise 20%
DHF*
IV
Grafik 3 : Kurva suhu pada demam berdarah dengue, saat suhu reda keadaan klinis pasien memburuk (syok)
DD ++ +++ + ++ ++ ++ + + ++
MANIFESTASI KLINIS NYERI KEPALA MUNTAH MUAL NYERI OTOT RUAM KULIT DIARE BATUK PILEK LIMFADENOPATI
DBD + ++ + + + + + + +
+
+ ++++ ++ + ++ -
KEJANG
KESADARAN MENURUN OBSTIPASI UJI TORNIQUET POSITIF PETEKIE PERDARAHAN SALURAN CERNA HEPATOMEGALI NYERI PERUT TROMBOSITOPENIA SYOK
+
++ + ++ +++ + +++ +++ +++ +++
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Hiponatremia paling sering terjadi pada pasien DHF atau DSS Asidosis metabolik ditemukan pada pasien dalam keadaan syok, dan harus dikoreksi secepatnya Kadar urea nitrogen darah meninggi
Perubahan metabolik :
Pada pemeriksaan darah ditemukan : Leukopenia pada akhir fase demam Limfositosis biasanya terlihat sebelum fase syok Hematokrit meningkat >20% (hemokonsentrasi), harus dimonitor setiap 34 jam pada kasus DHF atau DSS Trombosit <100000 (trombositopenia)
Kelainan koagulasi :
Masa protrombin memanjang Masa tromboplastin parsial memanjang Kadar fibrinogen turun dan peningkatan penghancuran fibrinogen merupakan petanda DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
Kadar transaminase meningkat Kadar albumin rendah, dapat menjadi tanda adanya hemokonsentrasi
SEROLOGIS
Uji hemaglutinasi inhibisi (Haemagglutination Inhibition test : HI test) Uji komplemen fiksasi (Complement Fixation test : CF test) Uji neutralisasi (Neutralization test : NT test) IgM Elisa IgG Elisa
RUMPEL LEED
DIAGNOSIS BANDING
Chikungunya
ITP
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Baik
Buruk
PENCEGAHAN
Fogging
Edukasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Asih Y. S.Kp. Demam Berdarah Dengue, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian.World Health Organization. Edisi 2. Jakarta. 1998. 2. Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Edisi 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan:Jakarta; 2004. 3. Kliegman, Behrman, Jenson, Stanton. Nelson Textbook of Pediatric. Ed 18. Saunders. 2007. 4. Purnama, S. Gede. 2010. Pengendalian Vektor DBD. Denpasar : Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. 5. Samsi TK. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue di RS Sumber Waras. Cermin Dunia Kedokteran 2000; 126 : 5-13 6. Soedarmo, Sumarmo S. Poorwo, dkk. 2012. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia 7. Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue : Tinjauan dan Temuan Baru di Era 2003. Surabaya : AirlanggaUniversity Press 2004.h.1-9 8. Suhendro dkk.Demam Berdarah Dengue. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Juni 2006. Hal. 1709-13. 9. World Health Organization.Dengue hemorrhagic fever. Diagnosis, treatment, prevention and control. Second Edition. Geneva: WHO; 1997. 10.World Health Organization.Dengue hemorrhagic fever. Guideline for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. WHO; 2009. 11.WHO. 2011. Conprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorraghic Fever. India : WHO