Anda di halaman 1dari 42

Hordeolum Internum Palpebra Oculi Sinistra Superior

LOGO
www.themegallery.com

Theresia A.D 122.0221.093

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Palpebra berfungsi untuk

memproteksi mata dan mempertahankan film air mata sera drainase air mata. adanya gangguan pada palpebra dapat mnyebabkan terganggunya fungsi-fungsi tersebut. Salah satu gangguan pada palpebra adaah hordeolum. Hordeolum adalah peradangan supuratif, purulen dan terlokalisir pada satu atau lebih kelenjar sebasea (Meibomian dan Zeisian) palpebra.

Tujuan
Untuk mengetahui cara penegakkan

diagnosa dan penatalaksanaan hordeolum.

TINJAUAN PUSTAKA

Anatomi dan fisiologi palpebra


Palpebra terdiri atas lima bidang

jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat



lapisan kulit, lapisan otot orbikularis okuli , jaringan areolar, jaringan fibrosa (lempeng tarsus), dan lapisan membrane mukosa (konjungtiva palpebrae).

Vaskularisasi arteri berasal dari arteri karotis interna melalui arteri oftalmika dn arteri infraorbita, arteri karotis eksterna melalui arteri fasialis dan arteri temporalis superfisialis, membentuk sirkulasi kolateral yang besar. Vaskularisasi vena berasal dari palpebra superior dan inferior menuju vena angularis di kantus medial.

Persarafan terdiri dari dua saraf motorik untuk menggerakkan palpebra, yaitu N.III yang mempersarafi musculus levator palpebra untuk mengangkat palpebra superior dan musculus ectus inferior. N.VII mempersarafi musculus orbicularis oculi. N.V untuk sensas palpebra. Palpebra superior dipersarafi oleh nervu oftalmikus. Cabang utama nervus oftalmikus yaitu, nervus lakrimalis, nervu supraorbita, nervus supratroklearis, dan nervus infratroklearis.

HORDEOLUM

DEFINISI
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Hordeolum biasanya merupakan infeksi staphylococcus pada kelenjar sabasea kelopak mata. Biasanya sembuh sendiri dan dapat diberi hanya kompres hangat. Hordeolum secara histopatologik gambarannya seperti abses.

Etiologi
Sebagian besar hodeolum disebabkan

oleh infeks stafilokok, biasanya Staphylococcus aureus

Patofisiologi
Infeksi Stphylococcus aureus pada kelenjar palpebra akan menyebabkan terbentuknya nanah di dalam lumen kelenjar. Kelenjar yang terkena pada umumnya adalah kelenjar Meibom, Zeis dan Moll. Pada awal perjalanan penyakit, terjadi pengecilan lumen yang diakibatkan oleh infeksi tersebut. Dengan diameter lumen yang lebh kecil, akan terjadi statis dari sekresi kelenjar, sehingga akan menimbulkan infeksi sekunder dan terbentuk pus di dalam kelenjar

Gejala klinis
Gejala utama pada hordeolum adalah

nyeri, merah dan bengkak. Intensitas nyeri mencerminkan pembengkakan palpebra. Hordeolum interna dapat menonjol ke kulit atas ke permukaan konjungtiva. Hordeolum eksterna selalu menonjol ke arah kulit.

Faktor risiko
Diabetes Penyakit lainnya yang melemahkan

daya tahan tubuh Blefaritis kronik Seboroik Hiperlipidemia Riwayat Hodeolum sebelumnya

DD
Hordeolum eksterna Definisi Hordeolum interna Infeksi kelenjar Zeis atau Moll di Infeksi kelenjar Meibom di palpebra palpebra Etiologi Lokasi Staphylococcus aureus Mengarah ke permukaan kulit Staphylococcus aureus Mengarah ke konjungtiva atau ke permukaan kulit Gejala Nyeri, merah, edem, nyeri tekan, Nyeri, merah, edem, nyeri tekan, mobile, mobile, mengganjal Komplikasi Blefaritis Selulitis Terapi Epilasi Kompres air hangat 3-4x /hari selama 10-15 mengganjal Selulitis

Kompres air hangat 3-4x /hari selama menit 10-15 menit Antibiotik oral Insisi Antibiotik oral Insisi

TATALAKSANA
Penatalaksanaan pada hordeolum internum dapat berupa farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk terapi farmakologinya adalah dengan pemberian antibiotik lokal tetes mata tetrasiklin 3x1hari 1 tetes. Terapi non farmakologik dapt berupa kompres air hangat 3-4x/hari selama 10-15 menit. Untuk mengurangi peradangan.

PEMBEDAHAN
Lakukan drainase dengan sayatan di

lokasi mass, dengan menggunakan jarum 18-auge atau pisau #11. Sayatan internal harus dilakukan secara vertikal, sayatan eksternal harus dibuat secara horizontal untuk mengoptimalkan sisi kosmetiknya. Pegang lesi dengan penjepit. Setelah dilakukan kuretase, berikan salep antibiotik

Pencegahan
Untuk pencegahan hordeolum, perlu

untuk menjaga higienitas mata dan meningkatkan daya tahan tubuh. Biasakan selalu mencuci tangan sampai bersih dan jangan sering menggosok mata.

Prognosis
Quo ada visam

: ad bonam Quo ada sanam : dubia ad bonam Quo ada vitam : asd bonam Quo ada cosmeticum : ad bonam Hordeolum sering sembuh spontan. Sering terjadi hordeolum berulang. Dan jarang terjadi komplikasi berupa infeksi sistemik.

KASUS POLI

Identitas

Nama : Ny. R Jenis kelamin : Perempuan Umur : 24 Tahun Alamat : Desa Kembaran kulon RT 04/ RW 03 Purbalingga Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA No.RM : 206957 Tanggal pemeriksaan : 27 Januari 2014

Anamnesa
Pasien datang ke RS Wijaya Kusuma pada tanggal 27 Januari 2013 dengan keluhan kelopak mata kiri bagian atas bengkak seperti ada benjolan sejak 2 hari yang lalu. Benjolan tersebut sakit bila ditekan, berwarna kemerahan dan terasa gatal. Pasien juga mengeluhkan adanya rasa mengganjal dan pegal pada kelopak matanya. Benjolan tersebut berbentuk bulat, dengan ukuran diameter sebesar 2mm..

Pasien masih dapat melakukan aktvitas seperti biasa. Pada riwayat penyakit dahulu pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Pasien menyangkal mempunyai tekanan darah tinggi, sakit gula. riwayat trauma dimana pasien sering mengucek-ngucek matanya ketika awal terasa gatal pada kelopak mata kiri. Pada riwayat pengobatan, pasien belum pernah diberikan terapi apapun untuk menangani benjolan pada kelopak mata kiri atas yang sedang dialami saat ini

Status pasien
Keadan umum

: Baik Kesadaran : Compos mentis

OCUUS DEXTER 1.0 Tidak dilakukan VISUS VISUS DENGAN KACAMATA SENDIRI Tidak dilakukan Bergerak ke segala arah Trikiasis (-) Hiperemis (-) ptosis (-) edem (-) eksotropion (-) entropion (-) VISUS KOREKSI BOLA MATA SILIA PALPEBRA SUPERIOR

OCULUS SINISTER 1.0 F Tidak dilakukan

Tidak dilakukan Bergerak ke segala arah Trikiasis (-) Hiperemis (+) ptosis (-) edem (+) massa (+) bentuk bulat, diameter 2mm, kemerahan, immobile, pada perabaan hangat

Hiperemis (-) ptosis (-) edem (-) eksotropion (-) entropion (-)

PALPEBRA INFERIOR

Hiperemis (-) ptosis (-) edem (-) eksotropion (-) entropion (-)

Hiperemis (-) papil (-) folikel (-) Injeksi kojungtiva (-) injeksi siliar (-)

KONJUNGTIVA PALPEBRA

Hiperemis (-) papil (-) folikel (-)

KONJUNGTIVA BULBI

Injeksi kojungtiva (-) injeksi siliar (-)

Putih , ikterik (-) Jernih, edem (-), hiperemis (-) Dalam Coklat Bulat, sentral, reguler, diameter 3mm, refleks direct dan indirect (+)

SKLERA KORNEA

Putih , ikterik (-) Jernih, edem (-), hiperemis (-)

BILIK MTA DEPAN IRIS PUPIL

Dalam Coklat Bulat, sentral, reguler, diameter 3mm, refleks direct dan indirect (+)

Tidak dilakukan

REFLEKS FUNDUS

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

KORPUS VITREUS

Tidak dilakukan

Normal palpasi

TEKANAN INTRAOKULAR

Normal palpasi

Lancar

SISTEM KANALIS LAKRIMALIS

Lancar

RINGKASAN
Keluhan utama : benjolan di kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu Keluhan tambahan : kelopak mata terasa gatal dan kemerahan, terasa pegal dan mengganjal, bila bejolan ditekan terasa nyeri. RPD : tidak pernah mengalami keluhan yang serupa RPK : tidak ada keluhan yang sama RPO : Belum pernah diterapi

R.Kebiasaan : sering bepergian menggunakan motor, helm kadang-kadang tidak ditutup, kebisaan mengucek meta. Hasil pemeriksaan OS Palpebra superior: massa pada OS Palpebra superior, menonjol ke arah dalam warna kemerahan, bentuk bulat, diameter 2mm, perabaan hangat, nyeri tekan (+), immobile

Diagnosis differensial

OS Hordeolum eksternum palpebra superior Kalazion


Diagnosa Kerja

OS Hordeolum interna palpebra superior


Terapi

Tetrasiklin eye drop 3 x 1tetes /hari Doksisiklin tab 2 x 100mg/hari Kompres air hangat 10-15 menit 3-4x/hari

Prognosis OD OS Quo ad visam Quo ad bonam Quo ad vitan Quo ad cosmeticum : ad bonam :ad bonam : : ad bonam dubia ad bonam ad bonam ad bonam

Usulan dan rencana

Bila dalam 3 hari-1minggu tidak ada perbaikan indikasi untuk insisi secara tegak lurus pada margo palpebra

ANALISIS KASUS
Berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, pasien didiagnosis Hordeolum Internum Palpebra Superior Oculi Sinistra.

Pada anamnesi didapatkan keluhan

utama dan keluhan tambahan. Keluhan utamanya yaitu ada benjolan pada kelopak mata kiri sejak 2 hari yang lalu. Pada pasien ditemukan edema pada kelopak mata kiri yang menyebabkan pasien merasa gatal, pegal, rasa mengganjal, dan warna kemerahan pada kelopak mata kiri, disertai rasa nyeri saat ditekan.

Pada riwayat penyakit terdahulu,

pasien tidak pernah mengalami keluhan yang sama. Pada riwayat penyakit keluarga, tidak ditemukan adanya anggota keluarga yang memiliki keluhan serupa. Yang menunjukan bahwa tidak ada faktor herediter yang berperan pada penyakit ini.

Pada riwayat penyakit sekarang , benjolan tersebut berdiameter 2mm, tampak kemerahan pada sekitar benjolan. Pasien masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Pasien sedikit merasa pegal, terasa gatal, dan merasa nyeri saat benjolan ditekan. Hal ini terjadi karena proses peradangan pada kelenjar Meibom.

Pada riwayat pengobatan , pasien belum pernah mendapatkan terapi apapun. Pada riwayat kebiasaan, pasien sering mengendarai motor mengantar-jemput anak sekolah dengan menggunakan helm yang bagian kacanyanya tidak ditutup, serta kebiasaan mengcek mata. Hal ini bisa menyebabkan higiene mata tidak terjaga dengan baik, dan dapat memicu terjadinya hordeolum.

Pada pemeriksaan palpebra superior

oculi sinistra , terdapat benjolan yang mengarah ke konjungtiva, berwarna kemerahan, bentuk bulat, diameter 2mm, teraba hangat, nyeri tekan (+), immobile. Hasil dari pemeriksan fisik ini memperkuat diagnosis Hordeolum.

Penutup
Pada Ny. R , diagnosisnya adalah Oculi Sinistra Hordeolum Internum Palpebra Superior. Pada pasien ini diterapi dengan Tetrasiklin tetes mata 3x1 tetes/hari, Doksisiklin tab 2 x 100mg /hari, dan kompres air hangan 10-15 menit 3-4x/hari. Apabila 3-1minggu tidak ada perbaikan , diindikasikan untuk dilakukan insisi untuk mengeluarkan isi benjolan tersebut.

Daftar pustaka

Riordan, P, Witcher, J.Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. EGC.2012. Ilyas, Sidharta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI.2008. James, Bruce, Chew ,Chris, Bron Anthony. Lecture Notes Oftalmologi. Edisi kesembilan. Erlangga. 2006. Skorin, Leonid. Hordeolum and Chalazion Treatment. Diakses dari : http/www.optometri.co.uk/uploads/articles/9e8005be2o0660dd330df17d893_skorin20020 628_pdf Handbook of Ocular Disease Management. Diakses dari : http/www.emedicinemedscage.article/1213080_review

Anda mungkin juga menyukai