Anda di halaman 1dari 85

AGAMA dan SPIRITUALITAS dalam PSIKIATRI

Dr. Jan Prasetyo, SpKJ (K)

PEMIKIRAN 1

Definisi Agama
Definisi agama secara konklusif sulit untuk dirumuskan Umat manusia sepanjang sejarah telah memiliki kepercayaan dengan pelbagai kegiatan/praktek religius yang beraneka ragam Ada ciri / karakteristik yang khas dalam sistim kepercayaan dan kegiatan tersebut yang umumnya dikenali sebagai agama

Ciri-ciri khas suatu agama (deskripsi universal)


Kepercayaan kepada Tuhan atau tuhan-tuhan Peribadatan, pemujaan, penyerahan diri Kepercayaan akan adanya jiwa Kepercayaan pada yang gaib dan wahyu yang diterima Pemisahan yang suci dari yang kotor / tidak pantas Pencarian keselamatan Mitos

Pengertian Agama seringkali kabur/


tumpang tindih antara:
Agama sebagai ajaran, keyakinan, pedoman dan way of life spiritualitas
dengan Agama sebagai institusi, organisasi, wadah, yang berfungsi sebagai pelaksana, pengarah dan pengawas, dan bertindak atas nama ajaran agama

Alasan manusia beragama


Motivasi manusia untuk beragama:
Merupakan fitrah manusia Sebagai sarana pencapaian tujuan hidup di dunia dan di akhirat Mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat Sebagai sarana proses aktualisasi diri dan berlanjut mencapai kesucian jiwa (kembali ke fitrah) Menjadi manusia yang ber Jiwa sehat dan berakhlak tinggi
Mencapai suatu keadaan spiritual yang sehat

Alport & Ross et al. : 2 tipe orang beragama:


Tipe intrinsik : which implies a sincere commitment to ones beliefs, which are internalized and serve as a guiding motivation of behavior. Tipe extrinsik : which implies the use of religion to obtain status, security, self- justification, and sociability.

Kegunaan agama dalam kesehatan jiwa


Definisi Kesehatan Jiwa menurut WHO :
A state of well-being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with the normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his or her community

Melihat berbagai faktor yang relevan untuk kesehatan jiwa, keterlibatan agama terbukti mempunyai korelasi yang bermakna dengan:
Well-being, happiness and life satisfaction Hope and optimism Purpose and meaning of life Higher self esteem Bereavement adaptation Greater social support and less loneliness Lower rates of depression and anxiety Less delinquency and criminal activity Greater marital stability (Koenig et al, 2001)

PEMIKIRAN 2

Definisi spiritualitas
Spirituality is a distinctive, potentially creative and universal dimension of human experience arising both within the inner subjective awareness of individuals and within communities, social groups and traditions. It may be experienced as relationship with that which is intimately inner, immanent and personal, within the self and others, and/or relationship with that which is wholly other, transcendent and beyond the self. It is experienced as being of fundamental or ultimate importance and is thus concerned with matters of meaning and purpose in life, truth and values. (Cook, 2004a: pp 548-549) .

Bagaimana spiritualitas individu berkembang


Meliput perkembangan i aspek-aspek fungsi mental : Perkembangan kognitif Perkembangan afektif-emosi Perkembangan psikososial

Perkembangan moral Kesehatan jiwa Spritualitas

Hubungan spiritualitas, agama dan kesehatan jiwa


Spritualitas yang sehat/sakit

Jiwa yang sehat/sakit

Moralitas yang tinggi/rendah


(penghayatan agama secara benar/tidak benar)

Spiritualitas dan agama telah semakin diakui sebagai komponen penting dalam meningkatkan keswa (Koenig, 2005):
Promote a positive world view Help to make sense of difficult situations Give purpose and meaning Discourage maladaptive coping Enhance social support Promote other directedness Helps to release the need for control Provide and encourage forgiveness Encourage thankfulness Provide hope

PEMIKIRAN 3

The Age of Reason (abad ke 18)


Penemuan2 ilmiah dan kedudukan rasio

Ilmu mengungkap mengenai fenomena dan keadaan


alam semesta (faham naturalistik) (QS30:21-24; QS22:5; S96:1-8; S3:190-191; QS16:65-69) Penjelasan naturalistik vs supernaturalistik: ayat qauniyah dan qauliyah (QS25:2; QS41:53-54) Penindasan faham2 naturalistik yang dianggap berbahaya bagi kepercayaan dan dogma (faham supernaturalistik) gereja di masa itu. Sebagai hal penting yang mencuat dimasa itu :

Akal mengendalikan emosi

Kedudukan Ilmu Allah & Ilmu manusia (1)


Hanya manusialah yang merupakan ciptaan Allah yang paling sempurna yang mampu mencari ilmu. Yang diperintahkan untuk iqra ayat2 Allah di alam semesta, melalui telinga, mata akal dan hatinya untuk memperoleh ilmu Ilmu Allah meliputi segala sesuatu (QS18:109; QS31:27)

Kedudukan Ilmu Allah dan ilmu manusia (2)


Ilmu manusia sangat terbatas. Ilmu diajarkan pd manusia atas dan sebatas izinNya, bagi yang mau mendengar, melihat, dan berpikir dengan akal dan hatinya (QS 2:3133, 255; QS 17:36,85; QS7:179; QS22:46) Manusia berilmu tidak akan sombong dan takabur, tetapi akan semakin mengagungkan nama Allah, Maha Pencipta segala sesuatu yang hanya sebagian kecil mampu ditemukan oleh ilmu manusia (QS17:37,83; QS96:6-7)

Kedudukan Ilmu Allah dan Ilmu manusia (3)


Orang berilmu akan takut kepada Allah, mengakui keagunganNya, keEsa-anNya sedbagai Maha Pencipta (QS35:28). Ilmu melingkari dan berpusat pada Allah Ilmu berkiblat ke Allah dan fitrah manusia (QS3:7; QS32:15; QS3:190-191; QS36:33-40; QS30:21-24) Ilmu-ilmu diajarkan pada MANUSIA. Tidak ada ilmu manusia barat atau ilmu manusia timur. Yang ada adalah ilmu yang HAQ atau yang BATHIL.

PEMIKIRAN 4

Masalah-masalah agama
Perselisihan pemahaman ajaran antara kelompok agama mayor(S29:46) Perselisihan pemahaman ajaran antar sekte dalam agama tertentu (konservatif vs liberal) (S Rum: ) Terjadinya konflik kepentingan antara pimpinan atau antara jemaah pembentukan kelompok tandingan,dsb dapat menimbulkan perpecahan Tidak ada organisasi / kepemimpinan yang bebas dari kepentingan2, skandal finansial, politik, fitnah, dsb. (S2:42,44,188)

Dilema agama
Apakah agama benar-benar memberikan rahmatan lil aalamiin Melalui pembentukan manusia2 yang berkepribadian tangguh, yang akhlakul kariim? Ataukah sebaliknya, Membentuk manusia-manusia sakit yang agresif, intoleran, munafik, menimbulkan permusuhan, perpecahan dan peperangan di dunia, yang akhirnya akan mengarah pada kehancuran ?

Fakta yang ada (1)


Tidak ada satupun agama yang monolit, semuanya terdiri dari sekte / aliran : Mempunyai kepercayaan inti yang sama, tetapi masing2 punya keunikannya sendiri Ditentukan oleh pimpinan agama dan karakteristik jemaah Berbeda dan tidak sepaham mengenai teks/ayat2 suci tertentu dan praktek ritual (QS30:32 ; S23:52-54)

Fakta yang ada (2)


Sepanjang sejarah telah terjadi krisis keimanan pada penganut agama,yang tampak dalam :
Keraguan / kehilangan iman, perpindahan ke agama lain Kelompok ekstrim berusaha menggantikan nilai-nilai tradisional agama tertentu dengan intoleransi, dan militerisme Ketakutan akan invasi pengaruh luar yang melunturkan keimanan mainstream, dengan pelbagai bentuk penghakiman, pemaksaan, penindasan, dsb. (S109;S34:24-26; S6:108; S2:190-193)

Dilema spiritualitas
Spiritualitas dan agama
Bertujuan untuk kesejahteraan manusia, sebagai rahmatan lil aalamin, dan menjanjikan kepada manusia untuk pengembangan dan transformasi diri kearah kesempurnaan Mencegah disfungsi dan patologi ?

Menimbulkan akibat de-humanisme yang patologik dan mengancam kesejahteraan / kehidupan ?

Beberapa fakta/perisitwa dunia yang terjadi dalam beberapa dekade terakhir, menggambarkan bagaimana nilai-nilai spiritual dapat menjadi patologik dan berbahaya, bila DOKTRIN berada di atas segalanya, di atas keselamatan dan kesejahteraan umat manusia:
Jonestown massacre di hutan Guyana 1978 Serangan gas Sarin di Tokyo oleh Aum Shinrikyo 1995 Bom bunuh diri menara WTC di Amerika 9/11/2001 Bom di Inggris 7 Juli 2005

Dampak negative spiritualitas terhadap Keswa


Ada dua pertanyaan yang dapat ditanyakan mengenai konsep spiritualitas yang patologik:

1. Kapankah keyakinan, praktek dan pengalaman spiritual menjadi patologis? 2. Apakah suatu kondisi/keadaan mental yang psikopatologik dapat dipahami sebagai sesuatu yang spiritual?

PEMIKIRAN 5

Psikopatologi
Definisi psikopatologi :
Ilmu yang mempelajari
Manifestasi gangguan jiwa (mental) gejala dan diagnosis (pendekatan deskriptif fenomenologik) Sebab / proses terjadinya gangguan jiwa (mental) - (pendekatan psikodinamik)

Suatu keadaan jiwa / mental yang patologik / maladjusted.

Manifestasi psikopatologi
(Pendekatan deskriptif fenomenologik)
Gejala psikopatologi (gangguan jiwa) dapat terlihat dalam beberapa bentuk:
waham (delusi) dan halusinasi mania depresi excessive guilt & suicidal cemas obsesif Kompulsif

perilaku psikopatik Moral Defectives

Bila substansi utama dari konflik berhubungan dengan agama, manifestasi gejala akan diwarnai oleh isu-isu keagamaan dan mystik

Waham keyakinan2 yang salah yang diyakininya sebagai benar, walaupun berbagai fakta telah membuktikan kesalahan itu (waham kebesaran, waham kejaran, waham mistik/magik, waham nihilistik/dosa) Halusinasi persepsi indera tanpa ada stimulus yang nyata : auditif, visual, taktil, rasa dan bau

Euphoria-mania perasaan berlebihan dalam rasa gembira, bahagia, nikmat, optimisme, dengan pikiran2 yang melambung tinggi.
depresi individu perasaan berlebihan dalam rasa bersalah, kesedihan, pesimisme, ketidak berdayaan, keputus-asaan, sering disertai dengan pikiran dan percobaan bunuh diri

Cemas berlebihan perasaan cemas / takut berlebihan mengenai keadaan saat ini, masa depan, yang tidak berdasar pada sebab yang faktual Obsesi kompulsi dorongan2 pikiran dan/atau kegiatan2 yang berulang tanpa tujuan yang jelas,, walaupun individu sadar bahwa hal2 itu tidak perlu, tapi ia tidak mampu untuk mengendalikan dorongan mengulang-ulang itu.
Disosiasi perubahan kesadaran sebagian atau keseluruhan untuk waktu tertentu, dimana individu merasakan dan melakukan hal-hal diluar kesadaran dan kendali diri yang biasa. Agitasi-impulsivitas perillaku agresif psikomotor yang tidak terkendali, sering timbul dengan tiba-tiba./ tidak terduga.

Gangguan psikopatik (Moral Defectives)


Individu menderita defisit akhlak, yang menjadi pola dasar dalam kehidupanya di masyarakat penyakit hati (dalam arti penyakit qalbu?), yang tanda-tandanya a.l.
White Colour Crimes Kedengkian, dendam, keserakahan, kebohongan, tipu, irihati dan sirik, khianat angkuh, intoleran kehilangan kesanggupan untuk: memberi/memelihara kasih, bertenggang rasa, rukun dan kebersamaan, saling percaya dan harapan, Menggunakan agama sebagai rasionalisasi melampiaskan penyakit hati nya itu. (QS 2: 8-20; QS 63: 1-9)

The manifestation of spiritual emergencies


ranges from a simple yet profound experience of psychological renewal and individuation, throughpeak experience (episodes of unitive consciousness), the shamanic crisis, past life experiences, near death experience, possession states and the awakening of kundalini (Grof & Grof , 1989)

Symptoms of a spiritual emergency often involve


An intensification of feeling Visions and perceptual changes Unusual thought processes A variety of physical sensations

Kundalini phenomena Suatu keadaan psiko-spiritual


dengan manifestasi gejala-gejala sbb (Sanella, 1978) Motor phenomena including automatic body movements and postures, unusual breathing patterns and occasionally paralysis. Sensory phenomena including tickling, heat and cold sensations, inner lights and visions, inner sounds Interpretive phenomena such as unusual or extreme emotion, distortions of thought processes, detachment, dissociation Neurophysiological phenomena such as out-of-body experiences and paranormal experiences.

Pendekatan deskriptif fenomenologik


Skema pendekatan psikopatologi

PSIKOEDUKATIF

ORGANOBIOLOGIK

SOSIO KULTURAL

Aspek biologik

What is psychiatry without a brain?


Peran otak sebagai the organ of the mind Brain activity = brain circuits = neuronal activities Peran sebagai faktor inrinsik / nature Lingkungan : keluarga, masyarakat, budaya, agama, pendidikan dsb Peran sebagai faktor ekstrinsik / nurture Interaksi antara Nature dan Nurture

Modal dasar

Proses

Hasil Akhir

Nature Faktor Intrinsik

Nature

Nurture Faktor Ekstrinsik

Outcome

Brain circuits

Neurotransmitters in schizophrenia / psychosis


Dopamine hypothesis
Hyperactivity of dopamine neurons mediates positive symptoms Hypoactivity of dopamine neurons mediates cognitive, negative and affective symptoms

Glutamate hypothesis
Post excitotoxic overactivity of glutamate system burn out of neuronal system behavioral deficits state of negative symptoms

Key dopamine pathways in the brain:


Mesolimbic positive symptoms of schizophrenia Mesocortical cognitive, negative & affective symptoms Nigrostriatal part of the extra pyramidal system, controls movements Tuberoinfundibular controls prolactine release

Dopaminergic pathways

Mesolimbic pathway

Mesocortical pathway to DLPFC

Key glutamate pathways

Stephen Stahls Essential Psychopharmacology 3rd edition, 2008

Neurodegenerative hypothesis of schizophrenia


Bioneurological facts:
The presence of functional & structural abnormalities demonstrated in neuroimaging studies (fMRI, PET), imaging malfunctioning circuits of the brain of schizophrenics suggest that a neurodegenerative process with progressive loss of neuronal functioning may be going on during the course of schizophrenia Glutamate may cause neuronal death/damage by a process where the normal excitatory function of glutamate run amok, which is called excitotoxicity

Brain circuits in depression

Neurotransmitters in depression
Monoamine hypothesis Malfungsi dari sistim trimonoaminergik (NE, SE, DA) dipelbagai ciruit otak, berkaitan dengan:
Produksi, metabolisme, reuptake (neurotransporter), kekurangan serotonin, norepinefrin, dopamin di celah synaps Keterlibatan neurotransmitter dan area otak yang berbeda-beda, tergantung profil gejala yang ada Reseptor-reseptor (presynaps, postsynaps, neurotransporter), yang terlibat : 5HT1A,2A,2C ; alpha 2A, 2B, 2C, alpha 1, NET, D1, D2, DAT, dsb.

Depressed mood circuits

Suicidal ideation circuits

Guilt/worthlessness circuits

Brain circuits pada anxiety


Amygdala, memainkan peran sentral pada anxietas dan ketakutan, Mempunyai koneksitas resiprokal dengan regioregio otak yang luas : Hypothalamus, hippocampus, thalamus, brainstem sites (PAG, raphe nucleus, locus coeruleus, PBN), orbital prefrontal cortex, anterior cingulate cortex.

Gejala anxietas/ketakutan berhubungan dengan malfungsi dari amygdala-centered circuits

Neurotransmitters in anxiety
Neurotransmitters yang meregulasi circuits itu meliputi : serotonin (5HT), gamma-aminobutiric acid (GABA), glutamate, corticotrophin releasing factor (CRF), and norepinephrine (NE); in addition, voltage- gated ion channels are involved in neurotransmission within these circuits

Genes and psychiatry


Hipotesis:
Gangguan mental tidak disebabkan oleh gen tunggal dan juga tidak oleh abnormalitas genetik tunggal yang halus, tetapi oleh kontribusi kecil2 multipel dari beberapa gen. Semuanya berinteraksi dengan stressor dari lingkungan Bukan hanya sekedar gen dominan atau resesif, melainkan suatu set dari faktor2 risiko yang kompleks yang membuat seseorang menyimpang kearah suatu penyakit, tetapi tidak menyebabkannya (complex genetics)

Stahls Essential Psychopharmacology, 2008

Gen expression

Genome
Mutation

Environment

Gene regulation

Pathway from genes to mental illness


Genes (Genotypes) Mental illness (moral defectives) (Phenotypes)

Endophenotypes
Biological endophenotypes Symptom endophenotypes

Stress diathesis
Resume, Prasetyo Jan, 2010

Model Stress-Diathesis
Berkembangnya gejala2 psikiatrik seringkali merupakan hasil dari interaksi pengaruh genetik dan lingkungan : stress-diathesis model Stressor kingkungan dapat menambah risiko, atau diathesis, bagi berkembangnya suatu gangguan mental Individu2 dengan genome normal memiliki circuit2 normal aktivasi normal dari circuit2 sebagai respons terhadap stressful events Mereka memiliki biological phenotype yang normal Individu2 seperti itu tidak akan mengekspresikan suatu penyakit, tetapi sebaliknya akan memperlihatkan suatu phenotype normal tanpa gejala perilaku yang menyimpang

Stahls Essential Psychopharmacology, 2008

(genetically biased circuit but no symptoms)

Stahls Essential Psychopharmacology, 2008

(stress-diathesis model of psychiatric symptoms)

Stahls Essential Psychopharmacology, 2008

Aspek psiko-edukatif-sosiospiritual

Konsep makna psikodinamik dari suatu gangguan mental


Konsep psikodinamika mengenai genesis gangguan mental, menyatakan bahwa gangguan itu terjadi sebagai akibat dari adanya masalah dalam perkembangan ego dan kepribadian, yang kmd mencapai kulminasi sebagai kesulitan adaptif di masa remaja dan dewasa muda dikonsepsikan dalam pelbagai : Teori psikoanalitik: Sigmund Freud / Karl Abraham, Melanie Klein, Edward Bibring, Edith Jacobson, Silvano Arieti, Heinz Kohut, John Bowlby Teori interpersonal transaksional : Eric Berne Teori Belajar (Learning theory) past & present :
Classical dan Instrumental Conditioning : Pavlov, Skinner Teori kognitif (CBT/RET-REBT) : Aaron Back, Albert Ellis.

Pandangan klasik teori-teori tersebut menyatakan bahwa gangguan mental / emosional-perilaku umumnya berakar di masa anak dan berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti misalnya:
Gangguan dalam hubungan ibu-anak (infant-mother attachment / relationship) Perpisahan/kehilangan (real or imagined) di masa anak Introjeksi dan defens2 immatur yang menetap hingga dewasa Represi amarah, ambivalensi (love & hate) terhadap objek cinta, yang kemudian diarahkan ke dalam diri (introjeksi) Gagalnya menumbuhkan a positive sense of self esteem & self cohesion, di masa anak. Kontaminasi Adult Ego state oleh Parent / Child Ego States Konsekuensi dari pembelajaran di masa lalu.

Makna psikodinamik gangguan keswa perspektif spiritualitas Spiritual emergency is a term first coined by
Stanislav Christina Grof (1989) to describe a range of dramatic experiences and unusual states of mind that suggest :

both a crisis and an opportunity of rising to a new level of awareness or spiritual emergence.

Dampak negatif agama terhadap kesehatan jiwa


Konig et al identify 3 groups of these
1. Meningkatnya jumlah dan jenis pengalaman stres biasanya karena berlebihan dalam penyerahan diri atau praktek ritual agama penelantaran tanggung jawab lainnya, atau, interpretasi yang terlalu kaku mengenai ayatayat kitab suciperilaku pemaksaan terhadap orang lain
2. Dampak negatif dalam sikap dan proses kognitif, termasuk cara berpikir yang rigid / legalistik, rasa bersalah yang berlebihan, stigmatisasi terhadap orang dengan keyakinan agama yang berbeda, pembenaran atau menyembunyikan pemiikiran2 , sikap dan perilaku yang patologik/maladaptif.

3. Perilaku coping yang terganggu termasuk misalnya, menolak untuk mencari pertolongan medik yang sesuai karena terlalu percaya dan mengandalkan ritus-ritus dan nasehat dogmatis keagamaan..

Dampak-dampak negatif itu, dalam psikiatri harus dijelaskan dari aspek model bio-psiko-sosial gangguan psikiatrik.

Hal-hal yang dapat mengarahkan agama ke psikopatologi (1)


Persepsi agama diajarkan dari manusia ke manusia melalui proses pembelajaran bisa kontributif / protektif terhadap timbulnya psikopatologi Persepsi itu dapat menggerakkan dan menimbulkan respons emosi/afek yang kuat dan mendalam. Motivasi beragama tipe extrinsik (Allport) Agama digunakan untuk kepentingan pribadi, kelompok, rasionalisasi kebencian dan dendam, intoleransi, perilaku yang tak bertanggung jawab, penindasan, permusuhan dan peperangan (S2:190-192; S60:8-9; S30:32; S6:108; S23:52-54)

Hal-hal yang dapat mengarahkan agama pada psikopatologi (2)


Keimanan (faith) memerlukan adanya kepercayaan pada yang gaib, sehingga batas antara wahyu dan sisipan-sisipan rekayasa dapat menjadi kabur dan mudah dimanipulasi Kaburnya batas antara iman dan mitos, antara berpikir abstrak dan konkrit. Persepsi dan interpretasi guru dan jemaah yang tidak lepas dari latar belakang : sosial, intelektual, pembelajaran, pengalaman, kepentingan, kebutuhan psikologik

Hal-hal yang dapat mengarahkan agama pada psikopatologi (3)


Ketidak seimbangan RASIO & EMOSI
Akan mencuatkan konflik antara penjelasan2 ilmiah rasional vs dogmatis irasional Intensitas emosi yang ditimbulkan dapat sedemikian luar biasa konflik kejiwaan mencetuskan berbagai jenis dan intensitas reaksi perilaku defensif. Akal sering terkalahkan, sehingga terjadilah pengrusakan, penghancuran, pembunuhan, dsb. yang justru bertentangan dengan hakekat agama.

Spiritualitas sehat >< patologik


Chambers et al, 1994; Kendall, 2006 Rather than attempting to classify groups into
good or bad, harmful and not harmful, and their beliefs into true or false, it can be helpful to consider a continuum with a critical point after which a group can progress to become harmful, if it takes its beliefs and/or practices to the extreme

Batista (1996) mendeskripsikan spiritualitas patologik, melalui eksplorasi apakah spiritualitas itu merupakan : Spiritual defences are spiritual beliefs that prevent
people from expressing their actual, embodied, emotional self atau

Offensive spirituality the assertion of ones self as


spiritually developed as a means of constraining another person. It is the narcistic use of spiritual persona or spiritual identification

Formulasi bio-psIkososial
Perumusan masalah dan usaha mencari solusi harus meliputi tiga dimensi pengalaman manusia experience (biologik, psikologik dan sosial) Merumuskan gejala dan problema manusia dalam konteks holistik manusia, dan manusia dalam konteks keluarga, komunitas dan budaya. Dengan memasukkan riwayat spiritual proses perumusan dan solusi menjadi lebh sempurna

formulasi bio-psikososio-spiritual

PEMIKIRAN 6

Implikasi dalam intervensi terapi


Modal dasar Proses Hasil Akhir

Faktor Intrinsik

Nature

Nature

Nurture Outcome Faktor Ekstrinsik Manifestasi perilaku (Normal / Patologik)

Rekayasa genetik?

manipulasi lingkungan pendidikan, psikoterapi, psikotropika, intervensi di circuit otak / endophenotypes mutasi epigenetik/regulasi genetik ( stimulasi fisik-mental-spiritual, sosialisasi, nutrisi )

Intervensi terapeutik psikiatrik


Perencanaan dan pelaksanaan terapi, harus di tujukan pada kesejahteraan pasien secara holistik buat atas dasar formulasi diagnostik bio-psikososial-spiritual Yang ditegakkan atas hasil evaluasi faktorfaktor biologik, stressor psikososial, kekuatan dan kelemahan pasien, motivasi, psychological mindedness.

Target terapi psikiatrik


Secara garis besar, target terapi psikiatrik adalah:
Mengurangi / menghilangkan gejala yang menyebabkan penderitaan Membantu mengatasi konflik Memperbaiki mekanisme defens kearah yang lebih sehat Mendorong perkembangan kepribadian menjadi lebih positif / lebih matang Mengembalikan fungsi sosial dalam masyarakat

Modalitas terapi : Terapi biologik


Psikofarmakoterapi memperbaiki keseimbangan Terapi biomolekuler
Neuronal system : re development, maturasi sel, migrasi, synaptogenesis, neuronal death, dsb. Genetic mutation, rekayasa genetik, stem cell, dsb neurotransmitters dalam brain circuits yang terkait perbaikan information processing

Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi baku (analitik, behavioral, kognitif, interpersonal, dsb.) Terapi spiritual dan religi semakin diakui sebagai komponen penting dalam pengobatan psikiatrik.

Lukoff (1996 b)

Evaluation for medication ( a necessary clinical decisiion


may need to be made between allowing the psychotic experience full expression with natural resolution, or, using medication to suppress symptoms in order to alleviate damaging psychological distress)

Scotton (1996 b) and House (2001)


Interventions desinged to treat Kundalini without
suppressing symptoms with conventional psychiatric treatment produce better outcomes.

Kepustakaan:
1. 2. Buah dari Penghayatan Agama, Prof.Dr.dr. DB.Lubis, SpKJ (K), 2008 untuk kalangan sendiri, tidak dipublikasi Penyakit Hati (Qolbu) dan Psikiatri, Prof.D.B.Lubis, SpKJ(K), 2009 untuk kallangan sendiri, tidak dipublikasi

3. 4.

ESQ, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual, Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Ary Ginanjar Agustian, Penerbit Arga, 2001. Bahan Renungan Kalbu, pengantar Mencapai Pencerahan Jiwa, bahan Renungan ke-9, Bab. Agama Islam, hl.207-243, Ir. Permadi Alibasyah, Penerbit; Cahaya Makrifat Bandung, 2005. Mensucikan Jiwa, Bab 3, Hakikat Pensucian Jiwa, Said Hawwa, Alih Bahasa: Aunur Rafiq Shaleh Tmhid, Lc. Robbani Press, 1999. Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis, Dr. Anis Malik Toha, Perspek Spirituality and Psychiatry, Edited by Chris Cook, Andrew Powell & Andrew Sims,RCPsych Publications, 2009. Stahls Essential Psychopharmacology, Neuroscientific Basis and Practical Applications, Stephen Stahl, 3rd Edition, University of San Diego, Cambridge University Press, 2008

5. 6. 7. 8.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai