Brondolan yang dapat dikeluarkan dengan mudah Brondolan yang hanya dapat dikeluarkan dengan bantuan alat seperti : pisau, kampak atau sejenisnya
3.
Masing-masing kategori ditimbang sampai gr terdekat berturut-turut sebagai (W2) dan (W3)
d.
= 100 x [(W2+W3)/W1]
2. %Kehilangan Minyak di Brondolan di Janjang Kosong terhadap TBS :
Harsunu Purwoto
Page 1
2.
d.
Harsunu Purwoto
Page 2
3.
conveyor.
2. Pabrik tidak menggunakan SSBC, sampel diambil dari empty bunch conveyor sebelum pengutipan USB.
c.
Metode Pengujian 1. 2. Sekitar 100 janjang kosong diamati secara visual tiap 1,5 jam sekali dan masing-masing janjang dibedakan atas USB dan janjang kosong. Dikatakan USB bila janjang tersebut masih memiliki sedikitnya 30 brondolan yang tertinggal.
d.
Kalkulasi
%USB =
4.
Kandungan minyak di janjang kosong sebelum Self Separation Bunch Crusher (SSBC) untuk pabrik menggunakan SSBC.
a. Sasaran Memperkirakan kandungan minyak di janjang kosong sebelum SSBC. b. Lokasi Pengambilan Sample Empty Bunch conveyor sebelum Bunch Elevator ke SSBC. c. Metode Pengujian 1. 2. Setelah pengujian USB selesai, amati 50 janjang kosong secara berurutan. Nomor pertama terhitung merupakan nomor urut pertama dan seterusnya. Pilih janjang bernomor urut 19 dan 45 sebagai sampel.
Harsunu Purwoto
Page 3
3. 4.
Lepaskan berondolan yang terikut pada janjangan terpilih. Tiap janjang kosong tersebut dipotong memanjang menjadi 4 (empat) bagian. Dua (2) bagian menyilang disatukan dan dipotong ujung-tangkai menjadi 4 bagian
5. 6.
Ambil 2 (dua) bagian ujung-tangkai menyilang dan dirajang hingga diperoleh panjang sekitar 1 cm, kemudian tempatkan ke dalam kantong plastik berlabel. Sampel tersebut diuji %Moisture, %O/WM, %O/DM dan %NOS menggunakan metode standard Analisa Minyak Sawit.
d.
Kalkulasi
% kandungan minyak di janjang kosong sebelum SSBC terhadap TBS :
5.
Harsunu Purwoto
Page 4
2.
b.
X X X
X : titik pengambilan sampel
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap screw press yang beroperasi.
d.
Metode Pengujian
1). 2). Sampel press cake ditimbang sampai gr terdekat (W1) Sortir sampel ke dalam kategori berikut : Fibre Nut bulat (W2) (W3)
Process Analysis and Quality Control
Harsunu Purwoto
Page 5
Masing-masing kategori ditimbang sampai gram terdekat Tempatkan fibre ke dalam kantong plastik berlabel untuk pengujian kehilangan minyak Nut bulat dari tiap screw press pada line yang sama juga ditempatkan ke dalam kantong plastik berlabel pengujian kehilangan minyak.
e.
Kalkulasi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. %fibre terhadap press cake %nut bulat terhadap press cake %nut setengah pecah terhadap press cake %kernel bulat terhadap press cake %kernel pecah terhadap press cake %cangkang terhadap press cake Total nut = W3+W4+W5+W6+W7 %nut pecah terhadap total nut %total nut terhadap press cake = 100 x (W2/W1) = 100 x (W3/W1) = 100 x (W4/W1) = 100 x (W5/W1) = 100 x (W6/W1) = 100 x (W7/W1) = W8
3.
Sasaran
Memperkirakan kehilangan minyak dari tiap screw press
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap screw press yang beroperasi.
Harsunu Purwoto
Page 6
d.
Metode Pengujian
Sampel fibre yang telah dicacah diuji %Moisture, %O/WM, %O/DM dan %NOS menggunakan metode standard Analisa Minyak Sawit.
e.
Kalkulasi
%kehilangan minyak di fibre terhadap TBS = 100 x 12,50% x %DM/WM x %O/DM
Catatan
1. 2. 12,50% adalah persentase fibre terhadap TBS. Nilai %DM/WM dan %O/DM diambil rata-ratanya berdasarkan kalkulasi jam operasi dari screw press.
4.
Sasaran
Memperkirakan kehilangan minyak di nut hasil pressan
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap line
d.
Metode Pengujian
1. 2. 3. Ambil sekitar 100 gr nut bulat secara acak dan bersihkan serabut yang masih tersisa. Pecahkan nut secara manual dan cangkang yang didapat masukkan ke dalam kantong plastik berlabel. Sampel cangkang diuji %Moisture, %O/WM, %O/DM dan %NOS menggunakan metode standard Analisa Minyak Sawit.
e.
Kalkulasi
%Kehilangan minyak di nut terhadap TBS = 100x 5,75% x %DM/WM x %O/DM
Harsunu Purwoto
Page 7
Catatan
1. 2. 5,75% adalah persentase cangkang terhadap TBS Nilai %DM/WM dan %O/DM diambil rata-ratanya berdasarkan hasil penganalisaan.
5.
Sasaran
Mengobservasi komposisi brondolan eks rebusan seperti %pericarp/brondolan, %oil/pericarp, %kernel/Nut, dan nilai akhir diperoleh brondolan/TBS dan memprediksi %Kernel/TBS
b.
c.
d.
Metode pengujian
Metode pengujian dibagi 3 (tiga), yaitu : 1). Brondolan normal eks rebusan a. b. Timbang sampel brondolan eks rebusan sampai gr terdekat (W1) Sortasi sampel ke dalam kategori berikut :
c. d.
Timbang masing-masing kategori sampai gram terdekat Pilih sampel proporsional dengan mengkalkulasi masing-masing ketegori (tidak termasuk calyx leaves dan dirt dan juga parthenocarpic) kedalam rata-rata terbaik memperoleh berat 100 gr sampel proporsional seperti contoh berikut : Jika ditemukan contoh hasil komposisi berikut:
Harsunu Purwoto
Page 8
Brondolan bagian luar 53% terhadap brondolan normal, Brondolan bagian dalam 39% terhadap brondolan normal, Pericarp terlepas 5% terhadap brondolan normal, Nuts 3% terhadap brondolan normal.
53 gr 39 gr 5 gr 3 gr 100 gr
Pericarp terlepas
Nuts Total
Tempatkan sampel proporsional ini ke cawan untuk analisa pericarp dan nut.
2).
Analisa Pericarp a. b. c. d. e. Timbang sampel proporsional sampai gr terdekat (W8) Letakkan sampel di lembaran kaca. Pisahkan dan kikis pericarp dari nut dan pastikan nut telah bebas dari minyak dengan menggunakan cutter Timbang pericarp sampai gr terdekat (W9) Timbang nut sampai gr terdekat dan kehilangan berat nut plus pericarp harus dalam limit 1 gr, lebih dari itu analisa dianggap batal dan ulangi prosedur dari awal 1) sampai iv) f. g. Sampel pericarp diuji %Moisture, %O/WM dan %O/DM menggunakan metode standard Analisa Minyak Sawit. Tempatkan sampel nut di cawan untuk analisa nut.
3).
Analisa Nut a. Pecahkan keseluruhan nut secara manual ke dalam kernel bulat dan cangkang b. Timbang keseluruhan kernel sampai gr terdekat (W11)
Harsunu Purwoto
Page 9
c.
Sampel kernel dianalisa terhadap %Moisture menggunakan metode standard Analisa Mutu Inti Sawit.
e.
Kalkulasi
Brondolan Normal (W12) = (W2 + W3 + W4 + W5) %Brondolan Normal /sampel = W12/W1 x 100 %Calyx dan Dirt/sampel = (W6/W1) x 100 %Parthenocarpic/sampel = (W7/W1) x 100 %Pericarp/ Brondolan Normal = W9/W8 x 100 %Nut/ Brondolan Normal = (100 - %pericarp / Brondolan Normal) %Kernel basah/Nut = W11/W10 x 100
f.
Catatan :
0,24% merupakan target kehilangan kernel terhadap TBS di PKS.
Harsunu Purwoto
Page 10
2.
Sasaran
Memperkirakan kehilangan kernel di fibre cyclone
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap line
d.
Metode Pengujian
1. 2. 3. 4. 5. Sampel fibre ditimbang sampai gr terdekat (W1) Semua kernel dan nut dipisahkan dengan teliti dari kumpulan fibre Kernel pecah ditimbang sampai gr terdekat (W2) Nut bulat dan setengah pecah dipecahkan secara manual dan timbang kernel yang didapat berturut-turut sebagai W3 dan W4 Kernel bulat ditimbang sampai gr terdekat (W5).
e.
Kalkulasi
1. %kernel pecah terhadap sampel fibre cyclone : = 100 x (W2/W1) 2. %kernel dari nut bulat terhadap sampel fibre cyclone :
Harsunu Purwoto
Page 11
= 100 x (W3/W1) 3. %kernel dari nut setengah pecah terhadap sampel fibre cyclone : = 100 x (W4/W1) 4. %kernel bulat terhadap sampel fibre cyclone : = 100 x (W5/W1) 5. %Total kehilangan kernel terhadap sampel fibre cyclone : = 100 x ((W2+W3+W4+W5)/W1 6. %Kehilangan kernel di fibre cyclone terhadap TBS : = 100 x 12,50% x %kehilangan kernel x 0,9
Catatan
1. 2. 3. 12,50% merupakan persentase fibre terhadap TBS 0,9 merupakan faktor koreksi terhadap moisture yang ada di kernel. %kehilangan kernel diambil dari rata-rata %kehilangan kernel dari tiap line fibre
cyclone
3.
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap ripple mill atau nut cracker yang beroperasi
d.
Metode Pengujian
1. 2. Sampel campuran pecahan nut ditimbang sampai gr terdekat (W1) Campuran pecahan nut disortir ke dalam kategori sebagai berikut : Nut bulat Nut setengah pecah Kernel bulat W2 W3 W4
Process Analysis and Quality Control
Harsunu Purwoto
Page 12
3.
Kernel pecah
W5
e.
Kalkulasi
1. 2. 3. 4. 5. %nut bulat terhadap sampel pecahan nut %nut setengah pecah terhadap sampel pecahan nut %kernel bulat terhadap sampel pecahan nut %kernel pecah terhadap sampel pecahan nut %efisiensi ripple mill atau nut cracker = 100 x (W2/W1) = 100 x (W3/W1) = 100 x (W4/W1) = 100 x (W5/W1)
4.
Sasaran
Memperkirakan kehilangan kernel di LTDS
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap stage/tingkatan per line
d.
Metode Pengujian
Sampel LTDS disortir menggunakan metode Standard Analisa Inti Sawit
e.
Kalkulasi
%kehilangan kernel di LTDS terhadap TBS :
1. 2. 3. 4.
5,75% merupakan persentase cangkang terhadap TBS 60% merupakan proporsi total cangkang di aliran LTDS 0,9 merupakan faktor koreksi terhadap moisture yang ada di kernel %Kehilangan kernel diambil dari nilai rata-rata tiap stage/tingkatan.
Harsunu Purwoto
Page 13
5.
Sasaran
Memperkirakan kualitas sebaran kernel di separating column
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap stage/tingkatan per line
d.
Metode Pengujian
Sampel kernel dry separator (KDS) disortir menggunakan metode Standard Analisa Mutu Inti Sawit
6.
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap line
d.
Metode Pengujian
Sampel cangkang claybath disortir menggunakan metode Standard Analisa Inti Sawit
e.
Kalkulasi
%kehilangan kernel di claybath terhadap TBS : = 100 x 5,75% x 40% x %kehilangan kernel x 0,9
Catatan
1. 2. 3. 4. 5,75% merupakan persentase cangkang terhadap TBS 40% merupakan proporsi cangkang di aliran keluar claybath. 0,9 merupakan faktor koreksi terhadap moisture yang ada di kernel %Kehilangan kernel diambil dari nilai rata-rata tiap line.
Page 14
Harsunu Purwoto
7.
Kernel Claybath
a. Sasaran
Memperkirakan kualitas sebaran kernel di claybath
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift untuk tiap line
d.
Metode Pengujian
Sampel kernel claybath disortir menggunakan metode Standard Analisa Mutu Inti Sawit
8.
Kernel Silo
a.
Sasaran
Memperkirakan mutu kernel dari tiap silo
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian per shift
d.
Metode Pengujian Sampel kernel silo disortir menggunakan metode Standard Analisa Mutu Inti Sawit
9.
Kernel Produksi
a.
Sasaran
Memperkirakan mutu kernel produksi
b.
c.
Frekuensi Pengujian
Harsunu Purwoto
Page 15
Metode Pengujian
Sampel kernel produksi disortir menggunakan metode Standard Analisa Mutu Inti Sawit
Sasaran
Memperkirakan proporsi nut terhadap TBS
b.
Lokasi Pengambilan Sampel Pengeluaran pada depericarper sebelum masuk ke nut silo Frekuensi Pengujian
2 minggu sekali
c.
d.
Metode Pengujian
1. 2. 3. 4. 5. 6. Tampung sekitar 20 kg nut tiap 2,5 jam yang dimulai setelah 1,5 jam proses dan terakhir 2 jam sebelum proses stop. Timbang sampai kg terdekat (W). Catat waktu untuk tiap pengambilan (t detik) serta jumlah unit press yang beroperasi. Lakukan 3 kali pengukuran dalam tiap pengambilan. Ambil 1 kg sampel nut tiap line untuk keperluan histogram. Lakukan quartering sampel di akhir pengambilan hingga didapat 1,5 kg sampel nut dan tempatkan pada kantong plastik berlabel
e.
Kalkulasi
1. Setiap 2,5 jam Laju nut produksi : N1 N2 N3 N4 = 3600 x (W/T) = 3600 x (W/T) = 3600 x (W/T) = 3600 x (W/T) Ntotal Unit press beroperasi n1 n2 n3 n4 ntotal
2.
Akhir Pengolahan
Kapasitas press (Kp) per unit = TBS olah/total jam kerja screw press (kg/jam)
Harsunu Purwoto
Page 16
3.
Total Pengujian
Total nut produksi saat pengujian Total TBS saat pengujian Proporsi nut terhadap TBS = Ntotal kg = (ntotal x Kp) kg = (Ntotal x 100)/(ntotal x Kp)
4.
Catatan
Data pengujian bulanan diperoleh dengan mengkumulatifkan data pengujian 2 mingguan
b.
Metode Pengujian
1. 2. Pisahkan sampel nut dari fibre, nut setengah pecah, kernel bulat, cangkang dan kotoran yang terikut. Lakukan pengelompokan nut berdasarkan ukuran diameter dengan memakai
plate histogram yang berbentuk elips (tidak bulat) seperti gambar berikut :
2x
x
3. Kelompokkan masing-masing nut yang berdiameter sama dan hitung (A) dan timbang (B) sampai 0,1 gr terdekat untuk masing-masing diameter yang diperoleh. 4. Pecahkan nut secara manual dan usahakan agar diperoleh kernel bulat dan tempatkan kernel tersebut dari nut yang berdiameter sama, kemudian hitung (C) dan timbang (D) sampai 0,1 gr terdekat. 5. 6. Tempatkan keseluruhan kernel pada kantong plastik untuk pengujian kernel histogram Lakukan pengelompokan kernel berdasarkan ukuran diameter kernel dan tempatkan kernel yang berdiameter sama dalam satu tempat, kemudian hitung (E) dan timbang (F) sampai 0,1 gr terdekat. Lakukan tes kadar air (moisture) terhadap kernel hasil percobaan.
7.
Harsunu Purwoto
Page 17
c.
Frekuensi Pengujian
Satu kali tiap bulan
d.
Metode Pengujian
1. 2. Tampung sekitar 30 kg cangkang dari tiap pengeluaran cangkang per line. Timbang sampai kg terdekat (W11 untuk LTDS 1 line A, W12 untuk LTDS 1 line B, W21 untuk LTDS 2 line A, W22 untuk LTDS 2 line B, W31 untuk claybath line A dan W32 untuk claybath line B). Catat waktu untuk pengambilan 30 kg cangkang (T11, T12, T21, T22, T31, dan T32) Ulangi 3 kali hingga didapat rata-rata untuk W11, W12 dan seterusnya, demikian juga untuk T11, T12 dan seterusnya.
3. 4.
e.
Kalkulasi
1. Berat cangkang : LTDS 1 Line A = 3600 x W11/T11 = S11 LTDS 1 Line B = 3600 x W12/T12 = S12 LTDS 2 Line A = 3600 x W21/T21 = S21 LTDS 2 Line B = 3600 x W22/T22 = S22 Claybath Line A = 3600 x W31/T31 = S31
sehingga: %LTDS 1 = 100 x [(S11+S12)/(S11+S12+S21+S22+S31+S32)] %LTDS 2 = 100 x [(S21+S22)/(S11+S12+S21+S22+S31+S32)] %claybath = 100 x [(S31+S32)/(S11+S12+S21+S22+S31+S32)]
Harsunu Purwoto
Page 18
STASIUN KLARIFIKASI
1. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel di stasiun klarifikasi pada titik pengambilan sampel sebagai berikut : a. b. c. Sampel pertama diambil 1,5 jam setelah proses dimulai dan sampel terakhir diambil 2 jam sebelum proses berhenti. 150 ml sampel cairan diambil tiap 2 jam sekali. Pada akhir pengambilan sampel, lakukan quartering sampel sampai didapatkan 150 ml dan tempatkan pada botol sampel berlabel.
2.
d.
Kalkulasi %Minyak = 100 x (volume lapisan minyak/volume sampel) %Emulsi = 100 x (volume lapisan minyak/volume sampel) %Sludge = 100 x (volume lapisan sludge/volume sampel)
Harsunu Purwoto
Page 19
3.
b.
c.
d.
%O/DM
dan
%NOS
4.
d.
5.
Harsunu Purwoto
Page 20
d.
Metode Pengujian Sampel minyak setelah purifier diuji %Moisture dan %Dirt menggunakan metode standard Analisa Mutu Minyak Sawit.
6.
Minyak Produksi
a. Sasaran Memperkirakan mutu minyak produksi. b. Lokasi Pengambilan Sampel Setelah vacuum drier. c. Frekuensi Pengujian 1. 2. 3. d. Setiap jam dilakukan pengujian FFA (Free Fatty Acid) dan di akhir shift dikalkulasikan untuk mendapatkan nilai rata-rata. Setiap jam dilakukan pengujian %Moisture dan di akhir shift dikalkulasikan untuk mendapatkan nilai rata-rata. Satu kali pengujian %Dirt per shift untuk tiap vacuum drier yang beroperasi.
Metode Pengujian Sampel minyak produksi diuji %Moisture, %Dirt dan %FFA menggunakan metode Standard Analisa Mutu Minyak Sawit.
7.
Sasaran
Memperkirakan mutu minyak di storage tank.
b.
Lokasi Pengambilan Sampel Storage tank yang digunakan. Metode Pengambilan Sampel
1. 2. Sekitar 150 ml sampel diambil dari tiap lapisan minyak pada bagian bawah, tengah dan atas storage tank menggunakan boom sampler. Sebelum dianalisa, sampel harus dikumpulkan dan diquartering sampai menjadi 150 ml.
c.
d.
Frekuensi Pengujian
Satu kali pengujian pada pagi hari untuk tiap storage tank yang digunakan.
Harsunu Purwoto
Page 21
e.
Metode Pengujian Sampel minyak storage tank diuji %Moisture, %Dirt dan %FFA menggunakan
metode standard Analisa Mutu Minyak Sawit.
8.
Pengiriman Minyak
a.
Sasaran
Mengukur mutu pengiriman minyak.
b.
driver.
c.
Frekuensi Pengujian
3 truk berurutan yang pertama selama pengiriman minyak sawit.
d.
e.
Metode Pengujian
Sampel minyak pengiriman diuji %Moisture dan % FFA menggunakan metode Standard Analisa Mutu Minyak Sawit.
f.
Catatan
1. 2. Sampel dari tiap truk pengiriman hendaknya disimpan sebagai duplikat sampai penerimaan selesai di bulking station. %Dirt untuk minyak pengiriman dapat diambil dari data stock minyak di pagi hari.
9.
Harsunu Purwoto
Page 22
b.
Lokasi Pengambilan Sampel Dari pipa pengumpanan yang menuju ke centrifuge atau decanter. Frekuensi Pengujian Satu kali pengujian per shift untuk umpan centrifuge atau decanter yang beroperasi. Metode Pengujian Sampel umpan centrifuge atau decanter diuji %Moisture, %O/WM, %O/DM dan %NOS menggunakan metode Standard Analisa Minyak Sawit.
c.
d.
c.
d.
c.
Harsunu Purwoto
Page 23
Sasaran
Memperkirakan kandungan minyak yang keluar dari centrifuge atau dari unit
decanter.
b.
Lokasi Pengambilan Sampel Buangan sludge dari Centrifuge/Decanter. Frekuensi Pengujian Satu kali pengujian per shift untuk tiap centrifuge/decanter yang beroperasi. Metode Pengujian Sampel sludge ex centrifuge/decanter diuji %Moisture, %O/WM, %O/DM dan %NOS
menggunakan metode standard Analisa Minyak Sawit.
c.
d.
e.
Kalkulasi
1. Menggunakan Sludge Centrifuge dengan formula : %Kandungan minyak di sludge centrifuge terhadap TBS = 100 x 38% x %DM/WM x %O/DM 2. Menggunakan decanter dengan formula : %Kandungan minyak di heavy phase decanter terhadap TBS = 100 x 32% x %DM/WM x %O/DM
f.
Catatan :
1. 2. 3. 38% merupakan persentase sludge ex centrifuge terhadap TBS. 32% merupakan persentase heavy phase decanter terhadap TBS. %DM/WM dan %O/DM diambil nilai rata-ratanya berdasarkan kalkulasi jam kerja centrifuge ataupun decanter.
Harsunu Purwoto
Page 24
c.
Frekuensi Pengujian Satu kali pengujian per shift untuk tiap decanter yang beroperasi. Metode Pengujian Sampel solid decanter diuji %Moisture, %O/WM, %O/DM dan %NOS menggunakan metode standard Analisa Minyak Sawit. Kalkulasi %Kehilangan minyak di solid decanter terhadap TBS = 100 x 4% x %DM/WM x %O/DM
d.
e.
f.
Catatan : 1. 2. 4% merupakan persentase solid decanter terhadap TBS %DM/WM dan %O/DM diambil nilai rata-ratanya berdasarkan kalkulasi jam operasi decanter.
b.
Lokasi Pengambilan Sampel Pengeluaran pompa sludge pit ke kolam limbah. Frekuensi Pengujian Satu kali pengujian per shift. Metode Pengujian Sampel final effluent diuji %Moisture, %O/WM, %O/DM dan %NOS menggunakan
metode Standard Analisa Minyak Sawit.
c.
d.
e.
Kalkulasi
1. Menggunakan Sludge Centrifuge dengan formula : % Kehilangan minyak di final effluent terhadap TBS = 100 x 55% x %DM/WM x %O/DM 2. Menggunakan decanter dengan formula: %kehilangan minyak di final effluent terhadap TBS = 100 x 49% x %DM/WM x %O/DM
Harsunu Purwoto
Page 25
f.
Catatan 1. 55% merupakan persentase final effluent terhadap Tandan Buah Segar (Pabrik menggunakan Sludge Centrifuge). 2. 49% merupakan persentase final effluent terhadap Tandan Buah Segar (Pabrik menggunakan Decanter).
Harsunu Purwoto
Page 26
HASIL ANALISA
Sasaran :
Mendapatkan penilaian hasil analisa aktual dengan target yang ditetapkan.
2.
3.
4.
%kandungan minyak di sludge ex centrifuge maksimal 0,28% terhadap TBS (menggunakan sludge centrifuge)
Harsunu Purwoto
Page 27
%kandungan minyak di heavy phase ex decanter maksimal 0,22% terhadap TBS (menggunakan decanter) %kehilangan minyak di solid ex decanter maksimal 0,12% terhadap TBS %kehilangan minyak di final effluent maksimal : o 0,42% terhadap TBS (menggunakan sludge centrifuge) o 0,30% terhadap TBS ( menggunakan decanter)
Harsunu Purwoto
Page 28
Metode Pengujian
1. 2. 3. Timbang 3-5 gr sampel minyak sampai 0,0001 gr di dalam conical flask 250 ml (W). Tambahkan 50 ml iso propil alkohol yang sudah dinetralisasi dan 4 tetes indikator phenolphtalein, kocok hingga homogen. Titrasi dengan larutan standard natrium atau potassium hidroksida 0.1 N tetes demi tetes sampai timbul warna jingga yang dapat bertahan minimal 30 detik.
b.
Kalkulasi
%FFA = 25,6 x t x N W
dengan t : volume larutan natrium hidroksida yang digunakan (ml) N W : normalitas larutan natrium hidroksida : berat sampel minyak yang digunakan
2.
Penentuan %Moisture
a.
Metode Pengujian
1. 2. 3. Timbang wadah yang digunakan sampai 0,0001 gr terdekat (W1). Tuang sampel ke dalamnya dan timbang sampai 0,0001 gr terdekat (W2). Keringkan sampel minyak di dalam microwave oven atau oven konvensional selama waktu yang telah ditentukan, kemudian dinginkan sampel keringnya di dalam desikator selama 30 menit. Timbang wadah dan sampel kering sampai 0,0001 gr terdekat (W3).
4. b.
Kalkulasi
%M oisture = 100 x [(W2-W3)/(W2-W1)]
Harsunu Purwoto
Page 29
3.
Penentuan %Dirt
a.
Metode Pengujian 1. Tempatkan glass fibre filter dalam gooch crucible dan timbang sampai 0,0001
gr terdekat (W4). 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sampel minyak kering setelah pengujian %Moisture, merupakan sampel untuk pengujian %Dirt. Tambahkan 100 ml hexane suling, kemudian aduk hingga homogen. Tuangkan larutan campuran minyak dan hexane ke dalam crucible dengan hati-hati dan gunakan pompa vacuum untuk menghisap campuran tersebut. Lakukan beberapa kali pembilasan dengan mempergunakan hexane suling sampai keseluruhan minyak dan kotoran telah dipindahkan. Pindahkan crucible dan bersihkan bagian luarnya dengan kertas tissue atau lap, kemudian keringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 30 menit. Timbang crucible sampai 0,0001 gr terdekat (W5).
b.
Kalkulasi
%Dirt = 100 x [(W5-W4)/(W2-W1)]
B.
1.
Kalkulasi %Cangkang dan serabut %Cangkang dari nut bulat %Cangkang dari nut setengah pecah
Harsunu Purwoto
Page 30
2.
Penentuan % Moisture
a. Metode Pengujian
1. Hasil sortasi (nut bulat, nut pecah, kernel bulat, kernel pecah dan cangkang) digerus secara manual dengan mengunakan mortar sampai diperoleh kehalusan maksimal 5 mm. 2. 3. 4. 5. Timbang crytalizing dish sampai 0,0001 gr terdekat (W1). Tempatkan kernel yang telah dipecahkan ke dalam dish dan timbang sampai 0,0001 gr terdekat (W2). Keringkan sampel dalam microwave oven atau oven konvensional, kemudian dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Timbang dish yang berisi sampel kering sampai 0,0001 gr terdekat (W3).
b.
3.
Metode Pengujian (lanjutan dari pengujian %Moisture) 1. Masukkan sampel kering ke dalam thimble dan letakkan kapas di atasnya. 2. Tempatkan extraction flask kering dalam desikator untuk pendinginan selama
3. 4. 30 menit, kemudian timbang sampai 0,0001 gr terdekat (W4). Sampel kering diekstraksi dengan hexane selama 7 jam dengan air pendingin yang mengalir selama ekstraksi berlangsung. Setelah ekstraksi selesai, sisa hexane dalam flask diuapkan dengan pemanasan berlanjut dari flask yang berisi minyak ekstrak pada heating mantle hingga secara visual tidak ada lagi hexane yang keluar dari flask, kemudian miringkan flask untuk mencegah minyak terbakar selama penguapan sisa hexane. Minyak ekstrak didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Timbang flask sampai 0,0001 gr terdekat (W5). Minyak ekstrak diuji sampel minyak. %FFA menggunakan metode pengujian %FFA untuk
5. 6. 7.
b.
Kalkulasi
%O/WM %DM/WM = 100 x [(W5-W4)/(W2-W1)] = 100 - % Moisture
Harsunu Purwoto
Page 31
%NOS %O/DM
20 x t x N (W5 W4)
dengan t N (W5-W4) : volume dari larutan natrium atau potassium hidroksida yang digunakan (ml) : normalitas larutan natrium atau potassium hidroksida : berat minyak ekstrak
Harsunu Purwoto
Page 32
Metode Pengujian
1. 2. 3. 4. 5. Timbang wadah yang akan digunakan sampai 0,0001 gr terdekat (W1), bersama kapas bila diperlukan. Letakkan sampel ke dalam wadah kemudian kapas yang tidak menyentuh sampel. Timbang sampai 0,0001 gr terdekat (W2). Keringkan sampel dalam microwave oven atau oven konvensional, kemudian dinginkan sampel kering dalam desikator selama 30 menit. Timbang wadah bersama sampel kering sampai 0,0001 gr terdekat (W3).
b.
2.
6.
Harsunu Purwoto
Page 33
b.
Metode Pengujian Menggunakan Ekstraksi Soctec 1. Pindahkan sampel kering beserta kapas ke dalam thimble berlabel dengan menggunakan spatula dan bila diperlukan tambahkan beberapa tetes hexane
suling ke dalam sampel. 2. 3. 4. Tempatkan extraction cup kering dalam desikator selama 30 menit dan timbang sampai 0,0001 gr terdekat (W4). Isi 50 ml hexane suling ke dalam extraction cup dan tempatkan thimble pada sistem ekstraksi. Waktu ekstraksi diatur sebagai berikut : Jenis Sampel Cairan Waktu Bilas 50 menit
Total 70 menit
Padatan
20 menit
55 menit
5. 6.
Setelah ekstraksi, sisa hexane dalam extraction cup berisi minyak diuapkan. Minyak ekstrak dalam extraction cup dikeringkan dalam oven konvensional pada suhu 105oC selama 30 menit dan dinginkan dalam desikator selama 30 menit. Timbang extraction cup yang berisi minyak hasil ekstraksi sampai 0,0001 gr terdekat (W5). %O/WM %DM/WM %NOS %O/DM = 100 x [(W5-W4)/(W2-W1)] = 100 - % Moisture = 100 (% Moisture + %O/WM) = 100 x (% O/WM/% DM/WM)
7.
Kalkulasi
Catatan
Untuk analisa kehilangan minyak pada janjang kosong, hasil perhitungan %O/WM dikurang 0,35% (sebagai minyak lilin).
B.
Harsunu Purwoto
Page 34
3.
Kernel yang berasal dari nut bulat dan nut setengah pecah dikeluarkan dengan pemecahan manual dan timbang masing-masing kategori berikut : Kernel dari nut bulat (W4) Kernel dari nut setengah pecah (W5) = 100 x (W2/W1) = 100 x (W3/W1) = 100 x (W4/W1) = 100 x (W5/W1) = 100 x [(W2+W3+W4+W5)/W1]
Kalkulasi
%Kernel pecah %Kernel bulat %Kernel dari nut bulat %Kernel dari nut setengah pecah %Total kehilangan kernel
Harsunu Purwoto
Page 35
UMUM
1. Perawatan dan Penggunaan Timbangan Analitik
Timbangan analitik merupakan peralatan yang penting di dalam laboratorium dimana akan dipaparkan cara perawatan dan penggunaannya. 1.1. Perawatan Timbangan Analitik 1. 2. 3. 4. 5. 6. Timbangan harus diletakkan pada tempat yang bebas dari getaran Timbangan harus ditempatkan pada daerah yang benar-benar rata dimana kaki timbangan dapat diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan posisi yang horisontal Timbangan hendaknya ditempatkan jauh dari tempat lalu lalang dan terlindung dari kotoran serta perubahan kelembaban seperti penempatan dalam ruangan ber-AC Jendela timbangan harus ditutup bila tidak dipergunakan Bersihkan segera tumpahan yang ada di dalam ruang penimbangan Matikan timbangan setelah pekerjaan selesai.
1.2. Penggunaan Timbangan Analitik 1. 2. Angka timbangan harus pada skala nol setiap kali selesai penimbangan Materi yang sama harus mempunyai temperatur yang sama antara penimbangan pertama dan penimbangan kedua agar diperoleh hasil yang akurat dimana beberapa materi kering yang ditempatkan di udara terbuka akan menyerap air pada bagian permukaannya dan dapat mengakibatkan terjadinya penambahan berat. 1.3. Kebersihan Kebersihan dan kerapihan laboratorium harus dijaga, barang-barang pecah belah yang tidak digunakan harus disimpan dalam lemari dan dibersihkan terlebih dahulu. Keretakan dan kerusakan pada alat segera dicatat. 1.4. Kebersihan Barang Pecah Belah Analis laboratorium harus mengerti bahwa kotoran yang mudah larut dengan air, harus dibilas dengan air yang cukup. Kotoran yang sukar dikeluarkan, harus dibersihkan dengan
Page 36
3. 4.
Tambahkan sekitar 500 ml asam sulfat pekat secara perlahan-lahan Biarkan dingin pada temperatur 40oC sebelum disimpan di dalam botol penyimpanan.
b.
Larutan Asam Perm anganat 1. Lakukan seperti prosedur di atas untuk pembuatan larutan asam permanganat dengan melakukan penimbangan sekitar 25 gram potassium permanganate.
1.6. Pencatatan Laporan Sistem pencatatan laporan yang baik sangat penting, tidak dapat diabaikan dan merupakan tanggung jawab asisten laboratorium. Langkah-langkah yang harus diperhatikan : 1. 2. 3. Semua laporan harus rapi dan ditulis dengan tinta. Setiap buku laporan harus disampul. Buku laporan yang harus disiapkan : Buku untuk mencatat hasil tes rutin seperti penimbangan, titrasi dan hasil 4. perhitungan. Buku ringkasan hasil analisa yang berisi semua hasil tes dari hari ke hari sebagai
informasi dan perhatian bagi manager pabrik beserta staffnya. Semua data harus dicatat dengan jelas ke dalam logsheet
1.7. Keselamatan
Sumber kebakaran di laboratorium dapat disebabkan oleh pelarut seperti hexane atau petroleum ether yang digunakan. Kurangnya ketelitian dapat menyebabkan timbulnya percikan api dan dapat mengakibatkan rusaknya peralatan dan korban jiwa. Pencegahan ini harus selalu diperhatikan sepanjang waktu. 1. 2. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut hexane atau petroleum ether harus dilakukan di atas electrothermal. Air pendingin ke kondensor harus dijaga selama ekstraksi berlangsung untuk menghindari penguapan pelarut secara berlebihan yang dapat menimbulkan percikan api. Semua peralatan yang dipergunakan dalam ekstraksi harus dalam kondisi baik. Pengutipan pelarut dilaksanakan dengan hati-hati menggunakan flask destilasi atau di atas heating mantle. Periksa kondisi flask terhadap keretakan sebelum digunakan. Simpan pelarut organik secukupnya di dalam laboratorium. Pelarut harus disimpan di dalam wadah tertutup dan diletakkan di bawah tempat penyulingan sisa hexane untuk mencegah jangkauan api terhadap stock yang mudah terbakar.
Process Analysis and Quality Control
3. 4. 5. 6. 7.
Harsunu Purwoto
Page 37
Harsunu Purwoto
Page 38