Anda di halaman 1dari 6

Tinjauan Pustaka

Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009


Tatalaksana Psikofarmaka dalam
Manajemen Gejala Psikosis
Penderita Usia Lanjut
Andri
Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Abstrak: Penelitian menunjukkan bahwa pasien geriatri berpotensi tinggi untuk mengalami
gangguan psikosis. Prevalensi gejala psikosis pada pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%.
Banyak faktor yang menyebabkan keadaan tersebut, salah satunya adalah kondisi medis umum
geriatri yang kompleks. Hal tersebut membuat penatalaksanaan gejala psikosis pasien geriatri
selain dengan pemberian obat antipsikotik juga melibatkan perbaikan kondisi medis umumnya.
Pemberian antipsikotik pada pasien geriatri memerlukan perhatian khusus. Hal tersebut
dikarenakan seringkali pasien geriatri mempunyai lebih rentan terhadap efek samping obat
dibandingkan populasi pasien yang lebih muda. Beberapa tahun belakangan, pemberian
antipsikotik atipikal cukup efektif mengatasi gejala psikotik pasien geriatri dan yang memiliki
efek samping yang lebih sedikit. Pada makalah ini akan dibahas beberapa obat antipsikotik
atipikal seperti risperidone, quetiapine, olanzapine, clozapine, zotepine dan aripriprazole yang
berguna untuk mengatasi gejala psikosis pasien geriatri
Kata kunci: gejala psikosis, antipsikotik atipikal, pasien geriatri
444
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
Psychopharmacology Treatment in Managament of
Psychotic Symptoms in Geriatric Patients
Andri
Divison of Mental Health, Faculty of Medicine, Krida Wacana Christian University, Jakarta
Abstract: Studies have showed that geriatric patients has high potential risk to have psychotic
disorder. Prevalence of psychotic symptoms among geriatric patient is about 0,2-4,7%. Many
factors contributed to this condition, one of them is the medically complex condition in geriatric
patient. Thus, treatment of psychotic symptoms also reguire improvement of general giving
antipsychotic drugs. The use of antipsychotic drugs in geriatric patients needs special concern.
because geriatric patients are more vulnerable to the adverse effects of the drug compare to
younger patient population. In recent years the use of atypical antipsychotic is effective to over-
come the psychotic symptoms in geriatric patients and has less adverse effect. This paper will
discuss some of atypical antipsychotic such as risperidone, quetiapine, olanzapine, aripriprazole
and zotepine, which has potential effect in treating psychotic symptoms in geriatric patients.
Keywords: psychotic symptoms, atypical antipsychotic, geriatric patient
Pendahuluan
Penelitian telah memperlihatkan bahwa pasien geriatri
memiliki risiko untuk memiliki gejala psikotik . Beberapa di-
agnosis yang sering dihubungkan dengan gejala psikotik
pada pasien geriatri adalah demensia, delirium, skizofrenia
onset lambat, penyalahgunaan zat dan kondisi kelainan
neurologi. Gejala psikotik pada pasien usia lanjut dapat dilihat
dari berbagai kondisi. Penyebab dan manifestasi klinis
biasanya beragam tergantung dari kondisi yang men-
dasarinya.
1,2
Gejala psikosis akut biasanya terlihat pada pasien de-
lirium yang disebabkan oleh kondisi medis umum,
penggunaan obat yang salah dan gejala psikosis yang
diinduksi oleh obat.
Gejala psikosis yang kronik dan menetap biasanya
disebabkan oleh gangguan psikotik primer (seperti skizofrenia
kronis, skizofrenia onset lambat, gangguan waham dan
gangguan mood), psikosis yang disebabkan karena proses
neurodegeneratif (demensia Alzheimer, demensia vaskuler,
demensia badan Lewy dan penyakit parkinson) atau karena
kondisi medis yang kronik.
2
Untuk itu perlu diketahui penggunaan obat antipsikotik
yang tepat bagi pasien geriatri agar tatalaksana dapat
diterapkan dengan tepat dan aman bagi pasien.
Epidemiologi
Data menunjukkan prevalensi gejala psikotik pada
pasien geriatri berkisar antara 0,2-4,7%. Kepustakaan lain
mengatakan prevalensi skizofrenia pada pasien usia 65 tahun
ke atas berkisar 0,1-1%.
2
Keadaan ini dapat meningkat pada
pasien geriatri yang tinggal di panti lansia yaitu berkisar 10%
sampai pernah ada laporan sampai 63%.
3,4
Tanda dan Gejala
Waham terutama waham paranoid seringkali merupakan
fokus utama dari pengobatan pada pasien usia lanjut. Waham
dapat bersifat primer sebagai bagian dari gangguan psi-
kotiknya atau sekunder sebagai gejala yang muncul akibat
kondisi medik dan gangguan psikiatrik yang lain. Pada pasien
usia lanjut, waham yang muncul biasanya tidak kentara dan
sulit dibedakan dengan pengalaman nyata pasien. Hal
tersebut sering membuat gangguan waham pada pasien usia
lanjut terlambat dikenali sehingga menunda pengobatan.
5
Gangguan psikotik pada pasien usia lanjut juga sering
ditandai dengan perilaku agresif dan merusak. Perilaku
tersebut membuat anggota keluarga yang merawat pasien
mengalami kesulitan dalam perawatan. Itu pula yang sering
membuat pasien usia lanjut mengalami kekerasan dan
penelantaran oleh keluarganya sendiri.
3
Faktor Risiko
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
gangguan psikotik pasien usia lanjut, yaitu: peningkatan usia
adalah berhubungan dengan deteriorasi korteks frontal dan
temporal, perubahan neurokimia yang berhubungan dengan
penuaan, isolasi sosial, defisit sensoris, penurunan kognitif,
perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik dan
polifarmasi yang sering terjadi pada pasien usia lanjut.
3,5
Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis
445
Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
Tatalaksana Farmakologi
Penggunaan obat antipsikotik baik yang tipikal maupun
atipikal merupakan pilihan terapi dan yang paling sering
digunakan untuk mengobati gejala psikotik. Penggunaan
obat tersebut terbukti memberikan perbaikan gejala dan
mempertahankan pasien dari keberulangan.
Antipsikotik Tipikal
Penggunaan obat antipsikotik tipikal dalam beberapa
penelitian terakhir mulai jarang dikarenakan efek samping
dan ketersediaan obat antipsikotik atipikal yang semakin
luas. Haloperidol dan trifluoperazine dengan dosis 10-30 mg/
hari memberikan perbaikan pada gejala psikotik pasien usia
lanjut. Penggunaan depot juga berguna bagi pasien usia
lanjut yang memiliki masalah penggunaan secara oral. Dosis
rendah flupenazine dekanoat (9 mg tiap 2 minggu) terbukti
dapat memperbaiki gejala psikotik pasien.
Antipsikotik Atipikal
Penggunaan antipsikotik atipikal saat ini merupakan lini
pertama pengobatan gejala psikotik pasien usia lanjut karena
efek sampingnya yang lebih dapat ditolerir daripada
antipsikotik tipikal ataupun obat golongan non antipsikotik.
Namun demikian, tidak banyak penelitian yang
menggunakan sampel populasi pasien usia lanjut sehingga
efikasi dan keamanannya secara ilmiah masih perlu diteliti
lebih lanjut. Secara klinis antipsikotik atipikal telah terbukti
mempunyai efektifitas dan keamanan yang cukup dalam
mengobati gejala psikotik pasien usia lanjut.
Obat yang akan disebutkan selanjutnya adalah obat-
obat antipiskotik atipikal yang saat ini beredar di Indonesia
dan telah disetujui oleh Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) Indonesia.
Risperidone
Dibandingkan dengan semua jenis antipsikotik atipikal,
risperidone merupakan yang paling banyak diteliti. Hal
tersebut disebabkan efektifitas risperidone, dapat ditoleransi
pada dosis rendah (1,5-6mg/hari) dan memberikan perbaikan
yang nyata pada pasien skizofrenia usia lanjut.
Rainer et al meneliti penggunaan Risperidone dalam
rentang dosis fleksibel 0,5-2mg/hari untuk mengatasi agresi,
agitasi dan gangguan psikotik pada 34 pasien demensia rawat
inap dengan rata-rata usia 76 tahun. Hasilnya terjadi
perbaikan gejala yang dinilai dari Clinical Global Impression
(CGI) pada 82% responden penelitian. Frekuensi dan
keparahan halusinasi, waham, agresi dan iritabilitas juga
menurun, yang dilihat dari rating Neuropsychiatric Inven-
tory (NPI). Penggunaan risperidone pada kelompok tersebut
juga tidak membuat perubahan pada fungsi kognitif pasien
yang dilihat melalui skor Mini-Mental State Examination
(MMSE), Age Concentration Test [AKT] dan Brief Syndrome
Test [SKT]. Risperidone juga secara umum dapat ditoleransi
dan tidak menimbulkan efek samping ekstra piramidial yang
bermakna.
6
Penelitian yang melibatkan lebih banyak pasien dan
tempat dilakukan oleh Arriola et al pada 263 pasien dengan
rata-rata usia 75,5 tahun. Dosis risperidone yang digunakan
pada penelitian (rata-rata(SD)) adalah 1,4 (0,7) mg/day pada
1 bulan dan 1,5 (0,8) mg/hari pada 3 bulan. Perbaikan gejala
diukur menggunakan Neuropsychiatric Inventory (NPI) dan
skala Clinical Global Impression of Severity (CGI-S). Hasilnya
terdapat penurunan skor NPI dan CGI-S yang secara statistik
bermakna. Perbaikan gejala terutama pada gejala agitasi/
agresif dan ganguan tidur. Penelitian tersebut juga mencatat
adanya perbaikan dari gejala ekstrapiramidal.
7
Penelitian lain melibatkan pengumpulan data dari tiga
penelitian acak dengan menggunakan plasebo (randomized,
placebo-controlled trials) untuk melihat efikasi dan keamanan
risperidone dalam mengobati agitasi, afresi dan gejala
psikosis pada pasien demensia usia lanjut pada panti werdha.
Dosis rata-rata yang digunakan adalah 1mg/hari. Ditemukan
adanya perbaikan skor CGI, Cohen-Mansfield agitation in-
ventory (CMAI) dan behavioral pathology in Alzheimers
disease (BEHAVE-AD) pada semua responden penelitian
yang menggunakan risperidone dibandingkan plasebo.
Penelitian tersebut seperti penelitian yang lain yang
menggunakan risperidone juga tidak menemukan adanya efek
samping ortostatik, antikolinergik, jatuh dan penurunan
kognitif pada penggunaan sesuai rentang dosis pada
penelitian.
8
Selain untuk mengatasi gejala agresivitas, agitasi dan
psikotik yang berkaitan dengan demensia, risperidone juga
digunakan pada pasien usia lanjut yang menderita skizofrenia.
Kepustakaan mencatat risperidone dan olanzapine adalah
dua antipsikotik atipikal yang paling sering digunakan pada
populasi pasien usia lanjut. Penelitian tersamar berganda
dilakukan selama 8 minggu terhadap 175 pasien rawat jalan,
pasien rawat inap dan panti werdha yang berusia 60 tahun ke
atas menggunakan risperidone (1 mg to 3 mg/hari) atau
olanzapine (5 mg to 20 mg/hari). Hasilnya terdapat perbaikan
pada nilai skor PANSS pada kedua kelompok. Efek samping
ektrapiramidal terlihat pada 9,2% pasien kelompok risperidone
dan 15,9% pasien kelompok olanzapine. Secara umum skor
total dari Extrapyramidal Symptom Rating Scale menurun pada
kedua kelompok di akhir penelitian. Peningkatan berat badan
juga didapatkan di dua kelompok namun lebih jarang terjadi
pada pasien yang menggunakan risperidone.
9
Quetiapine
Pada tinjauan pustaka yang dilakukan oleh Zayas dan
Grossberg quetiapine dilakukan aman untuk pasien geriatri
dan tidak dihubungkan dengan peningkatan berat badan.
Untuk menghindari efek samping yang sering timbul pada
usia lanjut; hipotensi postural, dizziness dan agitasi,
direkomendasikan permulaan dosis awal yang rendah (25mg)
yang dititrasi sampai 100-300mg/hari.
3
446
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis
Penelitian lain mengatakan bahwa efek samping yang
sering mucul akibat penggunaan quetiapine adalah somnolen,
kelemahan bagian kaki bawah dan dizziness. Angka kejadian
sindrom ekstrapiramidal adalah 7% dari total 91 responden
yang mengikuti penelitian. Tidak didapatkan adanya
gangguan pada sistem kardiovaskuler dan jatuh pada
penelitian tersebut.
10
Quetiapine juga terbukti bermanfaat dalam penanganan
gejala psikotik yang muncul akibat penggunaan obat agonis
dopamin pada pasien Parkinson. Penelitian yang dilakukan
oleh Reddy et al menyebutkan bahwa 80% pasien Parkinson
mengalami perbaikan dalam gejala psikotiknya setelah
pengobatan quetiapine dengan dosis rata-rata 54mg/hari
selama 10 bulan.
11
Selain memperbaiki gejala psikotik pada
pasien parkinson yang memakan obat agonis dopamin,
quetiapine juga terbukti mempertahankan kognitif pasien
dalam penelitian yang dilakukan Juncos et al.
Penelitian Yang et al pada 91 orang pasien usia lanjut
menyebutkan terjadi peningkatan nilai skor Global Impres-
sion Improvement (CGI) pada 89% sampel yang ikut serta
dalam penelitian tersebut. Lebih jauh lagi terlihat adanya
pengurangan skor sebesar 39,5% dari Brief Psychiatric Rat-
ing Scale (BPRS). Penelitian tersebut memperlihatkan bahwa
quetiapine mempunyai efikasi dan keamanan yang baik pada
pengobatan pasien psikosis usia lanjut.
10
Laporan kasus dari sepuluh pasien usia lanjut penderita
skizofrenia kronik yang tidak mendapatkan respon dari suatu
jenis antipsikotik atipikal sehingga diganti dengan
quetiapine. Skor BPRS (50,1 S.D.13,6) kesepuluh pasien
tersebut secara signifikan (p=0,001)mengalami perbaikan
setelah 6 bulan pengobatan tanpa adanya efek samping dalam
pergerakan motorik dan peningkatan berat badan. Dosis rata-
rata yang dipakai pada percobaan tersebut adalah 391mg/
hari (S.D.245), dengan rentang dosis antara 50-800mg/hari.
12
Penelitian yang dilakukan oleh Rainer et al yang
membandingkan penggunaan quetiapine dengan risperidone
pada pasien dengan gangguan perilaku dan psikologis karena
demensianya memperlihatkan bahwa pada dosis rendah
keduanya secara sebanding efektif dan dapat ditolerir pada
pengobatan pasien yang mengalami gangguan perilaku dan
psikologis akibat demensia. Penelitian tersebut juga
memperlihatkan tidak adanya perubahan pada fungsi kognitif
yang diukur dengan skor MMSE dan Ageadjusted Concen-
tration Test (AKT) pada dua kelompok yang mendapat obat
yang berbeda. Pada penelitian tersebut rerata dosis
quetiapine yang digunakan adalah 7740mg/hari sedangkan
risperidone 0,90,3mg/hari.
13
Penelitian perbandingan seperti
itu juga dilakukan oleh Morgente et al dengan mem-
bandingkan quetiapine dengan olanzapine pada pengobatan
pasien parkinson yang mengalami gangguan psikotik akibat
obat agonis dopamin yang digunakan. Dari masing-masing
20 pasien yang menggunakan quetiapine dan clozapine,
terjadi perbaikan nilai BPRS dan CGI di kedua kelompok
pengobatan. Dosis yang digunakan pada percobaan tersebut
adalah 9147mg/hari untuk quetiapine dan 2612mg/hari
untuk clozapine.
14
Jaskiw et al pada suatu percobaan open-label multisenter
mengatakan keamanan penggunaan dosis terbagi sampai
750mg/hari. Namun, oleh karena belum adanya penelitian lain
yang menggunakan dosis sebesar itu pada pasien geriatri,
disarankan untuk hanya menggunakan dosis setinggi itu
pada pasien yang benar-benar membutuhkan.
3
Olanzapine
Data mengenai penggunaan olanzapine lebih terbatas
daripada risperidone. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Madhusoodanan et al, olanzapine terbukti aman dan efektif
pada populasi pasien geriatri dan menimbulkan efek samping
ekstrapiramidal yang minimal serta tidak mempengaruhi
kondisi medis umum pasien.
3
Olanzapine juga dihubungkan dengan manfaat terhadap
kognisi pasien geriatri daripada dengan penggunaan halo-
peridol. Pada penelitian selama 6 minggu berhubungan
dengan penyakit Alzheimer, tidak terdapat peningkatan
kejadian sindrom ekstrapiramidal, penurunan kognitif dan
efek antikolinergik sentral pada pasien dengan penggunaan
olanzapine dibandingkan dengan plasebo.
4
Penelitian yang melibatkan 94 pasien geriatri dengan
gangguan psikosis yang dirawat inap memperlihatkan
terjadinya perubahan yang bermakna dari CGI-I dengan
penurunan gejala dari data awal penelitian rata-rata sebesar
52,6%. Hal ini juga terjadi pada skor Brief Psychiatry Rating
Scale (BPRS). Dosis olanzapine yang digunakan berkisar
antara 5-20mg/hari (rata-rata 10,1mg/hari). Pada penelitian
tersebut efek samping yang sering muncul adalah somnolen,
dizziness, bradikinesia dan kelemahan kaki. Terjadi juga
peningkatan berat badan dan kadar gula serta trigliserida
puasa.
15
Penelitian yang dilakukan Street et al dengan jumlah
pasien 204 membandingkan olanzapine dengan plasebo dalam
memperbaiki gejala psikologis dan perilaku pasien demensia
Alzheimer. Penelitian tersebut memperlihatkan terjadinya
perbaikan gejala psikologis dan perilaku pasien demensia
Alzheimer dilihat dari skor Neuropsychiatric Inventory-Nurs-
ing Home version (NPI-NH). Dosis olanzapine yang
digunakan pada penelitian ini adalah 5mg/hari. Beberapa
pasien di dalam penelitian tersebut juga menggunakan dosis
olanzapine yang lebih tinggi yaitu 10mg/hari namun ternyata
tidak berbeda secara signifikan dalam memperbaiki gejala
dibandingkan dengan dosis olanzapine 5mg/hari.
16
Efek samping somnolen dan peningkatan berat badan
juga ditemukan pada beberapa penelitian lain. Selain
somnolen, dizziness yang kemungkinan besar disebabkan
oleh hipotensi pada penggunaan olanzapine juga banyak
dikemukakan.
15-17
Dosis olanzapine yang diberikan di beberapa penelitian
pada populasi pasien usia lanjut berkisar 5-20 mg/hari.
15-18
Namun demikian peneliti melihat bahwa dosis yang lebih kecil
447
Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
berkisar antara 5-7,5mg/hari ternyata merupakan dosis yang
paling banyak memperlihatkan efektifitas pengobatan.
16
Clozapine
Penggunaan clozapine untuk mengatasi gejala psikotik
pada pasien parkinson sudah diteliti secara luas. Terdapat
bukti dari penelitian tersamar berganda bahwa clozapine
secara signifikan berguna memperbaiki gejala psikotik pada
pasien Parkinson. Dosis yang digunakan juga jauh lebih kecil
yaitu berkisar antara 6,2550mg/hari. Sebuah penelitian
retrospektif selama 5 tahun terhadap pasien parkinson yang
mengalami gejala psikotik mengatakan bahwa 19 dari 32
pasien melanjutkan pengobatan sampai selesai, 9 di
antaranya menghentikan pengobatan sesaat setelah
gejalanya menghilang tanpa merasakan efek samping ikutan
setelah putus obat. Efek samping yang paling sering
dikeluhkan adalah sedasi dan somnolen.
17,18
Penelitian yang dilakukan oleh Sajatovic et al
memperlihatkan adanya perbaikan gejala teutama gejala
positif pada pasien yang menerima clozapine. Penelitian
tersebut melibatkan 329 pasien berusia 55 tahun ke atas.
Dosis yang dipakai pada penelitian tersebut rata-ratanya
278mg/hari. Pada penelitian tersebut juga berhasil
memperlihatkan bahwa pasien di atas 65 tahun kurang
responsif terhadap pengobatan daripada pasien yang berusia
di antara 55-65 tahun. Faktor usia juga menjadi faktor
peningkatan kejadian leukopenia/agranulositosis pada
pasien yang memakai clozapine.
17-19
Dosis clozapine yang disarankan untuk digunakan pada
populasi pasien usia lanjut adalah 25-150mg/hari. Pasien juga
disarankan untuk tidak merokok karena akan mengurangi
konsentrasi clozapine di dalam plasma akibat peningkatan
bersihan di dalam darah.
17
Zotepine
Zotepine dikatakan efektif dalam mengobati gejala
negatif pasien skizofrenia dan mencegah kekambuhan pada
pasien dengan skizofrenia yang kronik. Penggunaannya pada
pasien usia lanut harus hati-hati dengan kisaran dosis 75-
150mg/hari. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah
takikardia, hipotensi, perpanjangan interval QTc, somnolen
dan gangguan tidur.
17
Penelitian yang dilakukan terhadap 24 pasien demensia
(median usia 796,8 tahun) dengan gangguan psikologis dan
perilaku memperlihatkan bahwa zotepine efektif dan dapat
ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling muncul
adalah rasa lelah dan sedasi. Tidak terdapat gangguan
ekstrapiramidal pada pasien yang ikut dalam penelitian ini.
20
Salah satu laporan kasus menyatakan penggunaan
zotepine dengan antidepresan paroxetine dilaporkan
meningkatkan risiko trombosis vena dalam. Penggunaan
zotepine bersamaan dengan benzodiazepine dan valpoat juga
pernah dilaporkan menyebabkan hipotermi pada dua laporan
kasus.
17
Aripriprazole
Aripriprazole tergolong baru dalam dunia psikiatri. Cara
kerjanya yang unik sebagai parsial agonis di reseptor D2
mampu memperbaiki gejala positif maupun negatif pasien
psikotik. Lebih jauh lagi aripriprazole dikatakan memiliki efek
samping yang lebih kecil untuk terjadinya sindrom
ekstrapiramidal, sedasi, peningkatan berat badan dan efek
samping kardiovaskular. Sayangnya data penelitian masih
sangat sedikit mengenai manfaat, keamanan dan dosis obat
bagi pasien geriatri. Madhusoodanan et al pada penelitiannya
tahun 2004 menjelaskan tentang pengalaman klinis
penggunaan aripriprazole pada 10 pasien geriatri dengan
skizofrenia. Hasilnya, aripriprazole dinilai aman, memperbaiki
gejala positif dan negatif dan memiliki efek samping yang
sedikit.
5
Satu hal yang harus diperhatikan adalah aripriprazole
berbeda dengan antipsikotik yang lain memiliki waktu paruh
yang relatif lebih panjang yaitu sekitar 75 jam. Untuk itu
penggunaan pada pasien usia lanjut yang memiliki fungsi
ginjal yang kurang baik harus diperhatikan.
17
Kesimpulan
Penggunaan obat antipsikotik pada pasien geriatri
memerlukan perhatian yang khusus. Hal tersebut dikarenakan
banyak hal-hal tertentu yang sangat mempengaruhi
pemberian antispikotik kepada pasien geriatri. Diantaranya
adalah kondisi medis umum pasien, efek samping yang
mungkin timbul dan farmakodinamik serta farmakokinetik dari
obat yang digunakan.
Daftar Pustaka
1. Targum SD. Treating psychotic symptoms in elderly patients.
Praimary care companion J clinical psychiatry 2001;3:156-16.
2. Sajatovic M, Madhusoodanan S, Buckley P. Schizophrenia in the
elderly: Guidelines for management. CNS Drugs 2000 Feb;13
(2):103-15.
3. Karim S, Byrne EJ. Treatment of psychosis in elderly people.
Advances in Psychiatric Treatment.2005;11:286-96.
4. Hwang JP, Yang CH, Lee TW, Tsai SJ. The Efficacy and Safety
of Olanzapine for the Treatment of Geriatric Psychosis. J Clin
Psychopharmacol.2003:23:113-8.
5. Thorpe L. The Treatment of Psychotic Disorders in Late Life.
Can J Psychiatry 1997;42 Suppl 1:19S27S.
6. Rainer MK, Masching AJ, Ertl MG, Kraxberger E, Haushofer M.
Effect of risperidone on behavioral and psychological symptoms
and cognitive function in dementia. J Clin Psychiatry. 2001 Nov;
62(11):894-900.
7. Arriola E, Ignacio DJ, Antonio BJ, Gallego R; Open-label, obser-
vational study of the effects of risperidone on the behavioral and
psychological symptoms of dementia and caregiver stress in the
community setting.Am J Geriatr Pharmacother 2005 Mar;3(1):8-
16.
8. De Deyn PP, Katz IR, Brodaty H, Lyons B, Greenspan A, Burns
A. Management of agitation, aggression, and psychosis associ-
ated with dementia: a pooled analysis including three random-
ized, placebo-controlled double-blind trials in nursing home resi-
dents treated with risperidone.Clin Neurol Neurosurg.2005
Oct;107(6):497-508.
9. Jeste DV, Barak Y, Madhusoodanan S, Grossman F, Gharabawi G.
International multisite double-blind trial of the atypical
448
Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 9, September 2009
Tatalaksana Psikofarmaka dalam Manajemen Gejala Psikosis
antipsychotics risperidone and olanzapine in 175 elderly pa-
tients with chronic schizophrenia. Am J Geriatr Psychiatry. 2004
Jan-Feb;12(1):49.
10. Yang CH, Tsai SJ, Hwang JP. The efficacy and safety of quetiapine
for treatment of geriatric psychosis. Journal of Psychopharma-
cology 2005;19(6):661-6.
11. Reddy S, factor SA, Molho ES, Feustel PJ. The effect of quetiapine
on psychosis and motor function in parkinsonian patients with
and withaout dementia. Movement disorder 2002;17(4):676-81.
12. Mazeh D, Paleacu, Barak Y. Quetiapine for elderly non-respon-
sive schizophrenia patients. Psychiatry research 157(2008):265-
7.
13. Rainer M, Hausehofer M, Pfolz H, Struhal C, Wick W. Quetiapine
versus risperidone in elderly patients with behavioural and psy-
chological symptoms of dementia : efficacy, safety and cogni-
tive function. European psychiatry.2007:1-9.
14. Morgante L, Epifanio A, Spina E, Zappia M, Di Rosa AE, Marconi
R, et al. Quetipine and clozapine in parkinsonian patients with
dopaminergic psychosis. Clin Neuropharmacology.2004;27:153-
6.
15. Hwang JP, Yang CH, Lee TW, Shih-Jen Tsai.The Efficacy and
Safety of Olanzapine for the Treatment of Geriatric Psychosis.
J Clin Psychopharmacol. 2003;23:113-8.
16. Madhusoodanan S, Shah P, Brenner R, Gupta S. Pharmacological
Treatment of the Psychosis of Alzheimers Disease What Is the
Best Approach?. CNS Drugs. 2007; 21 (2):101-15.
17. Gareri P, De Fazio P, De Fazio S, Marigliano N, Ibbadu GF, De
Sarro G. Adverse Effects of Atypical Antipsychotics in the Eld-
erly: A Review. Drugs Aging.2006; 23 (12): 937-56.
18. Sajatovic M,Madhusoodanan S,Buckley P. Schizophrenia in the
Elderly: Guidelines for Management. CNS Drugs.2000
Feb;13(2):103-15.
19. Williams-Gray CH, Foltynie T, Lewis SJG, Barker RA. Cognitive
Deficits and Psychosis in Parkinsons Disease A Review of Patho-
physiology and Therapeutic Options. CNS Drugs.2006;20(6):477-
505.
20. Rainer MK, Mucke HA, Kruger-Rainer C, Haushofer M. Zotepine
for behavioural and psychological symptoms in dementia: an
open-label study. CNS Drugs 2004;18:49-55.
MS/F
449

Anda mungkin juga menyukai