Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit keturunan adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik
yang diturunkan dari orang tua ke anaknya. Namun, bukan berarti setiap kelainan
genetik tersebut pasti termanifestasi nyata dalam silsilah keluarga. Adakalanya
tersembunyi hingga tercetus oleh faktor lingkungan seperti polutan, pola makan yang
salah, zat-zat toksik, dan lain-lain.
Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan
oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe
klinis. Penyakit genetik dan kelainan kongenital merupakan masalah yang cukup
serius di masyarakat yang sebagian dapat menyebabkan adanya kecacatan pada anak.
seperti pada kasus kelainan pada jari atau adanya penambahan jari pada tangan atau
kaki. Dalam istilah medis disebut Polidaktili.
Polidaktili ini merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari pada
tangan atau kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili. Bila jumlah
jarinya enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut heksadaktili. Polidaktili terjadi
pada 1 dari 1.000 kelahiran.

B. Masalah
Dari latar belakang diatas, perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah Konsep Dasar Polidaktili ?
2. Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Klien dengan Polidaktili ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu :
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Polidaktili
2. Untuk Mengetahui Keperawatan Klien dengan Polidaktili.



2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Penyakit keturunan adalah penyakit yang disebabkan oleh kelainan genetik
yang diturunkan dari orang tua ke anaknya. Namun, bukan berarti setiap kelainan
genetik tersebut pasti termanifestasi nyata dalam silsilah keluarga. Adakalanya
tersembunyi hingga tercetus oleh faktor lingkungan seperti polutan, pola makan
yang salah, zat-zat toksik, dan lain-lain. (http://www.polodaktiliaku-kamu-allah-
yang.html)
Kelainan bawaan (kelainan kongenital) adalah suatu kelainan pada struktur,
fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia
dilahirkan. Sekitar 3-4% bayi baru lahir memiliki kelainan bawaan yang berat.
Beberapa kelainan baru ditemukan pada saat anak mulai tumbuh, yaitu sekitar
7,5% terdiagnosis ketika anak berusia 5 tahun, tetapi kebanyakan bersifat ringan.
Semakin tua usia seorang wanita ketika hamil (terutama diatas 35 tahun) maka
semakin besar kemungkinan terjadinya kelainan kromosom pada janin yang
dikandungnya. (http://www.polodaktiliaku-kamu-allah-yang.html)
Penurunan sifat autosomal pada manusia dibedakan dapat bersifat dominan
maupun resesif. Suatu penyakit atau kelainan dikatakan menurun melalui autosom
dominan apabila kelainan atau penyakit tersebut timbul meskipun hanya terdapat
satu gen yang cacat dari salah satu orang tuanya. Sebagai perbandingan, penyakit
autosom resesif akan muncul saat seorang individu memiliki dua kopi gen mutan.

3

Ciri pada pewarisan autosomal dominan ada 5 antara lain :
a. Sifat tersebut mungkin ada pada pria maupun wanitanya.
b. Sifat itu juga terdapat pada salah satu orang tuan pasangan.
c. Sekitar 50% anak yang dilahirkan akan memiliki sifat ini meskipun salah satu
pasangan tidak memiliki sifat ini.
d. Pola pewarisan bersifat vertikal, artinya tiap generasi yang ada pasti ada yang
memiliki sifat ini.
e. Bila sifat yang diwariskan berupa penyakit keturunan, anak-anak yang tidak
menderita penyakit ini bila menikah dengan pasangan yang normal, maka
keturunan yang dihasilkan juga akan normal juga.
Kelainan jari akibat kelainan genetika pada anak diantaranya:
a. Polidaktili
b. Sindaktili
c. Brakidaktili

Polidaktili


Polidaktili merupakan kelainan berupa jari lebih sehingga seseorang
memiliki tambahan jari pada satu atau kedua tangan dan atau kakinya.
Penambahan biasanya di dekat jari kelingking atau ibu jari.
(http://www.polodaktiliaku-kamu-allah-yang.html)

4

Polidaktili merupakan kelainan pertumbuhan jari sehingga jumlah jari
pada tangan atau kaki lebih dari lima. Dikenal juga dengan nama hiperdaktili.
Bila jumlah jarinya enam disebut seksdaktili, dan bila tujuh disebut
heksadaktili. Polidaktili terjadi pada 1 dari 1.000 kelahiran.
(http://www.polodaktiliaku-kamu-allah-yang.html)
Polidaktili adalah suatu kelainan yang diwariskan oleh gen autosomal
dominan P. yang di maksud dengan sifat autosomal ialah sifat keturunan yang
ditentukan oleh gen pada autosom. Gen ini ada yang dominan dan ada pula
yang resesip. Oleh karena laki-laki dan perempuan mempunyai autosom yang
sama, maka sifat keturunan yang ditentukan oleh gen autosomal dapat
dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Sehingga orang bisa mempunyai
tambahan jari pada kedua tangan atau kakinya. Yang umum dijumpai ialah
terdapatnya jari tambahan pada satu atau kedua tangannya. Tempatnya jari
tammbahan itu berbeda-beda, ada yang terdapat didekat ibu jari dan ada pula
yang terdapat didekat jari kelingking. ( sumber : genetika suryo, 2005 : 104 )

Diagram pewarisannya adalah sebagai berikut
P Pp (polidaktili) X pp (normal)
F1 : Pp (polidaktili) = 50%
Pp (normal) = 50%
Dan sebagian besar pembawa dari polidaktili merupakan kaum wanita. Karena
sebagian besar penyakit resesif pembawanya adalah wanita, sedangkan pria
adalah penderit. Namun, tidak menutup kemungkinan wanita terkena

2. Etiologi
Penyebabnya bisa karena kelainan genetika atau faktor keturunan, sehingga
kelainan ini tidak dapat dilakukan pencegahan. Ada pula dikarenakan faktor
lingkungan saat masa kehamilan. Bentuknya bisa berupa gumpalan daging,
jaringan lunak, atau sebuah jari lengkap dengan kuku dan ruas-ruas yang
berfungsi normal. Tapi, umumnya hanya berupa tonjolan daging kecil atau
gumpalan daging bertulang yang tumbuh di sisi luar ibu jari atau jari kelingking.
Kelebihan jari pada sisi ibu jari lebih banyak daripada sisi jari kelingking.
(http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Bayi/kelainan.jari.poli
daktili.pada.bayi/001/001/1282/42/3)
5

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya polidaktili antara lain :
a. Kelainan Genetik dan Kromosom
Diturunkan secara genetik (autosomal dominan). Jika salah satu pasangan
suami istri memiliki polidaktili, kemungkinan 50% anaknya juga polidaktili.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh
atas polidaktili pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang
mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang
bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant traits") atau kadang-kadang
sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya
kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu
langkah-langkah selanjutya.
b. Faktor Teratogenik
Teratogenik (teratogenesis) adalah istilah medis yang berasal dari bahasa
Yunani yang berarti membuat monster. Dalam istilah medis, teratogenik
berarti terjadinya perkembangan tidak normal dari sel selama kehamilan yang
menyebabkan kerusakan pada embrio sehingga pembentukan organ-organ
berlangsung tidak sempurna (terjadi cacat lahir). Di dalam Keputusan Menteri
Pertanian nomor 434.1 (2001), teratogenik adalah sifat bahan kimia yang dapat
menghasilkan kecacatan tubuh pada kelahiran.
Teratogenik adalah perubahan formasi dari sel, jaringan, dan organ yang
dihasilkan dari perubahan fisiologi dan biokimia. Senyawa teratogen akan
berefek teratogenik pada suatu organisme, bila diberikan pada saat
organogenesis. Apabila teratogen diberikan setelah terbentuknya sel jaringan,
sistem fisiologis dan sistem biokimia, maka efek teratogenik tidak akan terjadi.
Teratogenesis merupakan pembentukan cacat bawaan. Malformasi (kelainan
bentuk) janin disebut terata, sedangkan zat kimia yang menimbulkan terata
disebut zat teratogen atau teratogenik.
(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)
Perubahan yang disebabkan teratogen meliputi perubahan dalam
pembentukan sel, jaringan dan organ sehingga menyebabkan perubahan
fisiologi dan biokimia yang terjadi pada fase organogenesis. Umumnya bahan
teratogenik dibagi menjadi 3 kelas berdasarkan golongan nya yakni bahan
teratogenik fisik, kimia dan biologis.

6

c. Faktor teratogenik fisik
Bahan tertogenik fisik adalah bahan yang bersifat teratogen dari unsur-
unsur fisik misalnya Radiasi nuklir, sinar gamma dan sinar X (sinar rontgen).
Bila ibu terkena radiasi nuklir (misal pada tragedi chernobil) atau terpajan
dengan agen fisik tersebut, maka janin akan lahir dengan berbagai kecacatan
fisik. Tidak ada tipe kecacatan fisik tertentu pada paparan ibu hamil dengan
radiasi, karena agen teratogenik ini sifatnya tidak spesifik karena mengganggu
berbagai macam organ. Dalam menghindari terpaaan agen teratogen fisik,
maka ibu sebaiknya menghindari melakukan foto rontgen apabila ibu sedang
hamil. Foto rontgen yang terlalu sering dan berulang pada kehamilan kurang
dari 12 minggu dapat memberikan gangguan berupa kecacatan lahir pada
janin. (http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)
d. Faktor teratogenik kimia
Bahan teratogenik kimia adalah bahan yang berupa senyawa senyawa
kimia yang bila masuk dalam tubuh ibu pada saat saat kritis pembentukan
organ tubuh janin dapat menyebabkan gangguan pada proses tersebut.
Kebanyakan bahan teratogenik adalah bahan kimia. Bahkan obat-obatan yang
digunakan untuk mengobati beberapa penyakit tertentu juga memiliki efek
teratogenik.
Alkohol merupakan bahan kimia teratogenik yang umum terjadi terutama
di negara-negara yang konsumi alkohol tinggi. Konsumsi alkohol pada ibu
hamil selama kehamilannya terutama di trisemester pertama, dapat
menimbulkan kecacatan fisik pada anak dan terjadinya kelainan yang dikenal
dengan fetal alkoholic syndrome . Konsumsi alkohol ibu dapat turut masuk
kedalam plasenta dan memperngaruhi janin sehingga pertumbuhan otak
terganggu dan terjadi penurunan kecerdasan/retardasi mental. Alkohol juga
dapat menimbulkan bayi mengalami berbagai kelainan bentuk muka, tubuh
dan anggota gerak bayi begitu ia dilahirkan. Obat-obatan untuk kemoterapi
kanker umumnya juga bersifat teratogenik. Beberapa polutan lingkungan
seperti gas CO, senyawa karbon dan berbagai senyawa polimer dalam
lingkungan juga dapat menimbulkan efek teratogenik.
(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)


7

e. Faktor teratogenik biologis
Agen teratogenik biologis adalah agen yang paling umum dikenal oleh ibu
hamil. Istilah TORCH atau toksoplasma, rubella, cytomegalo virus dan herpes
merupakan agen teratogenik biologis yang umum dihadapi oleh ibu hamil
dalam masyarakat. Infeksi TORCH dapat menimbulkan berbagai kecacatan
lahir dan bahkan abortus sampai kematian janin. Selain itu, beberapa infeksi
virus dan bakteri lain seperti penyakit sifilis/raja singa juga dapat memberikan
efek teratogenik.(http://faudinocent.blogspot.com/2011/10/teratogenik.htmlnn)

3. Patofisiologi
Polidaktili, disebabkan kelainan kromosom pada waktu pembentukan organ
tubuh janin. Ini terjadi pada waktu ibu hamil muda atau semester pertama
pembentukan organ tubuh. Kemungkinan ibunya banyak mengonsumsi makanan
mengandung bahan pengawet. Atau ada unsur teratogenik yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan. Kelebihan jumlah jari bukan masalah selain kelainan
bentuk tubuh. Namun demikian, sebaiknya diperiksa kondisi jantung dan paru
bayi, karena mungkin terjadi multiple anomali.
Orang normalnya adalah yang memiliki homozigotik resesif pp. Pada individu
heterozigotik Pp derajat ekspresi gen dominan itu dapat berbeda-beda sehingga
lokasi tambahan jari dapat bervariasi. Bila seorang laki-laki polidaktili
heterozigotik menikah dengan perempuan normal, maka dalam keturunan
kemungkinan timbulnya polidaktili adalah 50% (teori mendel). Ayah polidaktili
(heterozigot) Pp x, ibu normal homozigot (pp) maka anaknya polidaktili
(heterozigot Pp) 50%, normal (homozigot pp) 50%.









8

PATHWAY
Faktor Penyebab
Kelainan Genetik Faktor Teratogenik
dan Kromosom Fisik Kimia Biologis
Bawaan dari orang Radiasi, sinar X Obat-obatan, alkohol, Virus,Rubella
tua, ibu/bapak polutan TORCH
Mutasi pada gen Gangguan proses
pembentukan organ

Perubahan formasi dari sel, jaringan, & organ
Teratogenesis (pembentukan cacat bawaan)
Malformasi (Kelainan bentuk)
Kelainan Kongenital
Terjadi Duplikasi Jaringan lunak hingga
disertai metacarpal & falang pada jari
Polidaktili
Pre Operasi Post Operasi
Penambahan jari Luka Operasi
Menolak atas Ketidaktahuan keluarga Kontak dgn
kelainan diri mengenai penyakit bakteri




Dx 1 :
Gangguan
Konsep Diri
(Citra diri)
Dx 2 :
Ansietas
Dx 2 :
kerusakan
integritas kulit
Dx 1 : Nyeri
Dx 3 : Kurang
Pengetahuan
Dx 3 : Resiko
Tinggi Infeksi
9

4. Manifestasi Klinis
a. Ditemukan sejak lahir.
b. Dapat terjadi pada salah satu atau kedua jari tangan atau kaki.
c. Jari tambahan bisa melekat pada kulit ataupun saraf, bahkan dapat melekat
sampai ke tulang.
d. Jari tambahan bisa terdapat di jempol (paling sering) dan keempat jari lainnya.
e. Dapat terjadi bersamaan dengan kelainan bawaan lainnya, walaupun jarang.

5. Komplikasi
Polidaktili mungkin dapat mengganggu kenyamanan, terutama polidaktili di kaki,
saat memakai sepatu. Dan juga bisa terjadi multiple anomali yaitu terjadi atau
terdapat beberapa kelainan. Ini dikarenakan zat teratogenik yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin yang dapat menyebabkan terjadikan kelainan
lain pada anak misalnya pada jantung, alat kelamin, dan sebagainya. Tetapi
terjadinya kelainan bawaan besamaan polidaktili ini jarang terjadi.

6. Penatalaksanaan
a. Tindakan pembedahan untuk mengangkat jari tambahan biasanya dilakukan
untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul akibat jari tambahan tersebut.
Pengangkatan jari tambahan di jempol kaki merupakan prosedur tersering
karena implikasi kosmetik dan kenyamanan saat memakai sepatu. Hubungi
dokter bedah anda untuk melakukan prosedur pembedahan. Operasi
pembuangan jari yang berlebihan, terutama bila jari tersebut tidak
berkembang dan tidak berfungsi normal. Bila jari berlebihan hanya berupa
gumpalan daging, biasanya tidak mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak, tapi mungkin anak menjadi malu atau minder.
b. Pemeriksaan rontgen mungkin diperlukan untuk menentukan apakah jari
tambahan mengandung struktur tulang, dan untuk menentukan perubahan
yang dapat terjadi saat operasi.





10

B. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Polidaktili
1. Pengkajian
a. Anamnesis mengenai riwayat keluarga
b. Riwayat pranatal postnatal
c. Pengkajian hasil laboratorium
d. Pemeriksaan status neurologis
e. Riwayat kelahiran serta berat badan lahir harus dilakukan dengan hati
hati.
f. Pemeriksaan fisik dilakukan keseluruh tubuh untuk menggali adanya
kelainan atau anomali lainnya dibagian tubuh lain. Pemeriksaan fisik
dengan dilakukan secara sistematik.
Berikut adalah pemeriksaan yang harus dilakukan yaitu :
a. Catat dan dokumentasikan nomor jari tangan yang mengalami gangguan,
keterlibatan jaringan yang mengalami penambahan, penyatuan, panjang
setiap jari, dan tampilan dari kuku.
b. Pengambilan foto pada tangan terutama pada saat pertama kali kunjungan
biasanya sangat membantu diagnosis.
c. Lakukan pergerakan pasif untuk memeriksa adanya penambahan tulang
dengan penambahan jaringan lunak.
d. Periksa dengan mempalpasi adanya polidaktili yang tersembunyi.
e. Tingkat anomali dari struktur tendon dan neurovakular mencerminkan
kompeksitas dari polidaktili. Adanya kondisi polidaktili komplet atau
kompleks biasanya melibatkan bagian distal dari falang ( jari ).
f. Selalu melakukan pemeriksaan radiografi untuk membantu identifikasi
anomali lainnya, seperti bony synostosis, delta falang atau
symphalangism.







11

2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan
bentuk tubuh (kaki/tangan)
2) Ansietas b/d rencana pembedahan.
3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi mengenai
penyakit atau pengobatan.
b. Pasca Operasi
1) Nyeri b/d luka pascaoperasi
2) Kerusakan integritas kulit b/d pembedahan
3) Resiko tinggi infeksi b/d tindakan pembedahan
4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi mengenai
penyakit atau pengobatan.

3. Intervensi Keperawatan
a. Pre Operasi
1) Gangguan konsep diri (citra diri) b/d anomali kongenital / perubahan
bentuk tubuh (kaki/tangan)
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat
menunjukkan harga diri dengan mengungkapkan penerimaan
diri secara verbal.
Intervensi :
a) Dorong individu mengekspresikan perasaan, khususnya mengenai
bagaimana individu merasakan, memikirkan atau memandang dirinya.
R/ : dapat membantu klien berfikiran positif terhadap dirinya sendiri
b) Dorong interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa yang
mendukung.
R/ : memberikan rasa percaya diri klien
c) Kaji dan jelaskan kepada klien tentang keadaan penambahan jari klien
R/ intervensi awal bisa mencegah distress psikologis pada klien


12

d) Bantu klien menggunakan mekanisme koping yang positif
R/ mekanisme koping yang positif dapat membantu klien lebih percaya
diri, kooperatif terhadap tindakan yang akan dilakukan dan mencegah
terjadinya kecemasan tambahan
e) Orientsikan klien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan
R/ orientasi dapat menurunkan kecemasan
f) Libatkan system pendukung dalam perawatan klien
R/ kehadiran system pendukung meningkatkan citra diri klien.

2) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan.
Tujuan : setelah klien diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien
dapat menunjukkan perasaan dan mengidentifikasi cara yang
sehat dalam berhadapan dengan mereka, tampil santai, dapat
beristirahat / tidur cukup, dan melaporkan penurunan rasa takut
dan cemas berkurang ke tingkat yang dapat diatasi.
Intervensi :
a) Informasikan pasien / orang terdekat tentang peran advokat perawat
intraoperasi.
R/ : Kembangkan rasapercaya / hubungan, turunkan rasa takut akan
kehilangan control pada lingkungan yang asing.
b) Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukannya
penundaan prosedur pembedahan.
R/ : Rasa takut yang berlebihan atau terus menerus akan
mengakibatkan reaksi stress yang berlebihan, resiko potensial dari
pembalikan reaksi terhadap prosedur / zat-zat anestesi.
c) Validasi sumber rasa takut. Sediakan informasi yang akurat dan
faktual.
R/ : Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik akan membantu pasien
untuk menghadapinya secara realistis, misalnya kesalahan identifikasi /
operasi yang salah, kesalahan anggota tubuh yang di
operasi.penggambaran yang salah, dll.


13

d) Diskusikan penundaan / penangguhan pembedahan pembedahan
dengan dokter, anestesiologis, pasien dan keluarga sesuai kebutuhan.
R/ : Mungkin diperlukan jika rasa takut yang berlebihan tidak
berkurang / teratasi.

3) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat
mengutarakan pemahaman proses penyakit / proses pra
operasi dan harapan pasca operasi, dapat melakukan prosedur
yang dilakukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan,
dan memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut
serta dalam perawatan.
Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.
b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat
membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk
menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan
kesalahan konsep.
c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai
keadaan.
R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan
pasien untuk belajar.
d) Melaksanakan program pengajaran pra operasi individual : pembatasan
dan prosedur pra operasi / pasca operasi misalnya perubahan urinarius
dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan
pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan
partisipasi dalam perawatan pasca operasi.


14

b. Pasca Operasi
1) Nyeri b/d luka pasca operasi
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam,
diharapkan nyeri klien berkurang bahkan hilang
Intervensi :
a) Kaji karakteristik, lokasi dan intensitas nyeri klien (skala 0-10).
R/ : Mengetahui tingkat rasa nyeri, berguna dalam pengawasan
keefektifan obat.
b) Ajarkan teknik relaksasi seperti : imajinasi, musik yang lembut.
R/ : Membantu untuk memfokuskan kembali perhatian dan membantu
pasien untuk mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman.
c) Berikan posisi yang nyaman.
R/ : Posisi dapat membantu mengurangi nyeri.
d) Kolaborasi dengan medik pemberian analgetik.
R/ : Terapi analgetik dapat mengurangi nyeri

2) Kerusakan integritas kulit b/d tindakan pembedahan
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1X24 jam,
diharapkan klien menunjukkan penyembuhan jaringan
progresif.
Intervensi :
a) Kaji daerah sekitar luka, apakah ada pus, atau jahitan basah.
R/ : Deteksi awal jika terjadi gangguan dalam proses
penyembuhan.
b) Periksa luka secara teratur, catat karakteristik dan integritas kulit.
R/ : Pengenalan akan adanya kegagalan proses penyembuhan luka /
berkembangnya komplikasi secara dini dapat mencegah terjadinya
kondisi yang lebih serius.
c) Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
R/ : Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses
penyembuhan, apabila pengeluaran cairan terus menerus / adanya
eksudat yang bau menunjukkan terjadinya komplikasi (misalnya
perdarahan, infeksi).

15

d) Beri penguatan pada balutan awal / penggantian sesuai indikasi.
Gunakan teknik aseptik yang ketat.
R/ : Lindungi luka dari perlukaan mekanis dan kontaminasi. Mencegah
akumulasi cairan yang dapat menyebabkan ekskoriasi (pengikisan
kulit).
e) Gunakan teknik aseptik saat merawat luka
R/ : Mencegah infeksi dan mencegah transmisi infeksi bakterial pada
luka
f) Perhatikan intake nutrisi klien.
R/ : Penting untuk mempercepat penyembuhan luka.

3) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat
mengidentifikasikan factor-faktor resiko individu dan intervensi
untuk mengurangi potensial infeksi, dan dapat mempertahankan
lingkungan aseptik yang aman.
Intervensi :
a) Tetap pada fasilitas control infeksi, sterilisasi dan prosedur / kebijakan
aseptik.
R/ : tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
b) Uji kesterilan semua peralatan.
R/ : Benda-benda yang dipaket mungkin tampak steril, meskipun
demikian, setiap benda harus secara teliti diperiksa kesterilannya,
adanya kerusakan pada pemaketan, efek lingkungan pada paket, dan
teknik pengiriman.
c) Identifikasi gangguan pada teknik aseptik dan atasi dengan segera pada
waktu terjadi.
R/ : Kontaminasi dengan lingkungan / kontak personal akan
menyebabkan daerah yang steril menjadi tidak steril sehingga
meningkatkan resiko infeksi.
d) Berikan antibiotik sesuai petunjuk.
R/ : Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya infeksi
atau kontaminasi.

16

4) Kurang pengetahuan (kebutuhan untuk belajar) mengenai kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi
mengenai penyakit atau pengobatan.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan, diharapkan klien dapat
mengutarakan pemahaman proses penyakit / harapan pasca
operasi, melakukan prosedur yang dilakukan dan menjelaskan
alasan dari suatu tindakan, memulai perubahan gaya hidup yang
diperlukan dan ikut serta dalam perawatan.
Intervensi :
a) Kaji tingkat pemahaman pasien.
R/ : Berikan fasilitas perencanaan program pengajaran pasca operasi.
b) Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi prosedur pembedahan.
R/ : Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana pasien dapat
membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk
menikuti prosedur dan adanya kesempatan untuk menjelaskan
kesalahan konsep.
c) Gunakan sumber-sumber bahan pengajaran, audiovisual sesuai
keadaan.
R/ : Bahan yang dibuat secara khusus akan dapat memenuhi kebutuhan
pasien untuk belajar.
d) Melaksanakan program pengajaran pasca operasi individual :
pembatasan dan prosedur pasca operasi misalnya perubahan urinarius
dan usus, pertimbangan diet, tingkat / perubahan aktivitas, latihan
pernapasan dan kardiovaskuler dan control rasa sakit.
R/ : Meningkatkan pemahaman / kontrol pasien dan meungkinkan
partisipasi dalam perawatan pasca operasi.





17

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa polidaktili adalah suatu
kelainan yang diwariskan secara turun temurun yang ditentukan oleh gen dominan P.
Seorang laki-laki polidaktili heterozigotik menikah dengan seorang wanita normal
maka keturunannya 50% akan normal pp dan 50% polidaktili Pp. Penyakit keturunan
ini juga dapat terjadi dikarenakan faktor lain seperti zat teratogenik yang dapat
menyebabkan perubahan formasi dari sel dan jaringan yang sedang berkembang.
Dimana polidaktili ini merupakan kelainan berupa jari lebih sehingga seseorang
memiliki tambahan jari pada satu atau kedua tangan dan atau kakinya. Penambahan
biasanya di dekat jari kelingking atau ibu jari.

B. Saran
Dengan adanya pembuatan makalah ini diharapkan rekan-rekan dapat
mengetahui dan memahami apa itu polidaktili, karena sebagian masyarakat
menganggap adanya penambahan jari itu adalah hal biasa. Dengan begitu kita sebagai
calon perawat dapat memberikan pengertian bahwa polidaktili ini merupakan
kelainan, dan dapat diatasi dengan pembedahan jika dari pihak yang bersangkutan
menginginkannya. Serta kita juga harus memberikan persepsi penyakit ini tidak perlu
membuat pasien merasa malu atau minder karena masing-masing dari kita sudah
diatur oleh Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai