Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA ANORGANIK



NAMA : NUR RATNA SARI
FAKULTAS : TEKNIK
PROGRAM STUDI : D-III ANALIS KIMIA
HARI / TGL.PRAKTIKUM : SABTU / 6 OKTOBER 2012
JUDUL PRAKTIKUM : ACIDIMETRI / ALKALIMETRI


D-III ANALIS KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
TA. 2012 / 2013
ACIDIMETRI / ALKALIMETRI

I. Tujuan :
Untuk dapat menentukan kadar asam asetat dan menentukan kadar asam sulfat.
II. Dasar Teori :
Titrasi adalah proses penentuan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi
yang diketahui dan diperlukan untuk bereaksi secara lengkap dengan sejumlah
sampel tertentu yang akan dianalisis. Prosedur analitis yang melibatkan titrasi
dengan larutan-larutan yang konsentrasinya diketahui disebut analisis
volumetri.(keenan, 1998: 422- 423)
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (Brady,
1999 : 217-218).
Larutan basa yang akan diteteskan (titran) dimasukkan ke dalam buret (pipa
panjang berskala) dan jumlah yang terpakai dapat diketahui dari tinggi sebelum dan
sesudah titrasi. Larutan asam yang dititrasi dimasukkan ke dalam gelas kimia
(erlenmeyer) dengan mengukur volumenya terlebih dahulu dengan memekai pipet
gondok atau pipet volume.( Syukri, 1999 : 428 )
Kadang-kadang kita perlu mengetahui tidak hanya atau sekedar pH, akan tetapi
perlu kita ketahui juga berapa banyak asam atau basa yang terdapat di dalam
sampel. Titrasi melibatkan suatu proses penambahan suatu larutan yang disebut
titrant dari buret ke suatu erlenmeyer yang berisi sampel dan disebut analit.
Berhasilnya titrasi asam-basa tergantung pada seberapa akurat kita dapat
mendeteksi titik stoikiometri. Pada titik stoikiometri, larutan terdiri dari garam dan
air. Larutan tersebut adalah asam apabila ion asam yang terkandung di dalamnya,
dan basa apabila ion basa yang terkandung di dalamnya (Atkins, 1997 : 550).
Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di
dalam erlenmeyer (flask) bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa.
Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat di dalam buret, ditambahkan
ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan
hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna
indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir
(Petrucci, 1997 : 636).
Pada titrasi, pertama-tama kita menempatkan suatu asam yang volumenya telah
ditentukan ke dalam suatu flask. Dan tambahkan beberapa tetes indikator seperti
fenolftalein, ke dalam larutan asam. Dalam larutan asam, fenolftalein tidak
berwarna. Kemudian, buret kita isi dengan larutan NaOH yang konsentrasinya telah
diketahui. dan dengan hati-hati NaOH ditambahkan ke asam pada flask. Kita bisa
mengetahui bahwa netralisasi telah berlangsung ketika fenolftalein dalam larutan
berubah warna menjadi merah muda. Ini disebut titik akhir netralisasi. Dari volume
yang ditambahkan dan molar NaOH, kita dapat menentukan konsentrasi asam
(Timberlake, 2004 : 354-355).

Pada titrasi asidimetri / alkalimetri dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Asidimetri
Titrasi dengan menggunakan larutan standart asam yang digunakan untuk
menentukan basa. Larutan standar asam yang biasa digunakan adalah HCl, asam
cuka, asam oksalat dan asam borat.
2. Alkalimetri
Titrasi ini merupakan kebalikan dari asidimetri dimana larutan standar basa yang
digunakan untuk menentukan asam. Disini dipakai larutan standar NaOH.
Beberapa indikator asam basa beserta perubahan warna dan pelarutnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
























III. Alat dan Bahan

3.1. Alat :
1. Pipet Volume
2. Erlenmeyer
3. Pipet tetes
4. Buret
5. Corong
3.2. Bahan :
1. Asam Asetat (CH
3
COOH)
2. NaOH 0,1 N
3. Asam sulfat (H
2
SO
4
)
4. Larutan Asam Oksalat (H
2
C
2
O
4
) 0,1 N
5. Larutan HCL 0,1 N
6. Larutan Amoniak (NH
4
OH) 0,1 N
7. Larutan Borax (Na
2
B
4
O
7
)
8. Indikator PP
9. Indikator metil merah (MR)
10. Indikator MO


IV. Cara Kerja :
4.1. Menentukan Kadar Asam Asetat dengan Larutan Standar NaOH
1. Ambil 10 mL larutan asam asetat 0,1 N (sampel) dengan menggunakan pipet
volume, masukkan dalam erlenmeyer 100 ml.
2. Tambahkan 2-3 tetes indikator pp atau timol biru.
3. Titrasi larutan ini dengan NaOH 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari
tidak berwarna menjadi merah muda untuk indikator pp, sedangkan bila
menggunakan timol biru menjadi biru.
4. Amati sehingga terjadi suatu perubahan warna dan hentikan penitrasian.
5. Ulangi percobaan dua kali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian rata-rata
hasilnya.
6. Hitung kadar asam asetat (gram/100 mL).



4.2. Penentuan Kadar Asam Sulfat dengan NaOH
1. Pipetlah 10 mL larutan asam sulfat 0,1 N (sampel), masukkan ke dalam
Erlenmeyer 100 ml.
2. Kemudian tambahkan indikator pp sebanyak 5 tetes.
3. Titrasi larutan ini dengan NaOH 0,1 N.
4. Amati sehingga terjadi perubahan warna (tidak berwarna menjadi merah muda)
dan hentikan penitrasian.
5. Ulangi percobaan dua kali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian rata-rata
hasilnya.
6. Hitung kadar asam sulfat (gram/100 mL).

4.3. Standarisasi Larutan Standar NaOH
1. Pipetlah 10 mL larutan asam oksalat 0,1 N (standar primer), masukkan ke
dalam erlenmeyer 100 ml.
2. Kemudian tambahkan indikator pp sebanyak 5 tetes.
3. Titrasi larutan ini dengan NaOH 0,1 N (standar sekunder).
4. Amati sehingga terjadi perubahan warna (tidak berwarna menjadi merah muda)
dan hentikan penitrasian.
5. Ulangi percobaan dua kali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian rata-rata
hasilnya.
6. Hitung konsentrasi NaOH

4.4. Menentukan Kadar Larutan NaOH dengan Larutan Standar HCl
1. Pipetlah 10 mL larutan NaOH (sampel), masukkan ke dalam erlenmeyer 100
ml.
2. Kemudian tambahkan indikator pp sebanyak 5 tetes.
3. Titrasi larutan ini dengan larutan HCl 0,1 N.
4. Amati sehingga terjadi perubahan warna (merah menjadi tidak berwarna) dan
hentikan penitrasian.
5. Ulangi percobaan dua kali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian rata-rata
hasilnya.
6. Hitung konsentrasi NaOH

4.5. Menentukan Kadar Amoniak dengan Larutan Standar HCl
1. Pipetlah 10 mL larutan amoniak 0,1 N, masukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 40 mL akuades.
3. Tambahkan 3 tetes indikator metil merah.
4. Titrasi larutan ini dengan HCl 0,1 N.
5. Amati sehingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi merah dan
hentikan penitrasian.
6. Ulangi percobaan sekali lagi dan catat volume penitrasi, kemudian rata-rata
hasilnya.
7. Hitunglah kadar amoniak (gram/100 mL).

4.6. Standarisasi Larutan Baku HCl dengan Borax
1. Pipetlah 10 mL larutan borax 0,1 N (standar primer), masukkan ke dalam
erlenmeyer 100 ml.
2. Tambahkan beberapa tetes indikator MO.
3. Titrasi larutan borax yang telah diberi indikator dalam erlenmeyer dengan
larutan baku HCl yang berada dalam buret secara perlahan-lahan dengan
dikocok hingga warna berubah dari kuning menjadi merah muda.
4. Setelah warna menjadi merah muda, hentikan penitasian.
5. Ulangi percobaan sekali lagi dan catat volume titrasi, kemudian rata-rata
hasilnya.
6. Hitung kadar HCl (gram/100 mL).

V. Hasil Pengamatan

5.1. Menentukan Kadar Asam Asetat dengan Larutan Standar NaOH
Pembacaan Buret I II III
Akhir Titrasi 10,00 mL 20,10 mL 29,9 mL
Awal Tirasi 0,00 mL 10,00 mL 20,10 mL
Volume Larutan NaOH 10,00 mL 10,10 mL 9,8 mL


5.2. Penentuan Kadar Asam Sulfat dengan NaOH
Pembacaan Buret I II III
Akhir Titrasi 10,70 mL 21,40 mL 32,90 mL
Awal Tirasi 0,00 mL 10,70 mL 21,70 mL
Volume Larutan NaOH 10,70 mL 10,70 mL 11,20 mL



5.3. Standarisasi Larutan Standar NaOH
Pembacaan Buret I II III
Akhir Titrasi 8,30 mL 16,60 mL 24,30 mL
Awal Tirasi 0,00mL 8,30 mL 16,60 mL
Volume Larutan NaOH 8,30 mL 8,30 mL 7,70 mL

5.4. Menentukan Kadar Larutan NaOH dengan Larutan Standar HCl
Pembacaan Buret I II III
Akhir Titrasi 10,00 mL 19,70 mL 29,10 mL
Awal Tirasi 0,00 mL 10,00 mL 19,70 mL
Volume Larutan HCl 10,00 mL 9,70mL 9,40 mL

5.5. Menentukan Kadar Amoniak dengan Larutan Standar HCl
Pembacaan Buret I II III
Akhir Titrasi 6,10 mL 12,20 mL 18,50 mL
Awal Tirasi 0,00 mL 6,10 mL 12,50 mL
Volume Larutan HCl 6,10 mL 6,10 mL 6,00 mL

5.6. Standarisasi Larutan Baku HCl dengan Borax
Pembacaan Buret I II III
Akhir Titrasi 8,70 mL 16,90 mL 25,00 mL
Awal Tirasi 0,00 mL 8,70mL 16,90 mL
Volume Larutan HCl 8,70 mL 8,20 mL 8,10 mL



VI. Pembahasan

6.1. Menentukan Kadar Asam Asetat dengan Larutan Standar NaOH


= 9,90 mL





6.2. Penentuan Kadar Asam Sulfat dengan NaOH


0,053



6.3. Standarisasi Larutan Standar NaOH




V
as.ok
x N
as.ok
= V
NaOH
x N
NaOH
10 x 0,1 = 8 x N
NaOH
N
NaOH
=

N
= 0,125 N



6.4. Menentukan Kadar Larutan NaOH dengan Larutan Standar HCl



6.5. Menentukan Kadar Amoniak dengan Larutan Standar HCl




6.6. Standarisasi Larutan Baku HCl dengan Borax




V
brx
x N
brx
= V
HCl
x N
HCl

10 x 0,1 = 8,45 x N
HCL

N
HCL
=


= 0,12 N

VII. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1. kadar asam asetat (CH
3
COOH) adalah 0,59 %


2. kadar asam sulfat (H2SO4) adalah 0,53 %


3. konsentrasi NaOH adalah 0,125 N
4. kadar NaOH adalah 0,39 %


5. kadar NH
3
adalah 0,034 %


6. konsentrasai HCL adalah 0,12 N


VIII. Daftar Pustaka
Modul Acidimetri/Alkalimetri

Anda mungkin juga menyukai