Anda di halaman 1dari 14

Risnita, Pengembangan

86

PENGEMBANGAN SKALA MODEL LIKERT


Risnita
1



Abstraksi
Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala Likert sangat
popular di kalangan para ahli psikologi sosial dan para peneliti.
Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap
yang ditulis, disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga
respons seseorang terhadap pertanyaan tersebut dapat
diberikan angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan.
Metode Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap
yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan
nilai skalanya.

Kata Kunci : metode skala bipolar, pernyataan positif dan
negatif.

A. Pendahuluan
Skala Likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap atau
respons seseorang terhadap suatu objek. Pengungkapan sikap dengan
menggunakan skala Likert sangat popular di kalangan para ahli
psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis,
skala Likert yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki
reliabilitas yang memuaskan.
Skala Likert berwujud kumpulan pertanyaan-pertanyaan sikap yang
ditulis, disusun dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respons
seseorang terhadap pertanyaan tersebut dapat diberikan angka (skor)
dan kemudian dapat diinterpretasikan. Skala Likert tidak terdiri dari
hanya satu stimulus atau satu pernyataan saja melainkan selalu berisi
banyak item (multiple item measure)
2
.
Sejauhmana suatu skala Likert akan berfungsi seperti yang
diharapkan , yaitu mengungkapkan sikap individu atau sikap kelompok
manusia dengan cermat dan akurat, banyak tergantung pada kelayakan
pertanyaan-pertanyaan sikap dalam skala itu sendiri. Oleh karena itu

1
Dosen Fakultas Tarbiyah IAIN STS J ambi
2
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 1995), p. 105.
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
87
pernyataan yang dibuat untuk mengukur sikap harus dirancang dengan
hati-hati. Stimulus harus ditulis dan dipilih berdasarkan metode
konstruksi yang benar dan skor terhadap respons seseorang harus
diberikan dengan cara-cara yang tepat.
Berikut akan dijelaskan biografi singkat penemu skala Likert,
konsep teori skala Likert, konstruksi penyusunan skala Likert, prosedur
pengembangan instrumen dengan menggunakan skala Likert dan
proses kalibrasi instrumen.

B. Biografi Rensis Likert
Rensis Likert (1903-1981) adalah seorang pakar psikolog dan
pengajar di Amerika yang melakukan penelitian dalam bentuk model
manajemen. Rensis Likert adalah pendiri dari Universitas Michigan
(Institut untuk penelitian sosial) yang didirikan pada tahun 1946-1970.
Ketika dia mendirikan Asosiasi Rensis Likert, dia menyarankan untuk
membuatnya menjadi koorporasi yang besar. Selama tahun 1960-1970
bukunya dalam teori manajemen sangat popular di J epang.
Pengaruhnya terlihat menentang organisasi J epang yang modern. Dia
melakukan penelitian dalam koorporasi utama di seluruh dunia dan
hasilnya itu mempunyai prediksi yang akurat dalam penampilan
koorporasinya.
Rensis Likert dilahirkan di Cheyenne, Wyoming tepatnya pada
tanggal 5 bulan agustus tahun 1903 dan meninggal dunia pada tanggal
3 september l981, dimana ayahnya merupakan seorang insinyur di
Union Pacific Railroad. Setelah dilatih menjadi seorang insinyur, dia
bekerja sebagai seorang adintern di Union Pacific Railroad dari tahun
1922. Komunikasi yang kurang antara dua bagian membuat sebuah
inspirasi padanya untuk melakukan penelitian organisasi dan untuk
lingkungan mereka.
Rensis Likert menerima gelar Bachelor di jurusan sosiologi dari
Universitas Michigan tahun 1926. Dalam perjalan hidupnya, Likert harus
bekerja keras. Sosiologi di tahun 1920 mempunyai eksperimental yang
tinggi dan banyak aspek psikologi yang modern untuk digabungkan. Di
tahun 1932 dia mendapatkan gelar Ph.D di jurusan psikologi dari
Colombia University. Dalam tesisnya, Likert membuat sebuah skala
survei (Likert Scales) untuk mengukur etika, dan menunjukkan hal-hal
yang dapat memberikan lebih banyak informasi dibandingkan metode
yang kompeten
3
.

C. Konsep Teori Likert

3
Http://e.wikipedia.org/iki/Renis _Likert
Risnita, Pengembangan
88
Skala Likert adalah sebuah tipe skala psikometri yang
menggunakan angket dan menggunakan skala yang lebih luas dalam
penelitian survei. Metode rating yang dijumlahkan (summated rating)
popular juga dengan nama penskalaan model Likert. Metode Likert
merupakan metode penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan
distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dalam
pendekatan ini tidak diperlukan adanya kelompok panel penilai (J udging
Group) dikarenakan nilai skala setiap pernyataan tidak akan ditentukan
oleh derajat favorabelnya masing-masing, akan tetapi ditentukan oleh
distribusi respons setuju atau tidak setuju dari sekolompok responden
yang bertindak sebagai kelompok uji coba
4
.
Kelompok uji coba ini hendaknya memiliki karakteristik yang
semirip mungkin dengan karakteristik individu yang hendak diungkap
sikapnya oleh skala yang sedang disusun. Di samping itu, agar hasil
analisis dalam penskalaannya lebih cermat dan stabil. Responden yang
digunakan sebagai keompok uji coba harus berjumlah banyak sehingga
distribusi skor mereka lebih bervariasi. Banyaknya responden dalam uji
coba ini menurut saran Gable adalah sekitar 6 sampai 10 kali lipat
banyaknya pernyataan yang akan dianalisis.
5

Prosedur penskalaan dengan metode Likert didasari oleh dua
asumsi yaitu:
1. Setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai
termasuk pernyataan yang favorable atau pernyataan yang tidak
favorable.
2. Untuk pernyatataan positif, jawaban yang diberikan oleh individu
yang memiliki sikap positif harus diberi bobot atau nilai yang lebih
tinggi dari jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai
sikap negative. Demikian sebaliknya untuk pernyatataan negatif,
jawaban yang diberikan oleh individu yang memiliki sikap negatif
harus diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi dari jawaban yang
diberikan oleh responden yang mempunyai sikap positif.
Ketika merespon, angket Likert, responden mengspesifikasikan
tingkat pernyataan mereka. Skala ini dinamakan skala Likert. Bentuk
tes pada skala Likert adalah bentuk pernyataan. Responden
mengindikasi tingkat keyakinan mereka dengan pernyataan atau
evaluasi objektif / subjektif.
Biasanya dalam skala Likert terbagi dalam lima kategori yang
digunakan, tetapi banyak pakar psikometri menggunakan tujuh sampai
sembilan kategori.

4
Saifudin Azwar, Op Cit, p 139
5
Saifudin Azwar, Dasar-dasar Psikometri, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), p.
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
89

Lima kategori tsb adalah :
Pernyataan Positif (+) Pernyataan Negatif (-)
1. sangat tidak setuju
2. tidak setuju
3. ragu-ragu
4. setuju
5. sangat setuju
1. sangat setuju
2. setuju
3. ragu-ragu
4. tidak setuju
5. sangat tidak setuju
Skala Likert adalah metode skala bipolar, menentukan positif atau
negatif respon pada sebuah pernyataan. Terkadang skala Likert
digunakan pada metode pilihan yang mana pilihan tengah itu ragu-
ragu. Skala Likert mungkin menjadi subjek dari beberapa alasan.
Responden mungkin menggunakan respon yang tergolong ekstrim,
setuju dengan pernyataan yang diutarakan, atau berusaha untuk
menggambarkan pola pikir individu atau kelompok dalam bentuk yang
lebih nyata.
Lima kategori respon dipresentasikan kembali dalam bentuk
sebuah tingkatan pengukuran ordinal. Kategori tsb dipresentasikan lagi
dalam bentuk inheren (dari tinggi ke rendah, yang kuat ke lemah, yang
besar ke kecil) tetapi angkaangka yang tertera pada kategori tsb tidak
dapat mengidentifikasikan perbedaan besaran antara skala interval atau
skala rasio.

D. Konstruksi Penyusunan Skala Likert
Skala Likert umumnya digunakan untuk mengukur sikap melalui
pernyataan-pernyataan sikap (attitude statements) yaitu rangkaian
kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai objek sikap yang hendak
diungkap. Penyusunan skala Likert diawali dengan membuat table
spesifikasi sebagai pedoman dalam merangkai pernyataan-pernyataan.
1. Tabel Spesifikasi (kisi-kisi)
Suatu skala Likert hendaknya mencakup aspek objek sikap yang
luas dan relevan. Cakupan ini menyertakan semua aspek yang penting
bagi objek sikap itu dan meninggalkan aspek-aspek yang tidak begitu
berarti. Untuk mengintegrasikan batasan komponen perilaku dan
komponen objek sikap, biasanya digunakan semacam table spesifikasi
atau blue print. Pembuatan table spesifikasi merupakan salah satu
langkah standar dalam penyususnan hampir semua alat ukur psikologis.
Suatu table spesifikasi pada umumnya berupa table dua jalan yaitu
table yang mempunyai dua sisi yang dalam hal ini berisikan komponen
objek sikap dan komponen sikap. Kalau digambarkan secara umum
salah satu model table spesifikasi guna penyusunan skala Likert adalah
sebagai berikut :
Risnita, Pengembangan
90

Komponen
Objek Sikap
Komponen Sikap Total
% Afektif Kognitif Konatif
I
II
III
IV
V
Total (%) 100 %
Gbr. Model table spesifikasi yang digunakan dalam perancangan Skala
Sikap
6


Angka-angka ditulis dalam setiap sel untuk menunjukkan
persentase banyaknya pernyataan sikap yang perlu dibuat agar skala itu
nanti setelah selesai ditulis akan mencakup keseluruhan aspek-aspek
objek sikap secara proporsional sesuai dengan bobot relevansi setiap
aspek dalam komponen objek sikap yang telah ditentukan. Bobot
relevansi ini dapat ditentukan berdasarkan judgment perancang sendiri ,
atau hasil diskusi dengan pihak ahli atau mungkin dari temuan penelitian
yang pernah ada. Apabila tidak ada dasar yang jelas untuk
membedakan bobot relevansi tersebut, maka dapat digunakan dengan
cara meyamakan semua bobot dari setiap aspek.
Setelah table spesfikasi disusun, maka selanjutnya membuat
pernyataan-pernyataan dengan memperhatikan jumlah butir yang telah
ditetapkan dan proporsional dengan relevansi bobot setiap aspek.
Dalam penyususnan pernyataan yang tidak kalah penting untuk
diperhatikan adalah teknik penulisan pernyataan.

2. Kaidah-kaidah Penulisan Pernyataan
Untuk menulis banyak pernyataan, penulis item dapat
memanfaatkan berbagai sumber bacaan dan referensi, gagasan-
gagasan, informasi, hasil pengamatan dan kreativitasnya sendiri
sepanjang tidak menyimpang dari spesifikasi yang telah dibuat. Di
samping itu menulis pernyataan yang bermutu penyususn skala harus
menuruti kaidah atau pedoman penulisan pernyataan agar ciri-ciri
pernyataan sikap tidak terlupakan dan agar setiap pernyataan
mempunyai kemampuan membedakan antara kelmpok responden yang
setuju dengan kelompok responden yang tidak setuju.
Edward (1957) dalam Azwar telah meramu berbagai saran dan
petunjuk para ahli menjadi semacam pedoman penuisan pernyataan
yang diebutnya sebagai criteria informal penulisan pernyataan.
7
, yaitu :

6
Saifiddin Azwar, Op Cir, p. 110
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
91
a. J angan menulis pernyataan yang membicarakan mengenai kejadian
yang telah lewat kecuali kalau objek sikapnya bekaiatan dengan
masa lalu.
b. J angan menuliskan pernyataan yang berupa fakta atau dapat
ditafsirkan sebgai fakta
c. J angan menuliskan pernyataan yang dapat menimbulkan lebih dari
satu penafsiran.
d. J angan menulis pernyataan yang tidak relevan dengan objek
psikologisnya
e. J angan menuliskan pernyataan yang sangat besar kemungkinannya
akan disetujui oleh hampir semua orang bahkan hampir tak seorang
pun yang akan menyetujuinya.
f. Pilihlah pernyataan-pernyatan yang diperkirakan akan mencangkup
keseluruhan liputan skala afekif yang diinginkan.
g. Usahakan agar setiap pernyataan ditulis dalam bahasa yang
sederhana, jelas dan langsung. J angan menuliskan pernyataan
dengan menggunakan kalimat-kalimat yang rumit.
h. Setiap pernyataan hendaknya ditulis rinkas dengan meghindari kata-
kata yang tidak diperlukan dan yang tidak akan mempejelas isi
pernyataan.
i. Setiap pernyataan harus berisi hanya satu ide (gagasan yang
lengkap).
j. Pernyataan yang berisi unsur universal seperti tidak pernah,
semuanya, selalu, tak seorangpun dan semacamnya, seringkali
menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda dan karenanya sedapat
mungkin hendaklah dihindari.
k. Kata-kata seperti hanya, sekedar, semata-mata, dan
semacamnya harus digunakan seperlunya saja dan dengan hati-hati
agar tidk menimbulkan kesalahan penafsiran isi pernyataan.
l. J angan menggunakan kata atau istilah yang mungkin tidak dapat
dimengerti oleh para responden.
m. Hindari pernyataan yang berisi kata negative ganda.

E. Prosedur Pengembangan Instrumen Dengan Skala Likert
Di dalam penelitian ilmiah, data hanya akan dapat diinterpretasikan
dengan lebih objektif bila diperoleh melalui proses pengukuran yang
objektif, sahih dan reliable. Pengukuran merupakan kuantifikasi suatu
atribut. Pengukuran merupakan pemberian nilai atau angka berdasarkan
aturan. Cronbach seperti dikutip Azwar membagi tes atau pengukuran
menjadi dua kelompok besar yaitu tes yang merupakan kinerja

7
Ibid, p. 114.
Risnita, Pengembangan
92
maksimal dan tes yang merupakan kinerja khusus (termasuk ke dalam
tes non kognitif yaitu apa yang biasa dikerjakan atau dirasakan orang)
8
.
J awaban tes non kognitif (sikap) tidak dapat dipilah menjadi benar atau
salah melainkan dianalisis dengan menggunakan norma-norma tertentu.
Menurut Sumadi Suryabrata untuk pengukuran non kognitif diperlukan
respons jenis ekspresi sentiment, yaitu jenis respons yang tidak dapat
dinyatakan benar atau salah, seringkali dikatakan semua respons benar
menurut alasannya masing-masing
9
. Tes tersebut dirancang untuk
mengungkap kecenderungan reaksi atau perilaku individu ketika berada
dalam situasi tertentu. Adapun tujuannya bukan untuk mengetahui apa
yang mampu dialkukan oleh seseorang melainkan apa yang akan
cenderung akan dilakukan.
Prosedur penyusunan dan pengembangan instrument pengukur
afektif dikembangkan antara lain :
1 Identifikasi tujuan ukur adalah memilih suatu definisi konseptual dan
teori yang mendasari atribut konstruk psikologis yang hendak diukur.
2. Operasi analisis ranah yang hendak diukur berdasarkan konstruk
psikologis. Konstruk dibatasi dengan uraian komponen-komponen
atau dimensi yang jelas, sehingga instrument akan mengukur secara
komprehensif dan relevan serta dapat menunjang validitas konstruk
yang hendak diukur dari variable yang bersangkutan. Untuk
mengoperasikan dimensi-dimensi bersangkutan, penulisan butir
dirumuskan ke dalam bentuk indikator-indikator perilaku yang
hendak diungkap dari suatu subjek
3. Pemilihan format stimulus yang erat berkaitan dengan metode
pembuatan skala. Ada beberapa cara pemberian skala yang
biasanya digunakan dalam instrument afektif. Biasanya penulisan
format lebih banyak tergantung pada manfaat praktis format
bersangkutan.
4. Penulisan butir diawali dengan pembuatan kisi-kisi yang memuat
komponen-komponen atribut dan indikator-indikator perilaku yang
hendak diukur. Revisi biasanya dilakukan oleh peneliti itu sendiri
dengan memeriksa ulang setiap butir yang baru saja ditulis apakah
telah sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap dan
apakah tidak ke luar dari jalur kisi-kisi yang telah dibuat.
5. Setelah melewati revisi di atas dilakukan uji coba.
6. Analisis butir digunakan sebagai pengujian parameter-parameter
butir untuk mengetahui apakah butir memenuhi persyaratan

8
Saifuddin Azwar. Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Tes
Prestasi (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1996), p. 7.
9
Sumadi Suryabrata, Pengembangan Alat Ukur Psikologis. (Yogyakarta : Andi
Ofset, 2000), p. 177
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
93
psikometrik. Untuk lebih lengkapnya dilakukan pula analisis indeks
validitas butir dan reliabilitas serta mungkin juga analsis faktor.
7. Butir-butir yang tidak memenuhi persyaratan psikometrik dengan
beberapa parameter dibuang atau direvisi
8. Pengujian reliabilitas. J ika diperoleh koefisien yang belum
memuaskan maka kembali ke langkah kompilasi dan merakit ulang
instrument dengan lebih mengutamakan butir-butir yang memiliki
daya diskriminasi tinggi, karena dapat meningkatkan koefisien
reliabilitas instrument.
9. Sebagai tambahan proses validasi pada dasarnya merupakan
proses yang berkelanjutan. Dalam skala-skala yang digunakan
secara terbatas pada umumnya dilakukan pengujian validitas
berdasar kriteria, sedang validitas konstruk ditentukan oleh analisis
faktor dan validasi silang.
10. Diperoleh format akhir instrument yang sebaiknya dimuat dengan
tampilan yang menarik namun tetap memudahkan responden untuk
membaca dan menjawabnya.

Berikut gambar langkah dasar sebagai alur kerja dalam penyusunan
skala psikologi :






















Identifikasi tujuan ukur
Penetapan Konstuk Psikologi
Operasionalisasi Konsep
Indikator Perilaku
Penulisan Butir
Review Butir
Pemilihan Format
stimulus
Pensklaan
Uji coba
Analisis Butir
Kompilasi I Seleksi Butir
Pengujian Reliabilitas
Validasi
Risnita, Pengembangan
94





Sumber : Saifudin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi (Yogyakarta :
Pustaka pelajar, 1999), p.11.

F. Teknik Pengukuran
Setelah angket diisi, item yang lain dianalisa secara terpisah atau
item individu dikumpulkan agar menghasilkan nilai dari sebuah item
kelompok. Skala Likert biasanya disebut skala sumatif. Responden-
responden dari item likert normalnya di treat dengan data ordinal yang
pada khususnya menggunakan lima kategori, apabila hanya satu
kategori tidak dapat menggambarkan perbedaan yang ada. Ketika di
treat sebagai data ordinal Likert responden dapat dianalisis dengan
menggunakan tes non parametric, seperti Mann-Whitney, Wilcoxon
signed-rank, dan Kruskal-Wallis tes
10
.
Ketika responden-responden tsb dikumpulkan, kemudian di treat
dengan menggunakan data interval hal ini untuk menentukan variable.
J ika hasilnya berdistribusi normal, maka dengan statistika parametric
dapat diterapkan contohnya pada analisa varians (Anava). Data dari
skala Likert terkadang menunjukkan tingkat nominal dengan
menggabungkan semua respon yang setuju dan tidak setuju ke dalam
dua kategori diterima dan tidak diterima. Chi-Square, Cochran Q,
atau McNemar tes adalah langkah-langkah dalam statistic digunakan
setelah transformasi
11
.
Konsensus based assessment(CBA) digunakan untuk membuat
standar objektif skala Likert pada domain dimana tidak ada standar
umum yang diterima atau standar objektif yang sudah ada. CBA
digunakan untuk memastikan atau memvalidasi standar umum yang
diterima.

1. Validitas
Validitas merujuk kepada sejauhmana hasil evaluasi suatu
instrument dapat ditafsirkan terhadap atribut yang diukur, sedangkan
validitas konstruk merupakan tipe validitas yang menunjukkan
sejauhmana instrument mengungkap suatu treat atau konstruk teoritik
yang hendak diukurnya.

10
Http://How to design a Psychologycal tes@Everything2_com.htm
11
Http://www.icbl.hw.ac.uk/ltdi/cookbook/info_likert_scale/indeks.html
Kompilasi II Format Final
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
95
Validitas ditentukan oleh ketepatan dan kecermatan pengukuran,
pengukuran sendiri dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak suatu
aspek terdapat dalam diri seseorang, yang biasanya dinyatakan dalam
skor. Instrumen yang mempunyai validitas tinggi akan memiliki
kesalahan pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang
diperoleh instrument tersebut tidak jauh berbeda dari skor
sesungguhnya. Dengan pendekatan varians, validitas didefinisikan
sebagai proporsi varians total dalam suatu ukuran yang merupakan
varians faktor bersama.
12

Oleh karena itu instrument pengukur afeksi dengan segala
prosedur pengembangan yang dilakukan pengembangan konsep atau
konstruk, dianalisis dengan teknik validitas konstruk. Penentuan dengan
teknik tersebut mencakup dua tahap yaitu :
a. Tahap teoritik dengan cara penilaian rancangan instrument oleh
sejumlah pakar. Tahap ini merupakan tahap pendekatan stimulus.
b. Tahap empirik, berdasarkan data uji coba alat ukur kepada sejumlah
responden. Tahap ini disebut juga pendekatan respons.
Secara empiric, dukungan terhadap keberadaan konstruksi
psikologis, menurut Suyrabata validitas konstruk mempersoalkan
sejauhmana skor-skor hasil pengukuran dengan instrument yang
dipersoalkan itu merefleksikan konstruk yang mendasari penyusunan
alat ukur tersebut.
13

Mencari besar koefisien validitas konstruk dapat diperoleh : (a)
mengkorelasikan hasil tes dengan tes lain, (b) menyertakan pakar
bidang studi dan pengajaran untuk menilai isi dan konstruk.
14

Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, ada dua metode yang telah
diakui oleh para pakar di bidang ini yakni (a) analisis faktor, (b) sifat-
jamak-metode-jamak (multi treat multi method)
15
.
Analisi faktor adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
menggambarkan sejumlah metode dan desain untuk menganalisis
antara hubungan dalam seperangkat variable atau objek (sebagai hasil)
konstruksi beberapa variable hipotesis (objek) yang disebut faktor.
16
J adi
pada prinsipnya analisis faktor digunakan untuk mereduksi data, yakni

12
Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung Simatupang
(Yogyakarta : Gajah Mada University Pres, 2000), p. 751
13
Sumadi Suryabrata, Op cit. p. 42
14
J ames S. Cangelosi. Designing Tests For Evaluating Student Achievment (New
York : Long Man, 1995), p. 185.
15
Sumadi Suryabarata. Op cit, p. 42.
16
Connie. D Stapleton. Basic Concepts and Procedures of Confirmatory Factor
Analysis http://ericae.net//ft/tamu/Cfa. HTM. (J anuari, 1997(a).
Risnita, Pengembangan
96
proses untuk meringkas sejumlah variable menjadi lebih sedikit dan
menamakannya sebagai faktor dengan bantuan program komputer.
Sebagaimana pendekatan multivariate lainnya, analisis faktor
berdasarkan asumsi tentang berperannya sejumlah variansi dalam
suatu gejala. Selain itu berdasarkan kuadrat koefisien korelasi, analisis
faktor dapat menggambarkan besarnya sumbangan variansi yang
diselidiki dan secara tidak langsung memperlihatkan kemungkinan turut
berperan faktor yang tidak diketahui atau yang tidak diselidiki. Tujuan
utama analisis faktor adalah untuk menentukan apakah suatu perangkat
variable dapat digambarkan berdasarkan faktor atau dimensi yang lebih
kecil dari pada jumlah variable dan menujukkan karakteristik atau sifat
yang dimiliki oleh masing-masing faktor tersebut, atau sejauhmana
instrument mengukur sifat (konstruk teoritik tertentu). Dengan analisis
faktor akan dapat dilihat apakah spesifikasi kemampuan yang
dikembangkan secara teoritik telah sesuai dengan teori atau konsep
yang digunakan setelah dilakukan uji coba di lapangan.

2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran dengan
alat tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas adalah konsistensi suatu
instrument mengukur suatu yang hendak diukur.
17
Secara empirik, tinggi
rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut
koefisien reliabilitas. Makin tinggi koefisien reliabilitas, makin dekat nilai
skor amatan dengan skor yang sesungguhnya, sehingga nilai skor
amatan dapat digunakan sebagai pengganti komponen skor yang
sesungguhnya. Ukuran tinggi atau rendahnya koefisien reliabilitas tidak
hanya ditentukan oleh nilai koefisien. Tafsiran tinggi rendahnya nilai
koefisien diperoleh melalui perhitungan, ditentukan pula oleh standar
pada cabang ilmu yang terlibat di dalam pengukuran itu. Makin tinggi
koefisien reliabilitas suatu instrument, maka kemungkinan kesalahan
yang terjadi akan makin kecil, bila orang membuat keputusan
berdasarkan skor yang diperoleh dalam instrument tersebut.
Pada umumnya pengukuran karakteristik afektif memberikan
reliabilitas yang rendah dari pada pengukuran kognitif, karena
keterampilan kognitif cenderung lebih stabil dari karakteristik afektif.
Reliabilitads instrument afektif kurang dari 0,70, sedangkan kognitif
biasanya kira-kira 0,90 atau lebih
18
.

17
William Wiersma, Research Methods in Education : An Introcduction (Boston:
Allyn and Bacon, Inc, 1986), p.288.
18
Robert K. Gable. Instrumen Development in the Afektice Domain. (Boston:
Kluwer-Nijhoff Publishing, 1986), p.147.
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
97
Secara garis besar ada tiga kategori dalam pengukuran reliabilitas :
(a) tipe stabilitas (misalnya tes ulang, bentuk parallel, dan bentuk
alternative), (b) tipe homogentitas atau internal konsistensi (misalnya
belah dua, KR, Alpha Cronbach, Theta dan Omega), (c) tipe ekuivalen
(misalnya butir-butir parallel dalam bentuk alternative dan reliabilitas
antar penilai (inter-rater reliability)).
19


3. Model Rasch
Pada prinsipnya data skala likert dapat digunakan untuk
menentukan tingkat interval kontinum dengan cara menerapkan Rasch
model. Pada saat ini, politomi Rasch model juga dapat digunakan untuk
menguji hipotesis yang mencerminkan peningkatan pada perilaku
(sikap). Contoh, pengaplikasian pada sebuah model yang termasuk
pada indikasi kategori netral, hal ini tidak dapat dipresentasikan kembali
pada tingkatan perilaku (sikap) antara kategori setuju dan tidak setuju
20
.

4. Bias (prasangka)
Walau sebuah tes itu dinyatakan valid dan dapat dipercaya, namun
belum ada jaminan bahwa tes tersebut lepas dari prasangka atau
perlawanan. Sebuah tes dianggap aneh jika sistematikanya dibawah
atau diatas dari nilai yang sebenarnya. Sebagai contoh tes pengetahuan
biasanya terasa aneh jika diberikan pada seseorang yang tidak
mempunyai jalan pikiran untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
mungkin mmuncul. Contoh yang lain, tes itelegensi menggunakan
bahasa Inggris, tes ini diberikan pada orang yang tidak bias berbahasa
Inggris. Merupakan hal yang cukup penting dalam menentukan langkah-
langkah dalam membuat tes itu sendiri. Keanehan yang terjadi dapat
muncul dari faktor luar seperti perbedaan kelompok, dan factor dari
dalam seperti beberapa orang berbeda dengan kelompoknya, dan hal ini
dapat menjadi cukup sulit untuk menentukan kriteria bentuk kelompok
dalam tempat pertama. Tentu saja masih banyak contoh yang dapat kita
temukan.

KESIMPULAN

Metode Likert merupakan metode penskalaan pernyataan sikap
yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai
skalanya.

19
Illene Decker, Reliability and Valididty,
http://jan.ucc.nau.edu/~mezza/nur390/Mod4/reliability/lesson.html., 1997, p.1 of 5
20
http://en.wikipedia.org/wiki/Likert_scale.
Risnita, Pengembangan
98
Metode rating yang dijumlahkan (summated rating) popular juga
dengan nama penskalaan model Likert.
Skala Likert adalah metode skala bipolar yang menentukan positif
atau negatif respon pada sebuah pernyataan.
Kelompok uji coba dalam metode Likert hendaknya memiliki
karakteristik yang semirip mungkin dengan karakteristik individu
yang hendak diungkap sikapnya oleh skala yang sedang disusun.
Penyusunan skala Likert diawali dengan membuat table spesifikasi
serta memperhatikan kaidah-kaidah dalam penyusunan pernyataan
Secara garus besar pengembangan skala Likert melalui langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Pengembangan spesifikasi
2. Penulisan pernyataan-pernyataan
3. Penelaahan pernyataan-pernyataan
4. Perakitan pernyataa-pernyataan ke dalam perangkat instrument
5. Uji Coba
6. Analisis hasil uji coba
7. Seleksi dan perakitan pernyataan
8. Pencetakan instrument
9. Administrasi instrument
10. Penyusunan skala dan norma

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1995. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
________ .1996. Tes Prestasi : Fungsi dan Pengembangan Pengukuran
Tes Prestasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
_________. 1999. Dasar-dasar Psikometri. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
_________. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Cangelosi, J ames S. 1995. Designing Tests For Evaluating Student
Achievment. New York : Long Man.
Gable, Robert K, 1986. Instrumen Development in the Afektice Domain.
Boston: Kluwer-Nijhoff Publishing.
http://e.wikipedia.org/iki/Renis _Likert
http://How to design a Psychologycal tes@Everything2_com.htm
Edu-Bio; Vol. 3, Tahun 2012
99
http://www.icbl.hw.ac.uk/ltdi/cookbook/info_likert_scale/indeks.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Likert_scale.
Wiersma, William, 1986. Research Methods in Education : An
Introcduction. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Suryabrata, Sumadi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis.
Yogyakarta : Andi Ofset.
Stapleton. Connie. D. Basic Concepts and Procedures of Confirmatory
Factor Analysis http://ericae.net//ft/tamu/Cfa. HTM. (J anuari,
1997(a).
Kerlinger, 2000. Asas-asas Penelitian Behavioral. Terjemahan Landung
Simatupang. Yogyakarta : Gajah Mada University Pres.
Decker, Illene, 1997. Reliability and Valididty,
http://jan.ucc.nau.edu/~mezza/nur390/Mod4/reliability/lesson.htm
l

Anda mungkin juga menyukai