Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Anemia didefnisikan sebagai berkurangnya 1


atau lebih parameter sel darah merah: konsen-
trasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel
darah merah. Menurut kriteria WHO anemia
adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g%
pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita.
1

Berdasarkan kriteria WHO yang direvisi/ krite-
ria National Cancer Institute, anemia adalah
kadar hemoglobin di bawah 14 g% pada pria
dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini
digunakan untuk evaluasi anemia pada pen-
derita dengan keganasan.
1
Anemia merupakan
tanda adanya penyakit. Anemia selalu meru-
pakan keadaan tidak normal dan harus dicari
penyebabnya. Anamnesis, pemeriksaan fsik
dan pemeriksaan laboratorium sederhana
berguna dalam evaluasi penderita anemia.
1
GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda anemia bergantung pada
derajat dan kecepatan terjadinya anemia,
juga kebutuhan oksigen penderita. Gejala
akan lebih ringan pada anemia yang terjadi
perlahan-lahan, karena ada kesempatan bagi
mekanisme homeostatik untuk menyesuai-
kan dengan berkurangnya kemampuan darah
membawa oksigen.
1
Gejala anemia disebabkan oleh 2 faktor
1
:
Berkurangnya pasokan oksigen ke jaring-
an
Adanya hipovolemia (pada penderita
dengan perdarahan akut dan masif )
Pasokan oksigen dapat dipertahankan
pada keadaan istirahat dengan mekanisme
kompensasi peningkatan volume sekuncup,
denyut jantung dan curah jantung pada kadar
Hb mencapai 5 g% (Ht 15%). Gejala timbul bila
kadar Hb turun di bawah 5 g%, pada kadar Hb
lebih tinggi selama aktivitas atau ketika terjadi
gangguan mekanisme kompensasi jantung
karena penyakit jantung yang mendasarinya.
1

Gejala utama adalah sesak napas saat berak-
tivitas, sesak pada saat istirahat, fatigue, gejala
dan tanda keadaan hiperdinamik (denyut nadi
kuat, jantung berdebar, dan roaring in the ears).
Pada anemia yang lebih berat, dapat timbul
letargi, konfusi, dan komplikasi yang mengan-
cam jiwa (gagal jantung, angina, aritmia dan/
atau infark miokard).
1
Anemia yang disebabkan perdarahan akut
berhubungan dengan komplikasi berkurang-
nya volume intraseluler dan ekstraseluler.
Keadaan ini menimbulkan gejala mudah
lelah, lassitude (tidak bertenaga), dan kram
otot. Gejala dapat berlanjut menjadi postural
dizzines, letargi, sinkop; pada keadaan berat,
dapat terjadi hipotensi persisten, syok, dan
kematian.
1
Akreditasi IDI 3 SKP
Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia
Amaylia Oehadian
Subbagian Hematologi Onkologi Medik,
Bagian Penyakit Dalam RS Hasan Sadikin, Bandung
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
407
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
ABSTRAK
Anemia didefnisikan sebagai berkurangnya 1 atau lebih parameter sel darah merah: konsentrasi hemoglobin, hematokrit atau jumlah sel darah
merah. Anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita (WHO). Anemia merupakan gejala dan
tanda penyakit tertentu yang harus dicari penyebabnya agar dapat diterapi dengan tepat. Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih dari 3
mekanisme independen yaitu berkurangnya produksi sel darah merah, meningkatnya destruksi sel darah merah dan kehilangan darah. Gejala
anemia disebabkan karena berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan atau adanya hipovolemia. Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifkasikan menjadi anemia makrositik (mean corpuscular volume / MCV > 100 fL) , anemia mikrositik (MCV < 80 fL) dan anemia normositik
(MCV 80-100 fL) .Gejala klinis, parameter MCV, RDW (red cell distribution width), hitung retikulosit dan morfologi apus darah tepi digunakan se-
bagai petunjuk diagnosis penyebab anemia.
Kata kunci: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis
ABSTRACT
Anemia can be defned as reduction of one or more red blood cells parameter such as hemoglobin, hematocrit level or red blood cells number.
Anemia is characterized by hemoglobin level below 13 g% in men and below 12 g% in women (WHO). Anemia can be caused by 1 or more of
3 independent mechanisms such as decreased red cells production, elevated red cells destruction or blood loss. Symptoms of anemia are due
to decreased tissue oxigen delivery or hypovolemia. Based on morphology approach, anemia is classifed as macrocytic anemia ( mean cor-
puscular volume/MCV > 100 fL), microcytic anemia (MCV < 80 fL) and normocytic anemia ( MCV 80-100 fL). Clinical symptoms, MCV parameter,
RDW ( red cell distribution width), reticulocyte count and peripheral blood smear could be used to diagnose the etiology of anemia. Amaylia
Oehadian. Climical Approach and Diagnosis of Anemia.
Key words: anemia, hemoglobin, MCV, diagnosis
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 407 6/8/2012 2:33:23 PM
408
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
PENYEBAB
Terdapat dua pendekatan untuk menentukan
penyebab anemia
1
:
Pendekatan kinetik
Pendekatan ini didasarkan pada mekanis-me
yang berperan dalam turunnya Hb.
Pendekatan morfologi
Pendekatan ini mengkategorikan anemia ber-
dasarkan perubahan ukuran eritrosit (Mean
corpuscular volume/MCV) dan res-pons reti-
kulosit.
Pendekatan kinetik
Anemia dapat disebabkan oleh 1 atau lebih
dari 3 mekanisme independen
1
:
Berkurangnya produksi sel darah merah
Meningkatnya destruksi sel darah merah
Kehilangan darah.
Berkurangnya produksi sel darah merah
Anemia disebabkan karena kecepatan produk-
si sel darah merah lebih rendah dari destruk-
sinya. Penyebab berkurangnya produksi sel
darah merah
1
:
Kekurangan nutrisi: Fe, B12, atau folat;
dapat disebabkan oleh kekurangan diet, ma-
laborpsi (anemia pernisiosa, sprue) atau kehi-
langan darah (defsiensi Fe)
Kelainan sumsum tulang (anemia aplastik,
pure red cell aplasia, mielodisplasia, infitrasi tu-
mor)
Supresi sumsum tulang (obat, kemoterapi,
radiasi)
Rendahnya trophic hormone untuk sti-mu-
lasi produksi sel darah merah (eritro-poietin
pada gagal ginjal, hormon tiroid [hipotiroid-
isme] dan androgen [hipogonadisme])
Anemia penyakit kronis/anemia infamasi,
yaitu anemia dengan karakteristik berkurang-
nya Fe yang efektif untuk eritropoiesis karena
berkurangnya absorpsi Fe dari traktus gastro-
intestinal dan berkurangnya pelepasan Fe dari
ma-krofag, berkurangnya kadar eritropoietin
(relatif ) dan sedikit berkurangnya masa hidup
erirosit.
Peningkatan destruksi sel darah merah
Anemia hemolitik merupakan anemia yang
disebabkan karena berkurangnya masa hidup
sel darah merah (kurang dari 100 hari). Pada
keadaan normal, umur sel darah merah 110-
120 hari.
2
Anemia hemolitik terjadi bila sum-
sum tulang tidak dapat mengatasi kebutuhan
untuk menggganti lebih dari 5% sel darah
merah/hari yang berhubungan dengan masa
hidup sel darah merah kira-kira 20 hari.
1

Pendekatan morfologi
Penyebab anemia dapat diklasifkasikan ber-
dasarkan ukuran sel darah merah pada apu-
san darah tepi dan parameter automatic cell
counter. Sel darah merah normal mempunyai
vo-lume 80-96 femtoliter (1 fL = 10
-15
liter) de-
ngan diameter kira-kira 7-8 micron, sama de-
ngan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang
berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil
pada apus darah tepi disebut makrositik.
1
Sel
darah merah yang berukuran lebih kecil dari
inti limfosit kecil disebut mikrositik. Automatic
cell counter memperkirakan volume sel darah
merah dengan sampel jutaan sel darah merah
dengan mengeluarkan angka mean corpus-
cular volume (MCV) dan angka dispersi mean
tersebut. Angka dispersi tersebut merupakan
koefsien variasi volume sel darah merah atau
RBC distribution width (RDW). RDW normal
berkisar antara 11,5-14,5%. Peningkatan RDW
menunjukkan adanya variasi ukuran sel.
Berdasarkan pendekatan morfologi, anemia
diklasifkasikan menjadi
1,3-5
:
Anemia makrositik (gambar 1)
Anemia mikrositik (gambar 2)
Anemia normositik (gambar 3)
Anemia makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia de-
ngan karakteristik MCV di atas 100 fL. Anemia
makrositik dapat disebabkan oleh.
1,6
:
Peningkatan retikulosit
Peningkatan MCV merupakan karakteris-
tik normal retikulosit. Semua keadaan yang
menyebabkan peningkatan retikulosit akan
memberikan gambaran peningkat-an MCV
Metabolisme abnormal asam nukleat pada
prekursor sel darah merah (defsiensi folat atau
cobalamin, obat-obat yang mengganggu sin-
tesa asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea)
Gangguan maturasi sel darah merah (sin-
drom mielodisplasia, leukemia akut)
Penggunaan alkohol
Penyakit hati
Hipotiroidisme.
Anemia mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia de-
ngan karakteristik sel darah merah yang kecil
(MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik
biasanya disertai penurunan hemoglobin da-
lam eritrosit. Dengan penurunan MCH ( mean
concentration hemoglobin) dan MCV, akan
didapatkan gambaran mikrositik hipokrom
pada apusan darah tepi.
Penyebab anemia mikrositik hipokrom
1
:
Berkurangnya Fe: anemia defsiensi Fe,
anemia penyakit kronis/anemia infamasi, de-
fsiensi tembaga.
Berkurangnya sintesis heme: keracunan
logam, anemia sideroblastik kongenital dan
didapat.
Berkurangnya sintesis globin: talasemia
dan hemoglobinopati.
Anemia normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan
MCV normal (antara 80-100 fL). Keadaan ini
dapat disebabkan oleh
1-3
:
Anemia pada penyakit ginjal kronik.
Sindrom anemia kardiorenal: anemia, ga-
gal jantung, dan penyakit ginjal kronik.
Anemia hemolitik:
Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik
sel darah merah: Kelainan membran (sferosito-
sis herediter), kelainan enzim (defsiensi G6PD),
kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell).
Anemia hemolitik karena kelainan ekstrin-
sik sel darah merah: imun, autoimun (obat,
virus, berhubungan dengan kelainan limfoid,
idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan
lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroan-
Gambar 1 Anemia makrositik
1
Gambar 2 Anemia mikrositik
1
Gambar 3 Anemia normositik
1
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 408 6/8/2012 2:33:23 PM
409
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
giopati (purpura trombositopenia trombotik,
sindrom hemolitik uremik), infeksi (malaria),
dan zat kimia (bisa ular).
EVALUASI PENDERITA
Evaluasi penderita dengan anemia diarahkan
untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan
1
:
Apakah penderita mengalami perdarah-
an saat ini atau sebelumnya?
Apakah didapatkan adanya bukti pening-
katan destruksi sel darah merah (hemolisis)?
Apakah terdapat supresi sumsum tulang?
Apakah terdapat defsiensi besi? Apakah
penyebabnya?
Apakah terdapat defsiensi asam folat dan
vitamin B12? Apakah penyebabnya?
Riwayat penyakit
Beberapa komponen penting dalam riwayat
penyakit yang berhubungan dengan anemia
1
:
Riwayat atau kondisi medis yang me-
nyebabkan anemia (misalnya, melena pada
penderita ulkus peptikum, artritis reumatoid,
gagal ginjal).
Waktu terjadinya anemia: baru, subakut,
atau lifelong. Anemia yang baru terjadi pada
umumnya disebabkan penyakit yang didapat,
sedangkan anemia yang berlangsung lifelong,
terutama dengan adanya riwayat keluarga,
pada umumnya merupakan kelainan heredi-
ter (hemoglobinopati, sferositosis herediter).
Etnis dan daerah asal penderita: talasemia
dan hemoglobinopati terutama didapatkan
pada penderita dari Mediterania, Timur Te-
ngah, Afrika sub-Sahara, dan Asia Tenggara.
Obat-obatan. Obat-obatan harus dieva-
luasi dengan rinci. Obat-obat tertentu, seperti
alkohol, asam asetilsalisilat, dan antiinfamasi
nonsteroid harus dievaluasi dengan cermat.
Riwayat transfusi.
Penyakit hati.
Pengobatan dengan preparat Fe.
Paparan zat kimia dari pekerjaan atau ling-
kungan.
Penilaian status nutrisi.
Pemeriksaan fsik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda
keterlibatan organ atau multisistem dan un-
tuk menilai beratnya kondisi penderita.
Pemeriksaan fsik perlu memperhatikan
1,4
:
adanya takikardia, dispnea, hipotensi pos-
tural.
pucat: sensitivitas dan spesifsitas untuk
pucat pada telapak tangan, kuku, wajah atau
konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi
antara 19-70% dan 70-100%.
ikterus: menunjukkan kemungkinan
adanya anemia hemolitik. Ikterus sering sulit
dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu
artifsial. Pada penelitian 62 tenaga medis, ik-
terus ditemukan pada 58% penderita dengan
bilirubin >2,5 mg/dL dan pada 68% penderita
dengan bilirubin 3,1 mg/dL.
penonjolan tulang frontoparietal, maksila
(facies rodent/chipmunk) pada talasemia.
lidah licin (atrof papil) pada anemia de-
fsiensi Fe.
limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri
tulang (terutama di sternum); nyeri tulang
dapat disebabkan oleh adanya ekspansi ka-
rena penyakit infltratif (seperti pada leuke-
mia mielositik kronik), lesi litik ( pada mieloma
multipel atau metastasis kanker).
petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.
kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada ane-
mia defsiensi Fe.
Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell,
sferositosis herediter, anemia sideroblastik fa-
milial).
Infeksi rekuren karena neutropenia atau
defsiensi imun.
Pemeriksaan laboratorium
Complete blood count (CBC)
CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, he-
matokrit, jumlah eritrosit, ukuran eritrosit, dan
hitung jumlah leukosit. Pada beberapa labo-
ratorium, pemeriksaan trombosit, hitung jenis,
dan retikulosit harus ditambahkan dalam per-
mintaan pemeriksaan (tidak rutin diperiksa).
Pada banyak automated blood counter, didap-
atkan parameter RDW yang menggambarkan
variasi ukuran sel.
1

Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi
Apusan darah tepi harus dievaluasi de-ngan
baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat di-
deteksi dengan automated blood counter.
1
Sel darah merah berinti (normoblas)
Pada keadaan normal, normoblas tidak
ditemukan dalam sirkulasi. Normoblas dapat
ditemukan pada penderita dengan kelainan
hematologis (penyakit sickle cell, talasemia,
anemia hemolitik lain) atau merupakan
bagian dari gambaran lekoeritroblastik pada
pende-rita dengan bone marrow replace-
ment. Pada penderita tanpa kelainan he-
matologis sebe-lumnya, adanya normoblas
dapat menunjukkan adanya penyakit yang
mengancam jiwa, seperti sepsis atau gagal
jantung berat.
1
Hipersegmentasi neutrofl
Hipersegmentasi neutrofl merupakan abnor-
malitas yang ditandai dengan lebih dari 5%
neutrofl berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih
neutrofl berlobus >6. Adanya hipersegmen-
tasi neutrofl dengan gambaran makrositik
berhubungan dengan gangguan sintesis DNA
(defsiensi vitamin B12 dan asam folat).
1
Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hi-
tung retikulosit dapat berupa persentasi dari
sel darah merah, hitung retikulosit absolut,
hitung retikulosit absolut terkoreksi, atau re-
ticulocyte production index. Produksi sel darah
merah efektif merupakan proses dinamik. Hi-
tung retikulosit harus dibandingkan dengan
jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa
anemia. Rumus hitung retikulosit terkoreksi
adalah
1
:
Hitung
retikulosit =
terkoreksi
% retikulosit penderita x hematokrit
45
Faktor lain yang memengaruhi hitung retiku-
losit terkoreksi adalah adanya pelepasan re-
tikulosit prematur di sirkulasi pada penderita
anemia. Retikulosit biasanya berada di darah
selama 24 jam sebelum mengeluarkan sisa
RNA dan menjadi sel darah merah. Apabila re-
tikulosit dilepaskan secara dini dari sumsum tu-
lang, retikulosit imatur dapat berada di sirkulasi
selama 2-3 hari. Hal ini terutama terjadi pada
anemia berat yang menyebabkan peningkat-
an eritropoiesis. Perhitungan hitung retikulosit
dengan koreksi untuk retikulosit imatur disebut
reticulocyte production index (RPI).
1
RPI = (%retikulosit x hematokrit penderita / 45)
Faktor koreksi
Faktor koreksi dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Faktor koreksi hitung RPI
2,7
Hematokrit penderita (%) Faktor koreksi
40 45
35 39
25 34
15 24
<15
1,0
1,5
2,0
2,5
3,0
RPI di bawah 2 merupakan indikasi adanya
kegagalan sumsum tulang dalam produksi sel
darah merah atau anemia hipoproliferatif. RPA
3 atau lebih merupakan indikasi adanya hiper-
proliferasi sumsum tulang atau respons yang
adekuat terhadap anemia.
2,7

Jumlah leukosit dan hitung jenis
Adanya leukopenia pada penderita anemia
dapat disebabkan supresi atau infltrasi sum-
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 409 6/8/2012 2:33:26 PM
410
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
sum tulang, hipersplenisme atau defsiensi
B12 atau asam folat.
Adanya leukositosis dapat menunjukkan ada-
nya infeksi, infamasi atau keganasan hema-
tologi. Adanya kelainan tertentu pada hitung
jenis dapat memberikan petunjuk ke arah pe-
nyakit tertentu
1
:
Peningkatan hitung neutrofl absolut pada
infeksi
Peningkatan hitung monosit absolut pada
mielodisplasia
Peningkatan eosinofl absolut pada infeksi
tertentu
Penurunan nilai neutrofl absolut setelah
kemoterapi
Penurunan nilai limfosit absolut pada in-
feksi HIV atau pemberian kortikosteroid
Jumlah trombosit
Abnormalitas jumlah trombosit memberikan
informasi penting untuk diagnostik. Trombo-
sitopenia didapatkan pada beberapa keadaan
yang berhubungan dengan anemia, misalnya
hipersplenisme, keterlibatan keganasan pada
sumsum tulang, destruksi trombosit autoimun
(idiopatik atau karena obat), sepsis, defsiensi
folat atau B12. Peningkatan jumlah trombosit
dapat ditemukan pada penyakit mielopro-
liferatif, defsiensi Fe, infamasi, infeksi atau
keganasan. Perubahan morfologi trombosit
(trombosit raksasa, trombosit degranulasi) da-
pat ditemukan pada penyakit mieloproliferatif
atau mielodisplasia.
1
Pansitopenia
Pansitopenia merupakan kombinasi anemia,
trombositopenia dan netropenia. Pansitopenia
berat dapat ditemukan pada anemia aplastik,
defsiensi folat, vitamin B12, atau keganasan
hematologis (leukemia akut). Pansitopenia ri-
ngan dapat ditemukan pada penderita de-
ngan splenomegali dan splenic trapping sel-sel
hematologis.
1
Evaluasi kadar hemoglobin dan hematokrit se-
cara serial dapat membantu diagnostik.
1
Con-
toh: Pada seorang penderita, Hb turun dari 15
g% menjadi 10 g% dalam 7 hari. Bila disebab-
kan oleh ganguan produksi total (hitung reti-
kulosit = 0) dan bila destruksi sel darah merah
berlangsung normal (1% per hari), Hb akan
turun 7% dalam 7 hari. Penurunan Hb seha-
rusnya 0,07 x 15 g% = 1,05 g%. Pada penderita
ini, Hb turun lebih banyak, yaitu 5 g%, sehing-
ga dapat diasumsikan supresi sumsum tulang
saja bukan merupakan penyebab anemia dan
menunjukkan adanya kehilangan darah atau
destruksi sel darah merah.
1
Klasifkasi anemia berdasarkan ukuran sel darah merah (MCV) dan RDW dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Klasifkasi anemia berdasarkan MCV dan RDW
7
MCV Normal RDW Peningkatan RDW
Mikrositik
(MCV <80 fL)
Talasemia , anemia infamasi, trait
hemoglobinopati
Defsiensi Fe, penyakit HbH, beberapa kasus
anemia infamasi, beberapa kasus talasemia,
fragmentasi hemolisis
Normositik
(MCV 80-100
fL)
Anemia infamasi, sferositosis herediter, trait
hemoglobinopati, perdarahan akut
Awal atau partialy treated defsiensi Fe atau
defsiensi vitamin, penyakit sickle cell
Makrositik
(MCV >100 fL)
Anemia aplastik, mielodisplasia Defsiensi B12, folat, anemia hemolitik
autoimun, cold aglutinin disease, penyakit
tiroid, alkohol
Klasifkasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit dapat dilihat pada bagan 1.
Bagan 1 Klasifkasi anemia makrositik berdasarkan hitung retikulosit
7
Klasifkasi anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan hitung retikulosit dapat dilihat
pada bagan 2.
Bagan 2 Anemia normositik atau makrositik dengan peningkatan retikulosit
7
Bukti adanya perdarahan
tersembunyi (occult blood loss)
Evaluasi adanya ulkus, kolitis,
karsinoma, hernia hiatal, parasit
Tidak ada bukti perdarahan tersembunyi
Coombs positif, sferosit Coombs negatif
Anemia hemolitik autoimun Anemia hemolitik nonimun
Evaluasi adanya kehilangan darah
Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi
Anemia makrositik (MCV > 100 fL)
Hitung retikulosit
Anemia hemolitik, perdarahan, defsiensi B12
dan folat yang sedang mendapat terapi
Meningkat
Anemia megaloblastik
(defsiensi folat dan B12)
Perubahan megaloblastik
Normal atau menurun
Makrositik berbentuk bulat, tidak
ada hipersegmentasi
Pemeriksaan sumsum tulang
Non-megaloblastik: mielodisplasia, alkohol,
obat, toksin, penyakit hati, anemia aplastik
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 410 6/8/2012 2:33:28 PM
411
CONTINUING MEDICAL EDUCATION
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
Untuk membedakan anemia defsiensi Fe
dengan anemia infamasi dapat dilihat pada
bagan 4.
Indikasi pemeriksaan sumsum tulang pada
penderita anemia
7
:
1. Abnormalitas hitung sel darah dan/atau
morfologi darah tepi
Sitopenia dengan penyebab tidak diketa-
hui
Leukositosis dengan penyebab tidak dike-
tahui atau disertai leukosit abnormal
Sel teardrops atau leukoeritroblastosis
(gambar 4 dan 5)
Rouleaux (gambar 6)
Tidak ada atau rendahnya respons retiku-
losit terhadap anemia
2. Evaluasi penyakit sistemik
Splenomegali, hepatomegali, limfade-
nopati yang tidak diketahui penyebabnya
Staging tumor: limfoma, tumor solid
Pemantauan efek kemoterapi
Fever of unknown origin (dengan kultur
sumsum tulang)
Evaluasi trabekular tulang pada penyakit
metabolik.
Penyebab anemia normositik normokrom tanpa peningkatan respons retikulosit dapat dilihat
pada tabel 3.
Tabel 3 Anemia normokrom normositik tanpa peningkatan respons retikulosit
7
Gambaran morfologi apus darah tepi Evaluasi
Leukoeritroblastosis
Leukosit abnormal
Rouleaux
Tidak ada sel abnormal
Proses mieloptisis: pemeriksaan sumsum tulang untuk space
occupying lesion (metastasis tumor, limfoma, mielofbrosis)
Leukemia, limfoma pemeriksaan sumsum tulang
Mieloma multipel: elektroforesis serum dan urine, foto
tulang (lesi litik), pemeriksaan sumsum tulang
Anemia infamasi, anemia sideroblastik: evaluasi penyakit
dasar, feritin, TIBC, saturasi transferin, pemeriksaan sumsum
tulang
Awal defsiensi Fe, talasemia,
hemoglobin abnormal
Rouleaux: peningkatan
globulin, penurunan albumin
Evaluasi penyakit dasar
Anemia infamasi
Fragmen sel darah merah:
hemolisis
Banyak sel target: HbE,
penyakit hati
Non-diagnostik
Pemeriksaan iron
binding capacity
Sel target, basophilic
stippling: Talasemia minor
Rendah (pria <22 ng/mL,
wanita <10 ng/mL)
Analisis Hb
Rendah Normal/tinggi
Jumlah sel darah merah
Normal
RDW
Elektroforesis Hb, kadar HbA2
>4% <4%
Talasemia B minor
Tinggi
Suspek defsiensi Fe
Kadar feritin
Defsiensi Fe
Sickling, sel target : HbSS,
HbS, talasemia
Pemeriksaan sumsum
tulang: anemia
sideroblastik, anemia
aplastik, kegagalan
sumsum tulang
Tinggi
Klasifkasi anemia mikrositik dapat dilihat pada bagan 3.
Bagan 3 Klasifkasi anemia mikrositik
7
Gambar 4 Leukoeritroblastosis
Gambar 5 Sel teardrops
Pemeriksaan morfologi apusan
darah tepi, uji Coombs
Sel darah merah normal Sel darah merah abnormal
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 411 6/8/2012 2:33:29 PM
CDK-194/ vol. 39 no. 6, th. 2012
412
TINJAUAN PUSTAKA
Kemungkinan anemia infamasi
TIBC rendah Fe/total iron binding capacity (TIBC)
Rendah (<2,8 nmol)
Feritin non-diagnostik
Cadangan Fe
sumsum tulang
Indeterminate Tinggi (>2,8 nmol)
Tinggi (>15%)
% saturasi transferin
9-15%
Soluble transferin receptor serum Anemia defsiensi Fe
Rendah (<9%)
Ada
Defsiensi Fe
Tidak ada
Anemia infamasi
Gambar 6 Rouleaux
Bagan 4 Perbedaan anemia defsiensi Fe dan anemia infamasi
7
RINGKASAN
Anemia (hemoglobin di bawah 13 g% pada
pria dan di bawah 12 g% pada wanita) meru-
pakan gejala dan tanda dari penyakit-penyakit
tertentu yang harus dicari penyebabnya. Ane-
mia dapat disebabkan karena berkurangnya
produksi, meningkatnya destruksi atau ke-
hilangan sel darah merah. Berdasarkan mor-
fologi, anemia dapat diklasifkasikan menjadi
anemia makrositik, anemia mikrositik, dan
anemia normositik. Gejala klinis, parameter
MCV, RDW, hitung retikulosit, dan morfologi
apus darah tepi digunakan sebagai petunjuk
diagnosis penyebab anemia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Schrier SL. Approach to the adult patient with anemia. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
2. Schrier SL. Approach to the diagnosis of hemolytic anemia in the adult. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
3. Teferi A. Anemia in adults : A contemporary approach to diagnosis. Mayo Clin Proc. 2003;78:1274-80.
4. Mehta BC. Approach to a patient with anemia. Indian J Med Sci. 2004;58:26-9.
5. Karnath BM. Anemia in the adult patient. Hospital Physician 2004:32-6.
6. Schrier SL. Macrocytosis. January 2011. [cited 2011, June 9 ]. Available from: www.uptodate.com
7. Perkins S. Diagnosis of anemia. Sneek Peek Prac Diag of Hem Disorders, p : 3-16.
CDK-194_vol39_no6_th2012 ok.indd 412 6/8/2012 2:33:32 PM

Anda mungkin juga menyukai