Anda di halaman 1dari 50

M

a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 1 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
P U T U S A N
No. 89 PK/TUN/2008
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
M A H K A M A H A G U N G
memeriksa perkara Tata Usaha Negara dalam tingkat peninjauan kembali telah
memutuskan sebagai berikut dalam perkara :
1. KEPALA KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA JAKARTA
SELATAN, berkedudukan di Jalan Prapanca Raya No. 9,
Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa kepada :
KETUT NGURAH SUTEJA, S.Sos., dkk., Staf Seksi
Sengketa, Konflik dan Perkara, berkantor pada Kantor
Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Selatan, Jalan
Prapanca Raya No. 9 Jakarta Selatan, berdasarkan surat
kuasa khusus tanggal 11 Agustus 2008 ;
2. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,
berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Utara No. 7, Jakarta
Pusat, dalam hal ini memberi kuasa kepada : R. PERMELIA
FABYANNE, SH., MH., dkk., Staf Subbag. Wilayah III pada
Biro Hukum Depdagri, berkantor di Jalan Medan Merdeka
Utara No. 7 Jakarta Pusat, berdasarkan surat kuasa khusus
tanggal 11 Agustus 2008 ;
3. MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL, berkedudukan di Jalan
Sisingamangaraja No. 2, Jakarta Selatan, dalam hal ini
memberi kuasa kepada : WAHYU ARTHAMAJI SW., SH.,
dkk., Staf Subdirektorat Perkara Wilayah III, Deputi Bidang
Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan, Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia,
berkedudukan pada Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia di Jalan Sisingamangaraja No. 2, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 12
Agustus 2008 ;
4. PERUSAHAAN DAERAH PEMBANGUNAN SARANA JAYA
DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, berkedudukan di
Gedung Sarana Jaya lantai Jalan Budi Kemuliaan I No. 1
Jakarta (10110) ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 1
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 2 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
5. PT. BIMA SARANA PERKASA, diwakili oleh Ir. ALEXANDER
EDWIN KAWILARANG, selaku Direktur Utama, berkedudukan
di Jalan Gatot Subroto Kavling 26-27, Jakarta Selatan,
keduanya dalam hal ini memberi kuasa kepada : ANNY
ANDRIANI, SH., MH., dkk., Advokat/Penasehat Hukum,
berkantor di Jalan Majapahit 18-20 Kompleks Majapahit
Permai Blok B 122-123, Blok C 101, Jakarta, berdasarkan
surat kuasa khusus tanggal 23 Juli 2008, Pemohon
Peninjauan Kembali I, II, III, IV, V dahulu Termohon Kasasi I,
II, III, IV, V/Tergugat I, II, III-Tergugat II Intervensi I dan II/Para
Pembanding ;
m e l a w a n
NY. SUSUNA DEWI, bertempat tinggal di Jalan Persahabatan
Raya, Komplek Departemen Kesehatan No. 3, Rawamangun,
Jakarta Timur, Termohon Peninjauan kembali dahulu Pemohon
Kasasi dahulu Penggugat/Terbanding ;
Mahkamah Agung tersebut ;
Menimbang, bahwa dari surat-surat yang bersangkutan ternyata
Pemohon Peninjauan Kembali I s/d V dahulu sebagai Termohon Kasasi I s/d
V/Tergugat I, II, III-Tergugat II Intervensi I, II/Para Pembanding telah
mengajukan permohonan peninjauan kembali terhadap putusan Mahkamah
Agung RI No. 75 K/TUN/2008 tanggal 4 Juni 2008 yang telah berkekuatan
hukum tetap dalam perkaranya melawan Termohon Peninjauan Kembali
dahulu sebagai Pemohon Kasasi/Penggugat/Terbanding dengan posita perkara
sebagai berikut :
Bahwa yang menjadi obyek gugatan dalam sengketa Tata Usaha Negara
ini adalah :
1. Surat Tergugat I selaku Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan No. 2439/09-02/S/SK&P tertanggal 13 Nopember 2006 perihal tanah
Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
2. Surat Keputusan Tergugat II selaku Menteri Dalam Negeri No.
113/HPL/DA/1988, tanggal 25 Oktober tahun 1988 tentang pemberian hak
pengelolaan No. 1/Kuningan Barat kepada atas nama Perusahaan Daerah
Sarana Jaya DKI Jakarta atas sebagian tanah bekas Hak Guna Bangunan
No. 38/Kuningan Barat seluas 7.154 m2. Yang berakibat diterbitkan
Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama Perusahaan
Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta, dan Sertifikat HGB No. B.119/Kuningan
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 2
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 3 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Barat, tanggal 10 Agustus 1989, atas nama PT. Bimantara Sarana Perkasa,
berikut turutannya ;
3. Surat Keputusan Tergugat III selaku Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tanggal 28 Agustus 1996 tentang pemberian Hak Guna
Bangunan No. 198/Kuningan Barat kepada atas nama PT. Fajar Surya
Shakti seluas 2.629 m2 yang merupakan sebagian dari asal tanah bekas
Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat Jakarta Selatan. Yang
berakibat diterbitkan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat
atas nama PT. Fajar Surya Shakti, berikut turutannya ;
Bahwa tenggang waktu pengajuan gugatan masih dalam batas 90
(sembilan puluh) hari sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5 Tahun
1986, karena obyek gugatan yang dijadikan landasan atau dasar hukum dalam
perkara ini adalah surat Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan
No. 2439/09-02/S/SK&P yang menyatakan tidak dapat memproses permohonan
Penggugat untuk membalik namakan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan yang dikeluarkan oleh Tergugat pada
tanggal 13 Nopember 2006 ;
Bahwa tentang obyek gugatan lainnya yaitu Sertifikat HPL No. 1/
Kuningan Barat atas nama PD. Sarana Jaya DKI Jakarta yang diterbitkan oleh
Tergugat II dan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat atas
nama PT. Fajar Surya Shakti yang diterbitkan oleh Tergugat III, adalah
berkaitan erat dan oleh karenanya tidak dapat dipisahkan dengan surat
Tergugat I sebagaimana tersebut di atas, karena dari surat Kepala Kantor
Pertanahan Jakarta Selatan (Tergugat I) itulah Penggugat baru mengetahui
bahwa sebagian atas tanah Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan
Barat telah dialihkan dan dipecah menjadi dua sertifikat ;
Bahwa adapun yang menjadi dasar atau alasan diajukannya gugatan ini
adalah sebagai berikut :
Bahwa tanah yang terletak di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Kelurahan
Kuningan Barat seluas 16.400 m2 dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat, diperoleh dari konversi bekas Eigendom Verponding No.
7660 yang semula tertulis atas nama Aboe Bakar dan berdasarkan Penetapan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat dan Jakarta Selatan No. 1002/72.P pada
tanggal 4 Januari 1973 telah beralih kepada para ahli warisnya yaitu Musanip,
dkk dan pengalihannya itu terdaftar pada Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat yang dikeluarkan pada tanggal 22 Juni 1978 (bukti P-1) ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 3
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 4 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Bahwa pada tanggal 2 Mei 1979, kemudian tanah a quo dengan Sertifikat
Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, dibeli oleh Penggugat dari Bapak
Saelan yaitu kuasa dari para ahli waris, dengan membayar lunas harga
penjualan tanah sebesar Rp. 330.000.000,- (tiga ratus tiga puluh juta rupiah)
sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 yang dibuat oleh
dan dihadapan Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, SH. (bukti P-2) ;
Bahwa atas dasar Perjanjian Ikatan Jual Beli tersebut di atas, pada
tanggal 2 Mei 1979 juga dihadapan Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, SH.
berdasarkan surat kuasa No. 7, para ahli waris yang diwakili oleh Bapak Saelan
juga memberi kuasa kepada Penggugat untuk menjual, menghibahkan,
melepaskan hak, memindahkan atau dengan nama apapun tanah tersebut
kepada siapa, termasuk kepada yang diberi kuasa dengan harga dan perjanjian-
perjanjian yang disetujui oleh yang diberi kuasa yaitu Penggugat sendiri (bukti
P-3) ;
Bahwa untuk pengurusan balik nama atas tanah Hak Guna Bangunan
No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan a quo, Penggugat telah mengajukan
permohonan perpanjangan Hak Guna Bangunan atas tanah a quo kepada
Tergugat berdasarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah No. 1370/1980
yang dikeluarkan oleh Kantor Agraria Jakarta Selatan tanggal 6 Agustus 1980
dan permohonan perpanjangan dari Penggugat juga telah diterima oleh Kantor
Agraria Jakarta Selatan sesuai dengan tanda terima tertanggal 6 September
1980 No. 860/I/HGB/1/S/1980 (bukti P-4 dan P-5) ;
Bahwa dalam proses perpanjangan Hak Guna Bangunan tanah a quo,
Penggugat juga telah membayar uang sejumlah Rp. 93.600,- (sembilan puluh
tiga ribu enam ratus rupiah) untuk biaya yang diperlukan untuk perpanjangan
tanah a quo, sebagaimana tersebut dalam tanda bukti penerimaan No.
968/R/RE/82/83 tertanggal 8 Mei 1982 yang dikeluarkan oleh Suku Dinas Tata
Kota Wilayah Jakarta Selatan yang ditandatangani oleh Drs. Oman
Abdurachman. Kemudian setelah itu ditindaklanjuti dengan melakukan
pengukuran tanah a quo dan dibuatkan gambar situasi tanah yang dikeluarkan
oleh Suku Dinas Tata Kota Jakarta Selatan (bukti P-6 dan P-7) ;
Bahwa sementara menunggu proses perpanjangan Hak Guna Bangunan
dan balik nama tanah a quo yang tidak kunjung selesai, Penggugat mendapat
musibah yaitu suami Penggugat Dr. Made Kertaharta, MPH. dituduh melakukan
manipulasi dana BPDPK dan untuk keperluan pemeriksaan kasus itu, OPSTIB
Pusat pada waktu itu meminta surat tanah yang asli yaitu Sertifikat Hak Guna
Bangunan No. 38/Kuningan Barat, supaya diserahkan untuk bukti dalam
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 4
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 5 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
pemeriksaan kasus tersebut. Perbuatan OPSTIB PUSAT tersebut jelas tidak
berdasarkan hukum sebab OPSTIB bukanlah penyidik dalam kasus perkara
pidana, akan tetapi siapa yang berani melawan kewenangan OPSTIB Pusat
pada saat itu. Oleh karena itu maka suami Penggugat menyerahkan sertifikat
tanah asli Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat kepada OPSTB Pusat
untuk dititipkan guna keperluan pemeriksaan kasus pidana tersebut dengan
surat tanda terima (bukti P-8) ;
Bahwa kasus suami Penggugat belum selesai/belum jelas secara hukum,
Penggugat telah mendapat surat tanggapan/jawaban dari Kantor Pertanahan
Jakarta Selatan No. 395/SP/IV/I/1990 tertanggal 23 Nopember 1990 yang isinya
agar Penggugat menghubungi Drs. Sunarto Kepala Sub. Seksi PHT Kantor
Pertanahan Jakarta Selatan dalam rangka tindak lanjut Permohonan Hak atas
tanah a quo dan kemudian Penggugat telah memenuhi panggilan tersebut
dengan datang ke Kantor Pertanahan Jakarta Selatan dan menyerahkan
beberapa surat sebagai syarat-syarat yang diperlukan yaitu foto copy perjanjian
ikatan jual beli No. 6 dan foto copy Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat pada tanggal 6 Desember 1990 (bukti P-9) ;
Surat tanggapan dari Kepala Kantor Pertanahan Jakarta Selatan tersebut di
atas sudah membuktikan bahwa Kantor Pertanahan Jakarta Selatan mengakui
bahwa tanah a quo adalah milik Penggugat dan berarti secara administrasi di
Badan Pertanahan Nasional Jakarta Selatan sudah tercatat atas nama
Penggugat ;
Bahwa ternyata dalam kasus pidana suami Penggugat, Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat telah memutuskan bahwa dakwaan Jaksa terhadap
terdakwa (suami Penggugat) dinyatakan batal demi hukum. Kemudian putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut diperkuat dengan putusan Pengadilan
Tinggi DKI Jakarta. Oleh karena Jaksa selaku Penuntut Umum tidak
mengajukan kasasi, maka putusan tersebut telah mempunyai kekuatan hukum
tetap (in kracht van gewijsde). Dengan demikian menurut hukum tuduhan atas
diri suami Penggugat dianggap tidak pernah ada dan seharusnya OPSTIB
Pusat menyerahkan kembali sertifikat asli Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat tersebut kepada Penggugat karena suami Penggugat tidak
terbukti bersalah melakukan memanipulasi dana BPDPK (bukti P-10 dan P-11) ;
Bahwa pada tanggal 19 Maret 2002, suami Penggugat Dr. Made
Kertaharta meninggal dunia, karena kebutuhan hidup Penggugat bermaksud
untuk mendapatkan haknya kembali sebagai pemilik tanah a quo, karena itu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 5
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 6 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Penggugat mengajukan permohonan untuk meminta penjelasan status tanah a
quo kepada Tergugat pada tanggal 14 Agustus 2006 (bukti P-12) ;
Bahwa surat Penggugat tersebut dalam butir 9 di atas telah ditanggapi
oleh Tergugat I dengan suratnya tertanggal 5 Oktober 2006 No.
2168/09.M/SKEP yang isinya menjelaskan sebagai berikut :
- Bahwa berdasarkan data pada Buku Tanah, Sertifikat Hak Guna Bangunan
No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan tercatat atas nama Musanip, H.
Maimunah Musa, Mariam M, M. Ali Musa, Abdullah, Abd. Salim, Maspiah
dan Siti Aisyah seluas 16.000 m2, sebagaimana diuraikan dalam gambar
situasi tanggal 3 Maret 1971 No. 32/635/1971 diterbitkan pada tanggal 22
Juni 1978 berdasarkan Konversi Eigendom Verponding No. 7660 ;
- Bahwa Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta
Selatan berakhir haknya pada tanggal 23 September 1980 dan menjadi
tanah yang dikuasai langsung oleh Negara ;
- Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 25
Oktober 1988 No. 113/HPL/DA/1988 sebagian dari tanah bekas Hak Guna
Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan seluas 7.154 m2
diberikan Hak Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat atas nama Perusahaan
Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta (bukti P-13) ;
- Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tanggal 28 Agustus 1996, sebagian dari tanah bekas
Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan seluas 2.629
m2 diberikan Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat atas nama PT.
Fajar Surya Shakti ;
Bahwa dari data-data yang dikemukakan oleh Tergugat I tersebut di atas,
jelas-jelas telah merugikan kepentingan Penggugat sebagai pembeli atas tanah
Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan a quo
dan sehubungan dengan itu, Penggugat dengan surat tertanggal 16 Oktober
2006 mengajukan permohonan lagi untuk memohon ketegasan Tergugat I
apakah terhadap permohonan Penggugat untuk membalik nama Sertifikat Hak
Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat Jakarta Selatan tersebut dapat diproses
atau tidak (bukti P-14) ;
Bahwa dengan suratnya tertanggal 13 Nopember 2006 No. 2439/09-02/
SK&P Tergugat I memberikan jawaban yang memberi penegasan bahwa pada
pokoknya tidak dapat memproses permohonan balik nama Sertifikat No.
38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama Penggugat (bukti P-15) ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 6
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 7 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Bahwa tindakan Tergugat I yang menolak untuk memproses permohonan
Penggugat untuk membalik nama Sertifikat No. 38/Kuningan Barat, Jakarta
Selatan atas nama Penggugat, jelas-jelas telah merugikan kepentingan
Penggugat karena Penggugat mempunyai hak atas tanah a quo seluas 16.400
m2 dengan alas hak berdasarkan Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei
1979 yang dibuat oleh dan di hadapan Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, SH. dan
surat kuasa No. 7 tanggal 2 Mei 1979 yang dibuat oleh dan di hadapan Notaris
yang sama ;
Bahwa ternyata tanpa sepengetahuan Penggugat, oleh OPSTIB Pusat
sebagian tanah a quo dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan
Barat, Jakarta Selatan telah dijual secara melawan hukum kepada pihak lain,
yaitu kepada PT. Bimantara Sarana Perkasa seluas 6.710 m2 yang dituangkan
dalam Berita Acara Penyelesaian masalah tanah di Jalan Jenderal Gatot
Subroto tertanggal 17 September 1988, yang kemudian bekerja sama dengan
PD. Sarana Jaya (bukti P-16). Dan selanjutnya sebagian tanah a quo dijual lagi
kepada H.A. Jufri seluas 2.725 m2 yang dituangkan dalam Berita Acara
Penyelesaian masalah tanah di Jalan Jenderal Gatot Subroto tertanggal 28
September 1988 (bukti P-17) ;
Perbuatan pengalihan hak orang lain demikian itu jelas telah bertentangan
dengan hukum karena OPSTIB tidak berhak menjual tanah a quo. Lagi pula
tanah a quo berada di bawah pengawasan OPSTIB Pusat hanyalah berstatus
sebagai barang titipan, yaitu berupa Sertifikat Asli Hak Guna Bangunan No. 38/
Kuningan Barat, Jakarta Selatan, sebagai barang bukti dalam pemeriksaan
kasus pidana suami Penggugat yang belum mempunyai kepastian hukum, jadi
tanah a quo masih sedang dalam sengketa (kasus pidana) dan perbuatan
OPSTIB Pusat tersebut adalah jelas-jelas merupakan perbuatan melawan
hukum yang merupakan tindak pidana penggelapan atas hak milik Penggugat,
atau perbuatan Steloniat seperti yang diatur dalam Pasal 372 KUHP jo 385
KUHP ;
Bahwa berdasarkan pada Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri
(Tergugat II) tanggal 25 Oktober 1988 kemudian diterbitkanlah Sertifikat HPL
No. 1/Kuningan Barat atas nama Perusahaan Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta
dan begitu pula dengan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Negara Agraria/
Kepala BPN (Tergugat III) tanggal 28 Agustus 1996, juga telah diterbitkan
Sertifikat HGB No. 198/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama PT. Fajar
Surya Shakti. Maka penerbitan sertifikat-sertifikat tersebut adalah cacat hukum
karena seharusnya sebelum penerbitan kedua sertifikat tersebut, Badan
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 7
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 8 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Pertanahan Nasional Jakarta Selatan harus meneliti terlebih dahulu apakah ada
hak di atas tanah a quo, karena Penggugat adalah pihak yang berhak atas
tanah a quo. Seharusnya Badan Pertanahan Nasional Jakarta Selatan
memperhatikan hak-hak Penggugat sebagai pembeli tanah a quo serta diproses
dahulu permohonan yang sudah pernah diajukan oleh Penggugat untuk
memperpanjang Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta
Selatan tersebut. Serta membalik nama sertifikat atas nama Penggugat karena
jauh sebelum batas waktu Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan
Barat tersebut berakhir, Penggugat telah mengajukan permohonan
perpanjangan dan balik nama seperti yang telah diuraikan dalam butir 4 pada
posita gugatan ini, yang mana proses perpanjangan tanah a quo tidak kunjung
selesai diproses oleh Tergugat. Dan Penggugat baru mengetahui ternyata di
atas tanah dengan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat,
Jakarta Selatan tersebut sudah ada 2 (dua) sertifikat baru yaitu Sertifikat HPL
No. 1/Kuningan Barat dan Sertifikat HGB No. 198/Kuningan Barat, penerbitan
kedua sertifikat tersebut jelas-jelas telah merugikan Penggugat ;
Bahwa dari fakta-fakta tindakan Tergugat I tersebut di atas, jelas secara
hukum Tergugat I sudah mempunyai itikad tidak baik untuk tidak menanggapi
permohonan Penggugat. Padahal pada saat Penggugat menghadap Kepala
Sub. Seksi PHT di Kantor Pertanahan Jakarta Selatan pada tanggal 6
Desember 1990, telah menyerahkan surat-surat yang diperlukan termasuk foto
copy Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan,
serta menjelaskan bahwa sertifikat tanah a quo yang asli sedang dititipkan pada
Opstib Pusat guna keperluan pemeriksaan kasus pidana suami Penggugat
sehingga memang tidak bisa menunjukkan sertifikat aslinya. Seharusnya sesuai
dengan kewenangan yang ada padanya, Tergugat harus bertindak secara
cermat dan hati-hati untuk tidak mengalihkan dengan menerbitkan sertifikat-
sertifikat tersebut sebelum ada kejelasan secara hukum mengenai status
Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
Bahwa berdasarkan dari serangkaian fakta-fakta tindakan para Tergugat
yang berkaitan dengan pengalihan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan terbukti bahwa para Tergugat melanggar
Undang-Undang Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 jo. Permendagri No. 5 Tahun
1973 tentang ketentuan-ketentuan mengenai Tata Cara Pemberian Hak Atas
tanah jo PP No. 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah jo Peraturan
Menteri Muda Dalam Negeri No. 5 Tahun 1974 dan No. 1 Tahun 1977 tentang
bagian-bagian tanah pengelolaan serta pendaftarannya. Disamping itu
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 8
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 9 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
perbuatan para Tergugat terbukti melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan
Yang Baik yaitu telah berbuat sewenang-wenang, melanggar Asas kecermatan
dan melanggar Asas Kepastian Hukum, sehingga tindakannya memenuhi
ketentuan Pasal 53 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang No. 5 Tahun 1986
tentang Peradilan Tata Usaha Negara jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 ;
Bahwa berdasarkan dalil-dalil yuridis di atas, dan untuk menghindari
timbulnya kerugian yang lebih besar bagi Penggugat, maka sesuai ketentuan
pasal 67 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986, Penggugat mohon Majelis Hakim
yang memeriksa perkara ini berkenan untuk mengeluarkan penetapan yang
berisi penundaan pelaksanaan Keputusan Tata Usaha Negara yang diterbitkan
oleh Tergugat, yaitu :
1. Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama Perusahaan
Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta ;
2. Sertifikat HGB No. 198/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama PT. Fajar
Surya Shakti ;
Agar tidak dialihkan atau diperjual belikan atau dibebankan dengan hak
tanggungan, selama pemeriksaan perkara ini berlangsung sampai ada putusan
Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap ;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Penggugat mohon kepada
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta agar memberikan putusan sebagai
berikut :
DALAM PENUNDAAN :
- Memerintahkan kepada Tergugat I, II dan Tergugat III agar menunda
pelaksanaan putusan tentang :
1. Surat Tergugat I selaku Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan No. 2439/09-02/S/SK&P tertanggal 13 Nopember 2006 perihal
tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
2. Surat Keputusan Tergugat II selaku Menteri Dalam Negeri No.
113/HPL/DA/1988, tanggal 25 Oktober tahun 1988 tentang pemberian
hak pengelolaan No. 1/Kuningan Barat kepada atas nama Perusahaan
Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta atas sebagian tanah bekas Hak Guna
Bangunan No. 38/Kuningan Barat seluas 7.154 m2 ;
3. Surat Keputusan Tergugat III selaku Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tanggal 28 Agustus 1996 tentang pemberian Hak
Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat kepada atas nama PT. Fajar
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 9
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 10 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Surya Shakti seluas 2.629 m2 yang merupakan sebagian dari asal tanah
bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan batal atau tidak sah :
Produk Tergugat I selaku Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan berupa :
- Surat No. 2439/09-02/S/SK&P tertanggal 13 Nopember 2006
perihal tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta
Selatan ;
- Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama
Perusahaan Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta, dan Sertifikat Hak
Guna Bangunan No. B.119/Kuningan Barat, tanggal 10 Agustus
1989 atas nama PT. Bimantara Sarana Perkasa, berikut
turutannya ;
- Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat atas nama
PT. Fajar Surya Shakti, berikut turutannya ;
Surat Keputusan Tergugat II selaku Menteri Dalam Negeri No.
113/HPL/DA/1988, tanggal 25 Oktober tahun 1988 tentang pemberian hak
pengelolaan No. 1/Kuningan Barat kepada atas nama Perusahaan Daerah
Sarana Jaya DKI Jakarta atas sebagian tanah bekas Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat seluas 7.154 m2 ;
Surat Keputusan Tergugat III selaku Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tanggal 28 Agustus 1996 tentang pemberian Hak Guna
Bangunan No. 198/Kuningan Barat kepada atas nama PT. Fajar Surya Shakti
seluas 2.629 m2 yang merupakan sebagian dari asal tanah bekas Hak Guna
Bangunan No. 38/Kuningan Barat Jakarta Selatan ;
3. Mewajibkan Tergugat untuk mencabut :
Surat Tergugat I selaku Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan No. 2439/09-02/S/SK&P tertanggal 13 Nopember 2006 perihal tanah
HGB No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan tersebut ;
Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama
Perusahaan Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta, dan Sertifikat HGB No.
B.119/Kuningan Barat, tanggal 10 Agustus 1989 atas nama PT.
Bimantara Sarana Perkasa berikut turutannya ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 10
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 11 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat atas nama
PT. Fajar Surya Shakti berikut turutannya ;
Surat Keputusan Tergugat II selaku Menteri Dalam Negeri No.
113/HPL/DA/1988 tanggal 25 Oktober 1988 tentang Pemberian Hak
Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat kepada atas nama Perusahaan Daerah
Sarana Jaya DKI Jakarta atas sebagian tanah bekas Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat seluas 7.154 m2 tersebut ;
Surat Keputusan Tergugat III selaku Menteri Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional tanggal 28 Agustus 1996 tentang Pemberian Hak Guna
Bangunan No. 198/Kuningan Barat ke atas nama PT. Fajar Surya Shakti seluas
2.629 m2 yang merupakan sebagian dari asal tanah bekas Hak Guna Bangunan
No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan tersebut ;
4. Memerintahkan kepada Tergugat I untuk memproses permohonan
Penggugat untuk membalik nama atau mengalihkan nama Sertifikat Hak
Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan tersebut, ke atas
nama Penggugat Ny. Susuna Dewi (Ny. S. Dewi) ;
5. Menghukum para Tergugat untuk membayar seluruh biaya yang timbul
dalam perkara ini ;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat I, II, III dan
Tergugat II Intervensi I dan II masing-masing mengajukan eksepsi yang pada
pokoknya atas dalil-dalil sebagai berikut :
EKSEPSI TERGUGAT I :
Bahwa Tergugat I menolak dengan tegas dalil-dalil yang diajukan
Penggugat dalam gugatannya dan untuk membuktikan kebenaran siapa pemilik
yang sah atas tanah a quo, Tergugat I mensomeer Penggugat untuk
membuktikan terlebih dahulu, bahwa Penggugat adalah pemilik yang sah atas
tanah a quo atau setidak-tidaknya dibuktikan dengan adanya hubungan hukum
Penggugat dengan hak atas tanah a quo. Dengan tidak berkwalitasnya
Penggugat mengajukan gugatan, sudah sepantasnyalah gugatan Penggugat
harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
Bahwa yang menjadi obyek perkara dalam perkara ini adalah Sertifikat
Hak Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat sesuai Gambar Situasi tanggal 24
Desember 1987 seluas 16.300 m2 sedangkan yang digugat oleh Penggugat
hanya seluas 7.154 m2 dan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 168 sesuai
Gambar Situasi tanggal 5 Mei 1995 No. 2015/1995 seluas 14.045 m2
sedangkan yang digugat oleh Penggugat hanya seluas 2.629 m2. Bahwa dalam
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 11
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 12 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
gugatan Penggugat tidak disebutkan batas-batas bidang tanah a quo yang
menjadi obyek perkara, oleh karenanya gugatan Penggugat menjadi obscuur
libel ;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka gugatan Penggugat
harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
EKSEPSI TERGUGAT II :
Bahwa Penggugat telah mendalilkan dalam gugatannya pada halaman 2
mengetahui adanya Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat atas nama PD. Sarana
Jaya DKI Jakarta yang diterbitkan oleh Tergugat II diketahui oleh Penggugat
pada tanggal 13 Nopember 2006, berdasarkan Surat Tergugat I No. 2439/09-
02/SK&P, perihal Tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta
Selatan ;
Bahwa dalil Penggugat ternyata bertentangan dengan dalil Penggugat
pada angka 10 halaman 5 di mana Tergugat telah menjelaskan hal yang
dimaksud oleh Penggugat dengan Surat No. 2168/09.M/SKEP tanggal 5
Oktober 2006, yang diantaranya menjelaskan adanya Sertifikat HPL No.
1/Kuningan Barat ;
Bahwa dengan demikian sesuai ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No.
5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata
Usaha Negara dan Surat Edaran Mahkamah Agung No. 2 Tahun 1991,
tenggang waktu untuk mengajukan gugatan oleh Penggugat terlampaui, di
mana Penggugat telah mengetahui adanya Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat
pada tanggal 5 Oktober 2006, dan gugatan didaftarkan di Kepaniteraan
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta pada tanggal 30 Januari 2007 ;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka gugatan Penggugat
harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
EKSEPSI TERGUGAT III :
Bahwa Tergugat III menolak secara tegas seluruh dalil-dalil Penggugat,
kecuali terhadap hal-hal yang telah diakui secara tegas ;
Bahwa dalam gugatan Penggugat secara keseluruhan hanya
mendalilkan bahwa Penggugat sebagai pemilik dan tidak secara jelas dan
terperinci menyebut prosedur mana dalam proses penerbitan surat keputusan a
quo yang telah dilanggar oleh Tergugat III, dengan demikian jelas yang digugat
adalah perihal kepemilikan, untuk itu kewenangan untuk memeriksa dan
memutus perkara tersebut merupakan kewenangan Pengadilan Umum, oleh
karenanya Tergugat III memohon kepada Majelis Hakim berkenan memberikan
putusan sela terkait dengan Kompetensi Absolut ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 12
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 13 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Bahwa sebagaimana dalam ketentuan Pasal 55 Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 telah ditegaskan bahwa
tenggang waktu untuk mengajukan gugatan terhitung 90 (sembilan puluh) hari
sejak diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata
Usaha Negara, sehingga dengan memperhatikan isi ketentuan pasal dimaksud
gugatan Penggugat telah melampaui dari ketentuan yang disyaratkan,
mengingat surat keputusan a quo in casu Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri tanggal 25 Oktober 1988 No. 113/HPL/DA/1988 tentang Pemberian Hak
Pengelolaan atas nama Perusahaan Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta, oleh
Tergugat III telah diterbitkan sejak tanggal 22 Oktober 1988 ;
Bahwa dengan demikian secara tegas dikatakan bahwa gugatan
Penggugat atas surat keputusan a quo tersebut telah melebihi waktu yang
ditentukan, dengan demikian Tergugat mohon agar gugatan Penggugat harus
ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
Bahwa Penggugat dalam gugatannya menyatakan obyek dalam perkara
ini adalah Surat Keputusan Tergugat III tanggal 28 Agustus 1996 tentang
Pemberian Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat atas nama PT. Fajar
Surya Shakti, hal tersebut adalah tidak jelas dan menunjukkan kebingungan
Penggugat karena No. 198/Kuningan Barat yang disebut Penggugat adalah
nomor Sertifikat Hak Guna Bangunan yang diterbitkan oleh Tergugat I (Kepala
Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan) sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 14 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1973,
sedangkan Tergugat III sesuai Pasal 9 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5
Tahun 1973 berwenang menerbitkan surat keputusan pemberian hak yang
penomoran dan peninggalannya di atur dalam Surat Keputusan Kepala Badan
Pertanahan Nasional No. 3 Tahun 1989 tentang Pedoman Naskah Dinas
dilingkungan Badan Pertanahan Nasional. Bahwa dengan demikian telah
terbukti bahwa yang menjadi obyek gugatan Penggugat adalah tidak jelas,
dengan demikian maka Tergugat mohon agar gugatan Penggugat harus ditolak
atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
Bahwa dalam gugatannya Penggugat mengikutsertakan Menteri Dalam
Negeri R.I. sebagai pihak Tergugat II dalam perkara a quo terkait dengan
penerbitan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri R.I. No. 113/HPL/DA/1988
tentang Pemberian Hak Pengelolaan atas nama Perusahaan Daerah
Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta. Gugatan tersebut salah alamat,
mengingat berdasarkan Keputusan Presiden R.I. No. 26 Tahun 1988 tentang
Badan Pertanahan Nasional, telah ditegaskan bahwa sejak ditetapkan peraturan
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 13
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 14 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
tersebut, pengaturan dan pengelolaan terkait dalam bidang pertanahan yang
semua menjadi kewenangan Direktorat Jenderal Agraria yang merupakan
bagian dalam struktur organisasi Departemen Dalam negeri R.I. menjadi
kewenangan Badan Pertanahan Nasional, dengan demikian Tergugat mohon
agar gugatan Penggugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima ;
Bahwa Penggugat dalam gugatan mengklaim sebagai pemilik sah tanah
bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, hal tersebut adalah tidak
beralasan dan harus dikesampingkan, dikarenakan Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat yang terbit berdasarkan konversi asal Eigendom Verponding
No. 7660 atas nama Aboe Bakar sejak dinyatakan berlakunya ketentuan
Keputusan Presiden R.I. No. 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok
Kebijaksanaan Dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi
Hak-Hak Barat, sebagaimana dalam Pasal 1 ditegaskan bahwa sejak tanggal 24
September 1980 tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat menjadi
tanah yang langsung dikuasai oleh Negara ;
Bahwa dengan demikian pernyataan Penggugat yang mengkalim
sebagai pemilik atas tanah bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat
tidak terbukti dengan tidak adanya lagi hubungan hukum antara Penggugat
dengan bidang tanah yang diterbitkan dengan surat keputusan a quo, sehingga
Penggugat bukanlah dikatakan sebagai pihak yang berkwalitas dalam
mengajukan gugatan perkara a quo, hal tersebut sejalan dengan ketentuan
Pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun
2004, oleh karena itu Tergugat III mohon agar gugatan Penggugat harus ditolak
atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
Bahwa Tergugat III merupakan instansi yang bersifat vertikal, oleh
karenanya dalam menerbitkan suatu keputusan terlebih dahulu diperlukan
adanya usulan yang diajukan oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Propinsi DKI Jakarta, hal tersebut telah ditetapkan dalam ketentuan Pasal 9
ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1973. Dengan demikian
jelas bahwa gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah kurang pihak
dengan tidak diikutsertakan pihak Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Propinsi DKI Jakarta dalam perkara a quo, sehingga Tergugat III mohon
gugatan Penggugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat
diterima ;
Bahwa Tergugat III menolak dengan tegas dalil-dalil gugatan Penggugat
hal. 8 yang menyatakan pada intinya memohon untuk menunda pelaksanaan
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 14
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 15 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat atas nama Perusahaan
Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta dan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
198/Kuningan Barat atas nama PT. Fajar Surya Shakti oleh karena hal tersebut
bertentangan dengan ketentuan dalam Pasal 67 Undang-Undang No. 5 Tahun
1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 yang menyatakan :
Ayat (1) : Gugatan tidak menunda atau menghalangi dilaksanakannya
Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara serta tindakan
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara yang digugat ;
Ayat (2) : Penggugat dapat mengajukan permohonan agar pelaksanaan
Keputusan Tata Usaha Negara itu ditunda selama pemeriksaan
sengketa Tata Usaha Negara sedang berjalan, sampai ada
putusan Pengadilan yang memperoleh kekuatan hukum tetap ;
Ayat (4) : Permohonan penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) :
a. Dapat dikabulkan apabila terdapat keadaan yang sangat
mendesak yang mengakibatkan kepentingan Penggugat
sangat dirugikan jika Keputusan Tata Usaha Negara yang
digugat itu tetap dilaksanakan ;
b. Tidak dapat dikabulkan apabila kepentingan umum dalam
rangka pembangunan mengharuskan dilaksanakannya
keputusan tersebut ;
Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas maka gugatan Penggugat harus
ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
EKSEPSI TERGUGAT II INTERVENSI I :
Bahwa dasar gugatan Penggugat di dalam posita gugatannya yang
mengakui sebagai pemilik atas tanah seluas 16.400 m2 dengan Sertifikat Hak
Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat atas nama Musanip, Cs. berdasarkan
Perjanjian Pengikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 ;
Bahwa Perikatan Jual Beli antara Penggugat dengan Musanip Cs. tunduk
dan patuh pada ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata yang merupakan perbuatan
hukum perdata sehingga sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 2 Undang-
Undang No. 5 Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara tidak berwenang untuk memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara a quo ;
Bahwa berdasarkan hal tersebut gugatan Penggugat adalah gugatan
yang keliru yang seharusnya diajukan ke Pengadilan Negeri, sehingga gugatan
Penggugat harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima
(Niet Ontvankelijke Verklaard) ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 15
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 16 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Bahwa sebagaimana ditentukan dalam Pasal 55 Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jo Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 gugatan dapat diajukan
hanya dalam tenggang waktu sembilan puluh hari terhitung sejak saat
diterimanya atau diumumkannya Keputusan Badan atau Pejabat Tata Usaha
Negara ;
Bahwa berdasarkan Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979
Pasal (3) menyebutkan :
- Pengusiran atau Pemindahan para penggarap atau penghuni dari tanah
tersebut dilakukan oleh pihak kedua ;
- Segala biaya untuk pengusiran atau pemindahan tersebut dipikul dan
dibayar oleh pihak kedua ;
- Pembebasan atau ganti rugi kepada Perusahaan Tanah dan bangunan DKI
Jakarta (sekarang Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya DKI
Jakarta sesuai Peraturan Daerah No. 2 Tahun 1982 jo Peraturan Daerah No.
6 Tahun 1990/bukti Tergugat II Intervensi 1) dipikul dan dibayar oleh pihak
pertama ;
Sehingga dengan demikian jelas dan tegas Penggugat telah mengetahui tanah
tersebut milik Perusahaan Tanah dan Bangunan DKI Jakarta yang sekarang
menjadi Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta (Tergugat
II Intervensi I) sejak tahun 1979 ;
Bahwa adapun Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 113/HPL/DA/88
telah dikeluarkan pada tanggal 25 Oktober 1988 tentang Pemberian Hak
Pengelolaan atas nama Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya DKI
Jakarta yang kemudian diterbitkan Sertifikat Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat
atas nama Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta pada
tanggal 19 April 1989 ;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dalil Penggugat yang
menyatakan baru mengetahui adanya Sertifikat Hak Pengelolaan No.
1/Kuningan Barat atas nama Perusahaan Daerah Pembangunan Sarana Jaya
(Tergugat II Intervensi I) sejak tanggal 13 Nopember 2006 adalah tidak benar,
karena sebenarnya Penggugat telah mengetahui tanah a quo dikuasai/dimiliki
Tergugat II Intervensi I (PD. Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta) sejak
adanya Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 Tahun 1979 atau setidak-tidaknya
sejak Tergugat II Intervensi I mendirikan bangunan di atas tanah tersebut sejak
kurun waktu 1987-1989 ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 16
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 17 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Bahwa dengan demikian gugatan Penggugat telah lewat waktu
(kadaluwarsa), sehingga harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak
dapat diterima ;
Bahwa Penggugat di dalam gugatannya mendalilkan sebagai pemilik
tanah yang terletak di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Kelurahan Kuningan Barat
seluas 16.400 m2 berdasarkan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan
Barat atas nama Musanip, Cs dan berdasarkan Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6
Tahun 1979 antara Penggugat dengan Musanip Cs adalah kabur, karena nama
Musanip tidak tercantum didalam Perjanjian Ikatan Jual Beli ;
Bahwa Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat atas nama
Musanip Cs telah habis masa berlakunya sejak tahun 1980 sehingga tanah a
quo telah menjadi tanah yang dikuasai oleh Negara serta Penggugat tidak
berhak mendalilkan sebagai pemilik sebagaimana ditetapkan dalam :
- Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok
Kebijaksanaan dalam Rangka Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal
Konversi Hak-Hak Barat dalam Pasal 1 ayat (1) menyebutkan : Tanah Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Asal Konversi Barat, yang
jangka waktunya akan berakhir selambat-lambatnya pada tanggal 24
September 1980, sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang No.
5 Tahun 1960 pada saat berakhirnya hak yang dikuasai langsung oleh
Negara ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 tentang Ketentuan-
Ketentuan Mengenai Permohonan dan Pemberian Hak Baru Atas Tanah
Asal Konversi Hak-Hak Barat, dalam Pasal 1 menyebutkan : Tanah Hak
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai asal Konversi Barat yang
menurut ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 berakhir masa
berlakunya selambat-lambatnya pada tanggal 24 September 1980, pada
saat berakhirnya hak yang bersangkutan menjadi tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara dan diselesaikan menurut ketentuan-ketentuan dalam
Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1979 dan peraturan ini ;
- Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 953 K/Pdt/1985 tanggal 30 Juli 1987
menyebutkan : Dengan berakhirnya Hak Guna Bangunan, maka Penggugat
sudah bukan lagi sebagai pemilik tanah Hak Guna Bangunan tersebut,
sehingga ia tidak berhak lagi untuk mengajukan gugatan dengan
mendalilkan bahwa dirinya sebagai pemilik tanah Hak Guna Bangunan
sengketa ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 17
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 18 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Bahwa tidak benar dalil Penggugat yang menyatakan sebagai pemilik
tanah a quo berdasarkan Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979
oleh karena perjanjian dimaksud barulah merupakan ikatan antara Penggugat
dengan ahli waris atau kuasanya sehingga Penggugat tidak berhak mengklaim
bahwa Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat atas nama
Musanip Cs sebagai milik Penggugat ;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka gugatan Penggugat
harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
EKSEPSI TERGUGAT II INTERVENSI II :
Bahwa dalil Penggugat yang menyatakan sebagai pemilik tanah a quo
berdasarkan Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 adalah tidak
benar karena Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 barulah
merupakan ikatan antara Penggugat dengan ahli waris atau kuasanya, sehingga
Penggugat tidak berhak mengklaim bahwa Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat atas nama Musanip Cs sebagai milik Penggugat ;
Bahwa berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) No. 32 Tahun 1979
tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan dalam rangka Pemberian Hak Baru Atas
Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat dalam Pasal 1 ayat (1) menyebutkan :
Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai asal Konversi
Hak Barat, yang jangka waktunya akan berakhir selambat-lambatnya pada
tanggal 24 September 1980, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
No. 5 Tahun 1960 pada saat berakhirnya hak yang bersangkutan menjadi tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara. Oleh karena masa berlakunya Sertifikat
Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat atas nama Musanip Cs telah habis
sejak tahun 1980, tanah a quo telah menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh
Negara. Dengan demikian tidak ada alasan yang mendasar bahwa Penggugat
berhak dan mempunyai hubungan hukum dengan tanah yang menjadi obyek
perkara ;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas maka gugatan Penggugat
harus ditolak atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak dapat diterima ;
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta telah mengambil putusan, yaitu putusan No. 14/G/2007/PTUN.JKT.
tanggal 31 Juli 2007, yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI :
- Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat II Intervensi I
dan Tergugat II Intervensi II ;
DALAM POKOK PERKARA :
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 18
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 19 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
1. Mengabulkan gugatan Penggugat ;
2. Membatalkan :
Surat Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan) No. 2439/09-02/S/SK&P tanggal 13 Nopember 2006 perihal Tanah Hak
Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
Surat Keputusan Tergugat II (Menteri Dalam Negeri R.I.) No.
113/HPL/DA/1988 tanggal 25 Oktober 1988 tentang Pemberian Hak
Pengelolaan atas nama PD. Sarana Jaya DKI Jakarta atas sebagian tanah
bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat seluas 7.154 m2 ;
Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama
PD. Sarana Jaya DKI Jakarta, dan Sertifikat HGB No. B119/Kuningan Barat
tanggal 10 Agustus 1989 atas nama PT. Bimantara Sarana Perkasa, berikut
turutannya yang diterbitkan oleh Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan
Kotamadya Jakarta Selatan) ;
Surat Keputusan Tergugat III (Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan Pertanahan Nasional) No. 580/HGB/BPN/1996 tanggal 28 Agustus 1996
tentang Pemberian Hak Guna Bangunan atas nama PT. Fajar Surya Shakti
seluas 2.629 m2 yang merupakan sebagian dari tanah bekas Hak Guna
Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat atas nama
PT. Fajar Surya Shakti berikut turutannya yang diterbitkan oleh Tergugat I
(Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan) ;
3. Mewajibkan kepada :
Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan), untuk mencabut surat No. 2439/09-02/S/SK&P tanggal 13 Nopember
2006 perihal Tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta
Selatan ;
Tergugat II (Menteri Dalam Negeri R.I.), untuk mencabut Surat
Keputusan No. 113/HPL/DA/1988 tanggal 25 Oktober 1988 atas nama PD.
Sarana Jaya DKI Jakarta dan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
B119/Kuningan Barat tanggal 10 Agustus 1989 atas nama PD. Sarana Jaya DKI
Jakarta dan Sertifikat Hak Guna Bangunan No. B119/ Kuningan Barat tanggal
10 Agustus 1989 atas nama PT. Bimantara Sarana Perkasa berikut turutannya ;
Tergugat III (Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional), untuk mencabut Surat Keputusan No. 580/HGB/BPN/1996 tanggal 28
Agustus 1996 tentang Pemberian HGB atas nama PT. Fajar Surya Shakti seluas
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 19
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 20 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
2.629 m2 yang merupakan sebagian dari tanah bekas HGB No. 38/Kuningan
Barat, Jakarta Selatan ;
Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan), untuk mencabut Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan
Barat atas nama PT. Fajar Surya Shakti berikut turutannya ;
4. Memerintahkan kepada Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya
Jakarta Selatan) untuk memproses permohonan Penggugat untuk membalik
nama Sertifikat HGB No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ke atas nama
Penggugat ;
5. Menghukum Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat II Intervensi I dan
Tergugat II Intervensi II secara tanggung renteng membayar biaya perkara
sebesar Rp. 626.000,- (enam ratus dua puluh enam ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Tergugat I,
II, III dan Tergugat II Intervensi I dan II putusan Pengadilan Tata Usaha Negara
tersebut telah dibatalkan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta
dengan putusan No. 178/B/2007/PT.TUN.JKT. tanggal 17 Desember 2007
yang amarnya sebagai berikut :
- Menerima permohonan banding dari Tergugat I/Pembanding I, Tergugat II/
Pembanding II, Tergugat III/Pembanding III, Tergugat II Intervensi
I/Pembanding IV dan Tergugat II Intervensi II/Pembanding V ;
- Membatalkan putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No.
14/G/2007/PTUN-JKT. tanggal 31 Juli 2007 yang dimohonkan banding ;
Mengadili Sendiri :
DALAM EKSEPSI :
- Menerima eksepsi dari tergugat III/Pembanding III dan Tergugat II Intervensi
II/Pembanding V ;
DALAM POKOK PERKARA :
- Menyatakan gugatan Penggugat/Terbanding tidak dapat diterima (Niet
Onvankelijke Verklaard) ;
- Menghukum Penggugat/Terbanding membayar biaya perkara di kedua
tingkat Pengadilan dan untuk tingkat banding ditetapkan sejumlah Rp.
339.000,- (tiga ratus tiga puluh sembilan ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa amar putusan Mahkamah Agung RI No. 75
K/TUN/2008 tanggal 4 Juni 2008 yang telah berkekuatan hukum tetap tersebut
adalah sebagai berikut :
- Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi : NY. SUSUNA
DEWI tersebut ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 20
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 21 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
- Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No.
178/B/2007/PT.TUN.JKT. tanggal 17 Desember 2007 yang membatalkan
putusan Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta No. 14/G/2007/PTUN.JKT.
tanggal 31 Juli 2007 ;
MENGADILI SENDIRI
DALAM EKSEPSI :
- Menolak eksepsi Tergugat I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat II Intervensi I
dan Tergugat II Intervensi II ;
DALAM POKOK PERKARA :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat ;
2. Membatalkan :
Surat Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan) No. 2439/09-02/S/SK&P tanggal 13 Nopember 2006 perihal Tanah Hak
Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
Surat Keputusan Tergugat II (Menteri Dalam Negeri R.I.) No.
113/HPL/DA/1988 tanggal 25 Oktober 1988 tentang Pemberian Hak
Pengelolaan atas nama PD. Sarana Jaya DKI Jakarta atas sebagian tanah
bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat seluas 7.154 m2 ;
Sertifikat HPL No. 1/Kuningan Barat, Jakarta Selatan atas nama
PD. Sarana Jaya DKI Jakarta, dan Sertifikat HGB No. B119/Kuningan Barat
tanggal 10 Agustus 1989 atas nama PT. Bimantara Sarana Perkasa, berikut
turutannya yang diterbitkan oleh Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan
Kotamadya Jakarta Selatan) ;
Surat Keputusan Tergugat III (Menteri Negara Agraria/Kepala
Badan
Pertanahan Nasional) No. 580/HGB/BPN/1996 tanggal 28 Agustus
1996 tentang Pemberian Hak Guna Bangunan atas nama PT. Fajar
Surya Shakti seluas 2.629 m2 yang merupakan sebagian dari tanah
bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan Barat atas nama
PT. Fajar Surya Shakti berikut turutannya yang diterbitkan oleh Tergugat I
(Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan) ;
3. Mewajibkan kepada :
Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan), untuk mencabut surat No. 2439/09-02/S/SK&P tanggal 13 Nopember
2006 perihal Tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat, Jakarta
Selatan ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 21
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 22 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Tergugat II (Menteri Dalam Negeri R.I.), untuk mencabut Surat
Keputusan No. 113/HPL/DA/1988 tanggal 25 Oktober 1988 atas nama PD.
Sarana Jaya DKI Jakarta dan Sertifikat Hak Guna Bangunan No.
B119/Kuningan Barat tanggal 10 Agustus 1989 atas nama PT. Bimantara
Perkasa berikut turutannya ;
Tergugat III (Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional), untuk mencabut Surat Keputusan No. 580/HGB/BPN/1996 tanggal 28
Agustus 1996 tentang Pemberian HGB atas nama PT. Fajar Surya Shakti seluas
2.629 m2 yang merupakan sebagian dari tanah bekas HGB No. 38/Kuningan
Barat, Jakarta Selatan ;
Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta
Selatan), untuk mencabut Sertifikat Hak Guna Bangunan No. 198/Kuningan
Barat atas nama PT. Fajar Surya Shakti berikut turutannya ;
4. Memerintahkan kepada Tergugat I (Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya
Jakarta Selatan) untuk melanjutkan proses permohonan Penggugat untuk
membalik nama Sertifikat HGB No. 38/Kuningan Barat, Jakarta Selatan ke
atas nama Penggugat ;
- Menghukum Termohon Kasasi I, II, III, IV, V/Tergugat I, II, III dan Tergugat II
Intervensi I, II untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat
peradilan, yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sebesar Rp. 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah) ;
Menimbang, bahwa sesudah putusan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap tersebut, yaitu putusan Mahkamah Agung RI No. 75 K/TUN/2008
tanggal 4 Juni 2008 diberitahukan kepada Pemohon Peninjauan Kembali I s/d V
dahulu Termohon Kasasi I s/d V/Tergugat I, II, III-Tergugat II Intervensi I, II/Para
Pembanding pada masing-masing pada tanggal 18 Juli 2008 kemudian
terhadapnya oleh Pemohon Peninjauan Kembali I s/d V dahulu Termohon
Kasasi I s/d V/Tergugat I, II, III-Tergugat II Intervensi I, II/Para Pembanding
dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan surat kuasa khusus masing-
masing untuk Tergugat I, II tanggal 11 Agustus 2008, Tergugat III tanggal 12
Agustus 2008 dan Tergugat II Intervensi I, II tanggal 23 Juli 2008 diajukan per-
mohonan peninjauan kembali secara tertulis masing-masing untuk Tergugat I
pada tanggal 1 September 2008, Tergugat II pada tanggal 3 September 2008,
Tergugat III pada tanggal 2 September 2008 dan Tergugat II Intervensi I, II
pada tanggal 21 Agustus 2008, permohonan mana disertai dengan alasan-
alasannya yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara
Jakarta masing-masing pada tanggal itu juga ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 22
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 23 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Menimbang, bahwa tentang permohonan peninjauan kembali tersebut
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan seksama masing-masing pada
Tergugat I pada tanggal 3 September 2008, Tergugat II pada tanggal 4
September 2008, Tergugat III pada tanggal 3 September 2008 dan Tergugat II
Intervensi I, II pada tanggal 26 Agustus 2008 diajukan jawaban memori
peninjauan kembali yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha
Negara Jakarta pada tanggal 15 September 2008 ;
Menimbang, bahwa oleh karena itu sesuai dengan pasal 68, 69, 71 dan
72 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004, No. 14 Tahun 1985 sebagaimana yang
telah diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 dan perubahan
kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 dan Undang-Undang No. 5
Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 9
Tahun 2004 permohonan peninjauan kembali aquo beserta alasan-alasannya
yang diajukan dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan
undang-undang formil dapat diterima ;
Menimbang, bahwa Pemohon Peninjauan Kembali I s/d V dahulu
Termohon Kasasi I s/d V/Tergugat I, II, III-Tergugat II Intervensi I, II/Para
Pembanding masing-masing telah mengajukan alasan-alasan peninjauan
kembali pada pokoknya ialah :
ALASAN-ALASAN PENINJAUAN KEMBALI DARI PEMOHON PENINJAUAN
KEMBALI I :
1. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali I dahulu Termohon Kasasi I/Tergugat
I/Pembanding dengan tegas berpendapat, putusan Mahkamah Agung RI
No. 75 K/TUN/2008 tanggal 4 Juni 2008 yang membatalkan putusan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta tanggal 17 Desember 2007
No. 178/B/2007/PT.TUN.JKT. yang membatalkan putusan Pengadilan Tata
Usaha Negara Jakarta tanggal 31 Juli 2007 No. 14/G/2007/PTUN.JKT.,
telah terdapat kekhilafan Hakim atau kekeliruan nyata adalah sebagai
berikut :
- Bahwa pertimbangan Hukum Judex Juris halaman 26 sampai 27 hanya
berdasarkan dalil yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali
sebagaimana dimaksud dalam memori kasasinya ;
- Judex Juris sama sekali tidak mempertimbangkan kontra memori kasasi
yang diajukan oleh Para Pemohon Peninjauan Kembali melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara ;
- Bahwa Judex Factie dalam perkara a quo, tidak ada kesalahan dan tidak
keliru didalam pertimbangan hukum dan didalam putusannya, oleh
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 23
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 24 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
karenanya pertimbangan hukum dan amar putusan Judex Factie
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No. 178/B/2007/
PT.TUN.JKT. tanggal 17 Desember 2007 adalah sudah tepat dan benar
menurut peraturan perundang-undangan dan ketentuan hukum yang
berlaku ;
2. Bahwa Judex Juris telah khilaf dan telah melakukan kekeliruan nyata baik
dalam memberikan pertimbangan hukum, memeriksa dan memutus perkara
a quo, sebagaimana dalam ketentuan Pasal 30 Undang-Undang No. 14
Tahun 1985 yang menyatakan Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
membatalkan putusan lingkungan peradilan dikarenakan terdapat kesalahan
dalam menerapkan hukum. Berpedoman pada ketentuan pasal tersebut
Judex Juris telah keliru dalam mempertimbangkan putusan Judex Factie
tingkat banding ;
3. Bahwa tanah a quo adalah bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan
Barat semula berasal dari konversi Hak Eigendom VerpondingNo. 7660 dan
telah berakhir haknya pada tanggal 24 September 1980 dan Termohon
Peninjauan Kembali mendasarkan klaim kepemilikannya berdasarkan Akta
Perjanjian Perikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979, yang serta merta
dijadikan pertimbangan Judex Factie ;
4. Bahwa Akta Perjanjian Perikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979, yang
dibuat dihadapan Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, SH., belum menjadikan
Termohon Peninjauan Kembali mempunyai kedudukan hukum (Legal
Standing) sebagai pihak pemegang hak, sebagaimana dalam ketentuan
Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 yang menyatakan :
setiap perjanjian yang bermaksud memindahkan hak atas tanah,
memberikan sesuatu hak baru atas tanah sebagai tanggungan, harus
dibuktikan dengan suatu akta yang dibuat oleh dan dihadapan Pejabat yang
ditunjuk oleh Menteri Agraria ;
5. Bahwa hal tersebut dikarenakan Akta Perikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2
Mei 1979 keberadaannya didasarkan pada ketentuan-ketentuan mengenai
perikatan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sedangkan menurut
hukum tanah nasional dikatakan bahwa beralihnya hak atas tanah terjadi
karena jual beli yang bersifat tunai bukan perjanjian obligator sebagaimana
diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sehingga dikatakan
bahwa Akta Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 bukan sebagai dasar
beralihnya Hak Guna bangunan No. 38/Kuningan Barat, mengingat
beralihnya hak atas tanah sebagaimana ditegaskan dalam hukum tanah
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 24
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 25 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
nasional yaitu Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 jo Pasal 19 Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1961 diwajibkan adanya suatu Akta Jual Beli yang
dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), dengan demikian
terbukti bahwa Akta Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 tidak dapat
dijadikan dasar hukum untuk mengklaim kepemilikan bidang tanah Hak
Guna bangunan No. 38/Kuningan Barat ;
6. Bahwa Akta Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 tidak
dapat dijadikan dasar beralihnya Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan
Barat, hal tersebut sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI
tanggal 18 April 1979 No. 593/3094/Agr, perihal hak-hak atas tanah asal
konversi hak-hak barat yang akan berakhir pada tanggal 24 September
1980 yang intinya menegaskan :
Angka 1 :
Dalam menghadapi hak-hak atas tanah asal konversi hak-hak barat yang
akan berakhir masa berlakunya pada tanggal 24 September 1980, maka
dipandang perlu diadakan langkah-langkah kebijaksanaan yang mendasar
yang mengarah kepada penertiban dan dalam hubungan ini dalam waktu
dekat akan dikeluarkan peraturan-peraturan pelaksanaan ;
Angka 2 :
Sambil menunggu peraturan-peraturan yang akan mengatur masalah
tersebut di atas, hendaknya diadakan kebijakan status quo dulu, dalam arti
untuk sementara tidak diperkenankan mengadakan suatu perubahan/
peralihan/pemindahan hak dan lain-lain atas tanah yang bersangkutan,
sambil adanya ketentuan lebih lanjut ;
Angka 3 :
Berhubungan dengan itu diminta kepada para Gubernur/Bupati/Walikota-
madya Kepala Daerah supaya mencegah perbuatan-perbuatan hukum yang
langsung atau tidak langsung bermaksud memindahkan Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai asal konversi hak-hak barat atas tanah
yang akan berakhir masa berlakunya pada tanggal 24 September 1980,
serta tidak dibenarkan mengambil kebijakan sendiri-sendiri sebelum terlebih
dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Dalam Negeri ;
Bahwa terhadap Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April
1979 No. 593/3094/Agr, sebagaimana dalam Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri RI tanggal 25 April 1979 No. Btu.4/306/4-79 telah disampaikan
pemberitahuan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka penyelesaian
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 25
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 26 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
status hak-hak atas tanah asal konversi hak barat antara lain kepada
notaris ;
Berpedoman pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April
1979 No. 593/3094/Agr. dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal
25 April 1979 No. Btu.4/306/4.79, dapat Pemohon Peninjauan Kembali
tegaskan bahwa Judex Juris telah memberikan pertimbangan hukum yang
serta merta dinilai memberikan legitimasi kepemilikan Termohon Peninjauan
Kembali atas bidang tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat.
Pertimbangan Judex Juris tersebut telah salah dan keliru, pembuatan Akta
Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 jika didasarkan pada
peraturan dimaksud diklasifikasikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dimana berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April
1979 No. 593/3094/Agr dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal
25 April 1979 No. Btu.4/306/4.79, terhadap tanah Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat telah dikeluarkan kebijakan Pemerintah mengenai status
quo in casu terdapat larangan peralihan atas tanah bekas hak barat,
sehingga secara legal materiil Akta Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal
2 Mei 1979 batal demi hukum ;
7. Bahwa Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat adalah merupakan
obyek Kepres No. 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan
Dalam Rangka Pemberian Hak baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak
Barat, sehingga semua kebijakan terkait dengan penataan kembali
penggunaan, penguasaan dan pemilikan hak-hak hasil konversi hak-hak
barat sepenuhnya merupakan kewenangan Pemerintah ;
Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden No. 32 tahun 1979
ditegaskan : Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
asal konversi hak barat, yang jangka waktunya akan berakhir selambat-
lambatnya pada tanggal 24 September 1980, sebagaimana yang dimaksud
dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, pada saat berakhirnya hak yang
bersangkutan menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara,
sedangkan dalam ayat (2) ditegaskan tanah-tanah tersebut ayat (1) ditata
kembali penggunaan, penguasaan dan kepemilikannya dengan
memperhatikan masalah tata ruang tanahnya, sumber daya alam dan
lingkungan hidup, keadaan kebun dan pendukungnya, rencana
pembangunan di daerah dan kepentingan-kepentingan bekas pemegang
hak dan penggarap tanah/penghuni bangunan ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 26
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 27 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3
Tahun 1979 ditegaskan Tanah-tanah bekas Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai asal konversi hak barat yang dimaksud dalam Pasal 1 dapat diberikan
dengan sesuatu hak baru kepada bekas pemegang haknya jika :
a. Dipenuhinya persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 2 dan 3 ;
b. Tanah yang bersangkutan dikuasai dan digunakan sendiri oleh bekas
pemegang haknya ;
c. Tidak seluruhnya diperlukan untuk proyek-proyek bagi penyelenggaraan
kepentingan umum ;
d. Diatasnya berdiri suatu bangunan milik bekas pemegang hak yang
didiami/digunakan sendiri ;
e. Diatasnya berdiri suatu bangunan milik bekas pemegang hak yang
didiami/digunakan oleh pihak lain dengan persetujuan pemilik
bangunan/bekas pemegang hak ;
Dengan berpedoman pada ketentuan peraturan tersebut, dapat dibuktikan
bahwa Judex Juris dalam pertimbangan hukumnya telah keliru,
sebagaimana diketahui Termohon Peninjauan Kembali mengklaim
kepemilikan bidang tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat
semata-mata didasarkan pada Akta Perjanjian Perikatan Jual Beli No. 6
tanggal 2 Mei 1979, terungkap fakta hukum bahwa pembuatan Akta
Perjanjian Perikatan Jual Beli tersebut dilakukan setelah terbit Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April 1979 No. 593/3094/Agr dan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 25 April 1979 No. Btu. 4/306/4.79,
yang mana dalam ketentuan tersebut terdapat larangan untuk melakukan
peralihan hak-hak yang terbit sebagai konversi dari bekas hak barat (status
quo) ;
Selain hal tersebut, Termohon Peninjauan Kembali menyatakan pada
tanggal 6 September 1980 telah mengajukan permohonan perpanjangan
Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat dan oleh Judex Juris secara
serta merta dibenarkan adalah pertimbangan keliru. Pemohon Peninjauan
Kembali I tegaskan bahwa pertimbangan Judex Juris prematur dengan
tanpa terlebih dahulu melakukan pengkajian secara komprehensif terkait
dengan ketentuan peraturan perundangan yang tepat dan benar yang harus
diterapkan memutus perkara a quo ;
Sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 : Setiap orang dan badan hukum
yang mempunyai Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 27
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 28 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
atas tanah asal konversi hak barat yang dimaksud dalam Pasal 1, dan
masih memerlukan tanah yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan hak baru, sepanjang dipenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
dalam peraturan ini. Pemahaman atau penafsiran terhadap diktum pasal
tersebut tentunya dikaitkan dengan Surat Menteri Dalam Negeri RI tanggal
30 Agustus 1979 No. Btu.8/356/8/79 perihal Penyampaian Keputusan
Kepres No. 32 Tahun 1979 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3
Tahun 1979, dimana dalam angka II pada intinya menegaskan : sebagai
titik awal dari proses permohonan dan pemberian hak atas tanah Negara
asal konversi hak barat, haruslah terlebih dahulu ada permohonan dari pihak
bekas pemegang hak yang bersangkutan atau pihak yang memenuhi
syarat ;
Berpedoman pada ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 3 Tahun 1979 dan Surat Menteri Dalam Negeri RI tanggal 30
Agustus 1979 No. Btu.8/256/8/79, Termohon Peninjauan Kembali jelas
bukan sebagai pihak yang memiliki kapasitas dalam kedudukan hukumnya
(legal standing) untuk mengajukan permohonan perpanjangan atas bidang
tanah Hak Guna bangunan No. 38/Kuningan Barat, mengingat dasar klaim
Termohon Peninjauan Kembali semata-mata didasarkan pada Akta
Perjanjian Perikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979, dimana akta
tersebut tidak sah kedudukan hukumnya dalam perspektif hukum agraria
nasional ;
8. Bahwa terhadap pertimbangan hukum Judex Juris yang menyatakan
terdapat cacat hukum dalam prosedur penerbitan surat keputusan a quo
dikarenakan tanah masih dalam keadaan status sita oleh OPSTIBPUS dan
selanjutnya oleh OPSTIBPUS dijual, yang selanjutnya diterbitkan keputusan
a quo adalah merupakan pertimbangan hukum yang keliru, karena Hak
Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat merupakan Obyek Kepres No. 32
Tahun 1979 jo Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979, dimana
dengan berlakunya peraturan tersebut, bidang tanah Hak Guna Bangunan
No. 38/Kuningan Barat telah ditegaskan sebagai tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara dan kebijaksanaan terkait dengan penataan kembali
penggunaan, penguasaan dan pemilikan hak-hak hasil konversi hak-hak
barat sepenuhnya merupakan wewenang Pemerintah ;
ALASAN-ALASAN PENINJAUAN KEMBALI DARI PEMOHON PENINJAUAN
KEMBALI II :
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 28
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 29 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
1. Bahwa Pemohon Peninjauan kembali sangat berkeberatan terhadap
putusan Mahkamah Agung RI No. 75 K/TUN/2008 tanggal 4 Juni 2008 jo
putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta No.
178/B/2007/PT.TUN.JKT. tanggal 17 Desember 2007 jo putusan Pengadilan
Tata Usaha Negara Jakarta No. 14/G/2007/PTUN.JKT. tanggal 31 Juli 2007,
oleh karena itu Pemohon Peninjauan Kembali memohon peninjauan kembali
dengan dasar hukum :
I. Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 jo Undang-
Undang No. 5 Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung yang menyatakan
bahwa : Mahkamah Agung bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus :
a. Permohonan kasasi ;
b. Sengketa tentang kewenangan mengadili ;
c. Permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap ;
II. Pasal 34 Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang No. 5
Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung yang menyatakan : Mahkamah
Agung memeriksa dan memutus permohonan peninjauan kembali pada
tingkat pertama dan terakhir atas putusan Pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan-alasan yang
diatur BAB IV bagian keempat undang-undang lain ;
2. Bahwa Pemohon Peninjauan Kembali mengajukan permohonan peninjauan
kembali didasarkan pada alasan sesuai dengan Pasal 67 butir f Undang-
Undang No. 14 Tahun 1985 jo Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang
Mahkamah Agung yang menyatakan apabila dalam suatu putusan terdapat
suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata ;
Bahwa Judex Juris yang membatalkan putusan Judex Factie tingkat banding
No. 178/B/2007/PT.TUN.JKT. terbukti khilaf dan keliru dalam memberikan
pertimbangan hukumnya. Bahkan dalam putusan a quo, Judex Juris terbukti
telah melampaui wewenang yang diberikan kepadanya karena Judex Juris
memeriksa dan mempertimbangkan fakta atas perkara a quo ;
Bahwa Pasal 30 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 5 Tahun 2004 tentang
perubahan atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung yang secara tegas menyatakan hal sebagai berikut :
Pasal 30 ayat (1) yang berbunyi : Mahkamah Agung tingkat kasasi
membatalkan putusan atau penetapan pengadilan-pengadilan dari semua
lingkungan peradilan karena :
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 29
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 30 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang ;
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku ;
c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya
putusan yang bersangkutan ;
Dengan demikian Judex Juris tidak berwenang untuk memeriksa dan
mempertimbangkan fakta-fakta, sehingga terbukti terdapat kekhilafan yang
telah dilakukan oleh Judex Juris dalam memeriksa perkara a quo ;
3. Bahwa kekhilafan Judex Juris terbukti nyata dalam pertimbangan hukum
yang diambilnya pada halaman 26 sampai dengan 27 putusan No.
75/K/TUN/2008 yang menyatakan sebagai berikut :
Bahwa keberatan-keberatan point 1 sampai dengan 7 tersebut di atas
dapat dibenarkan karena Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta
telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut .
- Bahwa sengketa dalam kasus perkara ini bukanlah sengketa masalah
kepemilikan seperti yang secara keliru telah dipertimbangkan oleh
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam putusannya, tetapi adalah
masalah prosedur penerbitan Surat-Surat Keputusan Pejabat Tata
Usaha Negara dan penerbitan Sertifikat-Sertifikat Tanah (obyek
sengketa) yang mengandung cacat prosedural .. ;
Bahwa pertimbangan tersebut di atas, justru membuktikan Judex Juris
telah khilaf dan keliru dalam memeriksa perkara a quo karena di awal
pertimbangannya Judex Juris secara tegas menyatakan ada kekeliruan
yang diambil Judex Factie tingkat banding, namun Judex Juris tidak
dapat menunjukkan dimana letak kesalahan penerapan hukum yang
telah dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara ;
Bahwa keberatan yang diajukan Termohon Peninjauan Kembali pada point
1 sampai dengan point 7 hanyalah pengulangan dalil-dalil dalam
gugatannya. Dengan demikian Judex Juris hanya mengutip semua dalil
yang diajukan oleh Termohon Peninjauan kembali di dalam gugatannya
maupun memori kasasinya ;
4. Bahwa apabila Judex Juris memeriksa perkara a quo ini dengan seksama,
maka ada permasalahan hukum yang harus dibuktikan terlebih dahulu oleh
Judex Juris yaitu :
- Apakah Termohon Peninjauan Kembali adalah pemilik dari tanah yang
bukti kepemilikannya yang menjadi obyek sengketa dalam perkara ini
mempunyai hak atas tanah sengketa sebagaimana didalilkan olehnya
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 30
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 31 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
dalam gugatan perkara a quo. Bahwa selama proses persidangan
berlangsung sampai dengan saat ini tidak pernah ada satu bukti pun
yang diajukan oleh Termohon Peninjauan kembali yang membuktikan
dalil-dalil gugatan tersebut. Termohon Peninjauan kembali tidak dapat
membuktikan dalilnya sendiri (bertentangan dengan Pasal 165 HIR) ;
- Apakah benar ada cacat prosedur yang dilakukan dalam penerbitan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 113/HPL/DA/1988 tanggal
25 Oktober 1988 tentang pemberian hak pengelolaan No. 1/Kuningan
Barat kepada atas nama Perusahaan Daerah Sarana Jaya DKI Jakarta
atas sebagian tanah bekas Hak Guna bangunan No. 38/Kuningan Barat
seluas 7.154 m2 ;
5. Dalam memori peninjauan kembali, Pemohon Peninjauan Kembali
menyampaikan fakta-fakta hukum yang berkaitan dengan penerbitan Surat
Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 113/HPL/DA/1988 tertanggal 25
Oktober 1988 sebagai berikut
1. Bahwa tanah a quo merupakan obyek tanah yang terkena Keputusan
Presiden No. 32 Tahun 1979 jo PP Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun
1979 sehingga menjadi tanah a quo merupakan yang langsung dikuasai
oleh Negara. Dengan demikian tanah a quo tidak lagi dilekati oleh suatu
hak atas nama pihak lain ;
2. Dasar hukum yang digunakan dalam rangka penerbitan Surat Keputusan
113/HPL/DA/1988 tertanggal 25 Oktober 1988 adalah sebagai berikut :
- Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, Lembaran Negara Tahun 1960
No. 104 ;
- Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961, Lembaran Negara Tahun
1961 No. 28 ;
- Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1979 ;
- Peraturan Menteri Agraria No. 1 Tahun 1965 ;
- Peraturan Menteri Agraria No. 1 Tahun 1966 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 Tahun 1972 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1973 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1974 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1975 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 1977 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Tahun 1978 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 12 Tahun 1978 ;
- Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 31
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 32 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
- Keputusan Presiden No. 245/M/1986 ;
3. Bahwa penerbitan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 113/HPL/
DA/1988 tertanggal 25 Oktober 1988 diterbitkan telah sesuai dengan
prosedur yang ditetapkan oleh Undang-Undang, sehingga tidak ada
cacat prosedur dalam penerbitan Surat Keputusan a quo sebagaimana
didalilkan oleh Termohon Peninjauan kembali di dalam gugatannya ;
ALASAN-ALASAN PENINJAUAN KEMBALI DARI PEMOHON PENINJAUAN
KEMBALI III :
1. Bahwa Judex Juris telah khilaf dan melakukan kekeliruan nyata baik dalam
memberikan pertimbangan hukum, memeriksa dan memutus perkara a quo,
sebagaimana dalam ketentuan Pasal 30 Undang-Undang No. 14 Tahun
1985 ditegaskan bahwa Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi
membatalkan putusan lingkungan peradilan dikarenakan terdapat kesalahan
dalam menerapkan hukum. Berpedoman pada ketentuan pasal tersebut
Judex juris telah keliru dalam mempertimbangkan putusan Judex Factie
tingkat banding ;
2. Bahwa tanah a quo adalah bekas Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan
Barat semula berasal dari konversi Hak Eigendom Verponding No. 7660 dan
telah berakhir haknya pada tanggal 24 September 1980 dan Termohon
Peninjauan Kembali mendasarkan klaim kepemilikan dengan adanya Akta
Perjanjian Perikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 yang secara serta
merta dijadikan pertimbangan Judex Juris ;
3. Bahwa Akta Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 dibuat
dihadapan Notaris Drs. Gde Ngurah Rai, SH. belum menjadikan Termohon
Peninjauan Kembali mempunyai kedudukan hukum (legal standing) sebagai
pihak pemegang hak. Sebagaimana dalam ketentuan Pasal 19 Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 1961 menyatakan : Setiap perjanjian yang
bermaksud memindahkan hak atas tanah, memberikan sesuatu hak baru
atas tanah sebagai tanggungan harus dibuktikan dengan suatu akta yang
dibuat oleh dan dihadapan Pejabat yang ditunjuk Menteri Agraria ;
Hal tersebut dikarenakan Akta Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979
keberadaannya didasarkan pada ketentuan-ketentuan mengenai perikatan
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sedangkan menurut hukum
tanah nasional dikatakan bahwa beralihnya hak atas tanah terjadi karena
jual beli yang bersifat tunai bukan perjanjian obligator sebagaimana diatur
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, sehingga dikatakan bahwa
Akta Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 bukan sebagai dasar
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 32
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 33 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
beralihnya Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan barat, mengingat
beralihnya hak atas tanah sebagaimana ditegaskan dalam hukum tanah-
tanah nasional in casu Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 jo Pasal 19
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1961 diwajibkan adanya suatu Akta
Jual Beli yang dibuat dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Dengan demikian terbukti bahwa Akta Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei
1979 tidak dapat dijadikan dasar hukum untuk mengklaim kepemilikan
bidang tanah Hak Guna bangunan No. 38/Kuningan Barat ;
4. Bahwa Akta Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 tidak
dikatakan sebagai dasar beralihnya Hak Guna bangunan No. 36/Kuningan
Barat, hal tersebut didasarkan pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia tanggal 18 April 1979 No. 593/3094/AGR perihal hak-
hak atas tanah asal konversi hak-hak barat yang akan berakhir pada tanggal
24 September 1980 (sebagaimana dalam lampiran I) yang intinya
menegaskan :
Angka 1 :
Dalam menghadapi hak-hak atas tanah asal konversi hak-hak barat yang
akan berakhir masa berlakunya pada tanggal 24 September 1980, maka
dipandang perlu diadakan langkah-langkah kebijaksanaan yang mendasar
yang mengarah kepada penertiban dan dalam hubungan ini dalam waktu
dekat akan dikeluarkan peraturan-peraturan pelaksana ;
Angka 2 :
Sambil menunggu peraturan-peraturan yang akan mengatur masalah
tersebut di atas, hendaknya diadakan kebijakan status quo dulu, dalam arti
untuk sementara tidak diperkenankan mengadakan suatu perubahan/
peralihan/pemindahan hak dan lain-lain atas tanah yang bersangkutan,
sambil adanya ketentuan lebih lanjut ;
Angka 3 :
Berhubungan dengan itu diminta kepada para Gubernur/Bupati/Walikota-
madya Kepala Daerah supaya mencegah perbuatan-perbuatan hukum yang
langsung atau tidak langsung bermaksud memindahkan Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai asal konversi hak-hak barat atas tanah
yang akan berakhir masa berlakunya pada tanggal 24 September 1980
serta tidak dibenarkan mengambil kebijakan sendiri-sendiri sebelum terlebih
dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Dalam Negeri ;
Terhadap Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April 1979 No.
593/3094/Agr, sebagaimana dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 33
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 34 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
tanggal 25 April 1979 No. Btu.4/306/4-79 (sebagaimana dalam lampiran II)
telah disampaikan pemberitahuan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka
penyelesaian status hak-hak atas tanah asalkonversi hak barat antara lain
kepada notaris ;
Berpedoman pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April
1979 No. 593/3094/Agr. dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal
25 April 1979 No. Btu.4/306/4.79, dapat Pemohon Peninjauan Kembali
tegaskan bahwa Judex Juris telah memberikan pertimbangan hukum yang
serta merta dinilai memberikan legitimasi kepemilikan Termohon Peninjauan
Kembali atas bidang tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat.
Pertimbangan Judex Juris tersebut telah salah dan keliru, pembuatan Akta
Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979 jika didasarkan pada
peraturan dimaksud diklasifikasikan sebagai suatu tindakan atau perbuatan
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
dimana berdasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April
1979 No. 593/3094/Agr dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal
25 April 1979 No. Btu.4/306/4.79, terhadap tanah Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat telah dikeluarkan kebijakan Pemerintah mengenai status
quo in casu terdapat larangan peralihan atas tanah bekas hak barat,
sehingga secara legal materiil Akta Perjanjian Ikatan Jual Beli No. 6 tanggal
2 Mei 1979 batal demi hukum ;
5. Bahwa perlu Pemohon Peninjauan Kembali tegaskan, Hak Guna bangunan
No. 38/Kuningan Barat merupakan obyek ketentuan Keputusan Presiden
No. 32 Tahun 1979 tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Dalam Rangka
Pemberian Hak baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat
(sebagaimana dalam lampiran III) jo Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3
Tahun 1979 tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Permohonan dan
Pemberian Hak Baru Atas Tanah Asal Konversi Hak-Hak Barat
(sebagaimana dalam lampiran IV), sehingga semua kebijaksanaan terkait
dengan penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan hak-hak
konversi hak-hak barat sepenuhnya merupakan wewenang Pemerintah ;
Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1979
ditegaskan : Tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna bangunan dan Hak Pakai
asal konversi hak barat, yang jangka waktunya akan berakhir selambat-
lambatnya pada tanggal 24 September 1980, sebagaimana yang dimaksud
dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1960, pada saat berakhirnya hak yang
bersangkutan menjadi tanah yang dikuasai langsung oleh Negara.
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 34
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 35 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Sedangkan dalam ayat (2) ditegaskan : Tanah-tanah tersebut ayat (1),
ditata kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikannya dengan
memperhatikan :
a. Masalah tata guna tanahnya ;
b. Sumber daya alam dan lingkungan hidup ;
c. Keadaan kebun dan penduduknya ;
d. Rencana pembangunan di Daerah ;
e. Kepentingan-kepentingan bekas pemegang hak dan pemegang
tanah/penghuni bangunan ;
Dalam ketentuan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3
Tahun 1979 ditegaskan : Tanah-tanah bekas Hak Guna Bangunan atau
Hak Pakai asal konversi hak barat yang dimaksud dalam Pasal 1 dapat
diberikan dengan sesuatu hak baru kepada bekas pemegang haknya jika :
a. Dipenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 2 dan 3 ;
b. Tanah yang bersangkutan dikuasai dan digunakan sendiri oleh bekas
pemegang haknya ;
c. Tidak seluruhnya diperlukan untuk proyek-proyek bagi penyelenggaraan
kepentingan umum ;
d. Diatasnya berdiri suatu bangunan milik bekas pemegang hak yang
didiami/digunakan sendiri ;
e. Diatasnya berdiri suatu bangunan milik bekas pemegang hak yang
didiami/digunakan oleh pihak lain dengan persetujuan pemilik
bangunan/bekas pemegang hak ;
Dengan berpedoman pada ketentuan peraturan tersebut, dapat dibuktikan
bahwa Judex Juris dalam pertimbangan hukumnya telah keliru,
sebagaimana diketahui Termohon Peninjauan Kembali mengklaim
kepemilikan bidang tanah Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat
semata-mata didasarkan pada Akta Perjanjian Perikatan Jual Beli No. 6
tanggal 2 Mei 1979, terungkap fakta hukum bahwa pembuatan Akta
Perjanjian Perikatan Jual Beli tersebut dilakukan setelah terbit Surat Edaran
Menteri Dalam Negeri RI tanggal 18 April 1979 No. 593/3094/Agr dan Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri RI tanggal 25 April 1979 No. Btu. 4/306/4.79,
yang mana dalam ketentuan tersebut terdapat larangan untuk melakukan
peralihan hak-hak yang terbit sebagai konversi dari bekas hak barat (status
quo) ;
Selain hal tersebut, argumentasi Termohon Peninjauan Kembali dengan
menyatakan pada tanggal 6 September 1980 telah mengajukan
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 35
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 36 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
permohonan perpanjangan Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat dan
oleh Judex Juris secara serta merta dibenarkan adalah pertimbangan keliru.
Pemohon Peninjauan Kembali tegaskan bahwa pertimbangan Judex Juris
prematur dengan tanpa terlebih dahulu melakukan pengkajian secara
komprehensif terkait dengan ketentuan peraturan perundangan yang tepat
dan benar yang harus diterapkan memutus perkara a quo ;
Sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan
Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 : Setiap orang dan badan hukum
yang mempunyai Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
atas tanah asal konversi hak barat yang dimaksud dalam Pasal 1, dan
masih memerlukan tanah yang bersangkutan wajib mengajukan
permohonan hak baru, sepanjang dipenuhi syarat-syarat yang ditetapkan
dalam peraturan ini. Pemahaman atau penafsiran terhadap diktum pasal
tersebut tentunya dikaitkan dengan Surat Menteri Dalam Negeri RI tanggal
30 Agustus 1979 No. Btu.8/356/8/79 perihal Penyampaian Keputusan
Presiden No. 32 Tahun 1979 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3
Tahun 1979, dimana dalam angka II pada intinya menegaskan : sebagai
titik awal dari proses permohonan dan pemberian hak atas tanah Negara
asal konversi hak barat, haruslah terlebih dahulu ada permohonan dari pihak
bekas pemegang hak yang bersangkutan atau pihak yang memenuhi
syarat ;
Berpedoman pada ketentuan Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 3 Tahun 1979 dan Surat Menteri Dalam Negeri RI tanggal 30
Agustus 1979 No. Btu.8/256/8/79, Termohon Peninjauan Kembali jelas
bukan sebagai pihak yang memiliki kapasitas dalam kedudukan hukumnya
(legal standing) untuk mengajukan permohonan perpanjangan atas bidang
tanah Hak Guna bangunan No. 38/Kuningan Barat, mengingat dasar klaim
Termohon Peninjauan Kembali semata-mata didasarkan pada Akta
Perjanjian Perikatan Jual Beli No. 6 tanggal 2 Mei 1979, dimana akta
tersebut tidak sah kedudukan hukumnya dalam perspektif hukum agraria
nasional ;
6. Bahwa terhadap pertimbangan hukum Judex Juris yang menyatakan
terdapat cacat hukum dalam prosedur penerbitan surat keputusan a quo
dikarenakan tanah masih dalam keadaan status sita oleh OPSTIBPUS dan
selanjutnya oleh OPSTIBPUS dijual, yang selanjutnya diterbitkan keputusan
a quo adalah merupakan pertimbangan hukum yang keliru. Hal tersebut
dikarenakan terhadap Hak Guna Bangunan No. 38/Kuningan Barat
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 36
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 37 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
merupakan obyek ketentuan Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1979 jo
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979, dimana dengan
berlakunya peraturan tersebut atas bidang tanah Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat telah ditegaskan sebagai tanah yang dikuasai langsung
oleh Negara dan kebijaksanaan terkait dengan penataan kembali
penggunaan, penguasaan dan pemilikan hak-hak hasil konversi hak-hak
barat sepenuhnya merupakan wewenang Pemerintah ;
Disisi lain, perlu Pemohon Peninjauan kembali sampaikan bahwa PD.
Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta telah menguasai/memperoleh
tanah a quo berdasarkan tukar menukar dengan Proyek Peningkatan
Pendidikan Teknik Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana
dalam Akta Tukar Menukar tanggal 27 Maret 1974 No. 161 jo Akta
Pembetulan tanggal 31 Maret 1988 No. 49 dibuat oleh dan dihadapan Abdul
Latif dan Ny. Herawati Soebroto, SH. Notaris di Jakarta dan melalui operalih
garapan sesuai Surat Perjanjian Penyerahan Hak Atas lahan tanggal 19
Maret 1981 yang diketahui Lurah Kuningan Barat tanggal 19 Maret 1981
dan dibukukan oleh Camat Mampang Prapatan tanggal 20 Maret 1981 No.
322/12/1981 dan No. 323/12/1981 ;
7. Bahwa sebagaimana diketahui bahwa Hak Pengelolaan No. 1/Kuningan
Barat yang terbit berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 25
Oktober 1988 No. 113/HPL/DA/1988 merupakan aset Negara in casu
Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta, sehingga menurut Undang-
Undang No. 1 Tahun 2004 haruslah dilindungi ;
ALASAN-ALASAN PENINJAUAN KEMBALI DARI PEMOHON PENINJAUAN
KEMBALI IV :
A. Mengenai Novum (surat-surat bukti yang bersifat menentukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 huruf b Undang-Undang No. 14
Tahun 1985).
1. Bahwa ternyata terdapat surat-surat bukti yang sifatnya menentukan
yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan. Bahwa bukti
surat-surat yang sifatnya menentukan tersebut ditemukan pada tanggal
28 Juli 2008 oleh Tri Gunarti, SH. Adapun surat-surat/novum yang
ditemukan tersebut adalah :
a. Bukti PK-1 : Surat Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 2496/-1.1711.2 tertanggal 19 Desember 1985 yang ditujukan
kepada Sdr. Koordinator Operasi Tertib Pusat, perihal Permohonan
Peninjauan Kembali Penangguhan Proses Permohonan Hak Atas
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 37
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 38 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Tanah terletak di Jalan Gatot Subroto atas nama PD. Pembangunan
Sarana Jaya ;
Bukti PK-1 membuktikan fakta sebagai berikut :
- Tanah a quo yang terletak di Jalan Gatot Subroto merupakan
obyek dari Keputusan Presiden RI No. 32 Tahun 1979 jo
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 3 Tahun 1979 ;
- Luas tanah tersebut 2 ha dan merupakan aset dari Pemerintah
DKI Jakarta cq. PD. Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta ;
- Bahwa terhitung sejak tanggal 27 Maret 1974 secara de facto
tanah tersebut dalam penguasaan PD. Pembangunan Sarana
Jaya ;
Bahwa bukti PK-1 ini juga membuktikan bahwa Gubernur Kepala
Daerah Khusus Ibukota Jakarta meminta agar Opstibpus mencabut
surat No. R-51/OPSTIBPUS/IX/1985 tertanggal 12 September 1985
sehingga proses permohonan hak atas tanah atas nama Pemohon
Peninjauan kembali dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku ;
b. Bukti PK-2 : Surat Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan
Ketertiban No. K/346/OPSTIBPUS/X/1987 tertanggal 22 Oktober
1987 yang ditujukan kepada Gubernur KDKI Jakarta perihal
Pencabutan Surat Opstibpus No. R-51/Opstibpus/IX/1985 tertanggal
12 September 1985 ;
Bahwa bukti PK-2 membuktikan bahwa terhitung sejak tanggal 12
Oktober 1987, Opstibpus telah mencabut pemblokiran atas tanah a
quo sehingga proses permohonan hak atas tanah atas nama
Pemohon Peninjauan Kembali dapat diselesaikan menurut prosedur ;
c. Bukti PK-3 : Surat Direktorat Agraria Daerah Khusus Ibukota Jakarta
No. 1.711.2/1561/HGB/S tertanggal 24 Nopember 1987 kepada
Walikota Jakarta Selatan perihal Pencabutan Surat OPSTIBPUS No.
R.51/OPSTIBPUS/IX/1985 tertanggal 12 September 1985 ;
Bahwa bukti PK-3 pun membuktikan bahwa Direktorat Agraria
Daerah Khusus Ibukota Jakarta meminta agar Kepala Kantor
Pertanahan memproses permohonan hak atas tanah dari Pemohon
Peninjauan kembali ;
d. Bukti PK-4 : Nota Dinas No. 216/K/ASS I Sekwilda/XI/1987
tertanggal 30 Nopember 1987 yang ditujukan kepada Walikota
Jakarta Selatan up. Kepala Kantor Agraria Jakarta Selatan, perihal
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 38
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 39 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
penyelesaian sertifikat tanah asset PD. Pembangunan Sarana Jaya
yang terletak di Jalan Gatot Subroto (EP. No. 7660 dengan konversi
HGB No. 38) Kuningan Barat, Jakarta Selatan ;
Bahwa bukti PK-4 membuktikan bahwa proses permohonan dan
penerbitan sertifikat atas tanah atas nama Pemohon Peninjauan Kembali
I dapat dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang berlaku ;
2. Bahwa adalah fakta pemberian Hak Pengelolaan atas nama Pemohon
Peninjauan Kembali I berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam
Negeri No. 113/HPL/DA/1988 tertanggal 25 Oktober 1988 (vide bukti T II
Interv-17) ;
Dengan demikian terbukti bahwa pemberian Hak Pengelolaan dan
Penerbitan Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat seluas
16.300 m2 atas nama Pemohon Peninjauan Kembali I tidak dilakukan
pada saat tanah a quo di blokir oleh Opstibpus, sebagaimana didalilkan
oleh Termohon Peninjauan Kembali dalam gugatannya ;
Bukti PK-1 sampai dengan bukti PK-4 membuktikan bahwa tidak ada
tindakan tidak hati-hati dan tindakan tidak cermat yang dilakukan oleh
Pejabat Tata Usaha Negara (Kepala Kantor Badan Pertanahan
Kotamadya Jakarta Selatan) dalam menerbitkan Sertifikat Hak
Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat atas nama Pemohon Peninjauan
Kembali I ;
3. Bahwa dari bukti PK-1 sampai dengan bukti PK-4 yang telah diajukan
oleh Pemohon Peninjauan kembali I membuktikan bahwa berdasarkan
fakta dan bukti tersebut diatas terbukti tidak terdapat cacat prosedur
dalam penerbitan sertifikat obyek sengketa a quo yang dilakukan oleh
Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan ;
Dengan demikian pertimbangan Judex Juris pada halaman 27 butir 1
yang menyatakan hal sebagai berikut : Bahwa di sinilah letak cacat
prosedurnya penerbitan sertifikat-sertifikat obyek sengketa sekarang ini
yaitu tanah masih dalam status sita sudah dijual oleh Opbstib Pusat dan
kemudian diterbitkan sertifikatnya oleh Termohon Kasasi 1 ;
Merupakan pertimbangan yang keliru sehingga harus dibatalkan. Hal ini
karena berdasarkan bukti PK-2 bukti PK-4, maka terbukti penerbitan
Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat tidak dilakukan pada
saat tanah a quo masih dalam keadaan sita ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 39
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 40 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Dengan demikian tidak ada tindakan ketidak hati-hatian maupun
kekurangcermatan yang dilakukan oleh Pejabat Tata Usaha Negara in
casu Badan Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan ;
4. Bahwa Pasal 178 HIR menyatakan hal sebagai berikut : Hakim karena
jabatannya waktu bermusyawarah wajib mencukupkan segala alasan
hukum yang tidak dikemukakan oleh kedua belah pihak ;
Dengan demikian Majelis Hakim Agung yang memeriksa perkara a quo
hendaknya memeriksa dan mempertimbangkan bukti-bukti baru (Novum)
PK-1 PK-4 yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali I ;
Bahwa berdasarkan bukti-bukti baru yang diajukan Pemohon Peninjauan
Kembali I, maka Pemohon Peninjauan Kembali I mohon kepada Majelis
Hakim Agung yang memeriksa perkara a quo untuk menolak gugatan yang
diajukan Termohon Peninjauan Kembali untuk seluruhnya ;
B. Mengenai adanya kekhilafan Hakim dan kekeliruan yang nyata yang
terdapat dalam putusan Mahkamah Agung RI No. 75 K/TUN/2008
tanggal 4 Juni 2008.
1. Bahwa Judex Juris yang membatalkan putusan Judex Factie tingkat
banding No. 178/B/2007/PT.TUN.JKT., terbukti telah khilaf dan keliru
dalam memberikan pertimbangan hukumnya ;
Bahkan dalam putusan a quo, Judex Juris terbukti telah melampaui
wewenang yang diberikan kepadanya karena Judex Juris pun
memeriksa dan mempertimbangkan fakta atas perkara a quo ;
Padahal Pasal 30 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 5 Tahun 2004
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung yang secara tegas menyatakan hal sebagai berikut :
(1) Mahkamah Agung tingkat kasasi membatalkan putusan atau
penetapan pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan
karena :
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang ;
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku ;
c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
batalnya putusan yang bersangkutan ;
Dengan demikian Judex Juris tidak berwenang untuk memeriksa dan
mempertimbangkan fakta, sehingga terbukti terdapat kekhilafan yang
telah dilakukan oleh Judex Juris dalam memeriksa perkara a quo ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 40
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 41 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
2. Bahwa Judex Juris pada putusannya halaman 26 sampai dengan
halaman 27 telah khilaf dalam memeriksa perkara a quo sehingga
membuat kekeliruan yang nyata dalam memberikan pertimbangan
hukumnya ;
Pertimbangan hukum yang diambil Judex Juris hanya berdasarkan pada
dalil-dalil yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali
sebagaimana dimaksud dalam memori kasasinya ;
Judex Juris sama sekali tidak mempertimbangkan kontra memori kasasi
yang telah diajukan oleh Para Pemohon Peninjauan Kembali melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta ;
3. Bahwa apa yang dikemukakan Termohon Peninjauan Kembali hanyalah
merupakan kutipan dalil-dalil dalam gugatan yang diajukannya. Padahal
sejak awal perkara a quo diperiksa di tingkat pertama, Termohon
Peninjauan Kembali tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya
sendiri (bertentangan dengan ketentuan Pasal 165 HIR) ;
4. Bahwa tugas Mahkamah Agung hanya terbatas pada menyelidiki apakah
putusan yang ditentang itu bertentangan dengan hukum atau tidak. Akan
tetapi yang terjadi dalam perkara a quo ternyata sebaliknya, Judex Juris
justru telah melakukan penilaian terhadap fakta yang sebenarnya telah
diperiksa dengan seksama oleh Judex Factie tingkat banding ;
5. Bahwa kekhilafan Judex Juris terbukti nyata dalam pertimbangan hukum
yang diambilnya pada halaman 26-27 putusan yang menyatakan hal
sebagai berikut :
Bahwa keberatan-keberatan point 1 sampai dengan 7 tersebut di atas
dapat dibenarkan karena Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara telah
salah menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut .. :
- Bahwa sengketa dalam kasus perkara ini bukanlah sengketa masalah
kepemilikan seperti yang secara keliru telah dipertimbangkan oleh
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam putusannya, tetapi
adalah masalah prosedur penerbitan Surat-Surat Keputusan Pejabat
Tata Usaha Negara dan Penerbitan .. ;
Bahwa dengan didasarkan pada bukti-bukti baru (vide bukti PK-1 sampai
dengan bukti PK-4 jo vide bukti T II.1) justru membuktikan bahwa
penerbitan Sertifikat Hak Pengelolaan No. 1/Kuningan barat tidak
diterbitkan pada saat pemblokiran oleh Opstibpus. Dengan demikian
tidak tedapat kesalahan prosedur penerbitan Surat-Surat Keputusan
Pejabat Tata Usaha Negara in casu penerbitan Sertifikat Hak
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 41
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 42 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat atas nama Pemohon Peninjauan
kembali IV) ;
Bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, maka sudah sepatutnya putusan
Mahkamah Agung No. 75 K/TUN/2008 tertanggal 4 Juni 2008 untuk
dibatalkan ;
6. Bahwa selain hal tersebut di atas, Pemohon Peninjauan Kembali
menolak dengan tegas pertimbangan hukum Majelis Hakim Agung pada
halaman 26 yang menyebutkan hal sebagai berikut :
tetapi tiba-tiba pihak telah menjual tanah sertifikat a quo dan
kemudian Termohon Kasasi I/Tergugat I menerbitkan sertifikat atas
tanah a quo kepada pihak-pihak lain, yaitu Termohon IV/Tergugat
Intervensi I dan Termohon Kasasi V/Tergugat II (sertifikat-sertifikat obyek
sengketa sekarang), yang seharusnya pihak Termohon Kasasi
I/Tergugat I menunggu dulu sampai perkara pidananya selesai dengan
putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap ;
Bahwa alas hak Pemohon Peninjauan Kembali IV atas tanah a quo
adalah dari Departemen P dan K sejak tahun 1974 melalui tukar
menukar bukan pembelian dari Opstib sebagaimana dalam SK HPL PD.
Pembangunan Sarana Jaya (vide bukti TII Intervensi-16) ;
Dengan demikian terbukti lagi Judex Juris telah keliru dalam memeriksa
perkara a quo. Hal ini semakin membuktikan bahwa Judex Juris hanya
berpedoman pada dalil yang diajukan Termohon Peninjauan Kembali
dalam memori kasasinya ;
7. Bahwa secara de facto sejak tahun 1974 Pemohon Peninjauan Kembali
IV telah menguasai fisik atas tanah a quo sebagaimana ditegaskan
dalam bukti PK-1. Bahwa adalah fakta pula bahwa tanah a quo
merupakan obyek tanah yang dikuasai oleh Negara sehingga tanah
tersebut tidak lagi dilekati oleh suatu hak atas tanah pihak lain
sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Keppres No. 32 Tahun 1979 ;
Dengan demikian Termohon Peninjauan kembali sudah tidak mempunyai
hubungan hukum dengan tanah bekas HGB No. 38/Kuningan Barat
mengingat tanah yang dimaksud merupakan tanah yang dikuasai
langsung oleh Negara ;
ALASAN-ALASAN PENINJAUAN KEMBALI DARI PEMOHON PENINJAUAN
KEMBALI V :
Kekhilafan Hakim dan kekeliruan yang nyata yang terdapat dalam putusan
Mahkamah Agung RI No. 75 K/TUN/2008.
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 42
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 43 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
1. Bahwa Judex Juris yang membatalkan putusan Judex Factie tingkat banding
No. 178/B/2007/PT.TUN.JKT., terbukti telah khilaf dan keliru dalam
memberikan pertimbangan hukumnya ;
Bahkan dalam putusan a quo, Judex Juris terbukti telah melampaui
wewenang yang diberikan kepadanya karena Judex Juris pun memeriksa
dan mempertimbangkan fakta atas perkara a quo ;
Padahal Pasal 30 ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 5 Tahun 2004
tentang perubahan atas Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung yang secara tegas menyatakan hal sebagai berikut :
(1) Mahkamah Agung tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan
pengadilan-pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena :
a. Tidak berwenang atau melampaui batas wewenang ;
b. Salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku ;
c. Lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan
batalnya putusan yang bersangkutan ;
Dengan demikian Judex Juris tidak berwenang untuk memeriksa dan
mempertimbangkan fakta, sehingga terbukti terdapat kekhilafan yang
telah dilakukan oleh Judex Juris dalam memeriksa perkara a quo ;
2. Bahwa tugas Mahkamah Agung dalam pemeriksaan tingkat kasasi hanya
terbatas pada menyelidiki apakah putusan yang ditentang itu bertentangan
dengan hukum atau tidak. Akan tetapi yang terjadi dalam perkara a quo
ternyata sebaliknya, Judex Juris justru telah melakukan penilaian terhadap
fakta yang sebenarnya telah diperiksa dengan seksama oleh Judex Factie
tingkat banding ;
3. Bahwa Judex Juris pada putusannya halaman 26 sampai dengan halaman
27 telah khilaf dalam memeriksa perkara a quo sehingga membuat
kekeliruan yang nyata dalam memberikan pertimbangan hukumnya ;
Pertimbangan hukum yang diambil Judex Juris hanya berdasarkan pada
dalil yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali sebagaimana
dimaksud dalam memori kasasinya ;
Judex Juris sama sekali tidak mempertimbangkan kontra memori kasasi
yang telah diajukan oleh Para Pemohon Peninjauan Kembali V ;
4. Bahwa dalil yang dimuat dalam memori kasasi yang diajukan oleh
Termohon Peninjauan Kembali dahulu Pemohon Kasasi hanyalah
merupakan kutipan dalil-dalil dalam gugatan yang diajukannya yang jelas-
jelas telah dipertimbangkan oleh Judex Factie tingkat banding ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 43
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 44 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Padahal sejak awal perkara a quo diperiksa di tingkat pertama, Termohon
Peninjauan Kembali tidak dapat membuktikan dalil-dalil gugatannya sendiri.
Hal ini bertentangan dengan Pasal 165 HIR ;
Bahkan sebaliknya dalam pemeriksaan perkara a quo, justru terungkap
fakta hukum sebagai berikut :
- Berdasarkan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah No. 599/1989 tanggal
26 Mei 1989 yang menerangkan bahwa tanah yang dimohonkan Hak
Guna Bangunan oleh Pemohon Peninjauan Kembali V adalah tanah Hak
Pengelolaan Sertifikat No. 1/Kuningan Barat terdaftar tanggal 19 April
1989 seluas 16.300 m2 atas nama Perusahaan Daerah Pembangunan
Sarana Jaya DKI Jakarta (Pemohon Peninjauan Kembali IV) (vide bukti
T II Intervensi II-4) ;
- Bahwa atas tanah a quo untuk pelaksanaannya telah dikerjakan dengan
PT. Bimantara Eka Sentosa sesuai dengan Akta Notaris Kartini Mulyadi,
SH. No. 151 tanggal 22 Pebruari 1984 (vide bukti T II Intervensi II-1) ;
- Bahwa kerjasama tersebut pun telah sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 1 Tahun 1983 dan telah pula mendapat persetujuan
Menteri Dalam Negeri No. 539/1721/PUDD tanggal 19 Mei 1984 dan
Persetujuan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.
0450/VIII/1984 tanggal 20 Agustus 1985 ;
- Bahwa sebagai realisasi kerjasama tersebut dibentuk perusahaan-
perusahaan joint venture dengan nama PT. Bimantara Sarana Perkasa
yang didirikan dihadapan Notaris Kartini Mulyadi, SH. tanggal 11
Pebruari 1985 No. 62 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri
Kehakiman RI tanggal 17 Juni 1985 No. C2-3767 H.T.01.01 Th 1985 ;
- Bahwa selanjutnya PT. Bimantara Sarana Perkasa diubah menjadi PT.
Bima Sarana Perkasa berdasarkan Akta No. 23 tanggal 8 Juli 1995
tentang Perubahan Anggaran Dasar yang dibuat dihadapan Imas
Fatimah, Notaris di Jakarta ;
- Bahwa berdasarkan Surat Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 03008/VIII/1985 tertanggal 20 Agustus 1985 telah diberikan
Surat Ijin Penunjukkan Penggunaan Tanah (SIPPT) kepada Perusahaan
Daerah Pembangunan Sarana Jaya DKI Jakarta atas tanah yang terletak
di Jalan Gatot Subroto Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang
Prapatan, Jakarta Selatan untuk pembangunan apartemen, perkantoran,
pertokoan berikut fasilitas lainnya ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 44
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 45 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
- Bahwa bidang tanah yang dimohonkan Hak Guna Bangunan oleh
Pemohon Kasasi II telah mendapat rekomendasi sesuai dengan Surat
Badan Pertanahan cq. Kepala Kantor Pertanahan Jakarta Selatan
kepada Gubernur DKI Jakarta No. 1.711.2/135/HGB/S/1989 tertanggal
17 Juni 1989 yang intinya agar kepada Pemohon (in casu Pemohon
Peninjauan Kembali V) dapat diberikan HGB di atas tanah Hak
Pengelolaan No. 1/Kuningan Barat seluas 16.300 m2 untuk jangka waktu
30 tahun sesuai dengan Akta Perjanjian Kerjasama ;
- Bahwa kemudian pada tanggal 29 Juli 1989 Pemohon Peninjauan
Kembali V mendapatkan Hak Guna Bangunan di atas Hak Pengelolaan
No. 1/Kuningan Barat berdasarkan keputusan Gubernur KDKI Jakarta
No. 1.711.2/12/09-02/03/HGB/PMA/1989 tertanggal 29 Juli 1989 (vide
bukti T II Intervensi II-2) ;
- Bahwa menindaklanjuti Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus
Ibukota Jakarta No. 1.711.2/09-02/03/HGB/PMA/1989 tertanggal 29 Juli
1989 tentang Pemberian Hak Guna Bangunan atas nama PT. Bimantara
Sarana Perkasa sekarang PT. Bima Sarana Perkasa (Pemohon
Peninjauan Kembali V), terbitlah Sertifikat Hak Guna bangunan No.
119/Kuningan Barat atas nama PT. Bimantara Sarana Perkasa yang
sekarang menjadi PT. Bima Sarana Perkasa (Pemohon Peninjauan
Kembali V) ;
Bahwa dari fakta hukum tersebut diatas, terbukti bahwa penerbitan Sertifikat
Hak Guna Bangunan No. 119/Kuningan Barat adalah telah sesuai dengan
prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan oleh undang-undang ;
Bahwa sebenarnya fakta hukum tersebut telah nyata terbukti dalam
pemeriksaan tingkat pertama, namun fakta hukum tersebut diabaikan oleh
Judex Factie karena semata-mata hanya mendasarkan pada dalil yang
terdapat pada gugatan yang diajukan Termohon Peninjauan kembali dahulu
Penggugat. Pada saat proses persidangan Termohon Peninjauan kembali
tidak dapat membuktikan dalilnya sendiri (bertentangan dengan Pasal 165
HIR) ;
Bahkan fakta yang paling menentukan dalam perkara a quo, justru
dikesampingkan oleh Judex Factie maupun Judex Juris. Fakta tersebut
adalah bahwa tanah a quo merupakan obyek tanah yang dikuasai oleh
Negara sehingga tanah tersebut tidak lagi dilekati oleh suatu hak atas tanah
pihak lain sebagaimana diatur dalam Pasal 1 Keppres No. 32 Tahun 1979 ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 45
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 46 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
5. Bahwa kekhilafan Judex Juris terbukti nyata dalam pertimbangan hukum
yang diambilnya pada halaman 26-27 putusan yang menyatakan hal
sebagai berikut :
Bahwa keberatan-keberatan point 1 sampai dengan 7 tersebut di atas
dapat dibenarkan karena Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara telah salah
menerapkan hukum dengan pertimbangan sebagai berikut ..
- Bahwa sengketa dalam kasus perkara ini bukanlah sengketa masalah
kepemilikan seperti yang secara keliru telah dipertimbangkan oleh
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam putusannya, tetapi adalah
masalah prosedur penerbitan Surat-Surat Keputusan Pejabat Tata
Usaha Negara dan Penerbitan .;
Bahwa pertimbangan tersebut di atas, justru membuktikan Judex Juris telah
khilaf dan keliru dalam memeriksa perkara a quo karena di awal
pertimbangannya, Judex Juris telah secara tegas menyatakan terdapat
kekeliruan yang telah diambil Judex Factie tingkat banding, namun Judex
Juris tidak dapat menunjukkan dimana letak kesalahan penerapan hukum
yang telah dilakukan oleh Judex Factie tingkat banding ;
Bahwa apabila Judex Juris memeriksa perkara a quo dengan seksama,
maka Judex Juris dapat melihat bahwa keberatan yang diajukan Termohon
Peninjauan Kembali pada point 1 sampai dengan point 7 hanyalah
pengulangan dalil-dalil dalam gugatannya. Dengan demikian terbukti Judex
Juris hanya mengutip dan mempertimbangkan semua dalil yang diajukan
oleh Termohon Peninjauan Kembali di dalam gugatannya maupun memori
kasasinya ;
6. Bahwa apabila Judex Juris memeriksa perkara a quo dengan seksama,
maka terdapat dua inti permasalahan yang harus dipertimbangkan terlebih
dahulu oleh Judex Juris :
- Apakah benar Termohon Peninjauan Kembali mempunyai hak atas
tanah sengketa sebagaimana didalilkan olehnya dalam gugatan perkara
a quo ;
- Apakah benar ada cacat prosedur yang dilakukan Kepala Badan
Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan dalam menerbitkan sertifikat-
sertifikat a quo ;
Bahwa selama proses persidangan berlangsung sampai dengan saat ini
tidak pernah ada satu bukti pun yang diajukan oleh Termohon Peninjauan
Kembali yang membuktikan dalil-dalil gugatan tersebut. Bahkan Termohon
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 46
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 47 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Peninjauan Kembali tidak dapat membuktikan dalilnya sendiri (bertentangan
dengan Pasal 165 HIR) ;
7. Bahkan fakta hukum yang tidak dapat dipungkiri adalah tanah a quo
merupakan obyek tanah yang dikuasai oleh Negara sehingga tanah tersebut
tidak lagi dilekati oleh suatu hak atas tanah pihak lain sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 Keppres No. 32 Tahun 1979 ;
Dengan demikian Termohon Peninjauan Kembali sudah tidak mempunyai
hubungan hukum dengan tanah bekas Hak Guna Bangunan No.
38/Kuningan Barat mengingat tanah yang dimaksud merupakan tanah yang
dikuasai langsung oleh Negara ;
Bahwa selain hal tersebut di atas, tenyata berdasarkan fakta dan bukti yang
telah disampaikan oleh Pemohon Peninjauan kembali terbukti tidak terdapat
cacat prosedur dalam penerbitan sertifikat obyek sengketa a quo yang
dilakukan oleh Kepala kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan (vide
bukti T.II Interv. II.1 sampai dengan bukti T.II Interv. II.6) ;
Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan
Kembali V dan bukti yang telah disampaikan di muka persidangan, maka
terbukti Judex Juris telah melakukan kekhilafan dan kekeliruan memeriksa
perkara a quo ;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan peninjauan kembali tersebut
Mahkamah Agung berpendapat :
Mengenai alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali I butir 1 s/d 8 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak
ditemukan adanya kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan-
pertimbangan hukum dan putusan Judex Juris ;
Mengenai alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali II butir 1 s/d 5 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak
ditemukan adanya kekhilafan atau kekeliruan yang nyata dalam pertimbangan-
pertimbangan hukum dan putusan Judex Juris ;
Mengenai alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali III butir 1 s/d 6 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena tidak ada
kesalahan juridis tentang telah terjadinya kekhilafan ataupun kekeliruan yang
nyata dalam pertimbangan-pertimbangan hukum Judex Juris ;
Mengenai alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali IV ad. A dan B :
- Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena putusan Judex
Juris tidak mengandung kekhilafan dan kekeliruan yang nyata dalam
pertimbangan-pertimbangan hukum Judex Juris ;
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 47
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 48 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
- Bahwa surat-surat bukti baru (Novum) yang diajukan Pemohon Peninjauan
kembali, sekalipun dibuat dibawah sumpah, namun surat-surat bukti
tersebut tidak bersifat menentukan sebagaimana dimaksud Pasal 67 (b)
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-
Undang No. 3 Tahun 2009 ;
Mengenai alasan-alasan Pemohon Peninjauan Kembali V butir 1 s/d 7 :
Bahwa alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan karena dalam
putusan Judex Juris tidak ada kekhilafan atau kekeliruan yang nyata,
melainkan putusan Judex Juris sudah tepat dan benar ;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka
permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Para Pemohon Peninjuan
Kembali : Kepala Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan, dkk.
tersebut adalah tidak beralasan sehingga harus ditolak ;
Menimbang, bahwa karena permohonan peninjauan kembali ditolak,
maka biaya perkara dalam peninjauan kembali ini harus dibebankan kepada
Para Pemohon Peninjauan Kembali ;
Memperhatikan pasal-pasal dari Undang-Undang No. 4 Tahun 2004,
Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang-
Undang No. 3 Tahun 2009, Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 dan peraturan
perundang-undangan lain yang bersangkutan ;
M E N G A D I L I
Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan
Kembali : 1. KEPALA KANTOR PERTANAHAN KOTAMADYA JAKARTA
SELATAN, 2. MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, 3.
MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
4. PERUSAHAAN DAERAH PEMBANGUNAN SARANA JAYA DAERAH
KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, 5. PT. BIMA SARANA PERKASA tersebut ;
Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali I s/d V dahulu Termohon
Kasasi I s/d V/Tergugat I, II, III- Tergugat II Intervensi I, II/Para Pembanding
untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini
sebesar Rp. 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) ;
Demikianlah diputuskan dalam rapat permusyawaratan Mahkamah
Agung pada hari Kamis, tanggal 12 Maret 2009 oleh Djoko Sarwoko, SH.,
MH., Ketua Muda Mahkamah Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 48
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 49 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Agung sebagai Ketua Majelis, Prof. DR. Valerine J.L.K., SH., MA. dan Marina
Sidabutar, SH., MH. Hakim-Hakim Agung sebagai Anggota, dan diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis
beserta Hakim-Hakim Anggota tersebut dan dibantu oleh Benar Sihombing, SH.,
MH. Panitera Pengganti dengan tidak dihadiri oleh para pihak ;
Hakim Hakim Anggota : K e t u a :
ttd. ttd.
Prof. DR. Valerine J.L.K., SH., MA. Djoko Sarwoko, SH., MH.
ttd.
Marina Sidabutar, SH., MH.
Biaya Biaya : Panitera Pengganti :
1. M e t e r a i Rp. 6.000,- ttd.
2. R e d a k s i .. Rp. 1.000,- Benar Sihombing, SH., MH.
3. Administrasi PK Rp. 2. 493.000,-
Jumlah = Rp. 2. 500.000,-
============
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG R.I.
a.n. Panitera
Panitera Muda Tata Usaha Negara,
ASHADI, SH.
NIP. 220000754
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 49
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
M
a
h
k
a
m
a
h

A
g
u
n
g

R
e
p
u
b
l
i
k

I
n
d
o
n
e
s
i
a
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Hal. 50 dari 49 hal. Put. No. 89 PK/TUN/2008
Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318)
Halaman 50

Anda mungkin juga menyukai