(BIOSINTESIS) PADA MIKROBA Pengampu : Prof. Langkah Sembiring M.Sc., Ph.D.
Oleh : Kelompok 7 Renny Agnesia M. Kaitu Deodatus Kardo Lilis Suhaillah Noor Fadhila P. Puput Putri N. 14/371183/PMU/08233 14/371185/PMU/08234 14/371195/PMU/08235 14/371198/PMU/08236 14/371201/PMU/08238
PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2014 PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan bimbingan dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Metabolisme Pemanfaatan Energi (Biosintesis) Pada Mikroba. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas pada mata kuliah Biologi Sel. Proses pembuatan makalah ini tentunya tidak akan berhasil tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada Prof. Langkah Sembiring M.Sc., Ph.D., selaku dosen pengampu, seluruh anggota kelompok 7 untuk kerjasama dan kekompakannya, serta berbagai pihak yang mendukung penyusunan makalah ini. Harapan kami, makalah ini dapat menjadi salah satu bahan pembelajaran baik bagi kami, penyusun, maupun bagi rekan-rekan dalam kelas Biologi sel, dan juga bagi semua orang yang nantinya akan membaca makalah ini. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi yang disampaikan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan agar kami dapat terus berkembang menjadi lebih baik.
Yogyakarta, 21 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul .................................................................................. i Prakata................................ ii Daftar Isi ........................................................................................... iii BAB I. Pengantar .............................................................................. 1 Latar belakang ....................................................................... 1 Rumusan Masalah ................................................................. 2 Tujuan ................................................................................... 2 Manfaat ................................................................................. 2 BAB II. Isi .................................................................................... 3 Biosintesis Karbohidrat ......................................................... 3 Biosintesis Lipid .................................................................... 5 Biosintesis Asam Amino dan Nukleotida .............................. 8 BAB III. Kesimpulan ........................................................................ 15 Daftar Pustaka ................................................................................... 15
BAB I. PENGANTAR
A. LATAR BELAKANG Semua makhluk hidup mengalami proses biokimia di dalam selnya. Semua proses tersebut terjadi untuk memenuhi kebutuhan sel, salah satunya untuk regenerasi energi. Secara umum kita mengenal istilah metabolisme. Menurut Kamus Biologi Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2004), metabolisme adalah keseluruhan proses perubahan kimiawi yang dikendalikan oleh enzim yang terjadi dalam sel. Organ atau organisme yang bertujuan memperoleh energi kimia dari cahaya atau molekul bahan bakar , mengubah hara dari luar menjadi bahan perkusor, menyusun prekursor menjadi makromolekul penyusun sel, dan menyintesis makromolekul untuk melaksanakan suatu fungsi dalam sel tertentu. Mikroorganisme adalah bagian dari dunia makhluk hidup yang memiliki keanekaragaman yang luas. Menurut Prescott (2002), mikroorganisme dapat membentuk energi dengan berbagai cara. Banyak dari energi tersebut digunakan pada proses biosintesis atau yang biasa dikenal dengan anabolisme. Starr dkk., (2012) mengemukakan bahwa biosintesis atau anabolisme merupakan jalur yang membentuk molekul dari molekul yang lebih kecil. Selama biosintesis, mikroorganisme memulai pembentukan energi dengan perkusor sederhana, seperti molekul inorganik dan monomer, dan membentuk molekul yang lebih kompleks sampai sebuah organel dan sel terbentuk. Sebuah sel mikrobia menghasilkan berbagai jenis molekul berbeda (Prescott, 2002). Biosintesis yang dilakukan di dalam sel mikroorganisme menghasilnya molekul-molekul beragam. Secara umum biosintesis yang terjadi meliputi biosintesis karbohidrat, lipid dan asam amino. Ketiga biosintesis yang terjadi antara mikroorganisme yang satu, berbeda dari yang lainnya. B. RUMUSAN MASALAH Proses pembentukan energi (biosintesis) pada mikrobia beragam dan berbeda antar mikrobia yang satu dengan yang lain. C. TUJUAN Memperlajari dan memahami proses biosintesis karbohidrat, asam amino dan lipid pada mikroba. D. MANFAAT Mahasiswa mengetahui dan memahami proses biosintesis karbohidrat, asam amino dan lipid pada mikroba.
BAB II. ISI
A. BIOSINTESIS KARBOHIDRAT 1. Biosintesis karbohidrat Organisme hidup dapat berkembang karena adanya ribuan reaksi biokimia yang berlangsung didalam sel. Reaksi biokimia pada dasarnya bisa dikelompokkan menjadi 2 reaksi, yaitu reaksi biosintetik (anabolik) dan reaksi degradatif (katabolik). Reaksi biosintetik merupakan reaksi biokimia yang dilakukan oleh sel untuk menyusun komponen-komponen sel., misalnya asam amino, dinding sel, membran sel, asam nukleat dll (Yuwono, 2005). Dalam rangka memenuhi kebutuhan glukosa maka mikroorganisme harus mensintesis glukosa dari precursor nonkarbohidrat yang disebut glukoneogenesis (Prescott et all, 2012: 209). Polisakarida merupakan komponen utama untuk membentuk dinding sel mikrobia dan beberapa organel lain yang menyusun sel. Polisakarida disintesis dari aktivasi glukosa (Madigan et all, 2012: 97). Jalur glikoneogenesis tidak sama seperti jalur glikolisis. Berikut ini merupakan gambar proses glukoneogenesis yang digunakan oleh mikrobia. Jalur glukoneogenesis dikatalisis oleh 4 enzim, pyruvate carboxylase yang mengkatalisis pyruvate menjadi oxaloacetate dengan menggunakan energi 1 ATP dan melepaskan ADP. Enzim yang kedua phosphoenolpyruvate carboxykinase berfungsi mengkatalisis oxaloasetat menjadi phospoenolpyruvate dan melepaskan 1 atom karbon C membentuk CO2 dan reaksi ini menggunakan energi GTP. Enzim yang ke Gambar 1. Glukoneogenesis (Prescott et al., 2012) tiga fructose bisphosphatase yang menghidrolisis 1 fosfat dari fructose 1,6-bisphosphat menjadi fructose 6-phosphat. Enzim selanjutnya glucose 6-phosphatase yang mengkatalisis glucose 6-phosphate menjadi glukosa (Prescott et al., 2012). Reaksi biosintetik glukosa berupa penyusunan molekul-molekul kecil menjadi molekul yang besar. Reaksi ini tidak akan berlangsung jika tidak didukung oleh serangkaian reaksi katabolik yang mampu menghasilkan energi (Yuwono, 2005). Pembentukan polisakarida juga bisa berasal dari precursor uridin diphosphate glucose (UDPG). Glukosa diaktifkan melalui penempelan pyrophosphate dari UDPG melalui reaksi uridin trifosfat. Bagian dari UDP yang menempel dengan glukosa berfungsi membawa glukosa disekitar sel sehingga dapat dikenali oleh enzim. Dengan demikian, UDP-galaktose disintesis oleh UDPG melalui pnataan ulang dari satu kelompok (-OH) (Prescott et al., 2012) Berikut ini merupakan gambar biosintesis galaktosa melalui UDPG
Gambar 2. UDPG dan UDP galaktosa (Prescott et al., 2012) 2. Lintasan Pentosa Fosfat Terdapat 4 macam lintasan untuk mendegradasi glukosa menjadi piruvat, diantaranya: lintasan Fructosa Biphosphate Aldolase yang lebih UDP + Glukosa UDP galaktose dikenal sebagai lintasan Embden-Meyerhof-Parnas (EMP), Lintasan hexose monophosphate (HMP), Lintasan Oxidative Pentose Phosphate (PP), dan Lintasan Entner-Doudoroff (ED). Lintasan EMP, HMP dan PP pada eukaryotik (jamur, alga, protozoa) dan prokaryotik (bakteri). Lintasan ED hanya pada beberapa bakteri aerob obligat (Armostrong, 1995). Pada pentosa fosfat jalur ini yang lebih diutamakan adalah produksi dari NADPH sebagai koenzim yang secara selektif digunakan untuk biosintesis reduktif. Lintasan ini dimulai dengan oksidasi dari glukosa 6-fosfat menjadi 6- fusfoglukono--lakton. Reaksi ini dikatalisis oleh glukosa-6- fosfat-dehidroginase, yang memerlukan NADP+ dan Mg2+ sebagai kofaktor. (Amostrong, 1995). pemecahan glukosa 6- fosfat mampu menghasilkan D-ribulosa 5- fosfat. D- ribulosa 5-fosfat sebagai substrat untuk dua rekasi yang berbeda yaitu fosfopentosa isomerase dan fosfopentosa 3- epimerase. Reaksi fosfopentosa isomerase mampu menghasilkan D- Gambar 3. Lintasan pentosa fosfat. Jalur ini menyediakan alternatif dalam pembentukan glukosa, D-ribosa 5-fosfat, sebgai precursor pentosa RNA, DNA. dan NADPH (Amstrong, 1995). ribosa 5-fosfat sebagai prekursor pembentukan deoxyribosa melalui enzim ribonukleotida (Madigan et al., 2012).
Lintasan pentosa fosfat terjadi karena alasan mempunyai kepentingan fisiologi kritis. Lintasan pentosa fosfat memberikan suatu rute biokimiawi di mana carbon C3, C4, C5, C6, C7 dapat disintesis atau dikonversikan menjadi hexosa. Enzim utama dalam berbagai pertukaran adalah transaldolase dan transketolase (Madigan et al., 2012). B. BIOSINTESIS LIPID 1. Lipid dan Asam lemak Berbagai jenis lipid ditemukan pada mikroorganisme, khususnya di dalam membran sel banyak mengandung asam lemak dan derivatnya. Asam lemak merupakan asam monokarboksilat dengan rantai alkil panjang yang biasanya memiliki jumlah karbon yang sama (panjang rata- rata adalah 18 karbon) (Prescott, 2002). Akan tetapi, asam lemak hanya ditemukan pada bakteria dan sel eukariotik. Archaea tidak memiliki asam lemak pada lipidnya melainkan memiliki rantai isoprenoid hidropobik Gambar 4. Pembentukan gula pada RNA dan DNA (madigan et al., 2012). yang memiliki peranan dan struktur mirip dengan asam lemak (Madigan et al., 2012). Asam lemak tidak hanya berada dalam keadaan jenuh, tetapi bisa juga dalam keadaan tidak jenuh, bercabang, atau memiliki panjang rantai karbon yang tidak umum. Asam lemak tidak jenuh mengandung satu atau lebih ikatan rangkap pada rantai karbonnya. Jumlah dan posisi ikatan rangkap biasanya spesifik pada suatu spesies atau grup mikroba (Madigan et al., 2012). Komposisi asam lemak dalam sel bervariasi di tiap spesies dan dapat juga beragam di dalam kultur murni. Hal ini disebabkan oleh perbedaan temperatur pertumbuhannya. Suhu yang rendah menyebabkan biosintesis asam lemak rantai pendek, sedangkan pada suhu tinggi akan menyebabkan biosintesis asam lemak dengan rantai yang lebih panjang. Asam lemak pada lipid yang umum pada bakteria berkisar pada panjang 12 sampai 20 rantai atom karbon (Madigan et al., 2012). 2. Biosintesis asam lemak Sintesis asam lemak dikatalisis oleh kompleks fatty acid synthetase dengan acetyl- CoA dan malonyl-CoA sebagai substrat dan NADPH sebagai reduktan. Sintesis dimulai setelah asetat dan malonat ditansfer ke acyl carrier protein (ACL), protein kecil yang membawa rantai asam lemak Gambar 5. Biosintesis asam lemak palmitat (rantai karbon 16) (Madigan et al., 2012). selama proses sintesis. Fatty acid-synthetase menambahkan 2 karbon dalam satu waktu ke ujung karboksil. Meskipun asam lemak dibangun dengan tiap dua karbon dalam satu waktu, setiap unit 2 karbon itu sebenarnya berasal dari komponen 3 karbon malonat yang menempel pada ACP untuk membentuk malonyl-ACP. Dalam setiap penyambungannya, malonyl-ACP beraksi dengan acetyl-ACP menghasilkan CO 2 dan fatty acyl ACP dengan rantai karbon yang lebih panjang. 3. Biosintesis Peptidoglikan Sebagian besar dinding sel pada bakteri mengandung peptidoglikan yang terdiri dari rantai panjang polisakarida yang tersusun dari N-acetylmuramic acid (NAM) dan N-acetylglucosamine (NAG). Dalam sintesis peptidoglikan, 2 molekul pembawa yang turut berperan adalah urine diphosphate (UDP) dan bactoprenol. Bactoprenol merupakan suatu karbon alkohol yang menempel pada NAM dengan menggunakan grup pyrophosphate dan memindahkan komponen peptidoglikan melalui membran hidrofobik. Sintesis peptidoglikan dapat diurutkan dalam 8 langkah sebagai berikut: 1. UDP- NAM dan UDP-NAG disintesis di sitoplasma. 2. Asam amino ditambahkan pada UDP-NAM untuk membentuk rantai pentapeptida. ATP digunakan untuk membuat ikatan peptida tersebut. 3. NAM-pentapeptida dipindahkan dari UDP ke bactoprenol fosfat di permukaan membran. 4. UDP-NAG menambahkan NAG ke NAM-pentapeptida. Jika pentaglycine interbridge dibutuhkan, glycine ditambahkan menggunakan molekul glycl-tRNA. 5. Unit lengkap NAM-NAG-peptidoglikan dipindahkan melalui membran ke permukaan luar dengan menggunakan pembawa bactoprenol pyrophosphate. 6. Unit peptidoglikan ditempelkan pada ujung pertumbuhan peptidoglikan untuk memperpanjang rantai peptidoglikan. 7. Pembawa bactoprenol kembali ke dalam membran. Fosfat dilepaskan selama proses ini untuk membentuk bactoprenol fosfat. 8. Cross-link peptida antara rantai peptidoglikan dibentuk melalui transpeptidasi.
Gambar 6. Sintesis Peptidoglikan (Madigan et al., 2012).
C. BIOSINTESIS ASAM AMINO DAN NUKLEOTIDA 1. Biosintesis asam amino Biosintesis oleh mikroorganisme, khususnya biosintesis asam amino dan nukleotida membutuhkan senyawa nitrogen (Madigan et al., 2012 dan Prescott et al., 2002). Pembentukkan asam amino biasanya berasal dari beberapa kelompok senyawa nitrogen anorganik di lingkungan, seperti ammonia (NH 3 ). Nukleotida juga membutuhkan unsur nitrogen sebagai penyusunnya. Senyawa nitrogen banyak terdapat di atmosfer dalam bentuk gas. Namun tidak semua makhluk hidup mampu memanfaatkan gas nitrogen sebagai sumber unsur nitrogen dalam biosintesis (Prescott et al., 2002). Salah satu cara untuk memanfaatkan gas nitrogen sebagai sumber ammonia adalah melalui proses fiksasi nitrogen. Proses fiksasi nitrogen hanya dapat dilakukan oleh mikroorganisme tertentu yaitu beberapa anggota Archaea dan Bakteri (Madigan et al., 2012; Prescott et al., 2002; dan Nelson et al., 2004). Mikroorganisme eukariot tidak mampu melakukan fiksasi nitrogen. Dalam proses fiksasi nitrogen, senyawa N 2
akan direduksi menjadi NH 3 dengan bantuan enzim nitrogenase. Fiksasi nitrogen membutuhkan aliran elektron untuk reaksi reduksi enzim dan senyawa N 2 (Gambar 5.). Aliran elektron untuk fiksasi nitrogen dimulai dengan transfer elektron hasil reaksi piruvat menjadi asetil-koA yang menyebabkan reduksi flavodoxin/ferredoxin. Transfer elektron dari reduksi dinitrogenase reduktase menyebabkan reduksi dinitrogenase. Elektron dari reduksi dinitrogenase ditransfer Gambar 7. Fiksasi nitrogen oleh nitrogenase (Madigan et al., 2012). untuk proses reduksi N 2 . Reduksi N 2 menjadi 2NH 3 membutuhkan tiga kali siklus aliran elektron tersebut. Asam amino merupakan monomer dari protein. Biosintesis asam amino berasal dari senyawa intermediet dari tahap glikolisis dan siklus asam sitrat. Ammonia merupakan senyawa yang paling banyak digunakan selama pembentukan asam amino glutamat atau glutamin oleh enzim glutamat sintetase dan glutamin dehydrogenase (Madigan et al., 2012). Glutamat merupakan donor amino dalam reaksi transaminase sehingga ammonia dapat digunakan untuk sintesis semua asam aminno saat terjadi proses transaminase yang sesuai (Prescott et. al., 2002) Berdasarkan senyawa karbon yang digunakan sebagai prekursor, asam amino dibagi menjadi beberapa kelompok (Gambar 2). Pengelompokan asam amino di dasarkan pada jenis dan asal senyawa karbon yang digunakan sebagai prekursor dalam biosintesis asam amino. 1. Biosintesis asam amino dari prekursor pyruvat dan oxaloasetat Prekursor pyruvat dengan menggunakan donor ammonia melalui reaksi yang dikatalisis oleh enzim transminase dari glutamat membentuk Alanin, Leusin, dan Valine. Sedangkan prekursor oksaloasetat dari siklus asam sitrat dikonversi menjadi aspartat. Aspartat yang dihasilkan dapat menjadi senyawa antara yang digunakan sebagai prekursor untuk pembentukan asam amino lain seperti asparagin, threonin, lysin dan juga metionin. 2. Biosintesis asam amino dari 2-ketoglutarat 2-ketoglutarat (hasil dari bagian siklus krebs) menghasilkan glutamat melalui reaksi yang dikatalis oleh enzim glutamat dehydrogenase. Glutamat yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan sebagai prekursor dalam pembuatan prolin, arginin melalui reaksi yang di katalis enzim glutamat sintase. Sedangkan untuk pembentukkan glutamin dari glutamat melalui reaksi yang di katalis oleh enzim glutamin sintase. 3. Biosintesis asam amino dari prekursor 3-fosfogliserat Senyawa prekursor 3-fosfogliserat merupakan senyawa intermediet yang dihasilkan dalam jalur glikolisis. 3-fosfogliserat diubah menjadi serin melalui reaksi yang dikatalisis enzim fosfogliserat dehidrogenase, fosfoserin aminotransferase dan fosfoserin fosfatase. Serin yang dihasilkan kemudian dikonversi dengan bantuan enzim serin hidroksietiltransferase diubah menjadi glisin, dan dengan enzim serine transasetilase dan O-asetilserinesulfidrilase serin diubah menjadi sistein. 4. Biosintesis asam amino aromatik Asam amino aromatik merupakan kelompok asam amino yang mepunyai cincin benzena. Cincin benzena asam amino aromatik dihasilkan dari hasil senyawa intermediet glikolisis yaitu fosfoenolpiruvat (PEP). PEP dan eritrosa-4-fosfat kemudian di kondensasi menjadi shikimat. Shikimat kemudian diubah menjadi fenilpiruvat dan hidroksifenilpiruvat. Hidroksifenilpiruvat kemudian ditransaminasi dengan menggunakan glutamat sebagai donor amin menjadi asam amino fenilalanin, tyrosin dan triptofan.
Gambar 8. Skema sumber karbon untuk sintesis beberapa asam amino pada tahap glikolisis dan siklus asam sitrat. (Madigan)
Gambar 9. Penggunaan Ammonia pada bakteri. (a) Glutamat dehydrogenase, (b) Glutamin syntase, (c) Reaksi transaminase (tranfer gugus amino dari asam amino ke asam organik), (d) Enzim glutamat sintase terbentuk 2 glutamat dari satu glutamin dan satu -ketoglutarat. (Madigan)
Setelah amonia menjadi bentuk glutamat atau glutamin, gugus amino dapat ditransfer untuk membentuk senyawa nitrogen lainnya. Sebagai contoh, glutamat dapat menyumbangkan aminonya untuk kelompok oksaloasetat dalam reaksi transaminase yang memproduksi - ketoglutarat dan aspartat. Glutamine dapat bereaksi dengan -ketoglutarat untuk membentuk 2 molekul glutamat dalam reaksi aminotransferase (Gambar 2). Hasil akhir dari reaksi ini adalah kembalinya amonia ke dalam kerangka karbon untuk reaksi biosintesis lanjut membentuk semua 22 asam amino yang dibutuhkan untuk membuat protein dan biomolekul yang mengandung nitrogen lainnya (Madigan et al., 2014). Biosintesis Nukleotida Monomer dari asam nukleat adalah nukleotida. Nukleotida sendiri terdiri dari tiga komponen, yaitu basa purin atau pirimidin, gula pentose, dan gugus fosfat. Asam nukleat terdiri Purin dan Pirimidin (Yuwono, 2005). Sintesis biokimia di balik purin dan pirimidin merupakan biosintesis yang cukup kompleks. Purin terdiri dari beberapa sumber karbon dan nitrogen, termasuk CO 2 . Secara singkat, dasar pembentukkan purin adalah asam inosinic (Gambar ..), asam inosinic ini merupakan prekursor pembentuk nukleotida purin, adenin dan guanin. Sedangkan dasar pembentukkan pirimidin adalah senyawa uridylate, yang merupakan prekursor pembentuk pirimidin, timin, sitosin, dan urasil (Madigan, et. al., 2014). Sebuah purin atau pirimidin dasar bergabung dengan gula pentosa, baik ribosa atau deoksiribosa dan memiliki satu atau lebih gugus fosfat yang melekat pada gula yang kemudian disebut DNA atau RNA. Menurut Blackburn et. al. (2006), sintesis asam nukleat oleh sel mikrobia melalui dua jalur, yaitu: 1. De novo synthesis synthesis: sintesis nukleotida yang dimulai dengan prekursor asam amino, ribosa-5-fosfat, CO 2 dan unit satu karbon. 2. Salvage pathways: sintesis nukleotida melalui daur ulang dari basa bebas atau nukleotida yang dilepas dari pemecahan asam nukleat. 1. Biosintesis Purin a. De novo synthesys pathway Kunci dalam pembentukan purin pada De novo synthesis syntesis pathway adalah D-5-fosforibosil 1 firofosfat (PRPP). PRPP dibentuk dari D-5-ribosa 5-fosfat melalui enzim ribose fosfat pirofosfokinase, dengan ATP sebagai sumber pirofosfat. Kemudian, PRPP diubah menjadi D-5-fosforibosilamin dengan menambahkan amonia yang berasal dari glutamin. Amonia dan PRPP berikatan pada karbon C-1 dengan ikatan glikosidik. D-5- fosforibosilamin kemudian diubah menjadi cincin purin melalui tahapan reaksi berikut ( Blakburn et. al, 2006 ): Gambar x. 9 tahap pembentukan cincin purin (Inosin Mono Phosphate) pada De novo synthesys pathway. (Blackburn et al., 2006)
1. Penambahan glisin ke D-5-fosforibosilamin membentuk glisinamid ribonukleotida 2. Formilasi ujung amina glisin oleh N 10 -formiltetrahidrofolat membentuk N-formilglisinamid ribonukleotida 3. Penambahan amonia dari glutamin, membentuk glisinamid 4. Memulai penutupan cincin, membentuk 5-amino imidazole ribonukleotida 5. Karboksilasi C-4 5-amino imidazole ribonukleotida 6. Kondensasi dengan aspartat 7. Penghilangan fumarat membentuk 5-aminoimidazole-4-carboxamid ribonukleotida 8. Formilasi dengan N 10 -formiltetrahidrofolat 9. Kondensasi menyebabkan penutupan cincin membentuk Inosin 5- monofosfat (IMP) `IMP yang dibentuk merupakan prekursor dalam pembentukan Guanin Monofosfat (GMP) dan Adenosin Monofosfat (GMP). Gambar 5 menunjukkan pembentukan GMP dan AMP dari IMP. AMP dihasilkan dengan penambahan amina dari donor aspartat pada C-6 IMP menggunakan donor fosfat dari GTP. GMP dihasilkan dengan oksidasi IMP menjadi Xanthosin monofosfat (XMP). XMP yang terbentuk mendapat donor amina dari glutamin dengan energi dari ATP membentuk GMP.
Gambar... Pembentukan AMP dan GMP dari IMP pada jalur de novo synthesis (Blackburn et al., 2006) b. Salvage pathway Salvage pathway adalah jalur biosintis asam nukleat purin dari sisa degradasi DNA dan RNA yang ada di dalam atau luar sel bakteri. Jalur ini digunakan oleh sebagian besar mikrobia, karena dianggap lebih efisien energi dalam pembuatannya daripada menggunakan de novo synthesis pathway yang memerlukan banyak tahapan. Gambar ..... memperlihatkan PRPP bereaksi dengan basa purin hasil degradasi membentuk ribonukleotida purin. Nukleotida purin tersebut kemudian didefosforilasi oleh enzim adenin transferase menjadi AMP dan enzim hypoxhantin-guanin fosforibosil transferase menjadi IMP dan GMP.
Gambar...Pembentukan nukleotida purin (AMP, IMP atau GMP) melalui salvage pathway (Blackburn et al., 2006) 2. Biosintesis Pirimidin a. De novo synthesis pathway Prekursor dalam pembuatan pirimidin melalui de novo synthesis pathway adalah karbomoil fosfat. Glutamin dan bikarbonat yang direaksikan dengan bantuan enzim karbomoil fosfatsintase akan menghasilkan karbomoil fosfat. Tahapan pertama pada sintesis pirimidin adalah pembentukan N-karbomoil aspartat dari karbomoil fosfat yang ditambahkan aspartat. Selanjutnya N-karbomoil aspartat mengalami transisi menjadi cincin orotat melalui proses siklisasi dan dehidrogenasi. Pada tahapan ini proses transisi dapat dihambat oleh N-fosfonoasetil L- aspartat (PALA), sehingga pembentukan cincin orotat terhenti. Orotat yang dihasilkan kemudian bereaksi dengan PRPP membentuk orotidilat; yang kemudian dikarboksilasi membentuk Uridine Mono Fosfat (UMP). UMP kemudian dapat dihidrogenasi menjadi UTP. Gambar menunjukkan sintesis orotat pada de novo synthesis pathway.
Gambar.... Pembentukan orotat pada de novo synthesis pathway Pembentukan orotat pada de novo synthesis pathway (Blackburn et al., 2006)
Gambar.... Pembentukan Uridin Mono Phosphate (UMP) dari orotat (Blackburn et al., 2006)
b. Salvage pathway Basa pirimidin hasil degradasi DNA dan RNA dapat digunakan kembali oleh enzim orotat fosforibosil transferase. Enzim fosforilase dapat mengkatalisis nukleosida ribose-1fosfat maupun 2-deoxyribose-1-fosfat. Selanjutnya enzim kinase yang akan mengubah nukleosida tersebut menjadi 5-nukleotida. Enzim uridin kinase hanya menerima uridin dan cytidin sebagai substrat, sedangkan enzim timidin kinase hanya menerima substrat berupa deoksiuridin dan deoksicytimin.
BAB III. KESIMPULAN Memperlajari dan memahami proses biosintesis karbohidrat, asam amino dan lipid pada mikroba.
DAPUS Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kamus Biologi. Balai Pustaka. Jakarta. Starr, C., Taggart, R., Evers, C., dan Starr, L. 2012. Biologi: Kesatuan dan Keragaman Makhluk Hidup. Penerbit Salemba Teknika. Jakarta. Prescott, L. M. 2002. Microbiology 5 th Edition. The McGraw-Hill Companies. Madigan, M. T., Martinko, J. M., Bender, K. S., Buckley, D. H., dan Stahl, D. A. 2012. Brock Biology of Microorganisms 14 th Edition. Pearson Education Inc. USA. Florkin, 1975 Wood, 1985
Madigan, T. M., John, M. M., Paul, V. D. & David, P. C.. 2012. Brock Biology of Microorganism 14 th ed. Pearson Education Inc.: San Francisco, pp.100-102 Nelson, D.L. & Cox, M. M. 2004. Lehningers: Principle of Biochemistry 4 th ed. W. H. Freeman Company: pp. 834-836 Prescott, L.M., Harley, J. P. & Donald, A. K.. 2002. Microbiology 5 th ed. McGraw-Hill: USA, pp. 212-214 Armstrong, B. F. 1995. Biokimia Edisi III. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.