Anda di halaman 1dari 12

1

Standar Dokumen Pengadaan


Jasa Konsultansi Badan Usaha
(dengan Prakualifikasi)
BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA

MASTERPLAN KAWASAN AGROPOLITAN
KABUPATEN ACEH BARAT DAYA

LATAR BELAKANG
Kemiskinan dan ketertinggalan pembangunan di kawasan perdesaan selama ini
disebabkan oleh adanya kecenderungan pembangunan yang bersifat urban
bias. Sebagai akibatnya, terjadi kecenderungan aliran sumberdaya (transfer
netto) dari wilayah perdesaan kekawasan perkotaan secara besar-besaran
dengan disertai derasnya proses (speed up processes) migrasi penduduk secara
berlebihan dari wilayah perdesaan ke kawasan kota-kota besar yang
menyebabkan kota-kota utama mengalami urbanisasi berlebihan (over-
urbanization). Ditinjau dari pembangunan makro, maka pola pembangunan
yang terjadi menghasilkan pola yang tidak berimbang dan sering terjebak
dalam keterkaitan yang bersifat eksploitatif yang melemahkan dan
menciptakan kerusakan sumberdaya sosial, sumberdaya alam dan lingkungan
di perdesaan dan daerah.

Kesenjangan antara kawasan perkotaan dan perdesaan menghasilkan
kemiskinan di perdesaan, dan proses urbanisasi yang tidak terkendali semakin
mendesak produktifitas lahan pertanian. Berdasarkan fakta tersebut maka
telah ditegaskan dalam Program Nasional bahwa sasaran pokok pembangunan
diantaranya adalah menurunnya jumlah penduduk miskin serta terciptanya
lapangan kerja yang mampu mengurangi pengangguran terbuka dengan
didukung oleh stabilitas ekonomi yang tetap terjaga; dan sasaran kedua adalah
berkurangnya kesenjangan antar wilayah yang tercermin dari meningkatnya
peran perdesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi agar mampu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di perdesaan.

Salah satu program nasional dalam kebijakan Revitalisasi Pertanian adalah
Program Pengembangan Agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi
berkembangnya usaha agribisnis yang mencakup usaha di bidang agribisnis
hulu, on farm, hilir dan usaha jasa pendukungnya. Program tersebut
mendukung pengembangan Kawasan Agropolitan dan diyakini merupakan
2

alternatif pembangunan perdesaan melalui urban-rural linkages untuk
mencegah urban bias.
Pengembangan Agropolitan adalah suatu pendekatan pembangunan kawasan
perdesaan melalui upaya-upaya penataan ruang kawasan perdesaan dan
menumbuhkan pusat-pusat pelayanan fasilitas perkotaan (urban function
center) yang dapat mengarah pada terbentuknya kota-kota kecil berbasis
pertanian (agropolis) sebagai bagian dari sistem perkotaan dengan maksud
meningkatkan pendapatan kawasan perdesaan (regional income).

Pengembangan Kawasan Agropolitan adalah pembangunan ekonomi berbasis
pertanian di kawasan agribisnis, yang dirancang dan dilaksanakan dengan jalan
mensinergikan berbagai potensi yang ada untuk mendorong berkembangnya
sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berbasis kerakyatan,
berkelanjutan dan terdesentralisasi, yang digerakkan oleh masyarakat dan
difasilitasi oleh Pemerintah.

Konsep dasar pengembangan Agropolitan adalah upaya menciptakan
pembangunan inter-regional berimbang, khususnya dengan meningkatkan
keterkaitan pembangunan kota-desa (rural-urban linkage) yaitu
pengembangan kawasan perdesaan yang terintegrasi di dalam sistem
perkotaan secara fungsional dan spasial. Pengembangan ekonomi masyarakat
lokal/perdesaan sangat penting, dengan diupayakan optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya lokal melalui pengembangan ekonomi komunitas, investasi social
capital dan human capital, investasi di bidang prasarana dan sumberdaya alam
(natural capital). Pengembangan agropolitan dilakukan dengan disertai upaya
peningkatan capacity building di tingkat masyarakat maupun di tingkat
pemerintahan agar menjamin manfaat utama dapat dinikmati masyarakat
lokal.

Dalam rangka mengembangkan kawasan agropolitan diperlukan adanya
rencana induk/Master plan pengembangan kawasan agropolitan oleh masing-
masing kabupaten/kota. Peran pemerintah pusat lebih diarahkan pada
memfasilitasi.

Dalam Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan
bahwa Kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
3

keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agrobisnis. Dijelaskan pula pada pasal 26 bahwa rencana tata ruang
kawasan perdesaan merupakan bagian dari rencana tata ruang wilayah
kabupaten yang dapat disusun sebagai instrumen pemanfaatan ruang untuk
mengoptimalkan kegiatan pertanian, yang dapat berbentuk kawasan
agropolitan.
Tahun Anggaran 2013, lokasi kawasan agropolitan yang akan disusun
masterplannya adalah Kabupaten Aceh Barat Daya. Kabupaten Aceh Barat
Daya merupakan salah satu dari 23 Kabupaten/Kota yang berada di bawah
wilayah administrasi Provinsi Aceh. Posisi geografis Aceh Barat Daya sangat
strategis dibanding kabupaten lain, karena berada di bagian barat Provinsi
Aceh yang menghubungkan lintasan koridor barat dengan berbatasan langsung
laut lepas (Selat Hindia), menjadi hilir dari sungai-sungai besar yang mengalir
ke perairan lepas serta mempunyai topografi yang sangat fluktuatif, mulai dari
datar (pantai) sampai bergelombang (gunung dan perbukitan).
Nilai strategis dari kabupaten ini adalah bahwa sebagian wilayah utara
merupakan perbukitan dan wilayah selatan didominasi oleh kawasan pesisir
pantai. Dalam kebijakan draf RTRW Aceh, Kota Blangpidie yang menjadi
ibukota Kabupaten Aceh Barat Daya ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
Wilayah promosi (PKWp) dan dua pusat permukiman lainnya yaitu Kecamatan
Babahrot dan Kecamatan Manggeng ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan
promosi (PKLp) dan juga ditetapkan jaringan jalan nasional yang membentang
disepanjang sisi pantai barat yang merupakan jalan lintas barat Sumatera.

Pemanfaatan ruang di Kabupaten Aceh Barat Daya sebagian besar masih
menunjukan penggunaan lahan pedesaan (rural) yang ditandai dengan masih
luasnya areal non terbangun berupa lahan pertanian baik berupa sub sektor
pertanian sawah maupun sub sektor pertanian lahan kering. Secara umum
pemanfaatan lahan di kabupaten Aceh Barat Daya sangat produktif namun
masih didominasi oleh hutan, sedangkan lahan yang telah dibudidayakan
terbatas pada kegiatan pertanian berupa sawah, ladang dan kegiatan
permukiman penduduk.
Kondisi penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Aceh Barat Daya sendiri
masih didominasi hutan yang memiliki luas sekitar 129.218,03 Ha atau sekitar
4

68,66 % dari luas wilayah Kabupaten Aceh Barat Daya, yang terdiri dari hutan
lindung dan Taman Nasional Gunung Leuser. Sedangkan sisanya diperuntukan
untuk permukiman (perkampungan), lahan pertanian, perkebunan dan untuk
aktifitas budidaya pertanian campuran lainnya.

Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki potensi pertanian yang cukup besar,
sehingga arah pengembangan ruang salah satunya adalah diprioritaskannya
wilayah pertanian yang berbasis agropolitan. Wilayah di Kabupaten Aceh Barat
Daya yang menjadi sentra pertanian antara lain adalah Kecamatan Babahrot
dan Kuala Batee.
Subsektor Tanaman Bahan Pangan merupakan salah satu andalan sektor
pertanian. Subsektor ini mencakup tanaman padi (sawah dan ladang), jagung,
kacang kedele, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Selain
pertanian tanaman pangan, di Kabupaten Aceh Barat Daya juga terdapat
perkebunan dengan komoditas antara lain kelapa sawit, karet, kopi, cengkeh,
pala, pinang, kakao, sagu dan nilam.

Sesuai dengan potensi kabupaten, dalam draf RTRW Kabupaten Aceh Barat
Daya ditetapkan tujuan Penataan Ruangnya adalah terwujudnya ruang
Kabupaten Aceh Barat Daya yang hijau, asri, produktif, dan berkelanjutan
pada peningkatan potensi unggulan daerah dibidang pertanian, perkebunan,
perikanan, industri, pertambangan dan pariwisata yang berwawasan
lingkungan dengan memperhatikan kelestarian alam dan mitigasi
kebencanaan, dengan kebijakan pengelolaan lahan pertanian yang meliputi:
a. mengembangkan lahan sawah pada kawasan yang sesuai;
b. menata lahan pertanian;
c. mengembangkan kawasan agropolitan; dan
d. menetapkan fungsi lahan pangan pertanian berkelanjutan.
Dan sesuai dengan Keputusan Bupati Aceh Barat Daya Nomor 752/358/2012
tentang Penetapan Lokasi Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten
Aceh Barat Daya, disebutkan bahwa lokasi pengembangan kawasan agropolitan
di Kabupaten Aceh Barat Daya yaitu di Kecamatan Kuala Batee dan Kecamatan
Babahrot dengan komoditas unggulan padi, kakau, palawija, pala, karet dan
sawit.


5

MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Kegiatan ini dimaksudkan sebagai pembinaan teknis Provinsi kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya dalam menyusun Masterplan
Kawasan Agropolitan yang merupakan rencana pengembangan kawasan yang
bersifat komprehensif dan multisektor yang memuat terutama rencana
struktur kawasan dengan pusat kegiatan & hinterland-nya, pengembangan
sistem infrastruktur, pengembangan sistem usaha agribisnis, juga memuat
ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan.
TUJUAN
Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat Daya memiliki acuan dalam
mengarahkan berbagai kegiatan pembangunan daerah dalam
mengembangkan kawasan agropolitan, yang saat ini telah menjadi program
pembangunan nasional berbasis kompetensi pertanian yang melibatkan
berbagai pihak dari kalangan lintas sektoral dan lintas kelembagaan.
SASARAN
Sasaran dari kegiatan ini adalah:
a. Tersusunnya Masterplan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Aceh Barat
Daya.
b. Tersusunnya Rancangan Qanun.
c. Terselenggarakannya konsultasi publik dan FGD.
NAMA ORGANISASI PENGGUNA JASA
Pengguna jasa untuk kegiatan ini adalah Bidang Tata Ruang dan
Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh.
SUMBER PENDANAAN
Untuk pelaksanaan pekerjaan identifikasi ini diperlukan biaya lebih kurang Rp.
250.000.000,- (Dua ratus lima puluh juta rupiah) termasuk PPN yang dibiayai
oleh dana APBA Tahun 2013.

6

LINGKUP, LOKASI KEGIATAN, DAN DATA PENUNJANG
a. Lingkup Kegiatan
Lingkup Kegiatan ini, adalah :
1) Pengumpulan data dan informasi terkait untuk memperoleh gambaran
kondisi awal wilayah dan potensi di bidang pertanian dan agribisnis,
serta untuk memperoleh data sebagai bahan analisis.
2) Identifikasi dan analisis, tahapan ini dilakukan untuk memperoleh
gambaran potensi pengembangan, prospek dan kebutuhan
pengembangan kawasan.
3) Pengembangan sknario, adalah merupakan tahap perumusan hasil
analisis dan menjelaskan langkah-langkah utama yang perlu
dikembangkan untuk dapat mencapai tujuan berjalannya sistem usaha
agribisnis di kawasan agropolitan. Pengembangan skenario perlu
disusun sebagai awal perumusan rencana, dan sebagai bahan
pelaksanaan konsultasi publik.
4) Konsultasi publik, perlu dilakukan untuk memperoleh kesamaan visi
dan misi pengembangan kawasan agropolitan, disamping sebagai
pelaksanaan kewajiban peran serta masyarakat dalam penyusunan
rencana tata ruang, sehingga masyarakat luas dapat ikut terlibat secara
aktif sejak awal tahap perencanaan.
5) Perumusan masterplan atau RTR Kawasan Agropolitan yang terdiri dari
muatannya terdiri dari :
- Tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang Kawasan Agropolitan
- Rencana Struktur Ruang kawasan yang meliputi sistem pusat
kegiatan dan sistem jaringan prasarana kawasan agropolitan.
- Rencana Pola Ruang Kawasan agropolitan yang meliputi kawasan
lindung dan kawasan budidaya
- Arahan pemanfaatan ruang kawasan yang berisi indikasi program
utama yang bersifat interdependen antardesa.
- Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang Kawsan Agropolitan
yang berisi arahan peraturan zonasi kawasan, arahan ketentuan
perijinan.
6) Rancangan qanun

7

b. Lokasi Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah kabupaten Aceh Barat Daya dan
khususnya adalah pada kawasan yang sudah ditetapkan sebagai kawasan
agropolitan yaitu Kecamatan Babahrot dan Kecamatan Kuala Batee.
c. Data dan Fasilitas Penunjang
Data penunjang yang disediakan oleh Bidang Tata Ruang dan
Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh adalah data produk
produk rencana tata ruang dan referensi tentang agropolitan.
METODOLOGI
a. Kegiatan dilaksanakan secara kontraktual.
b. Tahapan-tahapan kegiatan, meliputi:
- Persiapan
- Survey lapangan dan instansi
- Identikasi, analisa, pengembangan skenario melalui serangkaian FGD dan
konsultasi publik.
c. Melakukan konsultasi ke Kementerian PU (Dirjen Cipta Karya) dan
Kementerian Pertanian untuk mensinergikan kegiatan kegiatan di
kementerian tersebut, dengan melibatkan provinsi dan kabupaten.
JANGKA WAKTU PELAKSANAAN
Jangka waktu pelaksanaan kegiatan kontraktual ini selama 6 (enam) bulan.
TENAGA AHLI
Pelaksanaan pekerjaan ini membutuhkan jenis keahlian, persyaratan serta
jumlah tenaga yang memadai (tingkat pendidikan dan pengalaman kerja
profesional).
a. Tenaga Ahli Perencana Wilayah & Kota (Ketua Tim)
Mempunyai sertifikat keahlian dalam perencanaan wilayah & kota atau
bidang planologi dengan jumlah Orang Bulan sebesar 6 OB. Ketua Tim
disyaratkan seorang Sarjana Perencanaan Wilayah & Kota. Srata I (S1)
8

lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus Ujian Negara. Diutamakan
yang telah mempunyai pengalaman sebagai ketua tim selama 5 (lima)
tahun pekerjaan. Sebagai ketua tim, tugas utamanya adalah memimpin
dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
b. Tenaga Ahli Pertanian
Mempunyai keahlian dalam menilai peluang komoditas unggulan untuk
dijadikan peluang bisnis atau bidang pertanian dengan jumlah Orang
Bulan sebesar 4 OB. Anggota Tim disyaratkan seorang Sarjana Pertanian
Strata I (S1) lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan
tinggi swasta yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara.
Diutamakan yang telah mempunyai pengalaman sebagai anggota tim
selama 4 (empat) tahun pekerjaan.
c. Tenaga Ahli Sistem Informasi Geografis
Menguasai sistem informasi geografis dan mempunyai sertifikat keahlian
bidang pemetaan akan lebih diutamakan dengan jumlah Orang Bulan
sebesar 4 OB. Tenaga Ahli yang disyaratkan adalah Sarjana Geografi /
Geodesi / Planologi atau sarjana lainnya yang mempelajari GIS. Srata I (S1)
lulusan universitas/perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta
yang telah diakreditasi atau yang telah lulus ujian Negara. Diutamakan
yang telah mempunyai pengalaman selama 4 (empat) tahun pekerjaan.
Tenaga Ahli tersebut tugas utamanya adalah survey, mendigitasi kawasan,
dan membatu pekerjaan ketua tim.
d. Tenaga Pendukung
- Sekretaris 1 orang
- Operator Komputer 1 orang
- Tenaga Survey 4 Orang



9

KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini, adalah :
a. Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Aceh Barat Daya
b. Rancangan Qanun
c. Proseding.
MANFAAT
Pemerintah Daerah memiliki acuan pembangunan dalam mengembangkan
kawasan agropolitan sehingga kelak ada manfaatnya dalam :
1) Masuknya investasi sektor swasta baik PMA maupun PMDN ke kawasan
agropolitan.
2) Terdapatnya paradigma baru di jajaran dinas teknis terkait dan
pemerintah daerah, dimana dalam pengembangan kawasan agropolitan,
akan selalu merujuk pada Master Plan dan berbagai regulasi terkait.
3) Terjadi proses sosialisasi Master Plan secara baik kepada semua pihak
yang berkepentingan dalam pelaksanaan program agropolitan.
4) Tidak terjadi konversi lahan pertanian maupun lahan konservasi alam
yang menyalahi ketentuan RTRWN, RTRWP, RTRWK, dan Master Plan
agropolitan secara signifikan yang berkaitan dengan rencana
pengembangan agropolitan di suatu wilayah.
5) Tidak terjadi benturan dan kesimpangsiuran di tataran teknis atas model
pengelolaan ruang dan kawasan suatu wilayah.
PELAPORAN
Jenis laporan yang harus diserahkan adalah :
a. Laporan Pendahuluan, bobotnya 20 % dari total pekerjaan.
Laporan ini berisi metodologi bagaimana pekerjaan dilaksanakan, rencana
kerja, mobilitasi tenaga ahli dan pelaporan.
Laporan harus diserahkan pada bulan pertama (bulan ke 1), sebanyak 5
eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.
b. Laporan Antara, bobotnya 15 % dari total pekerjaan.
Laporan ini berisi: gambaran kondisi awal wilayah dan potensi di bidang
pertanian dan agribisnis, serta untuk memperoleh data sebagai bahan
analisis. Data dan informasi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : data
umum kawasan, dan data ekonomi / sistem agribisnis.
10

Laporan harus diserahkan pada bulan kedua (bulan ke 2), sebanyak 10
eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.
c. Laporan Draft Akhir,bobotnya 20 % dari total pekerjaan.
Laporan ini berisi: gambaran potensi pengembangan, prospek dan
kebutuhan pengembangan kawasan. Analisis yang dilakukan meliputi
analisis terhadap kondisi yang ada sekarang, kecenderungan
perkembangan ke depan, dan antisipasi perkembangan yang akan terjadi
di masa depan dengan memperkuat berbagai kebutuhan pengembangan.
Hasil dari analisis ini kemudian diuji validitasnya melalui sebuah forum
konsultasi publik I untuk memastikan secara faktual di lapangan apakah
hasil analisis tersebut sesuai dengan harapan dan langkah masyarakat
pelaku agribisnis dan apakah rencana penyusunan master plan yang akan
dibuat itu sinergi dan tidak tumpang tindih dengan arahan RTRW
kabupaten dan program lainnya.
Laporan harus diserahkan pada bulan ketiga (bulan ke 3), sebanyak 10
eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.
d. Laporan Akhir ,bobotnya 15 % dari total pekerjaan.
Laporan ini berisi: perumusan hasil analisis dan menjelaskan langkah-
langkah utama yang perlu dikembangkan untuk dapat mencapai tujuan
berjalannya sistem usaha agribisnis di kawasan agropolitan.
Pengembangan skenario perlu disusun sebagai awal perumusan rencana,
dan sebagai bahan pelaksanaan konsultasi publik II.
Laporan harus diserahkan pada bulan keempat (bulan ke 4), sebanyak 10
eksemplar dan CD sebanyak 2 keping.

e. Executiive Summary, bobotnya bersamaan dengan selesainya rancangan
qanun dan proseding adalah 30 % dari total pekerjaan.

Penyusunan masterplan kawasan agropolitan harus memperhatikan :
a. Rencana pengembangan kawasan merupakan hasil konsultasi publik

b. Memuat rencana tata ruang sebagai wadah berbagai aktivitas yang
dikembangkan yaitu sistem usaha agribisnis dan jasa pendukung, juga
memuat rencana non fisik ruang seperti rencana pengembangan
komoditi, SDM, kelembagaan, dan sistem pengaturan.

c. Mengacu pada Undang-Undang Penataan Ruang, perumusan rencana
disesuaikan dengan pasal 51 yaitu memuat struktur ruang, pola ruang,
11

arahan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

d. Memerinci rencana sistem prasarana sarana agribisnis secara lintas
sektor.

Rumusan konsep Master plan harus dilengkapi peta-peta dengan tingkat
ketelitian minimal skala 1 : 25.000 sampai dengan 1 : 50.000.
Laporan harus diserahkan pada bulan kelima (bulan ke 5), sebanyak 10
eksemplar dan CD sebanyak 2 keping, yang merupakan gabungan dari
keseluruhan laporan.
f. Rancangan Qanun Masterplan Kawasan Agropolitan Kabupaten Aceh
Barat Daya
Laporan harus diserahkan pada bulan keenam (bulan ke 6), sebanyak 10
eksemplar.
g. Proseding
Laporan harus diserahkan pada bulan keenam (bulan ke 6), sebanyak 2
eksemplar.
KEPEMILIKAN DATA DAN HASIL KEGIATAN

Pemilik data dan hasil kegiatan ini adalah Bidang Tata Ruang dan
Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh.

Seluruh hasil pekerjaan baik berupa hard copy ataupun soft copy yang
berisikan data/informasi, laporan, peta digital, atau hasil kajian lainnya akan
menjadi milik pemberi kerja sepenuhnya dan harus diserahkan kepada
pemberi kerja pada saat penyerahan dokumen Laporan. Laporan harus
diserahkan selambat-lambatnya pada hari kerja terakhir dari minggu yang
dijadualkan sebagai periode penyerahan laporan tersebut. Penyalinan dan
penggunaan data/informasi yang terkait dengan pekerjaan ini harus
mendapatkan ijin terlebih dahulu dari Pengguna Jasa, Bidang Tata Ruang dan
Pengembangan Wilayah Dinas Cipta Karya Aceh.




12

Anda mungkin juga menyukai