Anda di halaman 1dari 5

MODUL 02

TERMOELEKTRIK
Indah D., Christoforus D.S., Marleni W., Teuku M.E.
10211008, 10211501, 10212095, 10211052
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
E-mail: darapuspa.indah@gmail.com

Asisten: Ardhan Bayu / 10211075
Tanggal Praktikum: 2/10/2014

Abstrak
Termoelektrik merupakan peristiwa konversi langsung energi panas menjadi listrik,atau sebaliknya. Umumnya
bahan termoelektrik yang digunakan adalah logam atau semikonduktor yang berbeda. Pada praktikum ini
dilakukan percobaan untuk menghitung besar koefisien Seebeck yang merupakan konstanta
kesebandingan perbedaan temperatur terhadap beda potensial yang dihasilkan. Dari hasil yang didapat, dapat
disimpulkan bahwa koefisien Seebeck dari percobaan berbeda-beda. Hasil yang didapatkan juga menunjukkan
bahwa efek Seebeck dapat diamati dengan perbedaan suhu sekitar 40 K. Hasil yang paling baik dari percobaan
yang mencatat dari bahan termoelektriknya.
Kata Kunci: Termoelektrik, seebeck, peltier
I. Pendahuluan
Pada praktikum ini akan dilakukan
percobaan termoelektrik untuk mengamati efek
seebeck dan efek peltier serta menghitung koefisien
seebeck.
Termoelektrik merupakan peristiwa konversi energi
secara langsung dari panas menjadi listrik maupun
sebaliknya. Termoelektrik dipengaruhi oleh tiga efek yaitu
efek Seebeck, efek Peltier,dan efek Thomson.
Efek Seebeck merupakan efek munculnya tegangan
kecil pada sambungan dua buah logam atau
semikonduktor karena perbedaan temperatur dua logam
atau semikonduktor tersebut
[1]
.
Tegangan yang muncul pada sambungan bahan
berbanding lurus dengan beda temperatur pada
kedua bahan. Semakin besar beda temperatur,
semakin besar tegangan yang muncul. Secara
matematis, dapat dituliskan:
V ~ T (1)
Keterangan :
V : Tegangan yang dihasilkan (Volt)
T : Perbedaan temperatur (K)

Konstanta kesebandingan dari tegangan
dan perubahan temperatur disebut koefisien
Seebeck (S). Sehingga rumus (1) dapat ditulis menjadi:
V / T = S (2)
Keterangan:
S = Koefisien Seebeck (V/K)

Dari persamaan diatas, nilai konstanta Seebeck
dapat dirumuskan sebagai:
S = dV/dT (3)

Secara fisis, efek Seebeck terjadi
karena pembawa muatan listrik pada bahan akan
cenderung bergerak karena adanya perbedaan panas
[2]
.
Dengan hal ini dan sifat logam dan semikonduktor yang
pembawa muatan didalamnya dapat bergerak bebas maka
efek Seebeck terjadi. Ilustrasi yang menjelaskan hal ini
dapat dilihat di Gambar 1.


Gambar 1. Skema efek Seebeck
[3]


Seperti sudah disinggung sebelumnya,
efek termoelektrik juga dipegaruhi oleh efek Peltier. Efek
Peltier merupakan peristiwa dimana pemberian arus
pada sambungan logam yang sama menghasilkan
perbedaan temperatur pada kedua ujung logam. Hal ini
menyebabkan terdapat logam yang memiliki temperatur
lebih tinggi (panas) dan logam dengan temperatur lebih
rendah (dingin). Ilustrasi efek Peltier dapat dilihat pada
Gambar 2.


Gambar 2. Skema Efek Peltier
[4]



Efek terakhir yang mempengaruhi
efek termoelektrik merupakan efek Thomson.
Efek Thomson merupakan efek gabungan dari efek
Seebeck dan efek Peltier. Efek Thomson terjadi ketika ada
arus listrik dan perbedaan temperatur sekaligus pada
bahan.
Pada percobaan yang dilakukan, akan
ditentukan nilai koefisien Seebeck dari suatu bahan
termoelektrik. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan pengukuran terhadap temperatur dan tegangan
yang dihasilkannya secara bersama-sama.
II. Metode Percobaan
Percobaan pertama yang dilakukan bertujuan
untuk mengamati efek Seebeck dan menghitung
koefisien Seebeck. Percobaan yang dilakukan adalah
memberikan perbedaan temperatur pada bahan
semikonduktor pada sisi yang berbeda. Perbedaan
temperatur diberikan dengan menggunakan air yang
dipanaskan pada satu bagian dan air es pada
bagian lain.Air digunakan karena memiliki kalor jenis
yang cukup tinggi sehingga dapat menjaga agar suhu
tidak berubah dengan cepat.
Temperatur dan tegangan dicatat selama 3
menit setiap 5 detik sekali. Hasil yang didapat haruslah
menunjukkan nilai tegangan yang makin berkurang
karena suhu air es dan air panas yang semakin
meningkat dan berkurang karena terjadi
perpindahan kalor dengan ruangan. Sehingga perbedaan
temperatur semakin kecil dan menyebabkan tegangan
keluaran yang tercatat lebih kecil.
Percobaan kedua yang dilakukan bertujuan
untuk mengamati efek Peltier dan menghitung koefisien
Seebeck. Percobaan yang dilakukan adalah memberikan
arus kepada bahan termoelektrik selama 30 menit.
Kedua bagian bahan termoelektrik di masukkan
ke air yang suhunya sama. Kemudian arus dimatikan
dan dilakukan pencatatan selama 3 menit setiap 5 detik
terhadap suhu air dan tegangan yang dihasilkan.
Hasil yang didapat seharusnya menunjukkan
suhu air yang berbeda karena efek Peltier. Suhu yang
berbeda ini selama pencatatan akan menjadi sama
karena terjadi pertukaran kalor dengan ruangan,
hal ini menyebabkan tegangan yang tercatat akan
semakin berkurang. Selain itu, nilai S yang tercatat
haruslah sama dengan percobaan pertama, karena
bahan termoelektriknya tidak diganti.


III. Data dan Pengolahan

Data percobaan 1 ditampilkan pada Tabel 1
serta pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3 menunjukkan
grafik antara beda potensial (V) terhadap perbedaan
suhu (T
air
) pada air dingin dan air panas pada Efek
Seebeck . Gambar 4 menunjukkan grafik antara beda
potensial (V) terhadap perbedaan suhu (T
kaki
)
pada kaki bahan termoelektriknya langsung pada
efek seebeck.
Tabel 1. Efek Seebeck
t (s) Tair
panas
Tair
dingin
Tkaki
panas
Tkaki
dingin
Tair Tkaki V
0 29.9 23.5 27.9 27.4 279.4 273.5 0.8
5 30 23.6 28.1 27.4 279.4 273.7 0.9
10 30 23.5 28.1 27.4 279.5 273.7 0.8742
15 30 23.5 28.3 27.3 279.5 274 0.9016
20 30 23.6 28.5 27.4 279.4 274.1 0.916
25 30 23.6 28.7 27.4 279.4 274.3 0.9337
30 30 23.6 28.9 27.4 279.4 274.5 0.9458
35 30 23.6 29 27.3 279.4 274.7 0.9579
40 30 23.5 29.1 27.2 279.5 274.9 0.9664
45 30 23.5 29.1 27.1 279.5 275 0.9713
50 29.9 23.5 29.3 27.1 279.4 275.2 9714
55 30 23.5 29.4 27.1 279.5 275.3 0.9716
60 30.1 23.6 29.5 27.1 279.5 275.4 0.9758
65 30 23.5 29.6 27.2 279.5 275.4 0.9763
70 30 23.5 29.6 27.1 279.5 275.5 0.9829
75 30 23.5 29.6 27 279.5 275.6 0.9876
80 29.9 23.5 29.7 27.1 279.4 275.6 0.9893
85 29.9 23.5 29.7 27.1 279.4 275.6 0.9902
90 29.9 23.5 29.8 27.1 279.4 275.7 0.9914
95 30 23.6 29.8 27.1 279.4 275.7 0.9938
100 30 23.6 29.9 27.1 279.4 275.8 0.9954
105 30 23.6 29.8 27 279.4 275.8 0.9964
110 30 23.5 29.8 27.1 279.5 275.7 0.9944
115 30 23.6 29.9 27.1 279.4 275.8 0.9931
120 30 23.6 29.8 27 279.4 275.8 0.9909
125 30 23.6 29.8 26.9 279.4 275.9 0.9899
130 30 23.6 29.8 27.1 279.4 275.7 0.9824
135 30 23.6 29.8 27.1 279.4 275.7 0.9751
140 30 23.7 29.8 27.1 279.3 275.7 0.9692
145 29.9 23.5 29.7 27.1 279.4 275.6 0.9643
150 29.9 23.5 29.7 27.1 279.4 275.6 0.9524
155 30 23.6 29.8 27.1 279.4 275.7 0.9539
160 29.9 23.7 29.8 27.3 279.2 275.5 0.9514
165 29.8 23.6 29.8 27.4 279.2 275.4 0.9491
170 29.8 23.5 29.7 27.3 279.3 275.4 0.9449
175 29.9 23.6 29.7 27.4 279.3 275.3 0.9433
180 29.8 23.6 29.7 27.4 279.2 275.3 0.9462

Gambar 3. Grafik V vs T
air
Efek Seebeck Air

Gambar 4. Grafik V vs T
kaki
Efek Seebeck RTD

Pada percobaan kedua tentang efek Peltier,
dilakukan hal yang sama setelah arus diberikan selama 30
menit, didapat hasil seperti pada Tabel 2 serta Gambar 5
dan 6. Gambar 5 menunjukkan grafik antara beda
potensial (V) terhadap perbedaan suhu (T
air)
pada air
dingin dan air panas pada Efek Peltier . Gambar 6
menunjukkan grafik antara beda potensial (V)
terhadap perbedaan suhu (T
kakiRTD)
pada bahan
termoelektriknya langsung pada Efek Peltier.


Tabel 2. Efek Peltier
t (s) Tair Tair Tkaki Tkaki Tair Tkaki V
panas dingin panas dingin
0 29.9 23.5 27.9 27.4 29.9 23.5 0.3159
5 30 23.6 28.1 27.4 30 23.6 0.2847
10 30 23.5 28.1 27.4 30 23.5 0.25878
15 30 23.5 28.3 27.3 30 23.5 0.24084
20 30 23.6 28.5 27.4 30 23.6 0.22293
25 30 23.6 28.7 27.4 30 23.6 0.20592
30 30 23.6 28.9 27.4 30 23.6 0.18893
35 30 23.6 29 27.3 30 23.6 0.17755
40 30 23.5 29.1 27.2 30 23.5 0.16685
45 30 23.5 29.1 27.1 30 23.5 0.15738
50 29.9 23.5 29.3 27.1 29.9 23.5 0.14799
55 30 23.5 29.4 27.1 30 23.5 0.13333
60 30.1 23.6 29.5 27.1 30.1 23.6 0.12824
65 30 23.5 29.6 27.2 30 23.5 0.12304
70 30 23.5 29.6 27.1 30 23.5 0.11872
75 30 23.5 29.6 27 30 23.5 0.11461
80 29.9 23.5 29.7 27.1 29.9 23.5 0.11049
85 29.9 23.5 29.7 27.1 29.9 23.5 0.10782
90 29.9 23.5 29.8 27.1 29.9 23.5 0.10416
95 30 23.6 29.8 27.1 30 23.6 0.10139
100 30 23.6 29.9 27.1 30 23.6 0.09978
105 30 23.6 29.8 27 30 23.6 0.09657
110 30 23.5 29.8 27.1 30 23.5 0.09443
115 30 23.6 29.9 27.1 30 23.6 0.09261
120 30 23.6 29.8 27 30 23.6 0.09098
125 30 23.6 29.8 26.9 30 23.6 0.08935
130 30 23.6 29.8 27.1 30 23.6 0.08763
135 30 23.6 29.8 27.1 30 23.6 0.08699
140 30 23.7 29.8 27.1 30 23.7 0.08439
145 29.9 23.5 29.7 27.1 29.9 23.5 0.08374
150 29.9 23.5 29.7 27.1 29.9 23.5 0.08257
155 30 23.6 29.8 27.1 30 23.6 0.08154
160 29.9 23.7 29.8 27.3 29.9 23.7 0.0807
165 29.8 23.6 29.8 27.4 29.8 23.6 0.07978
170 29.8 23.5 29.7 27.3 29.8 23.5 0.07907
175 29.9 23.6 29.7 27.4 29.9 23.6 0.07844
180 29.8 23.6 29.7 27.4 29.8 23.6 0.07786
Gambar 5 . Grafik V vs T
air
Efek Peltier air
Gambar 6 . Grafik V vs T
kaki
Efek Peltier RTD
Kemudian kita lakukan regresi linier dan
didapat nilai koefisien Seebeck dari
masingmasing grafik.
Tabel 3. Nilai Koefisien Seebeck
S Air Kaki RTD
Efek Seebeck -0.05247 0.00968
Efek Peltier 0.2746 -0.08971

IV. Pembahasan
Dari percobaan 1a didapatkan nilai S negatif.
Sedangkan untuk percobaan 1b diperoleh nilai S
positif. Hal ini berarti, kenaikan suhu akan
menyebabkan kenaikan tegangan dan penurunan
suhu akan menyebabkan penurunan tegangan.
Selain itu dapat dilihat juga bahwa apabila perbedaan
suhu semakin kecil, maka beda potensial yang
dihasilkan juga semakin kecil. Hal ini
mengkonfirmasi hipotesa yang telah disebutkan, yaitu
tegangan akan turun terhadap waktu dengan melihat
bahwa perbedaan suhu semakin kecil
dengan berjalannya waktu.
Seharusnya nilai S untuk kedua percobaan
sama karena bahan termoelektriknya sama dan nilai S
tidak bervariasi terlalu jauh terhadap suhu,
kecuali pada suhu ekstrim. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh data yang terlalu acak yang disebabkan
oleh sangat kecilnya perbedaan suhu antara kedua
air. Perbedaan suhu yang sangat kecil menyebabkan
beda potensial pada bahan termoelektrik
menjadi jauh lebih kecil dan tidak terdeteksi.
Hal ini menyebabkan data yang tercatat
menjadi berulang dan tidak
merepresentasikan percobaan.
Untuk percobaan 2, didapatkan bahwa suhu air
tidak berbeda jauh. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesa
dan teori dimana seharusnya terjadi perbedaan suhu
pada kedua air. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh
arus yang kurang kuat yang diberikan kepada bahan
termoelektrik, sehingga hanya
menyebabkan perubahan suhu yang kecil.
Perubahan suhu yang kecil ini dapat diabaikan setelah
masuk kedalam air yang volumenya cukup besar
dan berada pada suhu ruangan, sehingga suhu
kedua air tidak berbeda jauh dan mendekati suhu
ruangan.
Kemungkinan lain disebabkan oleh karena
nilai S yang tidak konstan terhadap temperatur. Pada
percobaan 1, percobaan dilakukan dengan suhu pada
air dingin (es batu) dan air panas diatas 80C.
Berbeda dengan percobaan 2 yang dilakukan pada
suhu air sekitar 29C. Karena koefisien
Seebeck dirumuskan seperti pada persamaan (3),
maka besar kemungkinan nilai koefisien
Seebeck berubah terhadap suhunya. Selain itu,
efek arus yang diberikan selama 40 menit
kemungkinan menyebabkan perbedaan suhu yang
kembali menghasilkan beda potensial yang baru
(efek Thomson) yang melawan perubahan yang
menyebabkan perbedaan temperatur kedua air.
Pada percobaan 1, dilakukan 2
kali pencatatan. Metode pencatatan kedua
cenderung lebih akurat dari metode pencatatan pertama.
Hal ini disebabkan karena suhu air yang terukur
tidak sama dengan suhu yang terukur pada bahan
termoelektrik. Hal ini disebabkan karena diperlukannya
waktu lebih untuk memindahkan kalor dari air ke bahan
termoelektrik. Jadi, metode kedua lebih baik karena
perbedaan suhu yang terukur langsung ada pada bahan
termoelektrik, tidak melewati media lain yang
membutuhkan waktu untuk melakukan transfer kalor
terlebih dahulu.
Hasil yang didapat dari 2 percobaan yang
dilakukan berbeda. Tanda S positif berarti
kenaikan perbedaan suhu akan menyebabkan
kenaikan beda potensial dan penurunan
perbedaan suhuakan menyebabkan penurunan beda
potensial pada bahan. Tanda negatif berarti kenaikan
atau penurunan perbedaan suhu akan
menyebabkan perbedaan polaritas dari bahan
termoelektrik.
Seebeck dan Peltier mengamati fenomena dua
buah logam yang disambungkan dapat menghasilkan
listrik apabila ada perbedaan temperatur antara keduanya
dan munculnya penyerapan atau pelepasan kalor
apabila logamdiberi arus listrik. Hal ini dapat
terjadi karenaterjadi perpindahan pembawa muatan
ke arah bergeraknya kalor (dari temperatur
tinggi kerendah). Hal ini juga dapat terjadi pada
semikonduktor karena pada semikonduktor, elektron
atau hole juga dapat bergerak bebas setelah adanya
tegangan minimal yang diberikan. Karena kedua
pembawa muatan itudapat bergerak bebas dan tegangan
minimal yang harus diberikan relatif kecil, maka
efek Seebeck dan efek Peltier dapat terjadi.
Masing-masing logam memiliki koefisien
Seebeck yang berbeda karena jumlah elektron bebas
yang ada pada tiap atomnya berbeda dari tiap
logam ke logam. Hal ini mempengaruhi
konduktivitas dari logam, dan begitu juga
dengan pergerakan elektron bebasnya pada saat terjadi
konduksi termal. Hal ini menyebabkan setiap logam
memiliki koefisien Seebeck yang berbeda-beda.
Koefisien Seebeck terdapat yang positif
danyang negatif tergantung logamnya. Pada umumnya,
elektron akan ikut berpindah bersama kalor dari
daerah yang memiliki temperatur lebih tinggi ke
temperatur lebih rendah. Namun, pada beberapa logam
yang memiliki koefisien Seebeck negatif, electron akan
bergerak ke arah sebaliknya, yaitu dari daerah yang
temperaturnya lebih rendah ke daerah yang
temperaturnya lebih tinggi. Hal ini akan menyebabkan
tegangan yang muncul pada bahan termoelektrik
bernilai negatif.
Efek termoelektrik yang diamati juga
digunakan pada prinsip termokopel. Termokopel
merupakan alat yang sering digunakan untuk mengukur
suhu. Termokopel terdiri dari 2 kawat konduktor yang
berbeda dan diberi reservoir dingin yang diketahui
suhunya pada kedua ujung kawat, kemudian ujung
satunya dipanaskan dan diukur tegangannya. Kemudian,
dari tegangan yang diukur ini dan jenis kawat yang
digunakan,dapat dicari temperaturnya.
Salah satu aplikasi dari termoelektrik adalah
untuk membuat alat pendingin. Untuk hal ini digunakan
efek Peltier. Efek Peltier akan menghasilkan bagian
bahan termoelektrik yang memiliki suhu rendah dan
suhu tinggi. Bagian suhu rendah kemudian digunakan
untuk pendinginan, sedangkan kalor pada
bagian suhu tinggi dibuang ke lingkungan.
Dengan prinsip ini dapat dibentuk alat
pendingin sederhana yang menggunakan energi listrik.

V. Simpulan
Setelah percobaan dilakukan, didapat
kesimpulan bahwa nilai koefisien Seebeck dari setiap
percobaan berbeda-beda. Hasil terbaik didapat dari
percobaan pertama dengan mencatat suhu pada bagian
bahan termoelektriknya.


VI. Pustaka
[1] Rowe, D.M. CRC Handbook of Thermoelectrics.
Boca Raton: CRC Press;1995
[2] Seebeck FAQ [Internet]. 2005 [dikutip 2014 Okt 3].
Didapat dari:
http://www.tellurex.com/technology/seebeck-faq.php
[3] Gambar Skema Efek Seebeck [gambar dari internet].
2005 [dikutip 2014 Okt 3].
Didapatdari:http://en.wikipedia.org/wiki/File:Thermoelec
tric_Generator_Diagram.svg
[4] Gambar Skema Efek Peltier [gambar dari internet].
2006 [dikutip 2014 Okt 3].
Didapatdari:http://upload.wikimedia.org/wikipedia/com
mons/3/3b/Thermoelectric_Cooler_Diagram.svg

Anda mungkin juga menyukai