Anda di halaman 1dari 85

Fiqh Kelas XI MA

1
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
PENDAHULUAN
BAB 1. JINAYAH
(Pembunuhan, Qishas, Diyat dan
Kafarat)

Fiqh Kelas XI MA
2
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB 1. Jinayah(Pembunuhan, Qishas, Diyat, dan Kafarat)
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/semester : XI/Ganjil
Standar Kompetensi: Memiliki Pemahaman dan Penghayatan yang lebih
mendalam terhadap ajaran Islam tentang Pidana (Jinayah), Hudud, dan
Peradilan serta mampu menngamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan hukum pembunuhan dan hikmahnya
2. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang qishash dan hikmahnya
3. Menjelaskan keten tuan hukum Islam tentang diyat dan kafarat
beserta hikmahnya
4. Menunjukkan contoh contoh Qishah,diyat dan kafarat dalam hukum
Islam

Indikator-Indikator
1. Menjelaskan dasar hukum larangan membunuh
2. Mengklasifikasikan macam macam pembunuhan
3. Menjelaskan hukuman bagi pembunuh
4. Menjelaskan dasar hukum bagi pembunuh
5. Menjelaskan hikmah dilarangnya pembunuhan
6. Menjauhi dari perbuatan membunuh
7. Menjelaskan pengertian qisos
8. Menjelaskan hukum Qisos
9. Menyebutkan syarat-syarat qishash
10. Menjelaskan qishos pembunuhan oleh massa
11. Menjelaskan hikmah hukum qishash
12. Menjelaskan pengertian hukum diyat

Fiqh Kelas XI MA
3
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
13. Menjelaskan dasar hukum diyat
14. Menyebutkan sebab-sebab diyat
15. Menyebutkan macam-macam diyat
16. Menunjukkan diyat selain pembunuhan
17. Menjelaskan hikmah diyat
18. Menjelaskan pengertian kifarat
19. Menjelaskan macam-macam kifarat pembunuhan
20. Menjelaskan hikmah kifarat pembunuhan

Fiqh Kelas XI MA
4
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Epitum BAB I




























BAB 1
1.4.3
1.4.2.4 1.4.2.5
1.4.2.5
1.1
1.1.1
1.1.2 1.1.3 1.1.4
1.1.2.1 1.1.2.2 1.1.2.3
1.2.5
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.3.1 1.3.3 1.3.2
1.3.2.1 1.3.2.2 1.3.2.3
1.3
1.4
1.4.1 1.4.2 1.4.3
1.4.2.1 1.4.2.2 1.4.2.3 1.4.2.4 1.4.2.5

Fiqh Kelas XI MA
5
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Penjelasan Epitum BAB I
1.1 Pembunuhan
1.1.1 Pengertian Pembunuhan
1.1.2 Macam-Macam Pembunuhan
1.1.2.1 Qatlul Amdi
1.1.2.2 Qatlul Syibhul Amdi
1.1.2.3 Qatlul Khata
1.1.3 Landasan Hukum Larangan Pembunuhan
1.1.4 Hikmah-Hikmah Larangan Pembunuhan
1.2 Qishash
1.2.1 Pengertian Qishash
1.2.2 Dasar Hukum Qishash
1.2.3 Syarat-Syarat Qishash Pembunuhan
1.2.4 Qishas Pembunuhan oleh Massa
1.2.5 Hikmah-Hikmah Hukum Qishas
1.3 Diyat
1.3.1 Pengertian Diyat
1.3.2 Macam-Macam Diyat
1.3.2.1 Diyat Mughaladah
1.3.2.2 Diyat Mukhafafah
1.3.2.3 Diyat Selain Pembunuhan
1.3.3 Hikmah-Hikmah Diyat
1.4 Kafarat
1.4.1 Pengertian Kafarat
1.4.2 Macam Kafarat
1.4.2.1 Kafarat Pembunuhan
1.4.2.2 Kafarat Melanggar Sumpah

Fiqh Kelas XI MA
6
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
1.4.2.3 Kafarat Membunuh Binatang Buruan Pada Waktu Melakukan
Ihram
1.4.2.4 Kafarat Dihar
1.4.2.5 Kafarat Ila
1.4.3 Hikmah-Hikmah Kafarat
Deskripsi : Jinayah adalah tindakan aniaya terhadap jiwa maupun harta. Di
kalngan ulama fiqh lebih dispesifikasikan lagi dengan sesuatu yang bisa menyakiti
badan contohnya pembunuhan. Setiap tindakan kejahatan baik terhadap jiwa, raga,
maupun harta tanpa alasan yang benar adalah haram. Dan setiap tindakan tersebut
mempunyai konsekuensi hukuman yang berbeda-beda. Ada yang berupa qishash
atau pembayaran ganti rugi sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagian dari
tindakan itu bisa menyebabkan kafarat atau terhalang dari mendapatkan warisan
dan yang lainnya, sebagaimana yang akan diterangkan dalam Bab Jinayah ini.
Kata Kunci : Pembunuhaan, Qishas, Diyat, Kafarat

Fiqh Kelas XI MA
7
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB I. JINAYAH
(Pembunuhan, Qishas, Diyat dan Kafarat)

A. Pembunuhan
1. Pengertian
Pembunuhan dalam bahasa arab disebut al-qatlu.
Pembunuhnya disebut al qaatilu dan yang terbunuh disebut al maqtul (
Moh. Karim dan Sholeh Zuhri,2005 :2). Secara istilah pembunuhan
adalah tindakan seseorang melenyapkan nyawa, atau lenyapnya jiwa
seseorang akibat perbuatan orang lain (Abu Malik Kamal, 2007: 312).
Perbuatan membunuh adalah merupakan kjarakter dari hewan
buas yang tak mengenal perikemanusiaan, dan seharusnya dihindari
oleh umat manusia. Penyebab orang melakukan tindakan ini cukup
beragam, ada yang akarena dendam, iri, dengki, perebutan wanita ,
dan lain-lain. Ambisi ingin menguasai sesuatu inilah yang terkadang
menjadikan orang gelap mata sehingga ia melakukan pembunuhan.
Dalam hukum Islam pembunuhan tersebut digolongkan dalam
hukum jinayat yang meliputi membunuh, melukai, memotong anggota
tubuh, dan menghilangkan manfaat anggota badan. Seseorang haram
menghilangkan nyawa maupun merusak anggota badan dan
menimpakan gangguan pada apapun di tubuhnya, karena setelah
kekafiran tidak ada dosa yang lebih besar daripada pembunuhan
terhadap orang mukmin, karena dalil-dalil berikut :
!!., _.] `.., . `>,l. `_!.1l _ _l.1l >' >'!, .,-l .,-l!,
_.. _..!, _. _.`s .`] _. ,> ",`_: _!,.! .`-.l!, ',: ,l| _..>|, ,l:
,> _. >, .> _. _..s .-, ,l: .` ,.s ',l __
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.
(QS Al Baqarah :178)


Fiqh Kelas XI MA
8
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
_. _.1, !..`. ..-.. .:> `.> ..> !, .s < ,ls ..-l .s
.l !,.s !.,Ls __
Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja
Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang
besar baginya.(Qs An Nisa:93).

2. Macam-Macam Pembunuhan
a. Pembunuhan Dengan Sengaja (Qatlul Amdi)
Pembunuhan dengan sengaja menurut definisi jumhur ulama
adalah memukul dengan benda tajam atau benda tidak tajam (namun
diyakini bisa menghilangkan nyawa) (Abu Malik Kamal, 207 :312).
Definisi benda tajam sendiri adalah sesuatu yang bisa memotong dan
menembuskedalam badan, misalnya pisau, pedang dan yang sejenisny.
Sedangkan definisi benda tidak tajam adalah sesuatu yang menurut
asumsi umum bisa menyebabkan/ mengakibatkan hilangnya nyawa,
ketika digunakan, misalnya batu besar atau kayu.
Gambaran pembunuhan sengaja cukup bervariasi misalnya
:bahwa menjatuhkan seseorang dari tempat tinggi,
menenggelamkannya ke dalam air, membakarnya dengan api,
mencekiknya, atau memberi makanan yang telah diberi racun
sehingga orang yang menjadi objek perbuatan terbunuh juga termasuk
pembunuhan jenis ini, Melukainya dengan sesuatu yang bisa
menembus tubuh, seperti pisau, tombak, pistol dan lainnya,
kemudian dia meninggal disebabkan olehnya. , memukulnya dengan
sesuatu yang berat dan besar, seperti batu besar, tongkat besar,
atau dengan menabrakkan mobil padanya atau dengan
menimpakan tembok kepadanya dan lainnya yang menyebabkan
dirinya meninggal, melemparkannya ke dalam sesuatu yang tidak
memungkinkannya untuk menghindar, seperti melemparkannya
kedalam air yang bisa membuatnya tenggelam, atau api yang akan
membakarnya, atau memenjarakannya tanpa memberi makan dan
minum, sehingga menyebabkannya meninggal, mencekiknya dengan
tali maupun lainnya, atau menutup mulutnya sampai meninggal,
melemparkannya ke kandang singa dan semisalnya, atau
dilemparkan ular kepadanya ataupun anjing, sehingga dia meninggal
karenanya, membunuhnya dengan menggunakan santet (sihir), yang
secara umum hal tersebut menyebabkan kematian, bersaksinya dua
laki-laki dengan apa yang menyebabkannya dibunuh, kemudian
keduanya mengaku kalau mereka sengaja ingin membunuhnya, atau

Fiqh Kelas XI MA
9
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
berdusta ketika menjadi saksi, yang menyebabkan dia dibunuh, dan
lainnya dari gambaran seperti ini. (Syekh Muhammad bin Ibrahim at
Tuwaijiri, 2009:7)
Diwajibkan atas pembunuhan dengan sengaja, qishas: yaitu
dengan membunuh si pembunuh, wali orang yang terbunuh berhak
untuk menuntut qishas, atau mengambil diyat ataupun memberikan
ampunan, dan inilah yang terbaik..
Hukum jinayat dengan sengaja ini wajib dilakukan qishas,
sebagaimana diatur dalam Al Quran , Firman Allah :
!.,. ,ls !, _.l _.l!, _,-l _,-l!, . .!, _:
:!, _.l _.l!, _`>l '_!. _. _... ., :! .`] _. `l
> !., _. < ,.l`! `> .l.Ll __
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung
dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka
(pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya,
Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (QS Al Maidah
:45).
Dan Sabda Rasulullah SAW : Barangsiapa ditumpahkan darahnya
atau dilukai, maka ia bisa memilih salah satu dari tiga hal, yaitu
Qishas, atau mengambil diyat, atau memaaffkan pelakunya. Jika ia
mengambil pilihjan keempat, maka halng-halangi keinginannya (HR
Ahmad dan Ibnu Majah ).

b. Pembunuhan Semi Sengaja (Qatlu Syibhul Amdi)
Yaitu seseorang ingin melakukan pelanggaran terhadap
seseorang terhadap orang lain namun tidak untuk membunuhnya.
Maksudnya yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengan
alat yang lazimnya tidak akan menyebabkan kematian serta orang
yang membunuhnya tidak ada maksud untuk membunuhnya. Misalnya
seseorang memukul kepala orang lain dengan pelan-pelan tiba-tiba
yang dipukul mati. Contoh lainnya seseorang mendorong temannya
lalu temannya itu jatuh yang mengakibatkan kematian pada
temannya.




Fiqh Kelas XI MA
10
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
c. Pembunuhan tersalah (Qatlul Khata)
Yaitu pembunuhan yang terjadi tanpa ada maksud untuk
melakukan tindak pembunuhan itu sendiri atau terhadap orang
tertentu, atau tanpa bermaksud pada salah satunya. Maksudnya
pembunuhan yang sama sekali tidak ada niat untuk membunuh.
Contohnya adalah, tidak bermaksud untuk membunuh seperti
memanah atau menembek hewan buruan namun kemudian mengenai
seseorang, menggeliat-geliat (menyerang) orang lain pada saat tidur
(menggigau) hingga membunuhnya, membunuh dalam keadaan perang
seseorang yang dia kira sebagai orang kafir, namun ternyata ia adalahs
eorang muslim, memukul dengan dengan maksud bercanda hiungga
membunuhnya.
!. _l _..l _.1, !..`. | !:L> _. _. !..`. !:L> `,`>. ,
... ,: .l.. _|| .> | .., | _l _. , .s >l > _.`.
`,`>. , ... | _l _. _, ., ., _.:,. ,. .l.. _|| .>
`,> , ... _. l .>, `!,. _: _,-,!..`. ,. _. < _l < !.,ls
!.,> __
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan
Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah)
ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh
itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia
(si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara
mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya[337], Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan
adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana(QS An Nisa:92).

3. Landasan Hukum Larangan Pembunuhan
Allah melarang manusia untuk membunuh sesama manusia
dengan alsan yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam, dan barang
siapa di antara keluarganya dibunuh oleh seseorang dengan cara zalim
maka ahli waris berhak membalas membunuh si pembunuh dengan

Fiqh Kelas XI MA
11
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
cara yang ditetapkan oleh Allah, yakni dalam batas-batas keadilan
tanpa melampaui batas, sebagaimana diternagkan oleh Allah :
l.1. _.l _.l > < | _>l!, _. _. !.lL. .1 !.l-> .,ll !..Ll.
,`. _ _.1l ..| l ... __
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar]. dan
Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan(QS Al Isra : 33).

Sabda Rasulullah saw. : Barang siapa yang menolong
membunuh orang Islam meskipun dengan sepotongkalimat, maka
diantara kedua matanya akan tertulis ungkapan (Yaaisun
rahmatillah) putus asa dari rahmat Allah (HR Tirmidzi).
Dalam syariat Islam ada pengecualian (istitsna) dibolehkannya
seorang membunuh orang muslim yaitu dalam kondisi sebagai berikut :
Jika ada seorang mumin yang murtad, pezina muhson, pembunuh
seseorang tanpa alasan yang benar, semata-mata karena berbuat zalim
dan permusuhan.
Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali tiga hal : kufur setelah
beriman, berzina setelah berkeluarga, dan membunuh seorang dengan
alasan yang tidak benar karena semata-mata berbuat zalim dan
permusuhan (HR Muslium)

3. Hikmah-Hikmah Larangan Pembunuhan

Menjaga dan menyelamtkan kelangsungan hidup manusia
menempatkan kedudukan manusia sebgai makhluk yang
mulia
membatasi kemauan manusia untuk berbuat semena-mena
terhadap jiwa manusia
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan keadilan
Mengangkat dan menolong orang yang teraniaya
Menunjukkan sikap petuh terhadap hukum Allah
Menciptakan kehidupan yang damai sepanjang masa.




Fiqh Kelas XI MA
12
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
B. QISHAS
1. Pengertian
Kata qishas berasal dari qaasha, yuqasha, qishaas, artinya
mengambil balas. Secara istilah qishas adalah hukuman balas yang
seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan anggota
badan seseorang, yang dilakukan dengan sengaja (Moh. Karim dan
Sholih Zuhri,2005,6). Qishaash ialah mengambil pembalasan yang
sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat
kema'afan dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat
(ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik,
umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang
membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak
menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan
menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh,
atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka
terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat dia mendapat
siksa yang pedih.(Tafsir Al Quran).
Banyak peristiwa pembunuhan atau penganiayaan yang terjadi
di tanah air kita ini yang dapat disaksikan di layar televisi maupun
media massa. Ketika salah satu keluarga korban diwawancarai rata-
rata menginginkan pelakunya dihukum setimpal atas perbuatannya
yang telah melakukan hal yang sama pada anggota keluarganya yang
terbunuh.
Dari contoh peristiwa diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hukum qishas benar-benar sesuai dengan tuntutan hati nurani
sekaligus tuntutan keadilan hukum. Dan sangat tidak benar jika
qishas yang merupakan hukum Islam tidak manusiawi dan melanggar
hak asasi manusia, justru qishas merupakan hukum yang paling
memenuhi keadilan.
Qishas dilaksanakan apabila : a. membunuh dengan sengaja
maka hukumannya juga harus dibunuh, b. apabila merusak atau
menghilangkan ia perbuat. Misalnya jika seseorang menganiaya orang
lain dengan memotong tangannya maka hukum balasnya dengan
menmotong tangan, demikan seterusnya.
Pelaksanaan hukuman ini diserahkan pada pihak yang
berwenang (hakim) dan tidak diperkenankan dihakimi sendiri. Karena
jika dihakimi sendiri dikhawatirkan hukuman yang diterima oleh si
pelaku tidak adil lantaran seseorang yang menghakimi sendiri tersebut
masih menyimpan dendam terhadapnya. Hukuman qishas akan gugur
jika si pelaku mendapat maaf dari keluarga korban, walaupun
demikian ia berkewajiban untuk membayar diyat atau tebusan yang
jumlahnya cukup besar.

Fiqh Kelas XI MA
13
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
2. Dasar Hukum Qishas
Firman Allah swt. Surat Al Baqarah; 178
!!., _.] `.., . `>,l. `_!.1l _ _l.1l >' >'!, .,-l .,-l!, _.. _..!,
_. _.`s .`] _. ,> ",`_: _!,.! .`-.l!, ',: ,l| _..>|, ,l: ,> _. >,
.> _. _..s .-, ,l: .` ,.s ',l __
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat
pedih[111]. (Qs Al Baqarah :178)
Dampak negative psikologis dari perbuatan pembunuhan adalah
menjadikannya sulit untuk mendapatkan ampunan Allah swt. Karena
perbuatan prmbunuhan termasuk dosa besar yang hampir sebanding
dengan dosa syirik kepada Allah, oleh karena itu nabi saw.
Menyebutnya setelah menyebut dosa syirik dalam haditsnya. Dan
kelak di akhirat pembunuh tersebut akan mendapat siksa neraka
jahanam yang sangat pedih, sabda Rasulullah saw. Setiap siksa ada
harapan pengampunan Allah kecuali seorang laki-laki yang mati dalam
keadaan syirik atau seorang yang membunuh orang mukmin dengan
sengaja (HR Ibnu Dawud, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Sesungguhnya pelaksanaan qishas merupakan penghenti
bagi pembunuhan, Sesungguhnya pelaksanaan qishas merupakan
penghenti bagi pembunuhan, ancaman bagi kejahatan, penjagaan
bagi masyarakat, kehidupan bagi umat, penghentian bagi
pertumpahan darah, pengobat bagi hati keluarga yang terbunuh,
juga sebagai realisasi atas keadilan serta keamanan, serta penjagaan
bagi umat dari keganasan para pembunuh orang-orang yang tidak
bersalah, yang menebar ketakutan di seluruh penjuru Negara dan
menyebabkan menjandanya para wanita serta menjadikan yatimnya
anak-anak.ancaman bagi kejahatan, penjagaan bagi masyarakat,
kehidupan bagi umat, penghentian bagi pertumpahan darah,
pengobat bagi hati keluarga yang terbunuh, juga sebagai realisasi
atas keadilan serta keamanan, serta penjagaan bagi umat dari
keganasan para pembunuh orang-orang yang tidak bersalah, yang

Fiqh Kelas XI MA
14
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
menebar ketakutan di seluruh penjuru Negara dan menyebabkan
menjandanya para wanita serta menjadikan yatimnya anak-anak.
>l _ _!.1l :,> _|`!., .,l l-l 1`.. __
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (Al BAqarah
:179).


3. Syarat-Syarat Qishas

a. Pembunuh sudah baligh dan berakal sehat, apabila dia
masih kecil, gila ataupun sedang tidak ada di tempat,
hendaklah si pelaku ditahan sampai anak tersebut dewasa,
berakal kembali orang gila dan datangnya orang yang
bepergian, kemudian jika berkehendak dia boleh
menuntut qishas, meminta diyat ataupun memaafkannya,
dan inilah yang terbaik.
b. Pembunuh bukanlah orang tua terbunuh.. sebab jika orang
tua yang membunuh anaknya tidak wajib dilakukan qishas.
Tetapi, jika anak yang melakukan pembunuhan pada orang
tuanya maka wajib diberlakukan qishash.
c. Jenis pembunuhan adalah yang disengaja. Sedangkan
pembunuhan yang tidak sengaja dan mirip sengaja maka
tidak diberlakukan hukum qishas.
d. Orang yang dibunuh adalah orang yang terpelihara
darahnya. Artinya dia bukan orang jahat (apabila
pembunuh itu melakukan pembunuhan karena membela
diri atau orang mukmin yang membunuh orang kafir harbi,
murtad, dan pezina muhson maka tidak diberlakukan
qishas kepadanya.
e. Orang yang dibunuh sama derajadnya, maksudnya orang
islam dengan orang Islam, perenpuan dengan perempuan.
Atau orang merdeka dengan orang merdeka
f. Qishas dilakukan dalam hal sama, jiwa dengan jiwa, mata
dengan mata, telinga dengan telinga, dan lain sebagainya
jadi harus seimbang.
g. Apabila seorang anak kecil ataupun orang gila membunuh,
maka tidak boleh dijatuhkan qishas terhadap keduanya,
akan tetapi diwajibkan untuk membayar kafarat dari harta
mereka dan diyat bagi keluarganya yang berakal. Barang
siapa yang menyuruh anak kecil atau orang gila untuk

Fiqh Kelas XI MA
15
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
membunuh seseorang, lalu mereka melakukannya, maka
qishas dijatuhkan terhadap dia yang memerintahkan
saja, karena orang yang diperintah hanya sebagai alat dari
orang yang memerintah.

4. Qishas Pembunuhan oleh Massa
Qishash merupakan hukuman balasan yang harus diterima
seseorang/ oleh pelaku karena melakukan sebuah pelanggaran yaitu
berupa pengrusakan atauupun menghilangkan nyawa orang lain. Akan
tetapi bagaimanakah jika yang melakukan pembunuhan tersebut
berupa massa atau orang banyak. Dalam suatu riwayat disebutkan
bahwa ; Dari Said bin Muassyab, bahwa Umar telah menghukum
bunuh lima atau enam orang yang telah membunuh seseorang laki-laki
secaratipuan di tenmpat yang sunyi. Kemudian dia berkata ;
Andaikata semua penduduk Suna secara bersama-sama
membunuhnya niscaya akan aku bunuh mereka semua
Berdasarkan atsar diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
apabila terjadi pembunuhan disengaja yang dilakukan oleh banyak
orang dan orang yangh dibunuh dalam posisi yang benar, maka semua
orang yang terlibat dalam pembunuhan itu wajib di qishas (dibunuh)
semuanya. Penetapan hukum yang pernah dilakukan oleh Umar bin
Khatab tersebut juga pernah dipraktekkan pada masa Ali bin Abi
Thalib berkuasa yang mana pernah menghukum qishas tiga orang yang
melakukan persekongkolan untuk membunuh seseorang dengan
hukum qishas (bunuh).
Imam Malik berpendapat bahwa jika ada sekelompok orang laki-
laki atau perempuan merdeka bersekongkol membunuh seorang laki-
laki atau perempuan yang merdeka maka seluruh orang yang
melakukan persekongkolan tersebut wajib dihukum qishas (bunuh).
Hal yang perlu diingat adalah bahwa hukum dibuat untuk
ditegakkan secara seimbang dan adil, jika di masyarakat banyak
terjadi pelanggaran-pelanggran seperti pembunuhan itu tandanya
penegakan hukum masih belum berjalan secara seimbang dan adil.

5. Hikmah-Hikmah Hukum Qishas.
a. Menjadikan sikap berhati-hati pada setiap orang untuk
tidak berbuat penganiayaan fisik kepada yang lain
b. Menjadikan kehidupan manusia aman karena diayomi oleh
hukum yang tegas, adil dan bijaksana.
c. Menunjukkan hukum Islam benar-benar membawa
rahmat dan kedamaian hidup bagi kehidupan umat
manusia dis eluruh alam semesta.

Fiqh Kelas XI MA
16
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
d. Terlindunginya jiwa raga manusia dari ancaman kejahatan
e. Menjunjung tinggibharkat dan martabat manusia
f. Menunjukkan rasa kepatuhan dan penyerahan diri
terhadap hukum Allah swt.
C. DIYAT
1. Pengertian
Diyat secara bahasa adalah merupakan bentuk mashdar dari
kata kerja wada, lengkapnya adalah wadaa-yadil-diyatan : jika
walinya memberikan harta yang merupakan pengganti nyawa atau
lainnya.
Sedangkan menurut terminologi atau istilah diyat memiliki arti
Harta yang wajib diberikan kepada orang yang menjadi korban
pidana kejahatan atau kepada walinya, baik dalam pidana
pembunuhan atau lainnya. Diyat juga berarti al-aql yang berarti
ikatan, karena dua alasan, alas an yang pertama, diyat bisa mencegah
(menghalangi darah supaya mengalir mengalir), kedua jika diyat
dikenakan, maka ia mengambil unta, lalu unta tersebut dikumpulkan
dan diikat, kemudian digiring untuk diserahkan kepada wali korban.
Sehingga orang Arab biasa mengatakan aqaltu an fulanin (saya
membayar hutang diyat pada si fulan) (Abu Malik Kamal, 2007:386 dan
Abdul Azhim, 2006:874).
Diyat wajib bagi setiap orang yang menyebabkan
melayangnya nyawa seseorang, baik yang meninggal tersebut
seorang Muslim, dzimmi musta'man ataupun seorang mu'ahad.
Apabila kejahatan dilakukan dengan sengaja, maka pada waktu itu
juga wajib untuk dibayarkan diyat dari harta pelaku, akan tetapi jika
dia yang menyerupai sengaja ataupun karena kesalahan, maka
kewajiban diyat dibebankan kepada keluarga pelaku dan diberi
tenggang waktu sampai tiga tahun.
Diyat dapat diterapakn kepada seseorang dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
Pembunuhan yang disengaja, lalu pembunuhnya
dimaafkan oleh keluarga korban, maka tidak ada qishas
bagi pembunuh, tetapi pembunuh wajib membayar denda
kepada keluarga korban.
Pembunuhan yang tidak disengaja
Pembunuhan yang mirip disengaja
Pembunuh melarikan diri sebelum dijatuhi hukuman
qishas, maka anggota keluarga pembunuh tersebut wajib
membayar diyat kepada keluarga korban
Memotong atau membuat cacat anggota badan orang lain,
lalu dimaafkan

Fiqh Kelas XI MA
17
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
2. Macam-Macam Diyat
a. Diyat Mughaladah (Denda berat)
Yaitu harus membayar 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor
hiqqah (unta betina umur 3-4 tahun), 30 ekor jadzah (unta betina
umur 4-5 tahun), dan 40 ekor khilfah (unta betina yang bunting).
Diyat ini diterapkan pada :
Pembunuhan disengaja (Qatlul Amdi, tapi dimaafkan oleh
keluarga korban. Tekhnik pembayaran diyat ini adalah secara cast
(kontan), sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. "Barang siapa
membunuh seorang Mukmin dengan sengaja maka dia harus
diserahkan kepada wali orang terbunuh, apabila berkehendak
mereka bisa membunuhnya, dan boleh pula bagi mereka untuk
meminta diyat, yaitu tiga puluh ekor hiqqoh (unta berumur empat
tahun), tiga puluh ekor jaz'ah (unta berumur lima tahun) dan empat
puluh ekor halifah (unta hamil), apa yang mereka ringankan
atasnya merupakan hak bagi mereka, itu disebabkan karena besarnya
diyat" (H.R Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Pembunuhan seperti disengaja (qatlu syibhul amdi). Tidak ada
hukuman qishas terhadap kasus semacam ini, tetapi pembunuh wajib
membayar diyat, dengan masa pembayaran selama tiga tahun , dan
setiap tahun wajib membayar sepertiga dari ketentuan. Pembunuhan
tidak disengaja di tanah haram, yaitu di kota mekkah dan Madinah.
Pembunuhan tidak disengaja yang dilakukan pada bulan Muharram (
Zulqadah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab). Pembunuhan tidak
disengaja terhadap muhrim, kecuali jika pembunuhnya orang tua
terhadap anak.

b. Diyat Mukhafafah (Diyat ringan)
Diyat yang harus membayar 100 ekor unta yang perinciannya
sebagai berikut : 20 ekor hiqqah, 20 ekor jidzah, 20 ekor binta labun
(unta betina umur lebih 2 tahun), 20 ekor unta binta makhad (unta
betina umur lebih satu tahun). Diyat mukhafafah dikenakan pada:
Pertama, orang yang membunuh tidak sengaja selain di tanah
haram, selain bulanan muharram, selain muhrim. Masa
pembayarannya selama tiga tahun, setiap tahun dibayar sepertiganya,
sabda Rasulullah saw. ; Mukhafafah penuh bagi orang yang
melakukan kejahatan : memotong dua tangan, dua kaki, dua telinga,
hidung, lidah, dua bibir, kemaluan laki-laki, merusak dua mata,
tempat keluarnya suara, penglihatan atau merusak. Diyat khata
diperincilima macam hewan yaitu : 20 ekor unta umur empat tahun, 20
ekor unta umur lima tahun, 20 ekor unta betina umur 2 tahun, dan 20
ekor unta jantan umur 2 tahun. (HR Duruquthni)

Fiqh Kelas XI MA
18
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Kedua , orang yang dengan sengaja membuat cacat atau
melukai anggota badan seseorang, tetapi dimaafkan oleh korban atau
keluarga korban, maka wajb bayar diyat.
c. Diyat selain pembunuhan
Membayar diyat penuh , Karena memotong 2 kaki 1 diyat
penuh. Dalam hadits lain disebutkan Karena memotong 2 tangan satu
diyat penuh, Tentang diyat anggota badan lain Nabi saw. Bersabda :
Memotong hidung seluruhnya, lidah, 2 bibir, 2 pelir, kemaluan, tulang
rusak, dan 2 mata (wajib membayar) diyat (sempurna) dan memotong
satu kaki (wajib membayar) setengah diyat (HR An Nasai).
Membayar setengah diyat mukhafafah, bagi orang yang
memotong atau menghilangkan salah satu anggota yang berjumlah 2.
Misalnya satu tangan, satu kaki, satu mata, satu telinga, dan lain-lain.
Dan dalam setiap telinga diyatnya 50 ekor unta(HR Baihaqi
dan Darruquthni).
Membayar sepertiga diyat mukhafafah. Yaitu bagi orang yang
melukai kepala sampai otak, luka badan sampai ke perut. Membayar
diyat 15 ekor unta, yaitu bagi orang yang melukai kulit diatas tulang.
Membayar diyat 10 ekor unta, bagi orang yang melukai orang lain
sampai putus jari tangan maupun jari kaki. Membayar diyat 5 ekor
unta, bagi orang yang melukai orang lain sampai sebuah gigi copot.
Tiap-tiap satu gigi diyatnya 5 ekor unta(HR Abu Dawud).
Apabila penganiayaan seseorang mengakibatkan seluruh gigi
orang yang dianiaya copot tinggal mengalikan 5 ekor unta. Namun
meurut sebagian ulama cukup membayar 60 ekor unta dewasa.
Diyat wanita kitabiy adalah separuh diyat laki-laki kitabiy.
Orang yang hamil melakukan aborsi dengan cara minum obat atau
yang lain maka wajib membayar diyat yaitu membebaskan budak
wanita. Denda perempuan (kalau yang menjadi korban adalah
perempuan) maka dendanya adalah separo dari denda orang laki-laki,
sabda Nabi Muhammad saw. Denda perempuan seperdua dari denda
laki-laki. (HR Amr Ibnu Hazm).
Denda yang harus dibayar oleh pelaku kejahatan jika yang
menjadi korban kejahatannya adalah orang Yahudi dan Nasrani yaitu
sebesar sepertiga dari denda orang Islam. Dan denda yang harus
dibayar pelaku korban kejahatan apabila yang menjadi korban orang
Majusi adalah seperlimabelas dari denda orang Islam. Keterangan
tersebut berdasarkan pada perbuatan para sahabat.





Fiqh Kelas XI MA
19
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
3. Hikmah-Hikmah Diyat
Menjadikan orang lebih berhati-hati terhadap orang lain,
apabila terjadi suatu masalah tidak mudah menganiaya
secar fisik, mengingat menganiaya orang lain akan terkena
sangsi hukuman, yaitu membayar denda berupa barang
yang cukup besar nilainya.
Diyat bermanfaat sebagai pelipur lara bagi si korban atau
keluarga korban. Meskipun tidak bisa secara langsung
menghilangkan rasa dendam dan rasa benci dalam hati
mereka, paling tidak bisa meringankan beban si korban
sebagai biaya pengobatan si korban serta biaya hidup di
kemudian hari.
Kehidupan bermasyarakat menjadi tenang, damai, tentram,
sejahtera karena masing-masing orang merasa dilindungi
oleh hukum.
Sebagai bukti perhatian Allah terhadap manusia dalam
menjaga derajat kemanusiaannya. Dan sekaligus
menunjukkan bahwa benar-benar derajat martabat manusia
itu mulia serta mahal harganya.

D. KAFARAT
1. Pengertian
Kafarat secara bahasa berarti tebusan. Secara Istilah kafarat
adalah perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan ketentuan
syariat Islam dilakukan seseorang guna melebur kesalahan-kesalahan
berupa pelanggaran terhadap sesuatu yang diharamkan oleh Allah
SWT. (Moh. Karim dan Sholih Zuhri, 2005: 13).

2. Macam-Macam
a. Kafarat Pembunuhan
Menurut mazhab SyafiI dan Maliki pula, pembunuh haruslah dibunuh
(qishsh) dengan cara seperti apa ia melakukan pembunuhan tersebut. Contohnya
dengan memukul menggunakan sesuatu alat yang tajam seperti besi atau pedang;
atau dengan alat berat seperti batu; atau dengan mencampakannya dari suatu
tempat tinggi; atau mencekik lehernya; atau melemparkannya; atau
melemaskannya; menahan makanan, merejam dalam air, membakar, atau dengan
cara-cara lain. Konsep ini disebut dengan mutslah atau mumtsalah. Akan tetapi
seumpama mustahiq al-qishsh memindahnya ke hukuman pancung dengan
pedang, maka diperbolehkan malah ia lebih utama. Atau membayar diyat atau
dibebaskan. Selain itu ia harus membayar kafarat, yaitu memerdekakan budak
wanita mukmin, tidak cacat, m asih muda, sehat, baligh, bukan budak mukatab atau
mudabbar. Jika tidak mampu memerdekakan budak seperti zaman sekarang maka

Fiqh Kelas XI MA
20
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
ia wajib melaksanakan puasa 2 bulan berturut-turut. Sebagaimana dijelaskan oleh
Al Quran surah an Nisaa: 92
!. _l _..l _.1, !..`. | !:L> _. _. !..`. !:L> `,`>. ,
... ,: .l.. _|| .> | .., | _l _. , .s >l > _.`.
`,`>. , ... | _l _. _, ., ., _.:,. ,. .l.. _|| .>
`,> , ... _. l .>, `!,. _: _,-,!..`. ,. _. < _l < !.,ls
!.,> __
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa
membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali
jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari
kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu,
Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs AN Nisaa : 92).

b. Kafarat melanggar sumpah
Para ulama membedakan sumpah tersebut dalam sumpah lagw
(sia-sia) seperti ucapan seseorang yang dilontarkan tanpa tujuan untuk
bersumpah. Sumpah seperti ini tidak dianggap sebagai sumpah yang
harus dikenai denda kafarat. Ada pula sumpah qumus yakni sumpah
dusta dan mengandung unsur pengkhianatan. Sumpah seperti ini tidak
dikenakan kafarat menurut jumhur ulama karena hukumannya lebih
besar dan berat dari kafarat. Sumpah mun'aqidah yaitu sumpah yang
dilakukan seseorang bahwa ia akan melakukan sesuatu di masa yang
akan datang atau tidak melakukan sesuatu, namun sumpah itu
dilanggarnya. Bentuk sumpah ini dikenai kafarat sumpah sebagaimana
difirmankan dalam Alquran
`.>`, < -ll!, _ >..., _>.l .>`, !., `..1s _.., ...>
`!-L| ::s _,>... _. 1. !. .-L. >,l> `.`. `,> , _. `l .>

Fiqh Kelas XI MA
21
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
`!,. ..l. ,!`, ,l: :. >..., :| `.l> L> >..., ,l. _,,`, < >l
...,, _>l-l `>: __
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat
(melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin,
yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau
memberi Pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.
barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka
kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan
jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya) (QS Al
Maidah :9).
Menurut surat Al-Maidah ayat 89 kafarat orang yang melanggar
sumpah adalah yakni memberi makan 10 orang miskin, memberi
pakaian mereka aatau memerdekakan budak. Jika si pelanggar
sumpah tidak sanggup melaksanakan kafarat tersebut, ia harus
berpuasa selama tiga hari.

c. Kafarat membunuh binatang buruan waktu melakukan
ihram
Kafarat yang wajib dibayar yaitu mengganti dengan binatang
seimbang atau memberi makan orang miskinmasing-masing satu mud
atau dengan puasa.
!!., _.] `.., l.1. .,.l .. ``> _. .`. >.. ..-.. ",> `_..
!. _. _. -.l `>> ., : _.s >.. !,.> _l., ,->l :. ,!-L _,>...
`_.s ,l: !.!,. _.,l _!, .:. !s < !.s l. _. :!s `1.., < .. <
",s : ,!1.. __
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang
buruan, ketika kamu sedang ihram. barangsiapa di antara kamu
membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya ialah mengganti
dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya,
menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad]
yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat
dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang

Fiqh Kelas XI MA
22
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dengan makanan yang dikeluarkan itu[440], supaya dia merasakan
akibat buruk dari perbuatannya. Allah Telah memaafkan apa yang
Telah lalu. dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya
Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai
(kekuasaan untuk) menyiksa(QS Al Maidah : 9).

d. Kafarat Dhihar
Kafarat zihar, yaitu ucapan menyamakan punggung ibu dengan
punggung istri. Hukumannya menurut QS Al-Mujadilah ayat 3 dan 4
adalah memerdekakan budak; jika tidak sanggup, berpuasa dua bulan
berturut-turut dan jika tidak mampu juga, memberi makan 60 orang
miskin. Jumhur ulama sepakat bahwa kafarat zihar ini dengan urutan
seperti yang ada dalam ayat itu, tanpa ada kebolehan memilih atau
mengganti-ganti urutan tersebut. Berbeda dengan jumhur ulama,
ulama Mazhab Maliki berpendapat bentuk-bentuk hukuman tersebut
merupakan tiga alternatif yang boleh dipilih tanpa terikat dengan
tertib yang ada dalam ayat. Boleh saja yang dua didahulukan kalau
kemaslahatan menghendaki demikian.
e. Kafarat Ila:
Yaitu kafarat yang wajib dibayar lantaran suaminya melanggar
sumpahnya bahwa ia tidak akan menggauli istrinya selama waktu
tertentu. Kafarat yang wajib dilakukan sama dengan sumpah kafarat
sumpah.
3. Hikmah-Hikmah Kafarat
Mendidik manusia agar disiplin dan berhati-hati dalam bergaul
dengan anggota keluarganya maupun orang lain
Mendidik manusia untuk bertanggungjawab, karena setiap
pelanggaran yang dilakukan, ia harus menebusnya dengan
berbagai macam tebusan yang seimbangdengan tingkat
kesalahannya
Terciptanya kehidupan yang aman, damai, sejahtera dalama
keluarga dan masyarakat
Membebaskan perbudakan manusia kepada manusia, karena
setiap ada pelanggaran kafarat yang harus dibayar diantaranya
membebaskan budak. Jadi semakin banyak pula budak-budak
yang merdeka, sehingga sampai saat ini tidak ada lagi
perbudakan
Memotivasi manusia agar lebih bertaqarrub pada Allah.
Mendidik manusia untuk bertanggung jawab atas perbuatan
yang dilakukannya.



Fiqh Kelas XI MA
23
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Kesimpulan
Pembunuhan adalah tindakan seseorang melenyapkan nyawa,
atau lenyapnya jiwa seseorang akibat perbuatan orang lain
Pembunuhan ada 3 macam (1) Pembunuhan yang disengaja
(Qatlul amad); (2)
Pembunuhan yang tidak disengaja (Qatlul syibhul amad); dan
(3) Pembunuhan yang tidak ada unsur membunuh (Qatlul
Khatha)
Dasar hukum pengharaman pembunuhan adalah Al Isra ayat
35 dan hadits .
Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu
tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari
ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti
rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik,
umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang
membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya
tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban
sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh
yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah
menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash
dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.
Dasar qishas adalah Al Baqarah :178
Syarat-Syarat diberlakukannya Qishash: pelaku baligh dan
berakal, bukanlah orang tua pembunuh, Jenis pembunuhannya
adalah disengaja, korban terpelihara darahnya, korban sama
derajadnya,dilakukan dalam hal yang sama.
Jika pembunuhan dilakukan oleh massa pada satu orang maka
massa tersebut semuanya diberlakukan qishash.
Diyat adalah Harta yang wajib diberikan kepada orang yang
menjadi korban pidana kejahatan atau kepada walinya, baik
dalam pidana pembunuhan atau lainnya diyat mughalladah,
diyat mukhaffafah, diyat selain pembunuhan.
Kafarat adalah perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan
ketentuan syariat Islam dilakukan seseorang guna melebur
kesalahan-kesalahan berupa pelanggaran terhadap sesuatu
yang diharamkan oleh Allah SWT.

Fiqh Kelas XI MA
24
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Kafarat terbagi menjadi kafarat pembunuhan, melanggar
sumpah, membunuh binatang buruan pada waktu
melaksanakan ihram, kafarat dhihar, kafarat ila

EVALUASI

A. Pilihlah salah satu jawaban yang benar
1. Pembunuhan dalam bahasa Arab disebut
a. Al Maqhtul b. Semua
jawaban
benar
e. Al Qatlu
c. Al Qaatilu d. Maqtul alaih

2. Dalam hukum Islam pembunuhan tersebut digolongkan dalam
hukum.
a. Jinayat
b. Qadaf
c. Riddah
d. Huduud
e. Sirqah
3. Hukuman bagi pembunuh yang disengaja adalah
a. Membayar diyat
b. Membayar kaffarat
c. Diqishas
d. Diasingkan/ dipenjara seumur hidup
e. Jawaban b dan c benar
4. Dengan alasan apapun pembunuhan diharamkan, kecuali
pembunuhan terhadap
a. Orang yang mencuri
b. Orang yang berhaji
c. Pezina ghairu muhson
d. Pezina Muhson
e. Orang yang dituduh membunuh
5. Qishas secara bahasa ..
a. cerita b. memukul c. hukuman balas
d. hukum e. membunuh

6. Pembunuh yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya
maka..
a. Wajib diqishas
b. Makruh diqishas

Fiqh Kelas XI MA
25
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
c. Sunah diqishas
d. Jaiz diqishas
e. Tidak dikenai hukum diqishas
7. Pembunuhan yang dillakukan oleh anak terhadap orang
tuanya.
a. Wajib diqishas
b. Makruh diqishas
c. Sunah diqishas
d. Jaiz diqishas
e. Tidak dikenai hukum diqishas
8. Diyat wajib dibayar apabila . Kecuali
a. Pembunuhan disengaja
b. Pembunuhan yang tidak disengaja
c. Pembunuh melarikan diri sebelum di qishas
d. Pembunuhan mirip sengaja
e. Membuat cacat orang lain lalu dimaafkan
9. Kafarat secara bahasa adalah .
a. Denda b. Menghilangkan c. Balas
dendam
d. Tebusan e. Membunuh

10. Kafarat bagi suami yang mendhihar istrinya adalah ..
a. Berpuasa 3 berturut-turut dan memberi pakaian 10 orang
miskin
b. Berpuasa memerdekakan seorang budak
c. Berpuasa 2 bulan berturut-turut dan member makan 60
orang fakir miskin
d. Diqishas
e. Membayar tebusan seberat 62, 85 gram emas.
B. JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN BENAR!
1. Sebutkan definisi pembunuhan secara bahasa dan istilah!
2. Bagaimanakah syarat-syaratnya Qishas diberlakukan!
3. Kapan seseorang menerima sangsi berupa QISHAS DAN
KAFARAT!
4. Tulis dalil tentang dasar hukum qishas!
5. Sebutkan macam kafarat disertai dengan dalilnya!

Fiqh Kelas XI MA
26
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Daftar Pustaka.
1. Al Asqalani, Ibnu Hajar, 2009, Mukhtasar Targhgib wa
Tarhib (Ensiklopedia Anjuran dan Larangan,penj. Syarief
Baraja), , Pustaka As Sunnah, Jakarta
2. Al Jazairi, Abu Bakr, Ensiklopedia Muslim (Minhajul
Muslim),2000, PT Darul Falah, Jakarta
3. Al-Khalafi, 2006, Al Wajiz (Ensiklopedia Fiqih Islam dalam
Al Quran dan Sunah As Shahih, penj Maruf Abdul Jalil), ,
Pustaka As Sunnah, Jakarta.
4. Al-Qardhawi, Yusuf.1997,Sistem Masyarakat Islam dalam Al
Quran dan Sunnah,Citra Islami Pers (Ebook).
5. Asad, Mahrus dan A. Wahid,2006,Memahami Fiqih,
Armico,Bandung
6. As-Sayuti,Jalaludin.1981,Al Jamius Shagir, Beirut, Darul
Fikr.
7. At-Tuwaijiri,Syaikh Muhammad bin Ibrahim,2009,
Mukhtasarul Fiqhul Islami (Ringkasan Fiqh Islam, terj. Eko
Haryato Abu Ziad dan Mohammad Latif, LC), Team
Indonesia Islam House.com.
8. Departemen Agama RI. 1971, Al Quran dan terjemahannya,
, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Tafsir Al Qur;an,
Jakarta
9. _____________________.1985/1986, AlQuran dan Tafsirnya..
Proyek Pengadaan Kitab Suci, Depag.


Fiqh Kelas XI MA
27
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
PENDAHULUAN
BAB 2. Hudud
(Zina ,Qadzaf, Miras,
Mencuri,Menyamun, Dan Bughat )
(Kata Kunci)

Fiqh Kelas XI MA
28
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB II. Hudud (Zina ,Qadzaf, Miras, Mencuri, Menyamun, Dan
Bughat )
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/semester : XI/Ganjil
Standar Kompetensi: Memiliki Pemahaman dan Penghayatan yang lebih
mendalam terhadap ajaran Islam tentang Pidana (Jinayah), Hudud, dan
Peradilan serta mampu menngamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan hukum zina dan qadzaf beserta hikmahnya
2. Menjelaskan hukuman bagi peminum minuman keras beserta
hikmahnya
3. Menjelaskan hukuman bagi orang yg mencuri, menyamun, dan
merampok beserta hikmahnya
4. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang bughat beserta
hikmahnya
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan hukum zina
2. Menjelaskan dasar hukum dilarangnya zina
3. Menjelaskan macam-macam zina
4. Menjelaskan macam hukuman bagi pezina
5. Menjelaskan hikmah dilarangnya zina
6. Menjauhi perbuatan zina
7. Menjelaskan pengertian dan hukum Qaqzaf
8. Menjelaskan syarat-syarat gugurnya had Qadzaf
9. Menjelaskan hikmah Qadzaf
10. Menjauhi perbuatan Qadzaf
11. Menjelaskan pengertian dan hukum mencuri menyamun dan
merampok

Fiqh Kelas XI MA
29
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
12. Menjelaskan had mencuri menyamun & merampok
13. Menyebtkn batas nishab (kadar) barang yang dicuri
14. Menjelaskan hikmah dilarangnya mencuri menyamun, dan
merampok
15. Menjauhi perbuatan mencuri, menyamun dan merampok
16. Menjelaskan pengertian dan hukum bughat
17. Menjelaskan tindakan hukum thd bughat
18. Menjelaskan status hukum bughat
19. Menunjukkan contoh perbuatan bughah
20. Menjelaskan hikmah dilarangnya bughah
21. Menjauhi perbuatan bughah















Fiqh Kelas XI MA
30
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Epitum BAB II
2.2.3
.1
2.2.
4
2.5
2.2.
3
2.1
2.1.
1
2.1.
3
2.2.
1
2.1.
2
2.2
2.2.3
.2
2.4
2.3.4
2.3.3
2.3.2
2.3.1
2.3
2.1.2
.1
2.1.2
.2
2.2.
2
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.4.5
2.4.6
BAB 2
2.6
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.6.4 2.5.3
2.5.2
2.5.1

Fiqh Kelas XI MA
31
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Penjelasan Epitum
2.1 Zina
2.1.1 Pengertian Zina
2.1.2 Macam-Macam Zina
2.1.2.1 Zina Muhson
2.1.2.2 Zina Ghairu Muhson
2.1.3 Hikmah-Hikmah Dilarangnya Zina
2.2 Qadzaf
2.2.1 Pengertian Qadzaf
2.2.2 Hukum Qadzaf
2.2.3 Had Qadzaf
2.2.3.1 Syarat-Syarat Pelaksanaan Qadzaf
2.2.3.2 Had Qadzaf Gugur
2.2.4 Hikmah-Hikmah Had Qadzaf
2.3 Minuman Keras
2.3.1 Pengertian minuman Keras
2.3.2 Hukum Minuman Keras
2.3.3 Hukuman Minuman Keras
2.3.4 Hikmah Diharamkannya Minuman Keras
2.4 Mencuri
2.4.1 Pengertian Mencuri
2.4.2 Dasar Hukum Mencuri
2.4.3 Penetapan Pencurian
2.4.4 Had/Hukuman Pencurian
2.4.5 Nishab Barang Yang Dicuri
2.4.6 Hikmah Dilarangnya Pencurian
2.5 Menyamun/Merampok
2.5.1 Pengertian Menyamun/Merampok

Fiqh Kelas XI MA
32
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
2.5.2 Hukum Menyamun/Merampok
2.5.3 Hikmah Dilarangnya Menyamun/Merampok
2.6 Bughat
2.6.1 Pengertian Bughat
2.6.2 Ciri-Ciri Bughat
2.6.3 Tindakan Hukum Pada Bughat
2.6.4 Hikmah Dilarangnya Bughat

Deskripsi : Zina ,Qadzaf, Miras, Mencuri, Menyamun, Dan Bughat
merupakan perkara hudud dimana menurut istilah adalah hukuman
yang ditetapkan pada pelaku tersebut. Hudud bertujuan untuk
menghalangi dosa demi menjaga hak Allah, contohnya hukuman dalam
zina. Hudud bisa berarti pula sesuatu yang menyebabkan bertemunya
hak Allah dan hak manusia seperti menuduh berzina (Qadzaf) dan
mengambil barang milik orang lain baik secara sembunyi-sembunyi
maupun secara terang-terangan. Hudud juga berarti dapat menjaga
kedamaian diantara penduduk muslim dengan cara tidak melakukan
sessuatu pemberontakan terhadap pemerintahan. Dalam pembahasan
bab kali ini akan mengupas bagaimanakah kriteria-kriteria Zina
,Qadzaf, Miras, Mencuri, Menyamun, Dan Bughat yang termasuk
dalam pembahasan hudud

Kata Kunci : Zina, rajam, cambuk, qadzaf, miras, mencuri,
bughat










Fiqh Kelas XI MA
33
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB 2. Hudud
(Zina ,Qadzaf, Miras, Mencuri,Menyamun, Dan
Bughat)
A. Zina
1.Pengertian Zina
Zina secara bahasa
memiliki beberapa arti, menurut
Abu Malik Kamal bin As Sayyid
Salim diantaranya adalah
kekejian dan kesempitan. Berasal
dari kata zana zunu yang artinya
masuk dan sempit. Menurut
istilah dalam kitab Mujamul
Wasith zina diartikan sebagai
bercampurnya seseorang dengan seorang wanita tanpa melalui akad
yang sesuai dengan syari. Zina secara istilah juga didefinisikan secara
berbeda-beda oleh para imam fiqhiyah, yaitu :
Al-Malikiyah mendefinisikan bahwa zina itu adalah hubungan
seksual yang dilakukan oleh seorang mukallaf muslim pada
kemaluan wanita yang bukan haknya (bukan istri atau budak)
tanpa syubhat atau disengaja.
Sedangkan As-syafiiyyah mendefiniskan bahwa zina adalah
masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam
kemaluan wanita yang bukan mahram dengan dilakukan
dengan keinginannya di luar hal yang syubhat.
Dan Al-Hanabilah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan
fahisyah (hubungan seksual di luar nikah) yang dilakukan pada
kemaluan atau dubur.
Dapat disimpulkan dari berbagai definisi istilah, bahwa zina
adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki dengan
seorang perempuan tanpa nikah yang sah mengikut hukum syarak
(bukan pasangan suami isteri) dan kedua-duanya orang yang mukallaf.
Dalil larangan zina secara umum adalah firman Allah SWT :

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.

Fiqh Kelas XI MA
34
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
[QS Al Isra' 17:32]


Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui."[QS Al A'raaf 7:33]


Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-
wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang
menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga) [QS
An Nuur 24:26]



Fiqh Kelas XI MA
35
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini)
wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang
beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-
orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar
mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud
berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa
yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam)
maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-
orang merugi.[QS Al Maaidah 5:5]


Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.[QS An Nuur 24:2]


Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang
mu'min.[QS An Nuur 24:3]

Dalil naqli tentang zina dalam hadist shahih:
Apabila seorang hamba berzina keluarlah iman darinya. Lalu iman itu
berada di atas kepalanya seperti naungan, maka apabila dia telah
bertaubat, kembali lagi iman itu kepadanya. [Hadits shahih riwayat
Abu Dawud no. 4690 dari jalan Abu Hurairah]

Fiqh Kelas XI MA
36
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal

Berkata Ibnu Abbas: "Dicabut cahaya (nur) keimanan di dalam zina"
[Hadist Riwayat Bukhari di awal kitab Hudud, Fathul Bari
12:58-59]

Ada tiga golongan (manusia) yang Allah tidak akan berbicara kepada
mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan tidak
melihat kepada mereka, dan bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu
; Orang tua yang berzina, raja yang pendusta (pembohong) dan orang
miskin yang sombong [Hadits shahih riwayat Muslim 1/72 dari
jalan Abu Hurairah]
Dalam hadist Sumarah bin Jundab yang panjang tentang mimpi
Nabi saw, Beliau saw bersabda:
Kemudian kami berjalan dan sampai kepada suatu bangunan serupa
tungku api dan di situ kedengaran suara hiruk-pikuk. Lalu kami tengok
ke dalam, ternyata di situ ada beberapa laki-laki dan perempuan yang
telanjang bulat. Dari bawah mereka datang kobaran api dan apabila
kena nyala api itu, mereka memekik. Aku bertanya, Siapakah orang
itu Jawabnya, Adapun sejumlah laki-laki dan perempuan yang
telanjang bulat yang berada di dalam bangunan serupa tungku api itu
adalah para pezina laki-laki dan perempuan. [Shahih: Shahihul
Jamius Shaghir no: 3462 dan Fathul Bari XII: 438 no: 7047].
Namun untuk menjalankan hukum zina seperti ini, maka ada
beberapa syarat penting yang harus dipenuhi. Pertama, Pelakunya
adalah seorang mukallaf, yaitu aqil dan baligh. Sedangkan bila seorang
anak kecil atau orang gila melakukan hubungan seksual di luar nikah
maka tidak termasuk dalam kategori zina secara syar`i yang wajib
dikenakan sangsi yang sudah baku. Begitu juga bila dilakukan oleh
seorang idiot yang para medis mengakui kekuranganya itu.
Kedua, Pasangan zinanya itu adalah seorang manusia, baik
laki-laki ataupun seorang wanita. Sehingga bila seorang laki-laki
berhubungan seksual dengan binatang seperti anjing, sapi dan lain-lain
tidak termasuk dalam kategori zina, namun punya hukum tersendiri.
Ketiga, Dilakukan dengan manusia yang masih hidup.
Sedangkan bila seseorang menyetubuhi seorang mayat yang telah mati,
juga tidak termasuk dalam kategori zina yang dimaksud dan memiliki
konsekuensi hukum tersendiri. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa
zina itu hanyalah bila dilakukan dengan memasukkan kemaluan laki-
laki ke dalam kemaluan wanita. Jadi bila dimasukkan ke dalam dubur
(anus), tidak termasuk kategori zina yang dimaksud dan memiliki
hukum tersendiri. Namun Imam Asy-Syafi`i dan Imam Malik dan
Imam Ahmad tetap menyatakan bahwa hal itu termasuk zina yang

Fiqh Kelas XI MA
37
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dimaksud. Perbuatan itu dilakukan bukan dalam keadaan terpaksa
baik oleh pihak laki-laki maupun wanita.
Keempat, Perbuatan itu dilakukan di negeri yang secara resmi
berdiri tegak hukum Islam secara formal , yaitu di negeri yang adil
atau darul-Islam. Sedangkan bila dilakukan di negeri yang tidak
berlaku hukum Islam, maka pelakunya tidak bisa dihukum sesuai
dengan ayat hudud.

2. Macam Zina
Zina terbagi dalam 2 golongan yaitu :
a. Zina Muhson
Dalam kitab At Tasyri Al Jinai pengertian muhson adalah
orang yang pernah menikah dan memenuhi syarat-syarat:
a. Mukallaf dalam artian akil baligh
b. Orang merdeka
c. Telah terjadi persetubuhan dalam bingkai pernikahan
Apakah muhshan itu harus beragama islam? Disini kalangan
ahli fikih berbeda pendapat akan tetapi yang dianggap paling benar
adalah pendapat dan pandangan dari Syafii dan Ahmad bahwa
keduanya sudah menikah, berdasarkan riwayat bahwa Nabi SAW
pernah didatangi seorang laki-laki dan seorang perempuan dari
kalangan Yahudi yang telah berzina, kemudian beliau merajam
keduanya. Jadi pengertian dari Zina Muhson yaitu zina yang dilakukan
oleh orang yang sudah baligh, berakal, merdeka, sudah pernah nikah
secara sah. Maksudnya adalah yang dilakukan oleh suami, istri, duda
ataupun janda.
Para Imam Fiqhiyah berbeda pendapat mengenai hukum yang
akan dilaksanakan pada pezina muhson :
Pertama, Pezina tersebut dicambuk sebelum dirajam. Pendapat
ini mengikuti riwayat Ahmad dan yang dipegang oleh kalangan
madzhab Dhahiri dengan dalil :
Dari Ubadah bin Shamit RA, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda :


....Sedangkan duda dan janda yang berzina dihukum seratus
cambukan dan rajam. (HR Abdul Baihaqi, periwayatannya shahih ).
Kedua, pelaku zina hanya dirajam dan tidak dicambuk. Ini
adalah pendapat madzhab mayoritas kalangan ahli Fiqh : Abu Hanifah,
Malik, Syafii. Mereka beranggapan bahwa tidak ada khabar dalam
riwayat mengenai orang-oraang yang dirajam oleh Nabi Saw, baik
Maiz, perempuan dari Bani Ghamid, maupun 2 orang Yahudi bahwa
salah satu di antara mereka dihukum cambuk terlebih dahulu oleh
Nabi Saw. Dan alasan kedua yaitu hukuman ringan menjadi mandul

Fiqh Kelas XI MA
38
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dengan adanya hukuman berat. Hal itu karena hukuman ringan
dimaksudkan untuk membuat jera, dan cambukan itu tidak memiliki
pengaruh apa-apa jika telah ditetapkan hukuman rajam.
Ketiga, hukuman cambuk dan rajam dilaksanakan sekaligus
dalam pelaksanaan hukuman rajam orangtua baik laki-laki maupun
perempuan tetapi tidak kepada yang muda. Dalam hal ini, Ubay bin
Kaab dan Masruq mendasarkan pada dalil ayat yang telah dinasakh
yang berbunyi : Jika seorang kakek-kakek dan nenek-nenek berzina,
maka rajamlah saja keduanya. Kata kakek-kakek disitu dipahami
berfungsi sebagai pengkhususan orang yang sudah tua. Karena
kalimatnya seperti itu maka orang muda terhalang untuk hukuman
tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas maka hukuman yang paling rajih
(kuat) adalah dengan merajam sampai mati tanpa adanya cambukan
(Al Allamah Asy Syanqithi, hlm 47-48)

b. Zina Ghairu Muhson
Zina Ghairu muhson adalah zina yang dilakukan oleh orang
yang belum pernah nikah (Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim,2007,
hlm. 60). Maksudnya zina jenis ini dilakukan oleh orang yang masih
perawan atau perjaka. Hukumannya adalah dicambuk seratus kali
sesuai firman Allah :
,.l _.l .>! _ .> !... .!. :.> _.>!. !., _ _: < | ,..
`... <!, ,,l > .:,l !.,.s !L _. _,...l _
Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan
janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari
akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan orang-orang yang beriman( QS. An Nur: 2).
Para ahli fiqh berbeda pendapat mengenai apakah selain
hukuman cambuk pelaku diberi tambahan hukuman. Ada 3 pendapat
mengenai ini:
Pertama, Selain hukam cambuk dia wajib dikenai hukuman
pengasingan dari tempat asalnya dalam waktu satu tahun. Ini menurut
pendapat imam Syafii Ahmad, dan Ibnu Hazm mereka berpegang
dengan alasan dari sebuah hadits yang artinya :
Dari Ubadah bin Shamid, sesungguhnya Rasulullah bersabda
Ambillah dariku!, Ambillah dariku! Allah telah membuat aturan bagi
mereka: Perjaka yang berzina dengan perawan dicambuk seratus kali

Fiqh Kelas XI MA
39
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dan diasingkan dari tempat tinggalnya selama setahun.(HR. Muslim,
At Tirmidzi, dan Abu Daud).
Kedua, Pezina laki-laki dibuang keluar daerah, namun tidak
bagi perempuan. Ini adalah pendapat dari Imam Malik dan Al Auzai.
Mereka mendasarkan pada pendapat Nabi saw, Tidak diperbolehkan
bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir
untuk melakukan perjalanan sehari semalam kecuali bersama
mahramnya (HR. Bukhari dan Muslim).
Mereka berpendapat, pengasingan perempuan dengan tanpa
saudara/ muhrimnya dapat mengakibatkan timbulnya kejahatan yang
menimpanya atau bahkan lebih parah daripada itu. Namun apabila
disertai oleh mahramnya, maka ini adalh tindak pengasingan kepada
orang yang tidak melakukan zina dan menghukum (pengasingan)
kepada orang yang tidak berdosa.
Ketiga, pada dasarnya tidak wajib pengasingan ke luar daerah
tempat asalnya sebagai tambahan hukuman kecuali sebagai penjeraan
Pendapat yang paling rajih dan dapat diterima adalah bahwa
hukuman pezina ghairu muhson adalah dicambuk seratus kali dan
diasingkan selama setahun, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan.


3. Hikmah-Hikmah Diharamkannya Zina
Para ulama sepakat bahwa hukum melakukan zina adalah
haram dan termasuk dosa besar, karena mempunyai banyak dampak
negatif.yang luar biasa, seperti tercampurnya air sperma yang
menjadikan ketidakjelasannya keturunan, menjadikan kondisi
masyarakat yang kacau, dan munculnya banyak penyakit yang sulit
disembuhkan. Islam mengharamkan perbuatan zina sebenarnya
banyak hikmah yang terkandung di dalamnya, seperti :
a. Untuk menjaga kesucian masyarakat Islam
b. Melindungi kehormatan kaum muslimin dan kesucian dari
mereka,
c. Mempertahankan kemuliaan kaum muslimin,
d. Menjaga kemuliaan dan kejelasan nasab/ keturunan
sehingga dapat tercipta generasi yang baik, bersih, dan suci
lahir batin
e. Menjaga kebeningan jiwa
f. Terciptanya kehidupan rumnah tangga yang harmonis
g. Terpeliharanya kesucian dan kesehatan jasmani dan rohani
seseorang

Fiqh Kelas XI MA
40
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
h. Terciptanya kehidupan masyarakat yang bebas dari fitnah-
fitnah dan lanat Allah.

B. QADZAF
1. Pengertian Qadzaf
Menurut bahasa qadzaf berasal dari kata


sinonimnya Ar Ramyu

(Abdul Malik Kamal:2007: 86)


artinya melempar atau melontar. Sedangkan menurut istilah syara
qadzaf menurut Ibnu Sayyid Salim adalah menuduh zina atau
memungkiri nasab yang mengharuskan hukuman keduanya. Sedang
menurut Moh. Karim dan Sholih Zuhri qadzaf adalah melempar suatu
tuduhan berbuat zina terhadap seseorang.

2. Hukum Qadzaf
Menuduh orang lain berbuat zina tanpa ada pembuktian
menurut ijma ulama adalah haram dan termasuk salah satu dosa
besar, merujuk pada firman Allah :
| _.] _`., ...`>`,l .l.-l ....l `.-l _ !,..l :> >
,.s ,Ls __
Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita
yang baik-baik, yang lengahlagi beriman (berbuat zina), mereka kena
la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar,[ QS. An
Nur:23].
Rasulullah bersabda: Dari Abu Hurairah sesungguhnya
Rasulullah bersabda: Jauhilah olehmu tujuh perkara yang
membinasakan di neraka; nabi ditanya ; Apa saja tujuh perkara itu ya
Rasulullah: Rasulullah menjawab Mensekutukan Allah, membunuh
jiwa yang diharamkan Allah kecuali dengan jalan yang sah menurut
syara, memakan riba, memakan harta anak yatim, berpaling dari
medan perang, dan menuduh wanita baik-baik berzina yang tak pernah
ingat berbuat keji, lagi beriman (HR Bukhari Muslim).
Oleh karena itu, Allah Taala memvonis pelakunya sebagai
orang fasik dan menggugurkan keadilannya.

3. Had Qadzaf
Orang merdeka yang menuduh seseorang berbuat zina dan tidak
benar, maka dikenai had 80 kali cambukan, baik laki-laki ,maupun
perempuan muslim maupun non muslim (yang tinggal di Darul Islam).

Fiqh Kelas XI MA
41
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
_.] `., ...`>.l . `l .!, -,!, ,.: `>.l>! _,..,. :.>
l,1. > :..: ., ,.l` `> 1..l _ | _.] ,!. _. .-, ,l: >l.
| < "s ',> _
Artinya: dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang
baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang
saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-
lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. Kecuali orang-
orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. An
Nur; 4-5).
Juga karena Rasulullah saw. Mendera para pelaku penyebar
fitnah tentang diri Aisyah RA dengan dera 80 kali.

a. Syarat-Syarat Pelaksanaan Had Qadzaf
Syarat pelaksanaan adanya qadzaf adalah tuntutan orang yang
dituduh dan tidak terbuktinya adanya perzinahan (penuduh tidak bisa
membuktikan perzinahan orang yang dituduh). Untuk melaksanakan
had qadzaf ini ada beberapa syarat-syarat, Al Jazairi mengungkapkan
ada 4 syarat utama :
Pelaku qadzaf adalah orang muslim yang berakal
& baligh
Orang yang dituduh berzina adalah orang suci
yang tidak pernah dikenal berbuat zina oleh
masyarakat
Orang yang dituduh berbuat zina meminta
penerapan had qadzaf terhadap penuduh, karena
ia mempunyai hak untuk hal tersebut, jika mau ia
menerapkan dan jika ia mau memaafkan
Penuduh tidak daapt mendatangkan empat orang
saksi yang bersaksi atas kebenaran qadzaf-nya
tertuduh

b. Had Qadzaf Gugur
Had qadzaf dapat gugur jika terjadi salah satu dari 3
kemungkinan berikut :
- Penuduh dapat mendatangkan 4 orang saksi laki-laki
yang baligh, berakal memberikan kesaksian yang

Fiqh Kelas XI MA
42
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
sama tentang temapt, waktu, dan cara melakukan
perzinahan.
- Dengan lian , jika suami menudih istrinya berbuat
zina ia tidak usah mendatangkan 4 saksi, cukup
bersumpah lian. Lian adalah sumpah suami yang
menuduh istrinya berbuat zina . sumpah cukup
diucapkan 4 kali, misalnya Demi Allah istri saya
telah berbuat zina dengan si Fulan sebanyak 4 kali
kemudian sumpah kelima ditambah Saya bersedia
dikutuk bila saya berdusta atas ucapan saya ini .
Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina),
Padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi
selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu
ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah,
Sesungguhnya Dia adalah Termasuk orang-orang
yang benar (QS An Nur :6-7).
- Orang yang dituduh memaafkan orang yang
menuduh. Meskipun dalam keadaan seperti ini, si
mantan penuduh tetap dikenai hukuman tazir
(bentuk hukuman diserahkan pada hakim).

4. Hikmah-Hikmah Had Qadzaf
a) Untuk menjaga kebersihan kehormatan orang muslim dan
kemuliaannya
b) Menjaga kesucian masyarakat dari maraknya perzinaan di
dalamnya dan tersebarnya akhlaq bejat diantara kamum
muslimin yang notabene orang-orang adil dan orang-orang
bersih
c) Menunjukkan bahwa Islam sangat mengahargai martabat
manusia. Sehingga tak semua tuduhan harus diterima, akan
tetapi harus diikuti dengan empat orang saksi yang benar-
benar adil serta harus tahu peristiwanya.
d) Mendidik manusia agar lebih hati-hati dalam bergaul.

B. MINUMAN KERAS (KHAMR)
1. Pengertian Khamr
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh salah seorang
penyelidik, bahwa tidak ada bahaya yang lebih parah yang diderita
manusia, selain bahaya dari minuman keras atau khamr. Kalau
diadakan penyelidikan secara teliti di rumah-rumah sakit, bahwa
kebanyakan orang yang gila dan mendapat gangguan saraf adalah
disebabkan khamr. Dan kebanyakan orang yang bunuh diri ataupun

Fiqh Kelas XI MA
43
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
yang membunuh kawannya adalah disebabkan khamr. Termasuk juga
kebanyakan orang yang mengadukan dirinya karena diliputi oleh
suasana kegelisahan, orang yang membawa dirinya kepada lembah
kebangkrutan dan menghabiskan hak miliknya, adalah disebabkan
oleh khamr.
Khamr atau minuman keras yaitu sesuatu yang mengandung
bahan alkohol atau yang menyebabkan mabuk pada orang yang
meninumnya (Al Qardhawi,1993 : Bab Khamr). Khamr diambil dari
kata Khamara artinya menutup. Maksudnya adalah menutupi akal.
Karena itu makanan atau meinuman yang dapat menutupi akal secara
bahasa juga disebut khamr. Al Fairuz Abadi (Abu Malik
Kamal,2007:120) mengatakan bahwa khamr adalah minuman paling
memabukjkan yang bersal dari sari buah anggur atau minuman yang
pada umumnya memabukkan, dan yang umum inilah yang paling
tepat. Menurut pendapat jumhur, khamer adalah segala sesuatu yuang
memabukkan baik berupa sari anggur atau sari buah lainnya baik
direbus maupun tidak yang menyebabkan peminumnya hilang
kesadarannya . Pendapat ini berasal dari hadits Nabi Saw. :
Artinya : Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap
yang memabukkan haram (HR Muslim).
Jadi yang dimaksud dengan minuman keras ialah segala jenis
minuman yang memabukan, sehingga dengan meminumnya menjadi
hilang kesadarannya,yang termasuk minuman keras seperti arak
(khamar) minuman yang banyak mengandung alcohol, seperti wine,
whisky brandy, sampagne, malaga dan lain-lain, selain itu juga ada
benda padat yang bias memabukkan seperti ganja, morfin, candu, pil
BK, nipan, magadon, dan lain-lain atau biasa yang di sebut dengan
narkoba dan lain-lain sama termasuk kategori minman keras.
Dari pengertian khamr dan esensinya seperti yang
dikemukakan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa segala
macam makanan ataupun minuman yang terolah atau selama
mengganggu akal pikiran maka dia adalah khamr dan haram
hukumnya.

2. Hukum Minuman Keras
Hukum mengkonsumsi Khamr adalah haram, sebab akan
mempunyai dampak negatif yang cukup berat sekali. Misalnya
hilangnya kesadaran seseorang akan berbuat semau hatinya yang
cenderung melanggar norma masyarakat dna norma agama, serta
merusak sel syaraf otak dan jantung peminumnya yang berakibat
membahayan dirinya sendiri. Oleh karena itu wajar jika Allah
mengharamkan minuman keras lewat firman-Nya ;

Fiqh Kelas XI MA
44
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
!!., _.] `.., !..| `.>' .,.l ,!.. `.l _> _. _.s _.L,:l
:,..>! >l-l >l. _
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah,
adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.(AlMaidah :90).
Hukum orang yang menganggap minuman khamr halal adalah
kafir berdasarkan kesepakatan umat Islam. Menurut Umar RA dan Ali
RA apabila seorang non muslim menjual khamr, maka tempat dan
hasil penjualannyapun harus dirusak dan resikonya ditanggung sendiri
oleh pemiliknya. Dan adapun dalil yang secara tegas di tujukan kepada
para peminum minuman keras,dan bagi semua pelakunya termasuk
pelaku dosa besar dan di laknat oleh Allah SWT. Seperti dalam sabda
nabi:
Dari Abdullah bin umar, Rasulullah SAW. Bersabda: barang
siapa yang minum khamar dan dia tidak bertobat, maka ia tidak akan
memperolehnya di akhirat(HR bukhari)
Dalam hadist lain jga rasulullah bersabda:
Artinya:
Dari ibnu umar; Rasulullah bersabda: Allah melaknat khamar
dan peminumnya, orang yang memberi minuman dengan nya,
penjualnya, pembelinya, pemresnya, orang-orang yang menyuruh
memerasnya,pembawanya dan orang yang di bawakan (yang
memilikinya).(HR Abu Dawud)

Apabila khamr berubah dengan sendirinya menjadi cuka maka
hukumnya adalah halal menurut ijma sahabat. Akan tetapi apabila
berubah kembali rasa, warna, dan baunya seperti khamr maka
hukumnya menjadi haram.

3. Hukuman bagi Peminum Khamr
Orang yang melanggar larangan minuman keras akan
mendapat sangsi hukum berupa had yaitu jilid (cambuk) antara 40
sampai 80 kali. Menurut Abu Bakar, Umar bin Khatab, Usman bin
Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Djafar mengatakan bahwa
peminum khamr itu dicambuk sampai 40 kali. Hal senada juga diikuti
oleh Imam Syafii, Abu Daud, dan ulama Dhahiriyah. Akan tetapi
imam/ hakim dapat menambah 40 kali, sehingga mencapai 80 kali
cambukan. Tambahan ini dapat diartikan sebagai tazir.
Adapun landasan hukuman ini sebagai berikut :

Fiqh Kelas XI MA
45
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Rasulullah bersabda Dari Anas bin Malik ra : Dihadapkan
kepada Nabi Saw seorang yang telah minum khamr, kemudian beliau
menjiolidnya dengan 2 tangkai pelepah kurma kira-kira 40 kali(HR.
Muttafaqun Alaih)
Hadits Nabi saw : Nabi telah mendera (peminum khamr) 40
kali, Abu Bakar menderanya 40 kali, dan Umar menderanya 40 kali,
dan semuanya itu sunah, sedangkan yang paling saya senangi adalah
80 kali dera(HR Muslim).
Alat yang digunakan untuk mendera adalah pelepah kurma,
sandal, atau dengan keduanya (Moh Karim dan Sholih Z. :2005, 29).
Disepakati bahwa 2 orang saksi lelaki yang tidak fasik diterima sebagai
saksi dalam peristiwa pelanggaran minum khamr, dan jarak antar
persaksian merekadan minumnya orang tadi tidak lebih dari satu
bulan.
Ulama sepakat bahwa peminum khamr, bila ia mengulang-
ulang minum khamr, dijatuhi hukuman setiap kali minum bukan
dibunuh.
Orang yang terkena had khamr diisyaratkan Muslim, baligh,
berakal, meminum khamr secara sukarela, mnegetahui keharamannya,
dan sehat. Jadi ketika orang sakit yang melakukannya maka hadnya
tidak gugur akan tetapi pelaksanaannya ditunda hingga ia sembuh,
jika ia telah sembuh maka had khamr wajib dilaksanakan.
Cara pelaksanaannya pun juga diatur yaitu orang yang hendak
dijatuhi had didudukkan di atas tanah, kemudian punggungnya
dipukul dengan cambuk yang sedang, tidak keras, juga tidak terlalu
ringan sebaanyak 40 sampai 80 kali. Wanita juga begitu, hanya saja
badan wanita ditutup kain tipis yang menutup auratnya dan tidak
melindunginya dari cambuk.

4. Hikmah-Hikmah diharamkannya Khamr
1. Menjaga keselamatan agama, akal, badan, dan harta orang
Muslim
2. Terjaganya kehidupan masyarakat dari kejahatan-kejahatan
yang ditimbulkanoleh minuman keras
3. Mengurangi bahkan menghapus beban siksa di akhirat bagi
pelaku
4. Terhindar dari perbuatan yang menyimpang
5. Menjaga kesehatan badan dan mental. Karena minuman
keras sangat berbahaya bagi peminumnya mapun akibatny
pada orang lain. Minuman keras juga bias merusak jaringan
syaraf pada tubuh manusia terutama syarf otak. Dan dengan
di haramkannya minuman keras maka manusia akan

Fiqh Kelas XI MA
46
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
menghindarinya. Sehingga akan terhindar dari bahaya yang
di atas.
6. Menghindari dari lahirnya kejahatan sosial. Karena orang
mabuk sering melakukan kejahatan. Dan dengan menjauhi
minuman keras maka kehidupan masyarakat akan tentram
dan damai.
7. Menjaga generasi penerus agar lebih baik.
8. Melindungi kehormatan, banyak bukti akibat minum
minuman keras terjadi pemerkosaan terhadap wanita.

C. MENCURI
1. Pengertian Mencuri
Mencuri menurut bahasa adalah shariqah yang artinya adalah
mengambil sesuatu yang bukan miliknya secara sembunyi-sembunyi.
Mencuri menurut istilah adalah mengambil harta terjaga
milik orang lain, tanpa syubhat padanya, pada tempatnya yang
dikhususkan, dengan takaran khusus, dengan cara sembunyi-
sembunyi. Mencuri menurut pengertian umum adalah mengambil suatu
barang milik orang lain secara sembunyi sembunyi dengan atau tampa
hak milik nya dan tanpa sepengetahuan pemiliknya (Ahmad Jamil,
2008:31).
Sedangkan menurut syara adalah perbuatan orang mukallaf
(baligh dan berakal ) yang mengambil suatu barang milik orang lain
secara sembunyi sembunyi dan tanpa keragu-raguan sedikitpun hingga
mencapai jumlah satu nishab dari tempat simpanan nya , dan orang
yang mengambil tidak mempunyai andil pemilikan terhadap barang
yang di ambil. (Abu Malik Kamal,2007: 144).

2. Dasar Hukum Pencurian
Mencuri adalah termasuk dosa besar . Jumhur ulama fiqhiyah
sepakat mengharamkannya. Firman Allah :
l!. >l. >., _L.,l!, l.. !, _|| ,!>' l!.l !1, _.
_. _!.l .!, `.. .l-. __
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang
lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu
membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat
memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. (Qs Al Baqarah :188).
Sabda Nabi saw ....dan tidaklah seorang pencuri ketika akan
mencuri dia dalam keadaan beriman......(HR Muttafaqun Alaih)

Fiqh Kelas XI MA
47
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
3. Penetapan Pencurian
Suatu perkara dapat ditetapkan sebagai pencurian apabila memenuhi
syarat sebagai berikut
a) Orang yang mencuri adalah mukalaf, yaitu sudah baligh
dan berakal
b) Pencurian itu dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi
c) Orang yang mencuri sama sekali tidak mempunyai andil
memiliki terhadap barang yang dicuri
d) Barang yang dicuri adalah benar-benar milik orang lain
e) Barang yang dicuri mencapai jumlah nisab
f) Barang yang dicuri berada di tempat penyimpanan atau di
tempat yang layak.
g) Ada 2 orang saksi yang patut memberikan kesaksian, serta
keduanya tidak berbeda dalam kesaksiannya. Jarak antara
peristiwa pencurian dsengan kesaksian belum satu bulan.

4. Had Perbuatan Pencurian
Hukuman pencurian ditetapkan atas dasar Al Quran dan Al
Hadits :
Firman Allah :
_!.l !.l `-L! !.,., `,> !., !,. .>. _. < < ,s ',>> __
Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah
tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan
dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.(QS Al Maidah :38).
Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwasanya Rasulullah
SAW. Pernah memotong tanga seorang pencuri yang mencuri sebuah
perisai seharga tiga dirham (Hadits Shahih dari Riwayat Bukhari dan
Muslim).
Juga dari periwayatan Aisyah RA, bahwasanya Rasulullah saw. Pernah
bersabda Demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggama-Nya, kalau
saja Fatimah binti Muhammad mencuri, niscaya aku sendiri yang akan
memotong tangnnya(HR Bukhari Muslim)
Hadits Nabi Saw; Dari Abu Hurairoh RA, sesungguhnya rasullah
SAW bersabda mengenai pencuri ; Jika ia mencuri ( kali pertama)
potong lah salah satu tanganya, kemudian jika ia mencuri (kali kedua)
potonglah salah satu kakinya, kemudian jika ia mencuri (kali ketiga )
potonglah tangannya (yang lain ) kemudian jika ia mencuri ( kali ke
empat ) potonglah kakinya ( yang lain ) (HR.SyafiI).
Berdasarkan hadits di atas ini sebagian ulama di antaranya imam
malik dan imam syafiI berpendapat sebagai berikut :

Fiqh Kelas XI MA
48
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
a) Mencuri yang pertama kali, maka dipotong tangan kanannya
b) Mencuri kedua kalinya, dipotong kaki kirinya.
c) Mencuri yang ketiga kalinya, dipotong tangan kirinya.
d) Mencuri yang ke empat kalinya, dipotong kaki kanannya
e) Kalau masih mencuri, maka ia dipenjara sampai tobat, menurut
ijma ulama dibunuh.
Bagian tubuh yang dipotong adalah pergelangan tangan atau
kaki. Hukuman had bagi pencuri laki-laki sama dengan perempuan.
Had pencuri hamba sahaya dean bvudak wanita sama seperti had
orang merdeka. Had tersebut diterapkan ketika mencuri harta kaum
muslim maupun non muslim.
Apabila pemilik barang yang dicuri itu memaafkan kepada
pencurinya, sebelum dip roses di pengadialan maka pencuri terlepas
dari hukum, jika kejaiannya pindah ke pengadilan, maka hukum
mencuri pindah dari hak hamba kepada hak Allah SWT.
Rosullah bersabda:
Diriwatyatkan oleh Amr bin Syuaib dari ayah nya dari kakeknya,
sesungguhnya Rosullah SAW bersabda ; Maafkanlah hukum-hukum
selama masih berada di tangannya. Adapun hukum yang sampai pada
ku, maka wajib (dilaksanakan) (HR.Abu dawud dan An NasaI )

5. Nisab Barang Yang Dicuri
Untuk dapat dikenakan hukum, maka pencurian itu harus
mencapai kadar atau nishob tertentu. Nishob yaitu jumlah tertentu dari
barang yang di curi, jadi apabila jumlah tersebut terpenuhi maka di
kenakan hukum, jika tidak di penuhi , maka tidak di kenakan hukum
dalam hal ini ulama berpendapat :
Madhzab SyafiI , Maliki , Hambali, barang yang dicuri adalah
seharga seperempat dinar atau seharga emas 3,34/3,36 gram. Madzhab
Hanafi, nishob barang curian adalah seharga 10 dirham.

6. Hikmah Hukuman Perbuatan Pencurian
a. Menjadikan orang yang mau berbuat pencurian
mempertimbangkan seribu kali pertimbangan, sebab
hukumannya sangat menyakitkan, memalukan, dan
memberatkan kehidupannya di masa depan (yaitu hukum potong
tangan atau kaki)
b. Orang akan jera melakukan pencurian kembali. Khususnya bagi
yang sudah terlanjur pernah mencuri lalu dikenai hukuman had,
ia tidak berani lagi mengulanginya. harta atau hak dapat
terlindungi
c. Orang tidak sembarangan mengambil barang milik orang lain

Fiqh Kelas XI MA
49
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
d. Tercipta lingkungan kondusif, tyentram, aman dan damai
e. Mengurangi atau bahkan menghapus beban siksaan di akhirat
bagi pelaku pencurian.

D. MENYAMUN/MERAMPOK/MEMBAJAK
1. Pengertian
Perampok adalah mereka yang mencegat orang lain dengan
senjata di tengahpadang pasir ataupun dalam kota, lalu mereka
merampas harta dengan paksa, terang-terangan dan bukan dengan
jalan pencurian, mereka juga disebut orang yang merampok siapa
yang menghunuskan senjata, membuat takut orang dalam
perjalanan dan memiliki kekuatan tubuh atau dengan bantuan orang
lain untuk melakukan berbagai macam kejahatan, seperti membunuh,
kejahatan seseorang untuk menerobos rumah dan bank, kejahatan
menculik gadis untuk menodainya, kejahatan menculik anak kecil
dan lain sebagainya, mereka itulah
yang dikatakan perampok dari pengertian ini dapat di ketahui cirri
perampok adalah:
a) dilakukan berkelompok orang maupun satu orang
b) dilakukan atas dasar kekuatan yang di milki, sehingga selalu
ada unsure pemaksaan, kekerasan dan ancaman
c) sasaran perbuatan tidak hanya harta benda , akan tetapi kadang
kadang jiwa juga menjadi korban
d) baik pelaku atau korban adalah orang yang mashum darahnya
yaitu sama sama orang Islam atau orang kafir dzimmi bukan
kafir hirbi

2. Hukumnya
Hukum menyamun/merampok/merombajak adalah dosa besar,
dan menganggap perbuatan tersebut memerangi Allah dan Rasul-Nya.
Hukuman bagi perampok adalah sebagai mana firman Allah SWT :
Artinya ;
!..| > _.] ,!> < .`]. -`., _ _ :!. l`.1`, ,l.`,
_L1. `,., l`> _. .l> .`, _. _ .l: `l _> _ !,..l `l
_ :> ,.s ',Ls __
Artinya :Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang
memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka
bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan
kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri

Fiqh Kelas XI MA
50
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
(tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan
untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar,(QS Al Maidah :33).
[414] Maksudnya Ialah: memotong tangan kanan dan kaki kiri; dan
kalau melakukan lagi Maka dipotong tangan kiri dan kaki kanan.
Secara rinci hukum kejahatan tersebut adalah :
a. Jika mereka mengambil harta dan membunuh korbanya,
hukumnya adalah di hukum mati kemudian di salib
b. Jika mereka membunuh korban tetapi mereka tidak
mengambil hartanya, hukaumnya adalah dihukaum mati
c. Jika mereka mengambil harta dan tidak membunuh
korbannya, hukum nya adalah di potong tangan dan
kakinya ecara silang
d. Jika meraka tidak membunuh korb an dan tidak
mengambil hartanya maka hukumnya adalah di
penjarakan atau di asingkan
Telah terjadi ijma ulama atas gugurnya had ini jika pelaku
tersebut bertaubat sebelum mereka tertangkap, sebab jika taubatbya
jika setelah tertangkap maka ia tidak akan merubah sedikitpun
ketentuan sangsi atasnya. Hukum-hukum yang menjadi hak Allah
menjadi gugur yaitu potong tangan dan kaki sebab taubat. Akan tetapi
yang berkaitan dengan hak adami berupa jiwa, harta tidak bisa gugur
begitu saja.
Firman Allah dalam QS Al Maidah: 34:
| _.] ,!. _. _, '.1. ,ls .l.! _ < "s ',> __
Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu
dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka ketahuilah bahwasanya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Hukuman yang tidak bisa digugurkan sebab taubatnya pelaku
pewrbuatan ini adalah :
Hukuman qishas jika membunuh atau melukai korban,
mengembalikan atau mengganti harta yang dirampas.

3. Hikmah-Hikmah Dilarangnya Perbuatan Menyamun/
Merampok/ Membajak
a) Harta atau hak orang dapat terlindungi
b) Orang tidak sembarangan mengamcam orang yang lebih lemah
c) Tercipta lingkungan aman dan damai
d) Perampok menjadi jera , jika terkena saksi



Fiqh Kelas XI MA
51
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal

E. BUGHAT
1. Pengertian

Secara etimologis bughat berarti melampaui batas, berpaling
dari kebenaran, bermasiat menganiaya
Menurut istilah mereka adalah suatu kaum yang memiliki
kekuatan dan perintah, mereka memisahkan diri dari Imam dengan
pendapat atau landasan yang menyimpang, mereka ingin
menjatuhkan atau menyelisihinya serta mematahkan tongkat
ketaatannya darinya.
Setiap kelompok yang menolak hak atasnya, atau
menonjolkan diri dari Imam (pimpinan kaum Muslimin), atau
berlepas diri dari ketaatan terhadapnya, maka mereka dikatakan
bughot yang zolim, bughot masih tetap muslim dan bukannya kafir.

2. Ciri-Ciri Bughat
Kaum muslim bias di katakan bughat apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut ;
b. Mereka memiliki kekuatan , berarti mereka dapat
melawan penguasa
c. Mereka telah keluar dan tidak mengikuti perintah
penguasa
d. Mereka mempunyai alsan untuk keluar dan alsan di
anggab benar oleh mereka
e. Mereka mempunyai pengikut dan setuju dengan tindakan
mereka
f. Mereka mempunyai pemimpin yang di taati
Contoh bughat: Setelah wafatnya Rasulullah saw muncullah
gerakan murtadd yakni keluar dari Islam yang dipelopori leh orang-
orang munafik dan mereka yang membentuk kekuatan menentang
pemerintahan Abu Bakar dengan cara enggan membayar zakat.
Kemudian abu Bakr bersikap tegas memerangi mereka sampai mereka
kembali pada Islam dan taat pada aturan zakat, dan sebagian yang lain
ada yang terbunuh.
Contoh lain pada masa Rasulullah saw. Di madinah, orang-
orang Yahudi Bani Quraidhah melakukan pengingkaran terhadap
perjanjian perdamaian yang dibuat bersama rasulullahsaw. Lalu
mereka melakukan pembangkangan , penyerangan dan pembunuhan
terhadap umat islamoleh Rasulullah saw. Akhirnya Bani Quraidhah ini
diperangi.perbuatan orang-orang Bani Quraidhah termasuk bughat.


Fiqh Kelas XI MA
52
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
3. Tindakan Hukum Bughat
Orang-orang yang membangkang harus diusahakan untuk
kembali mentaati iman atau pimpinan yang sah. Upaya untuk
mengembalikan mereka harus ditempuh dengan cara-cara yang baik
dan benar. Tindakan yang dilakukan harus bertahap dari cara yang
paling ringan sampai yang paling berat. Misalnya dengan diberikan
pengertian, jika tidak berhasil, maka bisa diberikan ultimatum, atau
bahkan ancaman untuk memeranginya. Jika masih belum bisa dengan
cara ini, maka boleh diperangi.
Allah swt. Berfirman :
Artinya :
| !.!L _. _,...l l.. >l.! !.., | -, !...>| _ls _> l..1
_.l _-,. _.> ,_.. _|| . < | ,,! >l.! !.., _.-l!, L. | < >
_,L.1.l _

Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu
berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau
yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang
melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada
perintah Allah. kalau dia Telah surut, damaikanlah antara keduanya
menurut keadilan, dan hendaklah kamu berlaku adil; Sesungguhnya
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.(QS Al-Hujuraat : 9)

Rasulullah bersabda: Barang siapa yang didatangi kelompok
yang bermaksud memecahkan persatuan kamu sekalian, maka
bunuhlah mereka. (HR.Muslim)

Status hukum bughat orang yang membangkang jika benar-
benar telsh memenuhi syarat-syarat seperti dijelaskan diatas, maka
sama halnya dengan menentang hukum-hukum Allah. Ia telah berbuat
zalim atau durhaka pada pimpinan yang sah dan berarti telah
memisahkan diri dari jamaah.menaati pimpinan adalah salah satu
perintah Allah swt.
Artinya :
!!., _.] `.., `-,L < `-,L _.l _|` . `>.. | ,.s... _ ,`_: ::`
_|| < _.l | ,.. `... <!, ,,l > ,l: ,> _.> ,!. __


Fiqh Kelas XI MA
53
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al
Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya.(QS Al-Nisa: 59)
Rasulullah bersabdah : Barang siapa keluar dari taat dan
memisahkan diri dari jamaah, kemudian ia mati, maka matinya
termasuk mati jahiliyah(HR. Muslim)
Cara memerangi bugat, pertama, offensif artinya menahan diri
dengan sikap sabar, kedua memberi peringatan, ketiga defensif atau
menyerang, keempat menangkap, kelima mengadili mereka dengan
cara adil.
Tujuan memerangi bughat bukan untuk membunuh akan tetapi
menolak kejahatannya, mengembalikan pada jalan yang benar. Oleh
karena itu jika pasukan bughat tertawan tidak boleh dibunuh,
hartanya tidak boleh dijadikan ghanimah (harta rampasan perang).
.
4. Hikmah Dilarangnya Bughat
a. Terjadinya kedamaian dan kerukunan didalam
masnyarakat.
b. Pemerintahan atau iman yang sah menurut hukum
diberikan kebebasan untuk bertindak rangka membela
diri, menegakkan keadilan.
c. Masyarakat tidak boleh semena-mena melakukan
tindakan melawan pemerintahan yang sah.
d. Jika ada perbedaan pendapat harus disalurkan dengan
cara-cara yang baik dan benar

Kesimpulan

Zina adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki
dengan seorang perempuan tanpa nikah yang sah mengikut
hukum syarak (bukan pasangan suami isteri) dan kedua-duanya
orang yang mukallaf.
Zina terbagi dalam 2 golongan, yaitu zina Muhson (zina setalah
melakukan pernikahan) dan Ghairu Muhson (zina ketika masih
dalam mas lajang).
Qadzaf adalah menuduh zina atau memungkiri nasab yang
mengharuskan hukuman keduanya

Fiqh Kelas XI MA
54
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Orang merdeka yang menuduh seseorang berbuat zina dan tidak
benar, maka dikenai had 80 kali cambukan, baik laki-laki
,maupun perempuan muslim maupun non muslim
Khamr atau minuman keras yaitu sesuatu yang mengandung
bahan alkohol atau yang menyebabkan mabuk pada orang yang
meninumnya
Orang yang melanggar larangan minuman keras akan
mendapat sangsi hukum berupa had yaitu jilid (cambuk) antara
40 sampai 80 kali.
Mencuri adalah perbuatan orang mukallaf (baligh dan berakal )
yang mengambil suatu barang milik orang lain secara sembunyi
sembunyi dan tanpa keragu-raguan sedikitpun hingga mencapai
jumlah satu nishab dari tempat simpanan nya , dan orang yang
mengambil tidak mempunyai andil pemilikan terhadap barang
yang di ambil
Hukum mencuri adalah :
Mencuri yang pertama kali, maka dipotong tangan
kanannya
Mencuri kedua kalinya, dipotong kaki kirinya.
Mencuri yang ketiga kalinya, dipotong tangan kirinya.
Mencuri yang ke empat kalinya, dipotong kaki kanannya
Kalau masih mencuri, maka ia dipenjara sampai tobat,
menurut ijma ulama dibunuh.
Nishab barang yang dicuri untuk dilakukan had adalah
Madhzab SyafiI , Maliki , Hambali, barang yang dicuri adalah
seharga seperempat dinar atau seharga emas 3,34/3,36 gram.
Madzhab Hanafi, nishob barang curian adalah seharga 10
dirham
Perampok adalah mereka yang mencegat orang lain dengan
senjata di tengahpadang pasir ataupun dalam kota, lalu
mereka merampas harta dengan paksa, terang-terangan dan
bukan dengan jalan pencurian.
Bughat adalah suatu kaum yang memiliki kekuatan dan
perintah, mereka memisahkan diri dari Imam dengan
pendapat atau landasan yang menyimpang, mereka ingin
menjatuhkan atau menyelisihinya serta mematahkan tongkat
ketaatannya darinya






Fiqh Kelas XI MA
55
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal



Bentuk Pilihan Ganda
Berilah tanda silang pada salah
satu jawaban yang dianggap benar
!
1. Orang yang menuduh orang
lain berzina dengan
tanpa saksi, harus didera
sebanyak ..
a. 70 kali
b. 180 kali
c. 110 kali
d. 80 kali
e. 40 kali
2. Minuaman keras dilarang
dan di haram kan
trdapat dalam surat..
a. Al Maidah : 90
b. An Nur :19
c. Al Maidah : 80
d. An Nisa : 15
e. Al Baqorah : 90
3. Orang yang mabuk di
karenakan minuman
keras wajib di kenakan ..
a. Had
b. Rajam
c. Qishos
d. Qodzaf
e. Diyat
4. Pelaku miras wajib di kenai
hukuman dera sebanyak ..
a. 40 kali
b. 80 kali
c. 110 kail
d. 60 kali
e. 50 kali
5. Al quran menyebutkan
bahwa minuman keras
termasuk perbuatan ..
a. Orang kafir
b. Orang yahudi
c. Orang fasiq
d. Orang nasrani
e. Syaiton
6. Surat al isro ayat 32 adalah
dasar hukumnya ..
a. Qodzaf
b. Menuduh
c. Mencuri
d. Zina
e. Merampok
7. Pelaku zina yang belum
menikah didebut
a. Muhson
b. Al azmi
c. Ghoiru muhson
d. Qodzaf
e. Baligh
8. Allah melanat orang yang
meminum minuamn keras ,
kecuali..
a. Pembasmi miras
b. Pembawanya
c. Pemiliknya
d. Penjualnya
e. Peminumnya
9. Sumpah suami menuduh
istrinya berzina di sebut
a. Qodzaf
b. Ila
c. Muhson
d. Zani
e. Ilan
Evaluasi

Fiqh Kelas XI MA
56
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
10. Hokum menggunakan
minuamn keras sebagai obat
adalah .
a. Wajib
b. Makruh
c. Mubah
d. Sunnah
e. Haram
11. Rajam dikenakan pada
pelaku zina ..
a. Laki laki
b. Yang sudah menikah
c. Perempuan
d. yang belum menikah
e. anak anak
12. Perbuatan zina terdiri dari
berapa macam
a. satu macam
b. dua macam
c. tiga macam
d. empat macam
e. lima macam
13. Hukuman pelaku zina
muhson adalah
a. qishos
b. jilid
c. qodzaf
d. dicambuk
e. rajam
14. Orang yang mahsun
darahnya adalah
a. orang kafir harbi
b. orang musrik
c. orang munafik
d. orang islam dan kafir
dzimmi
e. orang murtad
15. Orang yang memberontak
kepada pemerintah yang sah di
sebut
a. shiyal
b. al qotlu
c. bughat
d. sariq
e. qodzaf



A. Isilah titik titik di
bawah ini dengan
singkat dan tepat !!!
1. Budak berzina
hukumannya adalah

2. Ketetapan hukum halal
dan haram disebut
.
3. Hukum asal dari miras
adalah
4. Hukuman bagi pemabuk
adalah ..
5. Remaja yang berzina di
namakan .
6. Nishob barang curiaan
adalah .
7. Qadzaf adalah .
8. Perampok adalah .
9. Had pencuri di penjara
apa bila .
10. Bughat adalah suatu
kaum yang memiliki
.
B. Jawablah pertayaan di
bawah ini dengan benar
!!!
1. Tulis dan terjemahkan
ayat dilarang berzina ?
2. Jelaskan apa yang
menjadi sebab gugurnya
qodzaf ?
3. Apa yang di maksud
Bughat itu ?

Fiqh Kelas XI MA
57
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
4. Jelaskan apa yang di
maksud mencuri
menurut syara ?
5. Apa perbedaan
merampok dan mencuri ?
Daftar Pustaka.
Al Asqalani, Ibnu Hajar, 2009, Mukhtasar Targhgib wa Tarhib
(Ensiklopedia Anjuran dan Larangan,penj. Syarief Baraja), ,
Pustaka As Sunnah, Jakarta
Al Jazairi, Abu Bakr, Ensiklopedia Muslim (Minhajul
Muslim),2000, PT Darul Falah, Jakarta
Al-Khalafi, 2006, Al Wajiz (Ensiklopedia Fiqih Islam dalam Al
Quran dan Sunah As Shahih, penj Maruf Abdul Jalil), , Pustaka
As Sunnah, Jakarta.
Al-Qardhawi, Yusuf.1997,Sistem Masyarakat Islam dalam Al
Quran dan Sunnah,Citra Islami Pers (Ebook).
Asad, Mahrus dan A. Wahid,2006,Memahami Fiqih,
Armico,Bandung
As-Sayuti,Jalaludin.1981,Al Jamius Shagir, Beirut, Darul Fikr.
Departemen Agama RI. Al Quran dan terjemahannya,1971,
Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Tafsir Al Qur;an, Jakarta
_____________________. AlQuran dan Tafsirnya.1985/1986. Proyek
Pengadaan Kitab Suci, Depag.

Fiqh Kelas XI MA
58
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal











PENDAHULUAN

BAB 3. PERADILAN
(Pengadilan, Hakim, dan Saksi )


Fiqh Kelas XI MA
59
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB 3. PERADILAN / AQDIYAH
Standar Kompetensi : Memiliki Pemahaman dan Penghayatan yang lebih
mendalam terhadap ajaran Islam tentang Pidana (Jinayah), Hudud, dan Peradilan
serta mampu menngamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan proses peradilan dalam Islam
2. Mengidentifikasi ketentuan tentang hakim dan saksi dalam peradilan Islam
Indikator-Indikator
1. Menjelaskan pengertian peradilan
2. Menjelaskan fungsi peradilan dalam Islam
3. Menjelaskan proses peradilan dalam Islam
4. Menjelaskan pengertian, fungsi dan tugas hakim
5. Menyebutkan syarat-syarat & macam-macam hakim
6. Menjelaskan adab /etika hakim
7. Menjelaskan kedudukan hakim wanita
8. Menjelaskan pengertian dan fungsi saksi
9. Menjelaskan syarat-syarat saksi

Fiqh Kelas XI MA
60
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Epitum Bab III







































BAB. 3
3.1
3.1.4
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.2.2.1
3.2
3.2.1 3.2.2
3.2.1.4
3.2.1.1
3.2.1.5
3.2.1.3
3.2.1.2
3.2.1.6 3.2.2.3
3.2.2.2
3.2.2.1
3.2
3.2.1 3.2.2
3.2.1.4
3.2.1.1
3.2.1.5
3.2.1.3
3.2.1.2
3.2.1.6
3.2.2.3
3.2.2.2

Fiqh Kelas XI MA
61
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
PENJELASAN:
BAB 3. PERADILAN / AQDIYAH
3.1 Peradilan
3.1.1 Pengertian Peradilan
3.1.3 Fungsi Peradilan
3.1.4 Hikmah Peradilan
3.2 Hakim Dan Saksi
3.2.1. Hakim
3.2.1.1 Pengertian Hakim
3.2.1.2 Fungsi dan Tugas Hakim
3.2.1.3 Syarat-Syarat Hakim
3.2.1.4 Macam-Macam Hakim
3.2.1.5 Adab/ Etika Hakim
3.2.1.6 Kedudukan hakim wanita
3.2.2 Saksi
3.2.2.1 Pengertian Saksi
3.2.2.2 Fungsi Saksi
3.2.2.3 Syarat-Syarat Saksi
Deskripsi : Salah satu syarat negara yang berkeadilan adalah negara yang
mempunyai peradilan. Yang memiliki hakim yang adil dalam memutuskan
perkara, dan ketersediaan saksi yang betul-betul mengetahui permasalahan
dalam perkara. Dalam Islam kedudukan hakim dipandang sebagai
kedudukan yang sangat penting, karena mengurusi hajat hidup masyarakat
yang berda disekelilingnya. Tak terkecuali kedudukan hakim wanita yang
memunculkan pendapat tersendiri dari kalangan ulama fiqh. Dalam Bab 3 ini
kita akan membahas tentang proses Aqhdiyah dalam Islam.
Kata Kunci : Hakim, Adil, saksi, hukum





Fiqh Kelas XI MA
62
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB 3 (AQDHIYAH) PERADILAN, HAKIM, SAKSI
A. PERADILAN
1. Pengertian Peradilan
Hukum merupakan salah satu kekuatan utama bagi
masyarakat. Maka masyarakat manapun selalu memerlukan hukum
atau undang-undang yang mengatur hubungan sesama mereka.
Hukum memberikan sanksi kepada orang yang menyimpang dari
kaidah-kaidahnya, baik hukum tersebut berasal dari langit (wahyu)
atau buatan manusia. Karena hati nurani dan motivasi saja tidak
cukup untuk makhluk secara umum dalam memelihara keselamatan
berjamaah, menjaga eksistensinya baik yang bersifat materi atau moral
dan menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena
itu Allah mengutus para rasul-Nya dan menurunkan kitab-Nya untuk
menentukan dan mengatur perjalanan hidup dengan benar. Allah SWT
berfirman:
.1l !.l. !.l.' ..,l!, !.l. `-. ..>l _,.l 1,l '_!.l 1`.1l!,
!.l. .,.>' , _!, .,.: _... _!.ll l-,l < _. .:.., .`.' ,-l!, | <
_ ",s __
Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat
melaksanakan keadilan. dan Kami ciptakan besi yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah
mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya
Padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha kuat lagi
Maha Perkasa.(Al Hadid :25).

Untuk mengurusi hal-hal yang berkenaan dengan hukum
tersebut maka diperlukanlah sebuah proses peradilan agar sikap
keadilan tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Menurut
bahasa kata peradilan merupakan terjemahan dari bahasa arab yaitu
Al Qadha yang mempunyai arti menetapkan, menyelesaikan,
memutuskan sesuatu dan menyempurnakannya (R. Abdul Djamali,
2002 :208). Kata-kata ini didapat dari Al Quran yang mencantumkan

Fiqh Kelas XI MA
63
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
nama Al Aqdha dalam
banyak ayat yang
semuanya menggunakan
makna bahasa seperti,
a. Menetapkan ((QS.
2:117).
b. Menentukan (QS.
6:21).
c. Memerintahkan dan
memutuskan sesuatu (QS. 33:36).
d. Menyelesaikan dan membinasakan (QS 6 :58).
Sedangkan menurut istilah peradilan adalah sebuah lembaga
yang dibentuk oleh pemerintah (negara) untuk menyelesaikan
(menetapkan) kebiasaan terhadap setiap perkara dengan seadil-adilnya
berdasarkan hukum yang berlaku. Menurut ahli fiqih peradilan
diartikan sebagai suatu badan yang menyelesaikan perkara dengan
menggunakan hukum (kehendak Allah) sebagai dasar, dan dijalankan
oleh orang yang mempunyai kekuasaaan hukum.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan
bahwasanya peradilan adalah lembaga negara yang bertugas
menyelesaikan masalah atau sengketa yang diajukan kepadanya oleh
pihak-pihak yang mengajukan, secara adil atas dasar hukum Allah
SWT dan dijalankan oleh orang-orang yang mempunyai kekuasaan
hukum.
Dasar-dasar hukum yang mengharuskan dibentuknya lembaga
peradilan antara lain adalah firman Allah SWT. berikut :
>> '., !., _. < _,.. >,> >.> .`.., _s _-, !.
_. < ,,l| | l. l.! !,. .,`, < ,.`, _-,, ,.: | ,. _. _!.l
1..l __
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka,
supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang
telah diturunkan Allah kepadamu. jika mereka berpaling (dari hukum
yang telah diturunkan Allah), Maka ketahuilah bahwa Sesungguhnya
Allah menghendaki akan menimpakan mushibah kepada mereka
disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. dan Sesungguhnya
kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Al Maidah :49).
(Suasana di Pengadilan)

Fiqh Kelas XI MA
64
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
!.| !.l. ,,l| ..>l _>l!, >`>.l _,, _!.l !. ,. < _>. _,.!>ll
!.,.> _
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu
dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia
dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah
kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena
(membela) orang-orang yang khianat (QS. An Nisa : 105).

Sabda Nabi Muhammad SAW.:Dari Amr bin Ash bahwasanya ia
pernah mendengar Rasulullah saw. Bersabda, Apabila seorang hakim
akan memutuskan perkara, lalu ia berijtihad, lantas benar
(keputusannya) maka ia mendapatkan dua pahala, dan apabila ia
memutuskan perkara, lalu ia berijtihad, kemudian ternyata keliru
(keputusannya), maka ia mendapatkan satu pahala.(Muttafaqun
Alaihi).

2. Fungsi Peradilan
Allah Berfirman :
!!., _.] `.., . _,. 1`.1l!, ,.: < l _ls >.. _.ll _,,
| _>, !,.s ,1 <! _| !., `-,`.. _> l.-. | .'l. .-. |
< l !., l.-. ,,> __
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang
benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun
terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia
Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari
kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan
menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui
segala apa yang kamu kerjakan.(QS An Nisa 135).
Ayat diatas menunjukkan peradilan mempunyai fungsi utama
untuk menciptakan ketertiban, keamanan, dan ketentraman,
masyarakat melalui tegaknya hukum dan keadilan. Selain itu juga
dimaksudkan untuk menciptakan kemaslahatan umat dengan tetap
tegaknya hukum-hukum Allah SWT.
Oleh sebab itu peradilan Islam sesungguhnya mempunyai fungsi
yang sangat mulia diantaranya :

Fiqh Kelas XI MA
65
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
a. Menetapkan dan melaksanakan sanksi atas setiap
perbuatan yang melanggar hukum.
b. Mendamaikan dua pihak yang bersengketa dengan
berpedoman kepada hukum-hukum Allah SWT.

Hukum perlu ditegakkan ditengah-tengah masyarakat, dan
pelaksanaan penegakan hukum tersebut harus diadakan pengawasan,
agar tidak terjadi penyalahgunaan.hukum dan sanksi-sanksi dapat
diberlakukan. Oleh sebab itu, keberadaan lembaga peradilan sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintah dalam mengawasi tegaknya hukum
dan perundang-undangan mempunyai fungsi yang sangat penting.

Dengan kekuatan dan
kekuasaanlah hukum dapat berjalan
dan berwibawa ditengah-tengah
masyarakat. Sehingga pada
gilirannya masyarakat akan sadar
bahwa dengan adanya lembaga
peradilan, setiap persengketaan
dapat diselesaikan secara hukum,
sehingga hak-hak setiap orang dapat
dinikmati sepenuhnya. Karena itu,
kekuasaan peradilan harus berada
di tangan pemerintah dalam hal ini negara, yang mempunyai kekuatan
untuk menegakkan hukum-hukum yang berlaku.
Dalam pasal 1 UU No 14 Tahun 1970 tentang ketentuan pokok
kekuasaan kehakiman dinyatakan; Kekuasaaan kehakiman adalah
kekuasaaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi
terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.
Penjabaran pasal tersebut adalah diatas, terdapat pada pasal 20
ayat 1 yang diundangkan pada 29 Desember 1989 yang menyatakan
bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh pengadilan di lingkungan
:
a. Peradilan Umum
b. Peradilan Agama
c. Peradilan Militer
d. Peradilan Tata Usaha Negara

3. Hikmah Peradilan
Disyariatkannya peradilan dalam ajaran Islam, mengandung
banyak hikmah, antara lain :

Fiqh Kelas XI MA
66
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
a. Terwujudnya perlindungan hak setiap orang, karena
setiap orang mempunyai hak azasi yang tidak boleh
dilanggar oleh orang lain.
b. Terwujudnya aparatur negara dan pemerintah yang
bersih dan berwibawa
c. Terpeliharanya kehidupan bagi setiap orang dan alam
lingkungannya
d. Terwujudnya perdamaian, keamanan, dan ketertiban
dalam masyarakat
e. Membentuk negara yang berkeadilan dan berazaskan
hukum.

B. HAKIM DAN SAKSI

I. Hakim

1. Pengertian Hakim

Hakim adalah seorang yang diangkat oleh pemerintah untuk
menyelesaikan
dakwaan dan
persengketaan yang
timbul dalam pergaulan
di masyarakat (Mahrus
Asad dan Wahid Sy,
2006: 12). Hakim dalam
Islam dinamakan Qadhi
yang artinya adalah
seseorang yang menjadi
pengganti pemerintah (imam) dalam menjelaskan hukum-hukum
syariat dan mewajibkan kepada rakyat di semua wilayahnya (Abu
Bakr Al Jaziri, 2008 : 709). Dari dua pengertian tersebut hakim dapat
diartikan sebagai seseorang yang diangkat oleh pemerintah dan
sekaligus menjadi penggantinya dalam menjelaskan hukum-hukum
syariat dan mewajibkannya pada semua rakyat yang berada di
wilayahnya serta bertugas untuk menyelesaikan dakwaan maupun
persengketaan yang timbul di dalamnya.
Dalam Islam hukum mengangkat hakim atau qadhi adalah
fardhu kifayah. Sebab Nabi Muhammad saw. pun terbiasa
memutuskan perkara diantara para sahabat dan lainnya, bahkan
beliau pernah mengutus sahabat Ali bin Abi Thalib menjadi hakim di
wilayah Yaman. Demikian juga Khulafaur Rasyidin dan mereka pernah

Fiqh Kelas XI MA
67
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
mengangkat hakim di kota-kota besar (Ibnu Hajar Al Asqalani, 2009:
hlm. 474). Dan juga Nabi Muhammad saw. bersabda: Tiga orang tidak
halal di salah satu daerah di bumi, melainkan mereka mengangkat
salah seorang dari mereka sebagai pemimpin mereka (HR. Ahmad).
Hadits inilah yang menjadi landasan hukum dari mengangkat hakim/
qadhi dan menjadi pijakan khulafaur rasyidin dalam mengangkat
hakim.
Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan kehidupan
yang aman, nyaman tentram, dan juga tertib, jauh dari gangguan serta
ancaman orang lain. Oleh sebab itu, pemerintah wajib melindungi
warganya dari hal-hal tersebut dengan mendirikan lembaga peradilan
dan mengangkat seseorang untuk menggantikan dirinya dalam ranah
hukum yang tentunya dianggap mampu serta cakap dalam
menyelesaikan permasalahan hukum yang dihadapi oleh masyarakat.
Dalam konteks luas, pemerintah/ negaralah yang berhak
mengangkat seorang hakim. Kemudian orang yang ditugasi khusus
untuk menyelesaikan masalah hukum tersebut menjadi pegawai
pemerintahan di bidang hukum. Seseorang tidak boleh menjadikan
dirinya sendiri menjadi hakim. Bahkan jika ada suatu kelompok
kemudian mereka mengangkat seseorang diantara mereka menjadi
hakim untuk menyelesaikan permasalahan hukum mereka maka orang
tersebut bukan merupakan hakim, terkecuali mereka yang tinggal di
suatu wilayah pedalaman dan hukumnyapun dihukumi dengan hukum
adat

2. Fungsi dan Tugas Hakim
Untuk melaksanakan tugas-tugas dalam peradilan, pemerintah
mengangkat hakim, yang bertugas menyelesaikan dan memutuskan
hukum dari permasalahan hukum yang dialami oleh masyarakat di
wilayahnya. Hal ini bertujuan untuk menjaga ketentraman,
keseimbangan, dan keamanan dalam masyarakat. Oleh sebab itu
fungsi hakim ialah sebagai penegak hukum atau sebagai pengemban
pelaksana tugas-tugas pemerintah di bidang peradilan.
Sedangkan tugas-tugas hakim adalah menyelesaikan sengketa
diantara pihak-pihak, memberi kepuasan hukum kepada pihak yang
berperkara. Hakim tidak boleh legalistik, tidak boleh hanya sekedar
menjadi pelaksana UU, tidak boleh hanya legal justice (memutuskan
sesuai dengan UU), tetapi juga harus sosial justice (memutuskan
dengan memperhatikan aspek sosial). Hakim dituntut untuk
menemukan hukum, bahkan bila perlu menciptakan hukum untuk
memenuhi kebutuhan atau rasa keadilan dalam masyarakat dengan

Fiqh Kelas XI MA
68
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
syarat hakim wajib menjamin hukum tetap tersebut aktual,
menyeluruh dan lain-lain.(www. badilag.net/tugas+hakim).
Sedangkan dalam Islam hakim/ Qadhi mempunyai tugas yang
bervariasi. Menurut Abu Bakr Al Jizari, tugas hakim/ Qadhi adalah :
1. Memutuskan perkara semua pihak yang berpekara dalam
semua tuduhan dan kasus vonis-vonis yang bisa dilaksanakan,
atau dengan perdamaian jika barang buktinya saling
berlawanan, tersembunyi kesaksiannya atau kesaksiannya
lemah.
2. Memberikan hak hukum pada pihak yang memang berhak
memilikinya dalam peradilan.
3. Memenangkan pihak yang terbukti benar dan mengalahkan
pihak yang terbukti bersalah.
4. Melaksanakan proses hudud dan vonis pada orang yang
terbukti bersalah.
5. Menangani pernikahan, talak, nafkah, dan lain sebagainya
6. Mengelola harta orang-orang yang belum dewasa seperti harta
anak yatim, harta orang-orang gila, orang-orang yang pergi
tidak jelas kemana perginya, dan orang orang yang
mendapatkan hukuman al hajru (Larangan bagi seseorang
untuk mengelola kekayaannya karena masih kecil, gila,
akalnya tidak sempurna, atau bangkrut).
7. Memikirkan kemaslahatan-kemaslahatan umum di wilayah
kerjanya, seperti jalan-jalan, fasilitas umum, dan lain
sebagainya
8. Menegakkan amar maruf nahi mungkar dan mewajibkan
manusia melakukannya, melarang dari kemungkaran dan
mengubahnya, serta menghilangkan bekas-bekas dari
wilayahnya
9. Menjadi imam shalat Jumat dan Hari Raya.

3. Syarat-Syarat Hakim
Untuk menjadi seorang hakim/ qadhi yang adil dan bijaksana,
hendaknya memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan ajaran
Islam. Pada dasarnya qadhi/ hakim dalam Islam itu harus dari ahli
ijtihad, dan apabila tidak memenuhi syarat, maka ia harus meminta
tolong kepada ahli ijtihad, sehingga kebenaran itu menjadi jelas. Tidak
memutuskan perkara dengan kebodohan dan hawa nafsunya karena
jika demikian maka ia termasuk qadhi-qadhi neraka (Yusuf Al
Qardhawi,1997).

Fiqh Kelas XI MA
69
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Para ulama berbeda pendapat mengenai syarat-syarat menjadi
hakim. Namun jumhur ulama Fiqh membagi syarat-syarat tersebut
menjadi 15 syarat, yaitu:
1. Islam, artinya hakim adalah seorang muslim.
2. Baligh, artinya orang yang sudah dewasa. Anak kecil dan
orang-orang gila tidak boleh menjadi hakim karena kata-
katanya tidak bisa dipegang. Oleh sebab itu, mereka sendiri
terbebas dari jeratan hukum.
3. Berakal sehat, artinya orang yang ingatannya terganggu
oleh suatu sebab tidak sah menjadi hakim.
4. Merdeka, artinya hakim harus orang yang mempunyai
kebebasan dalam bersikap dan bertindak, sehingga budak
belian tidak sah menjadi hakim, karena dirinya dalam
pengawasan orang lain, sehingga tidak berdaya untuk
menguasai dirinya sendiri, apalagi menguasai orang lain.
5. Adil, berbentuk benar dalam ucapannya, jujur dalam
perbuatannya, serta mampu menjaga kehormatan diri dari
perbuatan yang dilarang dalam agama Islam. Orang yang
fasik tidak dapat menjadi hakim karena tidak bisa
menegakkan kebenaran dan keadilan.
| < ``.!, :. .... _|| !l> :| ..>> _,, _!.l .>>
_.-l!, | < !`,-. _>L-, ., | < l !-,.- ,.,
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat(QS An Nisa 58).
6. Laki-laki artinya seorang hakim sebaiknya jangan wanita,
sebab wanita tidak diperkenankan dalam ajaran Islam
menjadi hakim, sebab wanita terlalu besar perasaannya
dibanding akalnya. Sedangkan laki-laki lebih kuat akalnya,
sehingga dalam mempertimbangkan sesuatu lebih banyak
menggunakan akal daripada perasaannya.
7. Memahami dasar-dasar hukum yang terkandung dalam Al-
Quran
8. Memahami dasar-dasar hukum dan ajaran agama yang
terkandung dalam Al Hadits.
9. Memahami dengan baik ijma umat dan khilafiyahnya.

Fiqh Kelas XI MA
70
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
10. Memahami dengan baik metode ijtihad serta mampu
melaksanakannya. Karena tidak semua persoalan hukum
terdapat dalam nash Al Quran dan Hadits. Namun,
sebaliknya banyak tradisi dan perilaku umat yang satu sama
lainnya memiliki perbedaan dan tidak terdapat nashnya.
11. Memahami bahasa Arab dan segala cabang ilmunya dengan
baik
12. Mempunyai pendengaran yang baik, artinay tidak tuli.
13. Mempunyai penglihatan yang baik, artinya tidak buta
14. Mampu membaca dan menulis.
15. Kuat ingatannya (dhabit), artinya tidak pelupa, agar
keputusannya tidak menimbulkan masalah di kemudian
hari.

4. Macam-Macam Hakim
Dalam Islam macam hakim dibagi menjadi 3, yaitu 1 hakim
yang masuk surga dan 2 hakim yang akan masuk neraka. Hal ini
sesuai dengan hadits yang berbunyi:
Dari Abu Buraidah ra. dari Rasulullah saw. Beliau bersabda : Hakim
itu ada 3 macam : yang dua (macam) di neraka sedang yang satu akan
masuk syurga, yaitu :
1. Seorang hakim yang mengetahui yang haq lalu ia memutuskan
perkara dengannya, maka ia akan masuk surga,
2. (kedua) seorang hakim yang memutuskan perkara diantara
orang-orang tanpa dasar pengetahuan, maka ia pasti masuk
neraka,
3. dan (ketiga) seorang hakim yang sengaja berbuat dhalim dalam
(menetapkan) hukum, maka ia pasti masuk neraka (HR. Abu
Daud, Ibnu Majah, At Tarmidzi ( Shahih : Shahihul
Jamius Shagir no: 4446, Aunul Mabud IX: 487 no 3556
dan Ibnu Majah II :776 no: 2315))

5. Adab atau Etika Hakim

Hakim mempunyai kedudukan yang terhormat serta mulia
dalam pandangan masyarakat, sebab hakim adalah perlambang
keadilan dan kebenaran serta tegaknya hukum di dalam kehidupan
bermasyarakat. Di tangan hakimlah kebenaran akan terungkap atau
juga sebaliknya hukum dapat disalahgunakan. Untuk itu pengadilan
dan hakim harus mengenal etika dan kesopanan antara lain :

Fiqh Kelas XI MA
71
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Pertama, bertempat tinggal di pusat kota pemerintahan,
sebab dengan demikian lebih cepat bertindak dan dapat diketahui oleh
masyarakat luas.
Kemudian yang kedua, tidak memihak bagi yang
berperkara. Maksudnya hakim harus adil kepada semua pihak yang
berperkara. Seorang hakim tidak boleh mengutamakan salah satu
pihak yang berperkara
Ketiga, seorang hakim harus kuat tapi tidak kasar, lemah
lembut tapi tidak karena lemah supaya orang yang bersalah bisa
menguasainya dan orang yang benar- benar memiliki hak yang benar
merasa takut padanya. Hakim harus lemah lembut tapi tidak
merendahkan diri agar orang-orang yang kurang sempurna akalnya
tidak lancang terhadapnya, hati-hati tapi tidak menunda-nunda, dan
cerdas, mempunyai pegangan yang kuat atas keputusannya, dan tidak
merendahkan orang lain.
Keempat, seorang hakim tidak boleh menerima hadiah,
apalagi suap menyuap dari pihak-pihak yang bersengketa. Suap dalam
ajaran islam hukumnya adalah haram, sebab makan dari harta dengan
cara yang batil adalah merupakan perbuatan orang yang berbuat kafir.
Seorang hakim boleh menerima hadiah/ pemberian hanya dari orang
yang biasa memberikan hadiah yang tidak dalam keadaan berperkara.
Allah Berfirman :
l!. >l. >., _L.,l!, l.. !, _|| ,!>' l!.l !1, _. _.
_!.l .!, `.. .l-. __
Artinya :Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta
sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil
dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu
mengetahui (QS Al Baqarah : 188).
Rasulullah saw bersabda : Lanat Allah atas penyuap
dan penerima suap dalam hukum ( HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
AT Tirmidzi).

Kelima, hakim berhak meminta keterangan dalam sidang.
Akan tetapi tidak boleh memberikan petunjuk tentang cara-cara
menuduh atau membela. Sedangkan dalam melakukan surat menyurat
dengan hakim di luar wilayahnya tentang hukum mengenai isinya
harus diketahui oleh 2 orang saksi.

Fiqh Kelas XI MA
72
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Keenam, memutuskan perkara tanpa kehadiran dari saksi-saksi
Serta memutuskan perkaranya sendiri, atau perkara orang yang ia
tidak boleh menjadi saksi bagi mereka seperti anak, ayah, dan istri.
Ketujuh, dalam memutuskan perkara seorang hakim tidak boleh
dalam kondisi : Marah, sangat lapar atau haus, bersin, malamnya
habis begadang/ tidak tidur, bersedih, sangat bergembira, sakit,
sangat mengantuk, menolak keburukan, sangat panas/ dingin.
(Mahrus AsAd dan Wahid, 2006 : 15).
Kedelapan, hakim harus memutuskan perkara berdasarkan
barang bukti, bukan berdasarkan dasar keilmuannya, agar tidak
diragukan keadilan dan kebersihannya. Allah berfirman :
_! :!-. < .>!. | _. !..> !.-... .:..s !.| :| _.l.Ll __
Artinya :Berkata Yusuf: "Aku mohon perlindungan kepada Allah
daripada menahan seorang, kecuali orang yang Kami ketemukan
harta benda Kami padanya, jika Kami berbuat demikian, Maka
benar-benarlah Kami orang-orang yang zalim".(QS Yusuf : 79).
Kesembilan, hakim tidak boleh mendengar tuduhan yang tidak
dijelaskan secara rinsci oleh penuduh. Artinya tuduhan itu masih
remang-remang. Jika ada 2 barang bukti yang saling bertentangan
dan tidak ada sumber lain dari salah satu pihak, maka tuduhan
dibagi rata diantara kedua belah pihak yang berperkara. Jika ada 2
orang bersengketa tanpa ada bukti, sedangkan harta itu berada di
tangan salh satunya, maka harta itu menjadi hak orang yang
bersedia mengangkat sumpah di hadapan hakim
Dalam memutuskan hukuman, dalam Islam ada beberapa media
hukum yang bisa digunakan hakim untuk bisa memberikan hak
kepada pemilik yang memang betul-betul haq, yaitu :
a. Pengakuan (Iqrar), yaitu pengakuan terdakwa yang memiliki
hak, karena Rasulullah saw bersabda:
Allah Berfirman :
,l: l-,l _. l .> ,-l!, < _. ., _,.!>' __
Artinya : (Yusuf berkata): "Yang demikian itu agar Dia (Al Aziz)
mengetahui bahwa Sesungguhnya aku tidak berkhianat
kepadanya di belakangnya, dan bahwasanya Allah tidak
meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.
Rasulullah pun bersabda : Jika wanita tersebut
mengaku, maka rajamlah dia (Muttafaq Alaih).
b. Barang Bukti, yaitu para saksi.Rasulullah bersabda Dua orang
saksimu, atau sumpahnya (HR. Muslim).

Fiqh Kelas XI MA
73
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Batas minimal saksi ialah 2 orang, jika 2 saksi tidak ada maka
cukup dengan satu saksi dan satu sumpah saja. Abdullah bin Al
Abbas RA berkata, Sesungguhnya Nabi Muhammad saw
memutuskan dengan sumpah dan satu saksi.( Diriwayatkan
oleh Muslim).
c. Sumpah (Yamin). Jika penuduh tidak dapat menghadirkan
barang bukti, maka tertuduh disuruh bersumpah 1 kali,
kemudian dia dibebaskan dari tuduhan.
d. Nukul, maksudnya adalah bahwa tertuduh menolak sumpah.
Dalam hal ini, hakim dapat memutuskan perkara tanpa sumpah
jika tertuduh dan penuduh menolak untuk bersumpah. Dalam
pasal 161 ayat 2 KUHAP (Kitab Undang-undang Hukum
Pidana) Indonesia bahwasanya pengucapan sumpah adalah
merupakan syarat mutlak: Keterangan saksi atau ahli yang
tidak disumpah atau tidak mengucapakan janji, tidak dapat
dianggap sebagai alat bukti yang sah tetapi hanyalah
merupakan keterangan yang dapat menguatkan keyakinan
hakim. (UU. Hukum Acara Pidana, UU No 8 tahun 1981).
e. Kesaksian (Syahadat) adalah mengemukakan keadaan
sebenarnya untuk menetapkan hak orang lain. Sedangkan
jumlah saksi dalam suatu perkara adalah :
4 orang laki-laki dalam perkara zina
3 orang laki-laki dalam perkara seorang kaya yang
menjadi pailit
2 orang laki-laki dalam perkara hudud selain zina dan
pembunuhan
2 orang laki-laki atau 1 orang laki-laki dan 2 orang
perempuan untuk perkara utang piutang
1 orang laki-laki ditambah sumpah penggugat untuk
perkara harta benda
4 orang wanita untuk perkara yang tidak dapat dilihat
oleh laki-laki seperti kelahiran bayi, keperawanan,
menyusukan, haid, atau cacat wanita.
f. Sumpah lima puluh orang (Dasamah)
Kalau terjadi kematian seseorang akibat pembunuhan dan
pelakunay tidak diketahui, maka untuk pembenaran dapat
dilakukan sumpah oleh 50 orang. Dan untuk dapat diterima
bahwa korban meninggal dunia akibat pembunuhan, maka wali
korban dapat menunjuk 5 orang penduduk kampung yang
dicurigai agar bersumpah bahwa dirinya tidak membunuh dan
tidak mengetahui pembunuhnya.
g. Keputusan hakim

Fiqh Kelas XI MA
74
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Hakim diwajibkan untuk untuk segera memutuskan perkara.
Kelambanan memberikan keputusan dapat diterima asal :
Hakim ingin memperhatikan lebih jauh tentang
pembuktian yang diberikan oleh saksi
Memberikan kesempatan untuk berdamai antar para
pihak.
Menerima permintaan tergugat untuk mencari bukti
sebagai penolakan terhadap gugatan
Mengabulkan permintaan penggugat
Hakim ingin mempertimbangkan keputusan.
Inilah beberapa etika yang harus dijalani oleh para hakim/
qadhi dan tata cara Islam yang diberikan kepada hakim tentang
bagaimana cara dalam memutuskan suatu perkara. Hendaknya hakim
menjadi seseorang yang dapat memutuskan perkara yang melibatkan 2
orang yang mempunyai masalah dengan hukum dengan cara-cara yang
telah ditetapkan AL Quran, Sunnah dan negara tempat hakim tinggal.

6. Kedudukan Hakim Wanita
Jumhur Ulama dan para Imam Mazhab kecuali Abu Hanifah,
berpendapat bahwa seorang wanita tidak boleh menjadi hakim.
Pendapat mereka didasarkan pada hadits nabi yang berbunyi :
( )
Artinya : Suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada
perempuan tidak akan bahagia (HR. Bukhori).
Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, wanita boleh menjadi
hakim kecuali dalam hal had dan Qishas. Bahkan menurut Imam At
Thabari, wanita boleh menjadi hakim dalam berbagai hal sebagaimana
laki-laki. Menurut beliau tidak adanya larangan yang kuat dalam Al-
Quran dan Hadits yang mengaharamkan wanita menjadi hakim
menjadi dasar ijtihadnya. Bahkan jika tidak ada laki-laki yang tidak
memenuhi syarat menjadi hakim, maka perempuanlah yang harus
menggantikannya. Ijtihad beliau itu didasarkan atas bunyi ayat 282
dalam surah Al Baqarah yang berbunyi ;
. | l !.>, _,l`> _`> !.. _.. .. _. ,.:l
Artinya :Jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, (QS. Al
Baqarah :282).

Meski demikian sepanjang sejarah pengadilan Islam belum
pernah ada wanita diangkat menjadi hakim, baik di zaman Rasulullah
Saw masih hidup maupun di zaman setelah Rasulullah wafat. Semua

Fiqh Kelas XI MA
75
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
hakim yang diangkat oleh pemerintahan Islam terdahulu adalah laki-
laki.
Pada dasarnya, hakim wanita boleh saja sepanjang hanya
menjadi hakim anggota ((Mahrus Asad, 2006 : 18), dan tidak menjadi
hakim ketua yang banyak memiliki pengaruh dalam pengambilan
keputusan dalam suatu perkara..

II. SAKSI
1. Pengertian Saksi
Memberikan kesaksian sangat diwajibkan oleh Allah kepada
orang yang benar-benar mengetahui duduk perkara suatu masalah.
Bahkan Allah merinci dengan jelas dan padat bagaimana cara untuk
memberikan kesaksian dalam mengurusi suatu masalah dalam
kehidupan bermasyarakat dalam Al Qur;an yaitu dalam surah Al
Baqarah ayat 282.
Keberhasilan suatu proses peradilan juga sangat bergantung
pada alat bukti yang berhasil diungkap atau dimunculkan di tingkat
pengadilan, terutama yang berkenaan dengan saksi. Tidak sedikit
kasus yang pembuktiannya sulit untuk diungkapkan karena
ketiadaannya saksi. Saksi merupakan unsur penting dalam suatu
proses peradilan.
Saksi adalah orang yang melihat dan mengetahui suatu
peristiwa, ia diminta hadir kepersidangan untuk dimintai
keterangannya supaya bilamana diperlukan ia bisa menunjukkan
duduk peristiwa sebenarnya (Mahrus Asad, 2006 : 18). Sedangkan
menurut KUHAP Indonesia pasal 1 angka 36 yang dimaksud saksi
adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan, dan peradilan tantang suatu perkara pidana
yang ia dengar sendiri, lihat sendiri, dan ia alami sendiri (UU No 8
Tahun 1981).
Saksi merupakan kunci dalam membuktikan kebenaran dalam
suatu proses persidangan. Kesaksiannya perlu dikeluarkan demi
kepentingan dan kejelasan perkara yang tengah diperiksa
kebenarannya, dan untuk dapat memutuskan perkara tersebut dengan
seadil-adilnya.
Dalam menyampaikan kesaksiannya, saksi tidak boleh
berdusta ataupun merahasiakan hal-hal yang diketahuinya.
Sebagaimana firman Allah swt :

Fiqh Kelas XI MA
76
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
| `.. _ls . l .>. !,.l "_.> .,1. | _. >.-, !.-, :`,l _.]
. . _ . . . . . l , .` _ < ,` . . > . . l : . . : . _ , . . ! | . . , . " l , . < , . !
l.-. ',l. ___
Artinya : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah
tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis,
Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan
persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah
Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan(QS Al Baqarah :283).

Dalam persidangan di pengadilan, yang paling diutamakan dari
saksi adalah kesaksiannya. Oleh sebab itu selain saksi yang melihat
dan mengetahui sendiri peristiwa, kesaksian juga dapat diambil dari
para ahli tertentu dan dibutuhkan oleh pengadilan. Misalnya,
pengambilan saksi ahli telematika untuk mendukung kebenaran bukti
tuduhan, misal pembuktian foto ataupun video kasus yang menjadi
perkara pidana.
2. Fungsi Saksi
Saksi mempunyai peran dan fungsi cukup penting dalam
persidangan. Bahkan saksi merupakan alat bukti terkuat untuk
menyelidiki kebenaran suatu tuduhan, sehingga perkara dapat
diputuskan dengan seadil-adilnya. Diantara fungsi saksi adalah :
1. Sebagai salah satu alat bukti dalam memeriksa
kebenaran tuduhan.
2. Sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam
memutuskan suatu perkara
3. Sebagai penguat dan bahan perbandingan atas bukti-
bukti yang lainnya.

3. Syarat-Syarat Saksi
Secara umum orang orang yang dapat menjadi saksi harus
memenuhi syarat-syarat, diantaranya sebagai berikut :
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal sehat

Fiqh Kelas XI MA
77
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
4. merdeka , bukan hamba sahaya
5. Adil, bukan orang fasik yang cenderung berbuat dusta.
6. Bukan musuh terdakwa dan juga bukan anggota
keluargannya
Orang kafir tidak diterima kesaksiannya, baik memberikan
kesaksian kepada sesama kafir maupun kepada seorang muslim.
Rasulullah SAW bersabda : Tidak diterima kesaksian seorang yang
beragama kepada yang beragama lain, kecuali orang Islam, sebab
mereka adil pada dirinya sendiri dan kepada orang lain (HR Baihaqi).
Diantara syarat-syarat saksi diatas yang paling utama adalah
saksi yang adil. Sebab Allah berfirman dalam AL Quran :
!!., _.] `.., . _,. < ,.: 1`.1l!, ..>, `!:.:
, _ls l.-. l.s > , _1`.ll 1. < _| < ,,> !., _l.-. _
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi
saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap
sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan (QS Al Maidah:8).
Untuk menjadi saksi yang adil setidak-tidaknnya memiliki
beberapa syarat, yaitu :
1. Menjauhkan diri dari dosa besar dan perbuatan tercela.
2. Bersih dari kebiasaan berbuat dosa kecil
3. Tidak pernah berbuat bidah
4. Jujur ketika marah
5. Berbudi luhur.
Keluarga dekat yang memiliki hubungan darah dengan pihak-
pihak yang bersengketa atau hamba sahaya terhadap tuannya, tidak
sah menjadi saksi. Dalam pasal 168 KUHAP juga disebutkan sebagai
berikut :
Kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini, maka tidak dapat
didengar kesaksiannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi ;
1. Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus keatas atau
kebawah sampai derajat ke tiga dari terdakwa atau yang
bersama-sama terdakwa.
2. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang
mempunyai hubungan perkawinan dan anak-anak mereka
sampai derajat ketiga

Fiqh Kelas XI MA
78
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
3. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang
bersama-sama sebagai terdakwa.
Dalam memberikan kesaksiannya, saksi harus berterus terang
apa adanya sesuai dengan apa yang ia alami sendiri. Saksi yang
berdusta atau menyembunyikan hal-hal yang sebenarnya di depan
persidangan dapat dikategorikan menjadi kesaksian palsu, dan
kesaksian palsu termasuk di dalam perbuatan dosa besar. Dalam
hadits Rasulullah saw bersabda :


Artinya : Kesaksian palsu itu disamakan (dosanya) dengan
mneyekutukan Allah (HR. Abu Daud).
Dalam KUHAP pasal 242 dinyatakan bahwa orang yang
memberikan kesaksian palsu dapat dijatuhi hukuman sebagai berikut :
1. Barangsisapa dalam hal-hal menurut peraturan
UU menuntut sesuatu keterangan dengan sumpah
atau jika keterangan itu membawa akibat bagi
hukum dengan sengaja memberi keterangan palsu
yang ditanggung dnegan sumpah, baik dengan
lisan maupun tulisan, oleh dia sendiri atau oleh
kuasanya yang istimewa ditunjuk untuk itu, maka
dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
2. Jika keterangan palsu yang ditanggung dengan
sumpah diberikan dalam perkara pidana dengan
merugikan si terdakwa atau si tersangka, maka si
tersalah itu dihukum penjara selama-lamanya
sembilan tahun.

Kesimpulan
a. Peradilan adalah lembaga negara yang bertugas menyelesaikan
masalah atau sengketa yang diajukan kepadanya oleh pihak-
pihak yang mengajukan, secara adil atas dasar hukum Allah
SWT dan dijalankan oleh orang-orang yang mempunyai
kekuasaan hukum
b. Fungsi peradilan :
Menetapkan dan melaksanakan sanksi atas setiap
perbuatan yang melanggar hukum.
Mendamaikan dua pihak yang bersengketa dengan
berpedoman kepada hukum-hukum Allah SWT.
c. Hakim dapat diartikan sebagai seseorang yang diangkat oleh
pemerintah dan sekaligus menjadi penggantinya dalam
menjelaskan hukum-hukum syariat dan mewajibkannya pada

Fiqh Kelas XI MA
79
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
semua rakyat yang berada di wilayahnya serta bertugas untuk
menyelesaikan dakwaan maupun persengketaan yang timbul di
dalamnya.
d. Fungsi hakim ialah sebagai penegak hukum atau sebagai
pengemban pelaksana tugas-tugas pemerintah di bidang
peradilan.
e. Tugas-tugas hakim adalah menyelesaikan sengketa diantara
pihak-pihak, memberi kepuasan hukum kepada pihak yang
berperkara
f. Syarat-Syarat Hakim
Islam
Baligh
Berakal sehat
Merdeka
Adil
Laki-laki
Memahami dasar hukum Al Quran dan Al Hadits
Sehat jasmani dan rohani
Menguasai bahsa Arab
Mampu membaca dan menulis
Dhabit
g. Empat media hukum yang bisa digunakan hakim untuk bisa
memberikan hak kepada pemilik yang memang betul-betul haq,
yaitu :
Pengakuan (Ikrar), yaitu pengakuan terdakwa yang
memiliki hak,
Barang Bukti, yaitu para saksi.
Sumpah (Yamin
Nukul,
Kesaksian (Syahadat)
Sumpah lima puluh orang (Dasamah)
Keputusan hakim
h. Kedudukan hakim wanita adalah tidak boleh berdasarkan
Ulama Mazhab Fiqh kecuali Abu Hanifah dan At Thabari.
i. Saksi adalah orang yang melihat dan mengetahui suatu
peristiwa, ia diminta hadir kepersidangan untuk dimintai
keterangannya supaya bilamana diperlukan ia bisa
menunjukkan duduk peristiwa sebenarnya.
j. Fungsi Saksi
Sebagai alat bukti
Sebagai alat kajian
Sebagai penguat

Fiqh Kelas XI MA
80
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
k. Syarat-Syarat Saksi
Islam
Baligh
Berakal sehat
merdeka , bukan hamba sahaya
Adil, bukan orang fasik yang cenderung berbuat dusta.
Bukan musuh terdakwa dan juga bukan anggota
keluargannya

Fiqh Kelas XI MA
81
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Bentuk Pilihan Ganda
Berilah tanda silang pada salah satu
jawaban yang dianggap benar !
1. Menurut bahasa Arab, peradilan
dapat diartikan sebagai .....
a. Al Qadar d. Al Khabar
b. Al Qudsi e. Al Qisti
c. Al Qadha

2. Berikut ini arti Al Aqdha dalam
Al Quran, kecuali .....
a. Menetapkan
b. Menentukan
c. Memerintahkan
d. Mengembangkan
e. Menyelesaikan
3. Berikut ini adalah jenis-jenis
pengadilan di negeri kita, adalah
.....
a. Militer
b. Negara
c. Agama
d. Negara
e. Tata Usaha Negara

4. Hakim dalam Islam disebut
sebagai :
a. Qadha
b. Qadhi
c. Qadir
d. Mufti
e. Alim
5. Sepanjang sejarah peradilan
Islam tidak pernah ditemukan ...
a. Pengadilan
b. Keadilan
c. Jaksa
d. Hakim Wanita
e. Hakim Adil
6. Minimal saksi yang harus
dihaduirkan dalam persidangan
untuk didengarkan kesaksiannya
berjumlah : ...
a. 20 Orang d. 4 Orang
b. 2 Orang e. 3 Orang
c. 1 Orang

7. Media hukum yang bisa
digunakan hakim untuk
memutuskan perkara hukum di
bawah ini benar, kecuali ...
a. Yamin d. Nukul
b. Dasamah e. Iqra
c. Syahadat

8. Imam Mazhab yang
membolehkan wanita menjadi
hakim adalah ...
a. Hambali d. Imam Syafii
b. Abu Hanifah e. Al Maliki
c. Ad Darimi

9. Fungsi saksi dalam peradilan
adalah ...
a. Penguat d. Pelemah
b. Pemerdeka e. Penuduh
c. Pemutus

10. Menurut KUHAP hukuman bagi
pelaku sumpah palsu adalah
a. 7 dan 9 Tahun
b. 7 dan 10 Tahun
c. 3 dan 4 Tahun
d. 5 dan 8 Tahun
e. 6 dan 9 Tahun

A. Bentuk Soal Uraian
Jawablah pertanyaan berikut dengan
singkat dan benar !
1. Sebutkan pengertian peradilan
atau qadha !
2. Bagaimanakah kedudukan
hakim wanita !
3. Sebut dan jelaskan syarat-syarat
Hakim !
4. Sebut dan jelaskan media
hukum yang bisa digunakan
Evaluasi

Fiqh Kelas XI MA
82
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
hakim untuk memutuskan
perkara !
5. Bagaimanakah kesaksian orang
buta? Jelaskan

Fiqh Kelas XI MA
83
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Daftar Pustaka.
Al Asqalani, Ibnu Hajar,Mukhtasar Targhgib wa Tarhib (Ensiklopedia
Anjuran dan Larangan,penj. Syarief Baraja),2009, Pustaka As Sunnah,
Jakarta
Al Jazairi, Abu Bakr, Ensiklopedia Muslim (Minhajul Muslim),2000, PT
Darul Falah, Jakarta
Al-Khalafi, Al Wajiz (Ensiklopedia Fiqih Islam dalam Al Quran dan
Sunah As Shahih, penj Maruf Abdul Jalil),2006, Pustaka As Sunnah,
Jakarta.
AsAd, Mahrus dan A. Wahid Sy. 2006, Memahami Fiqih,Armico,
Bandung
Al-Qardhawi, Yusuf.1997,Sistem Masyarakat Islam dalam Al Quran dan
Sunnah,Citra Islami Pers (Ebook).
As-Sayuti,Jalaludin.1981,Al Jamius Shagir, Beirut, Darul Fikr.
Departemen Agama RI. Al Quran dan terjemahannya,1971, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/ Tafsir Al Qur;an, Jakarta
_____________________. AlQuran dan Tafsirnya.1985/1986. Proyek
Pengadaan Kitab Suci, Depag.
www.pemantauperadilan.com/Perlindungan_terhadap_saksi.pdf
www.badilag.net/tugas+hakim










Fiqh Kelas XI MA
84
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal










Fiqh Kelas XI MA
85
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal

Anda mungkin juga menyukai