1
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
PENDAHULUAN
BAB 1. JINAYAH
(Pembunuhan, Qishas, Diyat dan
Kafarat)
Fiqh Kelas XI MA
2
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB 1. Jinayah(Pembunuhan, Qishas, Diyat, dan Kafarat)
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/semester : XI/Ganjil
Standar Kompetensi: Memiliki Pemahaman dan Penghayatan yang lebih
mendalam terhadap ajaran Islam tentang Pidana (Jinayah), Hudud, dan
Peradilan serta mampu menngamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan hukum pembunuhan dan hikmahnya
2. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang qishash dan hikmahnya
3. Menjelaskan keten tuan hukum Islam tentang diyat dan kafarat
beserta hikmahnya
4. Menunjukkan contoh contoh Qishah,diyat dan kafarat dalam hukum
Islam
Indikator-Indikator
1. Menjelaskan dasar hukum larangan membunuh
2. Mengklasifikasikan macam macam pembunuhan
3. Menjelaskan hukuman bagi pembunuh
4. Menjelaskan dasar hukum bagi pembunuh
5. Menjelaskan hikmah dilarangnya pembunuhan
6. Menjauhi dari perbuatan membunuh
7. Menjelaskan pengertian qisos
8. Menjelaskan hukum Qisos
9. Menyebutkan syarat-syarat qishash
10. Menjelaskan qishos pembunuhan oleh massa
11. Menjelaskan hikmah hukum qishash
12. Menjelaskan pengertian hukum diyat
Fiqh Kelas XI MA
3
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
13. Menjelaskan dasar hukum diyat
14. Menyebutkan sebab-sebab diyat
15. Menyebutkan macam-macam diyat
16. Menunjukkan diyat selain pembunuhan
17. Menjelaskan hikmah diyat
18. Menjelaskan pengertian kifarat
19. Menjelaskan macam-macam kifarat pembunuhan
20. Menjelaskan hikmah kifarat pembunuhan
Fiqh Kelas XI MA
4
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Epitum BAB I
BAB 1
1.4.3
1.4.2.4 1.4.2.5
1.4.2.5
1.1
1.1.1
1.1.2 1.1.3 1.1.4
1.1.2.1 1.1.2.2 1.1.2.3
1.2.5
1.2
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.3.1 1.3.3 1.3.2
1.3.2.1 1.3.2.2 1.3.2.3
1.3
1.4
1.4.1 1.4.2 1.4.3
1.4.2.1 1.4.2.2 1.4.2.3 1.4.2.4 1.4.2.5
Fiqh Kelas XI MA
5
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Penjelasan Epitum BAB I
1.1 Pembunuhan
1.1.1 Pengertian Pembunuhan
1.1.2 Macam-Macam Pembunuhan
1.1.2.1 Qatlul Amdi
1.1.2.2 Qatlul Syibhul Amdi
1.1.2.3 Qatlul Khata
1.1.3 Landasan Hukum Larangan Pembunuhan
1.1.4 Hikmah-Hikmah Larangan Pembunuhan
1.2 Qishash
1.2.1 Pengertian Qishash
1.2.2 Dasar Hukum Qishash
1.2.3 Syarat-Syarat Qishash Pembunuhan
1.2.4 Qishas Pembunuhan oleh Massa
1.2.5 Hikmah-Hikmah Hukum Qishas
1.3 Diyat
1.3.1 Pengertian Diyat
1.3.2 Macam-Macam Diyat
1.3.2.1 Diyat Mughaladah
1.3.2.2 Diyat Mukhafafah
1.3.2.3 Diyat Selain Pembunuhan
1.3.3 Hikmah-Hikmah Diyat
1.4 Kafarat
1.4.1 Pengertian Kafarat
1.4.2 Macam Kafarat
1.4.2.1 Kafarat Pembunuhan
1.4.2.2 Kafarat Melanggar Sumpah
Fiqh Kelas XI MA
6
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
1.4.2.3 Kafarat Membunuh Binatang Buruan Pada Waktu Melakukan
Ihram
1.4.2.4 Kafarat Dihar
1.4.2.5 Kafarat Ila
1.4.3 Hikmah-Hikmah Kafarat
Deskripsi : Jinayah adalah tindakan aniaya terhadap jiwa maupun harta. Di
kalngan ulama fiqh lebih dispesifikasikan lagi dengan sesuatu yang bisa menyakiti
badan contohnya pembunuhan. Setiap tindakan kejahatan baik terhadap jiwa, raga,
maupun harta tanpa alasan yang benar adalah haram. Dan setiap tindakan tersebut
mempunyai konsekuensi hukuman yang berbeda-beda. Ada yang berupa qishash
atau pembayaran ganti rugi sesuai dengan kondisi yang ada. Sebagian dari
tindakan itu bisa menyebabkan kafarat atau terhalang dari mendapatkan warisan
dan yang lainnya, sebagaimana yang akan diterangkan dalam Bab Jinayah ini.
Kata Kunci : Pembunuhaan, Qishas, Diyat, Kafarat
Fiqh Kelas XI MA
7
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB I. JINAYAH
(Pembunuhan, Qishas, Diyat dan Kafarat)
A. Pembunuhan
1. Pengertian
Pembunuhan dalam bahasa arab disebut al-qatlu.
Pembunuhnya disebut al qaatilu dan yang terbunuh disebut al maqtul (
Moh. Karim dan Sholeh Zuhri,2005 :2). Secara istilah pembunuhan
adalah tindakan seseorang melenyapkan nyawa, atau lenyapnya jiwa
seseorang akibat perbuatan orang lain (Abu Malik Kamal, 2007: 312).
Perbuatan membunuh adalah merupakan kjarakter dari hewan
buas yang tak mengenal perikemanusiaan, dan seharusnya dihindari
oleh umat manusia. Penyebab orang melakukan tindakan ini cukup
beragam, ada yang akarena dendam, iri, dengki, perebutan wanita ,
dan lain-lain. Ambisi ingin menguasai sesuatu inilah yang terkadang
menjadikan orang gelap mata sehingga ia melakukan pembunuhan.
Dalam hukum Islam pembunuhan tersebut digolongkan dalam
hukum jinayat yang meliputi membunuh, melukai, memotong anggota
tubuh, dan menghilangkan manfaat anggota badan. Seseorang haram
menghilangkan nyawa maupun merusak anggota badan dan
menimpakan gangguan pada apapun di tubuhnya, karena setelah
kekafiran tidak ada dosa yang lebih besar daripada pembunuhan
terhadap orang mukmin, karena dalil-dalil berikut :
!!., _.] `.., . `>,l. `_!.1l _ _l.1l >' >'!, .,-l .,-l!,
_.. _..!, _. _.`s .`] _. ,> ",`_: _!,.! .`-.l!, ',: ,l| _..>|, ,l:
,> _. >, .> _. _..s .-, ,l: .` ,.s ',l __
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.
(QS Al Baqarah :178)
Fiqh Kelas XI MA
8
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
_. _.1, !..`. ..-.. .:> `.> ..> !, .s < ,ls ..-l .s
.l !,.s !.,Ls __
Dan Barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja
Maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah
murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang
besar baginya.(Qs An Nisa:93).
2. Macam-Macam Pembunuhan
a. Pembunuhan Dengan Sengaja (Qatlul Amdi)
Pembunuhan dengan sengaja menurut definisi jumhur ulama
adalah memukul dengan benda tajam atau benda tidak tajam (namun
diyakini bisa menghilangkan nyawa) (Abu Malik Kamal, 207 :312).
Definisi benda tajam sendiri adalah sesuatu yang bisa memotong dan
menembuskedalam badan, misalnya pisau, pedang dan yang sejenisny.
Sedangkan definisi benda tidak tajam adalah sesuatu yang menurut
asumsi umum bisa menyebabkan/ mengakibatkan hilangnya nyawa,
ketika digunakan, misalnya batu besar atau kayu.
Gambaran pembunuhan sengaja cukup bervariasi misalnya
:bahwa menjatuhkan seseorang dari tempat tinggi,
menenggelamkannya ke dalam air, membakarnya dengan api,
mencekiknya, atau memberi makanan yang telah diberi racun
sehingga orang yang menjadi objek perbuatan terbunuh juga termasuk
pembunuhan jenis ini, Melukainya dengan sesuatu yang bisa
menembus tubuh, seperti pisau, tombak, pistol dan lainnya,
kemudian dia meninggal disebabkan olehnya. , memukulnya dengan
sesuatu yang berat dan besar, seperti batu besar, tongkat besar,
atau dengan menabrakkan mobil padanya atau dengan
menimpakan tembok kepadanya dan lainnya yang menyebabkan
dirinya meninggal, melemparkannya ke dalam sesuatu yang tidak
memungkinkannya untuk menghindar, seperti melemparkannya
kedalam air yang bisa membuatnya tenggelam, atau api yang akan
membakarnya, atau memenjarakannya tanpa memberi makan dan
minum, sehingga menyebabkannya meninggal, mencekiknya dengan
tali maupun lainnya, atau menutup mulutnya sampai meninggal,
melemparkannya ke kandang singa dan semisalnya, atau
dilemparkan ular kepadanya ataupun anjing, sehingga dia meninggal
karenanya, membunuhnya dengan menggunakan santet (sihir), yang
secara umum hal tersebut menyebabkan kematian, bersaksinya dua
laki-laki dengan apa yang menyebabkannya dibunuh, kemudian
keduanya mengaku kalau mereka sengaja ingin membunuhnya, atau
Fiqh Kelas XI MA
9
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
berdusta ketika menjadi saksi, yang menyebabkan dia dibunuh, dan
lainnya dari gambaran seperti ini. (Syekh Muhammad bin Ibrahim at
Tuwaijiri, 2009:7)
Diwajibkan atas pembunuhan dengan sengaja, qishas: yaitu
dengan membunuh si pembunuh, wali orang yang terbunuh berhak
untuk menuntut qishas, atau mengambil diyat ataupun memberikan
ampunan, dan inilah yang terbaik..
Hukum jinayat dengan sengaja ini wajib dilakukan qishas,
sebagaimana diatur dalam Al Quran , Firman Allah :
!.,. ,ls !, _.l _.l!, _,-l _,-l!, . .!, _:
:!, _.l _.l!, _`>l '_!. _. _... ., :! .`] _. `l
> !., _. < ,.l`! `> .l.Ll __
Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalamnya (At Taurat)
bahwasanya jiwa (dibalas) dengan jiwa, mata dengan mata, hidung
dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi, dan luka luka
(pun) ada kisasnya. Barangsiapa yang melepaskan (hak kisas) nya,
Maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya.
Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan
Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim (QS Al Maidah
:45).
Dan Sabda Rasulullah SAW : Barangsiapa ditumpahkan darahnya
atau dilukai, maka ia bisa memilih salah satu dari tiga hal, yaitu
Qishas, atau mengambil diyat, atau memaaffkan pelakunya. Jika ia
mengambil pilihjan keempat, maka halng-halangi keinginannya (HR
Ahmad dan Ibnu Majah ).
b. Pembunuhan Semi Sengaja (Qatlu Syibhul Amdi)
Yaitu seseorang ingin melakukan pelanggaran terhadap
seseorang terhadap orang lain namun tidak untuk membunuhnya.
Maksudnya yaitu pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang dengan
alat yang lazimnya tidak akan menyebabkan kematian serta orang
yang membunuhnya tidak ada maksud untuk membunuhnya. Misalnya
seseorang memukul kepala orang lain dengan pelan-pelan tiba-tiba
yang dipukul mati. Contoh lainnya seseorang mendorong temannya
lalu temannya itu jatuh yang mengakibatkan kematian pada
temannya.
Fiqh Kelas XI MA
10
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
c. Pembunuhan tersalah (Qatlul Khata)
Yaitu pembunuhan yang terjadi tanpa ada maksud untuk
melakukan tindak pembunuhan itu sendiri atau terhadap orang
tertentu, atau tanpa bermaksud pada salah satunya. Maksudnya
pembunuhan yang sama sekali tidak ada niat untuk membunuh.
Contohnya adalah, tidak bermaksud untuk membunuh seperti
memanah atau menembek hewan buruan namun kemudian mengenai
seseorang, menggeliat-geliat (menyerang) orang lain pada saat tidur
(menggigau) hingga membunuhnya, membunuh dalam keadaan perang
seseorang yang dia kira sebagai orang kafir, namun ternyata ia adalahs
eorang muslim, memukul dengan dengan maksud bercanda hiungga
membunuhnya.
!. _l _..l _.1, !..`. | !:L> _. _. !..`. !:L> `,`>. ,
... ,: .l.. _|| .> | .., | _l _. , .s >l > _.`.
`,`>. , ... | _l _. _, ., ., _.:,. ,. .l.. _|| .>
`,> , ... _. l .>, `!,. _: _,-,!..`. ,. _. < _l < !.,ls
!.,> __
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)[334], dan
Barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah)
ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta
membayar diat[335] yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh
itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah[336]. jika ia
(si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada Perjanjian (damai) antara
mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat
yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta
memerdekakan hamba sahaya yang beriman. Barangsiapa yang tidak
memperolehnya[337], Maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua
bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan
adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana(QS An Nisa:92).
3. Landasan Hukum Larangan Pembunuhan
Allah melarang manusia untuk membunuh sesama manusia
dengan alsan yang tidak dibenarkan oleh syariat Islam, dan barang
siapa di antara keluarganya dibunuh oleh seseorang dengan cara zalim
maka ahli waris berhak membalas membunuh si pembunuh dengan
Fiqh Kelas XI MA
11
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
cara yang ditetapkan oleh Allah, yakni dalam batas-batas keadilan
tanpa melampaui batas, sebagaimana diternagkan oleh Allah :
l.1. _.l _.l > < | _>l!, _. _. !.lL. .1 !.l-> .,ll !..Ll.
,`. _ _.1l ..| l ... __
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang benar]. dan
Barangsiapa dibunuh secara zalim, Maka Sesungguhnya Kami telah
memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi janganlah ahli waris
itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah orang
yang mendapat pertolongan(QS Al Isra : 33).
Sabda Rasulullah saw. : Barang siapa yang menolong
membunuh orang Islam meskipun dengan sepotongkalimat, maka
diantara kedua matanya akan tertulis ungkapan (Yaaisun
rahmatillah) putus asa dari rahmat Allah (HR Tirmidzi).
Dalam syariat Islam ada pengecualian (istitsna) dibolehkannya
seorang membunuh orang muslim yaitu dalam kondisi sebagai berikut :
Jika ada seorang mumin yang murtad, pezina muhson, pembunuh
seseorang tanpa alasan yang benar, semata-mata karena berbuat zalim
dan permusuhan.
Tidak halal membunuh seorang muslim kecuali tiga hal : kufur setelah
beriman, berzina setelah berkeluarga, dan membunuh seorang dengan
alasan yang tidak benar karena semata-mata berbuat zalim dan
permusuhan (HR Muslium)
3. Hikmah-Hikmah Larangan Pembunuhan
Menjaga dan menyelamtkan kelangsungan hidup manusia
menempatkan kedudukan manusia sebgai makhluk yang
mulia
membatasi kemauan manusia untuk berbuat semena-mena
terhadap jiwa manusia
Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
dan keadilan
Mengangkat dan menolong orang yang teraniaya
Menunjukkan sikap petuh terhadap hukum Allah
Menciptakan kehidupan yang damai sepanjang masa.
Fiqh Kelas XI MA
12
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
B. QISHAS
1. Pengertian
Kata qishas berasal dari qaasha, yuqasha, qishaas, artinya
mengambil balas. Secara istilah qishas adalah hukuman balas yang
seimbang bagi pelaku pembunuhan maupun pengrusakan anggota
badan seseorang, yang dilakukan dengan sengaja (Moh. Karim dan
Sholih Zuhri,2005,6). Qishaash ialah mengambil pembalasan yang
sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat
kema'afan dari ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat
(ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik,
umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang
membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya tidak
menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan
menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh,
atau membunuh si pembunuh setelah menerima diat, Maka
terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat dia mendapat
siksa yang pedih.(Tafsir Al Quran).
Banyak peristiwa pembunuhan atau penganiayaan yang terjadi
di tanah air kita ini yang dapat disaksikan di layar televisi maupun
media massa. Ketika salah satu keluarga korban diwawancarai rata-
rata menginginkan pelakunya dihukum setimpal atas perbuatannya
yang telah melakukan hal yang sama pada anggota keluarganya yang
terbunuh.
Dari contoh peristiwa diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
hukum qishas benar-benar sesuai dengan tuntutan hati nurani
sekaligus tuntutan keadilan hukum. Dan sangat tidak benar jika
qishas yang merupakan hukum Islam tidak manusiawi dan melanggar
hak asasi manusia, justru qishas merupakan hukum yang paling
memenuhi keadilan.
Qishas dilaksanakan apabila : a. membunuh dengan sengaja
maka hukumannya juga harus dibunuh, b. apabila merusak atau
menghilangkan ia perbuat. Misalnya jika seseorang menganiaya orang
lain dengan memotong tangannya maka hukum balasnya dengan
menmotong tangan, demikan seterusnya.
Pelaksanaan hukuman ini diserahkan pada pihak yang
berwenang (hakim) dan tidak diperkenankan dihakimi sendiri. Karena
jika dihakimi sendiri dikhawatirkan hukuman yang diterima oleh si
pelaku tidak adil lantaran seseorang yang menghakimi sendiri tersebut
masih menyimpan dendam terhadapnya. Hukuman qishas akan gugur
jika si pelaku mendapat maaf dari keluarga korban, walaupun
demikian ia berkewajiban untuk membayar diyat atau tebusan yang
jumlahnya cukup besar.
Fiqh Kelas XI MA
13
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
2. Dasar Hukum Qishas
Firman Allah swt. Surat Al Baqarah; 178
!!., _.] `.., . `>,l. `_!.1l _ _l.1l >' >'!, .,-l .,-l!, _.. _..!,
_. _.`s .`] _. ,> ",`_: _!,.! .`-.l!, ',: ,l| _..>|, ,l: ,> _. >,
.> _. _..s .-, ,l: .` ,.s ',l __
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan
orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita.
Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu
keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat
pedih[111]. (Qs Al Baqarah :178)
Dampak negative psikologis dari perbuatan pembunuhan adalah
menjadikannya sulit untuk mendapatkan ampunan Allah swt. Karena
perbuatan prmbunuhan termasuk dosa besar yang hampir sebanding
dengan dosa syirik kepada Allah, oleh karena itu nabi saw.
Menyebutnya setelah menyebut dosa syirik dalam haditsnya. Dan
kelak di akhirat pembunuh tersebut akan mendapat siksa neraka
jahanam yang sangat pedih, sabda Rasulullah saw. Setiap siksa ada
harapan pengampunan Allah kecuali seorang laki-laki yang mati dalam
keadaan syirik atau seorang yang membunuh orang mukmin dengan
sengaja (HR Ibnu Dawud, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Sesungguhnya pelaksanaan qishas merupakan penghenti
bagi pembunuhan, Sesungguhnya pelaksanaan qishas merupakan
penghenti bagi pembunuhan, ancaman bagi kejahatan, penjagaan
bagi masyarakat, kehidupan bagi umat, penghentian bagi
pertumpahan darah, pengobat bagi hati keluarga yang terbunuh,
juga sebagai realisasi atas keadilan serta keamanan, serta penjagaan
bagi umat dari keganasan para pembunuh orang-orang yang tidak
bersalah, yang menebar ketakutan di seluruh penjuru Negara dan
menyebabkan menjandanya para wanita serta menjadikan yatimnya
anak-anak.ancaman bagi kejahatan, penjagaan bagi masyarakat,
kehidupan bagi umat, penghentian bagi pertumpahan darah,
pengobat bagi hati keluarga yang terbunuh, juga sebagai realisasi
atas keadilan serta keamanan, serta penjagaan bagi umat dari
keganasan para pembunuh orang-orang yang tidak bersalah, yang
Fiqh Kelas XI MA
14
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
menebar ketakutan di seluruh penjuru Negara dan menyebabkan
menjandanya para wanita serta menjadikan yatimnya anak-anak.
>l _ _!.1l :,> _|`!., .,l l-l 1`.. __
Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu,
Hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa (Al BAqarah
:179).
3. Syarat-Syarat Qishas
a. Pembunuh sudah baligh dan berakal sehat, apabila dia
masih kecil, gila ataupun sedang tidak ada di tempat,
hendaklah si pelaku ditahan sampai anak tersebut dewasa,
berakal kembali orang gila dan datangnya orang yang
bepergian, kemudian jika berkehendak dia boleh
menuntut qishas, meminta diyat ataupun memaafkannya,
dan inilah yang terbaik.
b. Pembunuh bukanlah orang tua terbunuh.. sebab jika orang
tua yang membunuh anaknya tidak wajib dilakukan qishas.
Tetapi, jika anak yang melakukan pembunuhan pada orang
tuanya maka wajib diberlakukan qishash.
c. Jenis pembunuhan adalah yang disengaja. Sedangkan
pembunuhan yang tidak sengaja dan mirip sengaja maka
tidak diberlakukan hukum qishas.
d. Orang yang dibunuh adalah orang yang terpelihara
darahnya. Artinya dia bukan orang jahat (apabila
pembunuh itu melakukan pembunuhan karena membela
diri atau orang mukmin yang membunuh orang kafir harbi,
murtad, dan pezina muhson maka tidak diberlakukan
qishas kepadanya.
e. Orang yang dibunuh sama derajadnya, maksudnya orang
islam dengan orang Islam, perenpuan dengan perempuan.
Atau orang merdeka dengan orang merdeka
f. Qishas dilakukan dalam hal sama, jiwa dengan jiwa, mata
dengan mata, telinga dengan telinga, dan lain sebagainya
jadi harus seimbang.
g. Apabila seorang anak kecil ataupun orang gila membunuh,
maka tidak boleh dijatuhkan qishas terhadap keduanya,
akan tetapi diwajibkan untuk membayar kafarat dari harta
mereka dan diyat bagi keluarganya yang berakal. Barang
siapa yang menyuruh anak kecil atau orang gila untuk
Fiqh Kelas XI MA
15
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
membunuh seseorang, lalu mereka melakukannya, maka
qishas dijatuhkan terhadap dia yang memerintahkan
saja, karena orang yang diperintah hanya sebagai alat dari
orang yang memerintah.
4. Qishas Pembunuhan oleh Massa
Qishash merupakan hukuman balasan yang harus diterima
seseorang/ oleh pelaku karena melakukan sebuah pelanggaran yaitu
berupa pengrusakan atauupun menghilangkan nyawa orang lain. Akan
tetapi bagaimanakah jika yang melakukan pembunuhan tersebut
berupa massa atau orang banyak. Dalam suatu riwayat disebutkan
bahwa ; Dari Said bin Muassyab, bahwa Umar telah menghukum
bunuh lima atau enam orang yang telah membunuh seseorang laki-laki
secaratipuan di tenmpat yang sunyi. Kemudian dia berkata ;
Andaikata semua penduduk Suna secara bersama-sama
membunuhnya niscaya akan aku bunuh mereka semua
Berdasarkan atsar diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
apabila terjadi pembunuhan disengaja yang dilakukan oleh banyak
orang dan orang yangh dibunuh dalam posisi yang benar, maka semua
orang yang terlibat dalam pembunuhan itu wajib di qishas (dibunuh)
semuanya. Penetapan hukum yang pernah dilakukan oleh Umar bin
Khatab tersebut juga pernah dipraktekkan pada masa Ali bin Abi
Thalib berkuasa yang mana pernah menghukum qishas tiga orang yang
melakukan persekongkolan untuk membunuh seseorang dengan
hukum qishas (bunuh).
Imam Malik berpendapat bahwa jika ada sekelompok orang laki-
laki atau perempuan merdeka bersekongkol membunuh seorang laki-
laki atau perempuan yang merdeka maka seluruh orang yang
melakukan persekongkolan tersebut wajib dihukum qishas (bunuh).
Hal yang perlu diingat adalah bahwa hukum dibuat untuk
ditegakkan secara seimbang dan adil, jika di masyarakat banyak
terjadi pelanggaran-pelanggran seperti pembunuhan itu tandanya
penegakan hukum masih belum berjalan secara seimbang dan adil.
5. Hikmah-Hikmah Hukum Qishas.
a. Menjadikan sikap berhati-hati pada setiap orang untuk
tidak berbuat penganiayaan fisik kepada yang lain
b. Menjadikan kehidupan manusia aman karena diayomi oleh
hukum yang tegas, adil dan bijaksana.
c. Menunjukkan hukum Islam benar-benar membawa
rahmat dan kedamaian hidup bagi kehidupan umat
manusia dis eluruh alam semesta.
Fiqh Kelas XI MA
16
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
d. Terlindunginya jiwa raga manusia dari ancaman kejahatan
e. Menjunjung tinggibharkat dan martabat manusia
f. Menunjukkan rasa kepatuhan dan penyerahan diri
terhadap hukum Allah swt.
C. DIYAT
1. Pengertian
Diyat secara bahasa adalah merupakan bentuk mashdar dari
kata kerja wada, lengkapnya adalah wadaa-yadil-diyatan : jika
walinya memberikan harta yang merupakan pengganti nyawa atau
lainnya.
Sedangkan menurut terminologi atau istilah diyat memiliki arti
Harta yang wajib diberikan kepada orang yang menjadi korban
pidana kejahatan atau kepada walinya, baik dalam pidana
pembunuhan atau lainnya. Diyat juga berarti al-aql yang berarti
ikatan, karena dua alasan, alas an yang pertama, diyat bisa mencegah
(menghalangi darah supaya mengalir mengalir), kedua jika diyat
dikenakan, maka ia mengambil unta, lalu unta tersebut dikumpulkan
dan diikat, kemudian digiring untuk diserahkan kepada wali korban.
Sehingga orang Arab biasa mengatakan aqaltu an fulanin (saya
membayar hutang diyat pada si fulan) (Abu Malik Kamal, 2007:386 dan
Abdul Azhim, 2006:874).
Diyat wajib bagi setiap orang yang menyebabkan
melayangnya nyawa seseorang, baik yang meninggal tersebut
seorang Muslim, dzimmi musta'man ataupun seorang mu'ahad.
Apabila kejahatan dilakukan dengan sengaja, maka pada waktu itu
juga wajib untuk dibayarkan diyat dari harta pelaku, akan tetapi jika
dia yang menyerupai sengaja ataupun karena kesalahan, maka
kewajiban diyat dibebankan kepada keluarga pelaku dan diberi
tenggang waktu sampai tiga tahun.
Diyat dapat diterapakn kepada seseorang dengan ketentuan-
ketentuan sebagai berikut :
Pembunuhan yang disengaja, lalu pembunuhnya
dimaafkan oleh keluarga korban, maka tidak ada qishas
bagi pembunuh, tetapi pembunuh wajib membayar denda
kepada keluarga korban.
Pembunuhan yang tidak disengaja
Pembunuhan yang mirip disengaja
Pembunuh melarikan diri sebelum dijatuhi hukuman
qishas, maka anggota keluarga pembunuh tersebut wajib
membayar diyat kepada keluarga korban
Memotong atau membuat cacat anggota badan orang lain,
lalu dimaafkan
Fiqh Kelas XI MA
17
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
2. Macam-Macam Diyat
a. Diyat Mughaladah (Denda berat)
Yaitu harus membayar 100 ekor unta, terdiri dari 30 ekor
hiqqah (unta betina umur 3-4 tahun), 30 ekor jadzah (unta betina
umur 4-5 tahun), dan 40 ekor khilfah (unta betina yang bunting).
Diyat ini diterapkan pada :
Pembunuhan disengaja (Qatlul Amdi, tapi dimaafkan oleh
keluarga korban. Tekhnik pembayaran diyat ini adalah secara cast
(kontan), sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. "Barang siapa
membunuh seorang Mukmin dengan sengaja maka dia harus
diserahkan kepada wali orang terbunuh, apabila berkehendak
mereka bisa membunuhnya, dan boleh pula bagi mereka untuk
meminta diyat, yaitu tiga puluh ekor hiqqoh (unta berumur empat
tahun), tiga puluh ekor jaz'ah (unta berumur lima tahun) dan empat
puluh ekor halifah (unta hamil), apa yang mereka ringankan
atasnya merupakan hak bagi mereka, itu disebabkan karena besarnya
diyat" (H.R Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Pembunuhan seperti disengaja (qatlu syibhul amdi). Tidak ada
hukuman qishas terhadap kasus semacam ini, tetapi pembunuh wajib
membayar diyat, dengan masa pembayaran selama tiga tahun , dan
setiap tahun wajib membayar sepertiga dari ketentuan. Pembunuhan
tidak disengaja di tanah haram, yaitu di kota mekkah dan Madinah.
Pembunuhan tidak disengaja yang dilakukan pada bulan Muharram (
Zulqadah, Zulhijjah, Muharram, dan Rajab). Pembunuhan tidak
disengaja terhadap muhrim, kecuali jika pembunuhnya orang tua
terhadap anak.
b. Diyat Mukhafafah (Diyat ringan)
Diyat yang harus membayar 100 ekor unta yang perinciannya
sebagai berikut : 20 ekor hiqqah, 20 ekor jidzah, 20 ekor binta labun
(unta betina umur lebih 2 tahun), 20 ekor unta binta makhad (unta
betina umur lebih satu tahun). Diyat mukhafafah dikenakan pada:
Pertama, orang yang membunuh tidak sengaja selain di tanah
haram, selain bulanan muharram, selain muhrim. Masa
pembayarannya selama tiga tahun, setiap tahun dibayar sepertiganya,
sabda Rasulullah saw. ; Mukhafafah penuh bagi orang yang
melakukan kejahatan : memotong dua tangan, dua kaki, dua telinga,
hidung, lidah, dua bibir, kemaluan laki-laki, merusak dua mata,
tempat keluarnya suara, penglihatan atau merusak. Diyat khata
diperincilima macam hewan yaitu : 20 ekor unta umur empat tahun, 20
ekor unta umur lima tahun, 20 ekor unta betina umur 2 tahun, dan 20
ekor unta jantan umur 2 tahun. (HR Duruquthni)
Fiqh Kelas XI MA
18
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Kedua , orang yang dengan sengaja membuat cacat atau
melukai anggota badan seseorang, tetapi dimaafkan oleh korban atau
keluarga korban, maka wajb bayar diyat.
c. Diyat selain pembunuhan
Membayar diyat penuh , Karena memotong 2 kaki 1 diyat
penuh. Dalam hadits lain disebutkan Karena memotong 2 tangan satu
diyat penuh, Tentang diyat anggota badan lain Nabi saw. Bersabda :
Memotong hidung seluruhnya, lidah, 2 bibir, 2 pelir, kemaluan, tulang
rusak, dan 2 mata (wajib membayar) diyat (sempurna) dan memotong
satu kaki (wajib membayar) setengah diyat (HR An Nasai).
Membayar setengah diyat mukhafafah, bagi orang yang
memotong atau menghilangkan salah satu anggota yang berjumlah 2.
Misalnya satu tangan, satu kaki, satu mata, satu telinga, dan lain-lain.
Dan dalam setiap telinga diyatnya 50 ekor unta(HR Baihaqi
dan Darruquthni).
Membayar sepertiga diyat mukhafafah. Yaitu bagi orang yang
melukai kepala sampai otak, luka badan sampai ke perut. Membayar
diyat 15 ekor unta, yaitu bagi orang yang melukai kulit diatas tulang.
Membayar diyat 10 ekor unta, bagi orang yang melukai orang lain
sampai putus jari tangan maupun jari kaki. Membayar diyat 5 ekor
unta, bagi orang yang melukai orang lain sampai sebuah gigi copot.
Tiap-tiap satu gigi diyatnya 5 ekor unta(HR Abu Dawud).
Apabila penganiayaan seseorang mengakibatkan seluruh gigi
orang yang dianiaya copot tinggal mengalikan 5 ekor unta. Namun
meurut sebagian ulama cukup membayar 60 ekor unta dewasa.
Diyat wanita kitabiy adalah separuh diyat laki-laki kitabiy.
Orang yang hamil melakukan aborsi dengan cara minum obat atau
yang lain maka wajib membayar diyat yaitu membebaskan budak
wanita. Denda perempuan (kalau yang menjadi korban adalah
perempuan) maka dendanya adalah separo dari denda orang laki-laki,
sabda Nabi Muhammad saw. Denda perempuan seperdua dari denda
laki-laki. (HR Amr Ibnu Hazm).
Denda yang harus dibayar oleh pelaku kejahatan jika yang
menjadi korban kejahatannya adalah orang Yahudi dan Nasrani yaitu
sebesar sepertiga dari denda orang Islam. Dan denda yang harus
dibayar pelaku korban kejahatan apabila yang menjadi korban orang
Majusi adalah seperlimabelas dari denda orang Islam. Keterangan
tersebut berdasarkan pada perbuatan para sahabat.
Fiqh Kelas XI MA
19
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
3. Hikmah-Hikmah Diyat
Menjadikan orang lebih berhati-hati terhadap orang lain,
apabila terjadi suatu masalah tidak mudah menganiaya
secar fisik, mengingat menganiaya orang lain akan terkena
sangsi hukuman, yaitu membayar denda berupa barang
yang cukup besar nilainya.
Diyat bermanfaat sebagai pelipur lara bagi si korban atau
keluarga korban. Meskipun tidak bisa secara langsung
menghilangkan rasa dendam dan rasa benci dalam hati
mereka, paling tidak bisa meringankan beban si korban
sebagai biaya pengobatan si korban serta biaya hidup di
kemudian hari.
Kehidupan bermasyarakat menjadi tenang, damai, tentram,
sejahtera karena masing-masing orang merasa dilindungi
oleh hukum.
Sebagai bukti perhatian Allah terhadap manusia dalam
menjaga derajat kemanusiaannya. Dan sekaligus
menunjukkan bahwa benar-benar derajat martabat manusia
itu mulia serta mahal harganya.
D. KAFARAT
1. Pengertian
Kafarat secara bahasa berarti tebusan. Secara Istilah kafarat
adalah perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan ketentuan
syariat Islam dilakukan seseorang guna melebur kesalahan-kesalahan
berupa pelanggaran terhadap sesuatu yang diharamkan oleh Allah
SWT. (Moh. Karim dan Sholih Zuhri, 2005: 13).
2. Macam-Macam
a. Kafarat Pembunuhan
Menurut mazhab SyafiI dan Maliki pula, pembunuh haruslah dibunuh
(qishsh) dengan cara seperti apa ia melakukan pembunuhan tersebut. Contohnya
dengan memukul menggunakan sesuatu alat yang tajam seperti besi atau pedang;
atau dengan alat berat seperti batu; atau dengan mencampakannya dari suatu
tempat tinggi; atau mencekik lehernya; atau melemparkannya; atau
melemaskannya; menahan makanan, merejam dalam air, membakar, atau dengan
cara-cara lain. Konsep ini disebut dengan mutslah atau mumtsalah. Akan tetapi
seumpama mustahiq al-qishsh memindahnya ke hukuman pancung dengan
pedang, maka diperbolehkan malah ia lebih utama. Atau membayar diyat atau
dibebaskan. Selain itu ia harus membayar kafarat, yaitu memerdekakan budak
wanita mukmin, tidak cacat, m asih muda, sehat, baligh, bukan budak mukatab atau
mudabbar. Jika tidak mampu memerdekakan budak seperti zaman sekarang maka
Fiqh Kelas XI MA
20
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
ia wajib melaksanakan puasa 2 bulan berturut-turut. Sebagaimana dijelaskan oleh
Al Quran surah an Nisaa: 92
!. _l _..l _.1, !..`. | !:L> _. _. !..`. !:L> `,`>. ,
... ,: .l.. _|| .> | .., | _l _. , .s >l > _.`.
`,`>. , ... | _l _. _, ., ., _.:,. ,. .l.. _|| .>
`,> , ... _. l .>, `!,. _: _,-,!..`. ,. _. < _l < !.,ls
!.,> __
Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin
(yang lain), kecuali Karena tersalah (Tidak sengaja), dan barangsiapa
membunuh seorang mukmin Karena tersalah (hendaklah) ia
memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar
diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali
jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. jika ia (si terbunuh) dari
kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu,
Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan
kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya
yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, Maka
hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk
penerimaan Taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qs AN Nisaa : 92).
b. Kafarat melanggar sumpah
Para ulama membedakan sumpah tersebut dalam sumpah lagw
(sia-sia) seperti ucapan seseorang yang dilontarkan tanpa tujuan untuk
bersumpah. Sumpah seperti ini tidak dianggap sebagai sumpah yang
harus dikenai denda kafarat. Ada pula sumpah qumus yakni sumpah
dusta dan mengandung unsur pengkhianatan. Sumpah seperti ini tidak
dikenakan kafarat menurut jumhur ulama karena hukumannya lebih
besar dan berat dari kafarat. Sumpah mun'aqidah yaitu sumpah yang
dilakukan seseorang bahwa ia akan melakukan sesuatu di masa yang
akan datang atau tidak melakukan sesuatu, namun sumpah itu
dilanggarnya. Bentuk sumpah ini dikenai kafarat sumpah sebagaimana
difirmankan dalam Alquran
`.>`, < -ll!, _ >..., _>.l .>`, !., `..1s _.., ...>
`!-L| ::s _,>... _. 1. !. .-L. >,l> `.`. `,> , _. `l .>
Fiqh Kelas XI MA
21
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
`!,. ..l. ,!`, ,l: :. >..., :| `.l> L> >..., ,l. _,,`, < >l
...,, _>l-l `>: __
Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang
tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu
disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat
(melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin,
yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau
memberi Pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak.
barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, Maka
kaffaratnya puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). dan
jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu
hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya) (QS Al
Maidah :9).
Menurut surat Al-Maidah ayat 89 kafarat orang yang melanggar
sumpah adalah yakni memberi makan 10 orang miskin, memberi
pakaian mereka aatau memerdekakan budak. Jika si pelanggar
sumpah tidak sanggup melaksanakan kafarat tersebut, ia harus
berpuasa selama tiga hari.
c. Kafarat membunuh binatang buruan waktu melakukan
ihram
Kafarat yang wajib dibayar yaitu mengganti dengan binatang
seimbang atau memberi makan orang miskinmasing-masing satu mud
atau dengan puasa.
!!., _.] `.., l.1. .,.l .. ``> _. .`. >.. ..-.. ",> `_..
!. _. _. -.l `>> ., : _.s >.. !,.> _l., ,->l :. ,!-L _,>...
`_.s ,l: !.!,. _.,l _!, .:. !s < !.s l. _. :!s `1.., < .. <
",s : ,!1.. __
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang
buruan, ketika kamu sedang ihram. barangsiapa di antara kamu
membunuhnya dengan sengaja, Maka dendanya ialah mengganti
dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya,
menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-yad]
yang dibawa sampai ke Ka'bah atau (dendanya) membayar kaffarat
dengan memberi makan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang
Fiqh Kelas XI MA
22
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dengan makanan yang dikeluarkan itu[440], supaya dia merasakan
akibat buruk dari perbuatannya. Allah Telah memaafkan apa yang
Telah lalu. dan barangsiapa yang kembali mengerjakannya, niscaya
Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai
(kekuasaan untuk) menyiksa(QS Al Maidah : 9).
d. Kafarat Dhihar
Kafarat zihar, yaitu ucapan menyamakan punggung ibu dengan
punggung istri. Hukumannya menurut QS Al-Mujadilah ayat 3 dan 4
adalah memerdekakan budak; jika tidak sanggup, berpuasa dua bulan
berturut-turut dan jika tidak mampu juga, memberi makan 60 orang
miskin. Jumhur ulama sepakat bahwa kafarat zihar ini dengan urutan
seperti yang ada dalam ayat itu, tanpa ada kebolehan memilih atau
mengganti-ganti urutan tersebut. Berbeda dengan jumhur ulama,
ulama Mazhab Maliki berpendapat bentuk-bentuk hukuman tersebut
merupakan tiga alternatif yang boleh dipilih tanpa terikat dengan
tertib yang ada dalam ayat. Boleh saja yang dua didahulukan kalau
kemaslahatan menghendaki demikian.
e. Kafarat Ila:
Yaitu kafarat yang wajib dibayar lantaran suaminya melanggar
sumpahnya bahwa ia tidak akan menggauli istrinya selama waktu
tertentu. Kafarat yang wajib dilakukan sama dengan sumpah kafarat
sumpah.
3. Hikmah-Hikmah Kafarat
Mendidik manusia agar disiplin dan berhati-hati dalam bergaul
dengan anggota keluarganya maupun orang lain
Mendidik manusia untuk bertanggungjawab, karena setiap
pelanggaran yang dilakukan, ia harus menebusnya dengan
berbagai macam tebusan yang seimbangdengan tingkat
kesalahannya
Terciptanya kehidupan yang aman, damai, sejahtera dalama
keluarga dan masyarakat
Membebaskan perbudakan manusia kepada manusia, karena
setiap ada pelanggaran kafarat yang harus dibayar diantaranya
membebaskan budak. Jadi semakin banyak pula budak-budak
yang merdeka, sehingga sampai saat ini tidak ada lagi
perbudakan
Memotivasi manusia agar lebih bertaqarrub pada Allah.
Mendidik manusia untuk bertanggung jawab atas perbuatan
yang dilakukannya.
Fiqh Kelas XI MA
23
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Kesimpulan
Pembunuhan adalah tindakan seseorang melenyapkan nyawa,
atau lenyapnya jiwa seseorang akibat perbuatan orang lain
Pembunuhan ada 3 macam (1) Pembunuhan yang disengaja
(Qatlul amad); (2)
Pembunuhan yang tidak disengaja (Qatlul syibhul amad); dan
(3) Pembunuhan yang tidak ada unsur membunuh (Qatlul
Khatha)
Dasar hukum pengharaman pembunuhan adalah Al Isra ayat
35 dan hadits .
Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu
tidak dilakukan, bila yang membunuh mendapat kema'afan dari
ahli waris yang terbunuh yaitu dengan membayar diat (ganti
rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik,
umpamanya dengan tidak mendesak yang membunuh, dan yang
membunuh hendaklah membayarnya dengan baik, umpamanya
tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban
sesudah Tuhan menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh
yang bukan si pembunuh, atau membunuh si pembunuh setelah
menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash
dan di akhirat dia mendapat siksa yang pedih.
Dasar qishas adalah Al Baqarah :178
Syarat-Syarat diberlakukannya Qishash: pelaku baligh dan
berakal, bukanlah orang tua pembunuh, Jenis pembunuhannya
adalah disengaja, korban terpelihara darahnya, korban sama
derajadnya,dilakukan dalam hal yang sama.
Jika pembunuhan dilakukan oleh massa pada satu orang maka
massa tersebut semuanya diberlakukan qishash.
Diyat adalah Harta yang wajib diberikan kepada orang yang
menjadi korban pidana kejahatan atau kepada walinya, baik
dalam pidana pembunuhan atau lainnya diyat mughalladah,
diyat mukhaffafah, diyat selain pembunuhan.
Kafarat adalah perbuatan-perbuatan baik yang sesuai dengan
ketentuan syariat Islam dilakukan seseorang guna melebur
kesalahan-kesalahan berupa pelanggaran terhadap sesuatu
yang diharamkan oleh Allah SWT.
Fiqh Kelas XI MA
24
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Kafarat terbagi menjadi kafarat pembunuhan, melanggar
sumpah, membunuh binatang buruan pada waktu
melaksanakan ihram, kafarat dhihar, kafarat ila
EVALUASI
A. Pilihlah salah satu jawaban yang benar
1. Pembunuhan dalam bahasa Arab disebut
a. Al Maqhtul b. Semua
jawaban
benar
e. Al Qatlu
c. Al Qaatilu d. Maqtul alaih
2. Dalam hukum Islam pembunuhan tersebut digolongkan dalam
hukum.
a. Jinayat
b. Qadaf
c. Riddah
d. Huduud
e. Sirqah
3. Hukuman bagi pembunuh yang disengaja adalah
a. Membayar diyat
b. Membayar kaffarat
c. Diqishas
d. Diasingkan/ dipenjara seumur hidup
e. Jawaban b dan c benar
4. Dengan alasan apapun pembunuhan diharamkan, kecuali
pembunuhan terhadap
a. Orang yang mencuri
b. Orang yang berhaji
c. Pezina ghairu muhson
d. Pezina Muhson
e. Orang yang dituduh membunuh
5. Qishas secara bahasa ..
a. cerita b. memukul c. hukuman balas
d. hukum e. membunuh
6. Pembunuh yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya
maka..
a. Wajib diqishas
b. Makruh diqishas
Fiqh Kelas XI MA
25
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
c. Sunah diqishas
d. Jaiz diqishas
e. Tidak dikenai hukum diqishas
7. Pembunuhan yang dillakukan oleh anak terhadap orang
tuanya.
a. Wajib diqishas
b. Makruh diqishas
c. Sunah diqishas
d. Jaiz diqishas
e. Tidak dikenai hukum diqishas
8. Diyat wajib dibayar apabila . Kecuali
a. Pembunuhan disengaja
b. Pembunuhan yang tidak disengaja
c. Pembunuh melarikan diri sebelum di qishas
d. Pembunuhan mirip sengaja
e. Membuat cacat orang lain lalu dimaafkan
9. Kafarat secara bahasa adalah .
a. Denda b. Menghilangkan c. Balas
dendam
d. Tebusan e. Membunuh
10. Kafarat bagi suami yang mendhihar istrinya adalah ..
a. Berpuasa 3 berturut-turut dan memberi pakaian 10 orang
miskin
b. Berpuasa memerdekakan seorang budak
c. Berpuasa 2 bulan berturut-turut dan member makan 60
orang fakir miskin
d. Diqishas
e. Membayar tebusan seberat 62, 85 gram emas.
B. JAWABLAH PERTANYAAN DI BAWAH INI DENGAN BENAR!
1. Sebutkan definisi pembunuhan secara bahasa dan istilah!
2. Bagaimanakah syarat-syaratnya Qishas diberlakukan!
3. Kapan seseorang menerima sangsi berupa QISHAS DAN
KAFARAT!
4. Tulis dalil tentang dasar hukum qishas!
5. Sebutkan macam kafarat disertai dengan dalilnya!
Fiqh Kelas XI MA
26
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Daftar Pustaka.
1. Al Asqalani, Ibnu Hajar, 2009, Mukhtasar Targhgib wa
Tarhib (Ensiklopedia Anjuran dan Larangan,penj. Syarief
Baraja), , Pustaka As Sunnah, Jakarta
2. Al Jazairi, Abu Bakr, Ensiklopedia Muslim (Minhajul
Muslim),2000, PT Darul Falah, Jakarta
3. Al-Khalafi, 2006, Al Wajiz (Ensiklopedia Fiqih Islam dalam
Al Quran dan Sunah As Shahih, penj Maruf Abdul Jalil), ,
Pustaka As Sunnah, Jakarta.
4. Al-Qardhawi, Yusuf.1997,Sistem Masyarakat Islam dalam Al
Quran dan Sunnah,Citra Islami Pers (Ebook).
5. Asad, Mahrus dan A. Wahid,2006,Memahami Fiqih,
Armico,Bandung
6. As-Sayuti,Jalaludin.1981,Al Jamius Shagir, Beirut, Darul
Fikr.
7. At-Tuwaijiri,Syaikh Muhammad bin Ibrahim,2009,
Mukhtasarul Fiqhul Islami (Ringkasan Fiqh Islam, terj. Eko
Haryato Abu Ziad dan Mohammad Latif, LC), Team
Indonesia Islam House.com.
8. Departemen Agama RI. 1971, Al Quran dan terjemahannya,
, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/ Tafsir Al Qur;an,
Jakarta
9. _____________________.1985/1986, AlQuran dan Tafsirnya..
Proyek Pengadaan Kitab Suci, Depag.
Fiqh Kelas XI MA
27
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
PENDAHULUAN
BAB 2. Hudud
(Zina ,Qadzaf, Miras,
Mencuri,Menyamun, Dan Bughat )
(Kata Kunci)
Fiqh Kelas XI MA
28
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB II. Hudud (Zina ,Qadzaf, Miras, Mencuri, Menyamun, Dan
Bughat )
Mata Pelajaran : Fiqih
Kelas/semester : XI/Ganjil
Standar Kompetensi: Memiliki Pemahaman dan Penghayatan yang lebih
mendalam terhadap ajaran Islam tentang Pidana (Jinayah), Hudud, dan
Peradilan serta mampu menngamalkannya dalam kehidupan sehari-hari
Kompetensi Dasar :
1. Menjelaskan hukum zina dan qadzaf beserta hikmahnya
2. Menjelaskan hukuman bagi peminum minuman keras beserta
hikmahnya
3. Menjelaskan hukuman bagi orang yg mencuri, menyamun, dan
merampok beserta hikmahnya
4. Menjelaskan ketentuan hukum Islam tentang bughat beserta
hikmahnya
Indikator :
1. Menjelaskan pengertian dan hukum zina
2. Menjelaskan dasar hukum dilarangnya zina
3. Menjelaskan macam-macam zina
4. Menjelaskan macam hukuman bagi pezina
5. Menjelaskan hikmah dilarangnya zina
6. Menjauhi perbuatan zina
7. Menjelaskan pengertian dan hukum Qaqzaf
8. Menjelaskan syarat-syarat gugurnya had Qadzaf
9. Menjelaskan hikmah Qadzaf
10. Menjauhi perbuatan Qadzaf
11. Menjelaskan pengertian dan hukum mencuri menyamun dan
merampok
Fiqh Kelas XI MA
29
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
12. Menjelaskan had mencuri menyamun & merampok
13. Menyebtkn batas nishab (kadar) barang yang dicuri
14. Menjelaskan hikmah dilarangnya mencuri menyamun, dan
merampok
15. Menjauhi perbuatan mencuri, menyamun dan merampok
16. Menjelaskan pengertian dan hukum bughat
17. Menjelaskan tindakan hukum thd bughat
18. Menjelaskan status hukum bughat
19. Menunjukkan contoh perbuatan bughah
20. Menjelaskan hikmah dilarangnya bughah
21. Menjauhi perbuatan bughah
Fiqh Kelas XI MA
30
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Epitum BAB II
2.2.3
.1
2.2.
4
2.5
2.2.
3
2.1
2.1.
1
2.1.
3
2.2.
1
2.1.
2
2.2
2.2.3
.2
2.4
2.3.4
2.3.3
2.3.2
2.3.1
2.3
2.1.2
.1
2.1.2
.2
2.2.
2
2.4.1
2.4.2
2.4.3
2.4.4
2.4.5
2.4.6
BAB 2
2.6
2.6.1
2.6.2
2.6.3
2.6.4 2.5.3
2.5.2
2.5.1
Fiqh Kelas XI MA
31
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Penjelasan Epitum
2.1 Zina
2.1.1 Pengertian Zina
2.1.2 Macam-Macam Zina
2.1.2.1 Zina Muhson
2.1.2.2 Zina Ghairu Muhson
2.1.3 Hikmah-Hikmah Dilarangnya Zina
2.2 Qadzaf
2.2.1 Pengertian Qadzaf
2.2.2 Hukum Qadzaf
2.2.3 Had Qadzaf
2.2.3.1 Syarat-Syarat Pelaksanaan Qadzaf
2.2.3.2 Had Qadzaf Gugur
2.2.4 Hikmah-Hikmah Had Qadzaf
2.3 Minuman Keras
2.3.1 Pengertian minuman Keras
2.3.2 Hukum Minuman Keras
2.3.3 Hukuman Minuman Keras
2.3.4 Hikmah Diharamkannya Minuman Keras
2.4 Mencuri
2.4.1 Pengertian Mencuri
2.4.2 Dasar Hukum Mencuri
2.4.3 Penetapan Pencurian
2.4.4 Had/Hukuman Pencurian
2.4.5 Nishab Barang Yang Dicuri
2.4.6 Hikmah Dilarangnya Pencurian
2.5 Menyamun/Merampok
2.5.1 Pengertian Menyamun/Merampok
Fiqh Kelas XI MA
32
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
2.5.2 Hukum Menyamun/Merampok
2.5.3 Hikmah Dilarangnya Menyamun/Merampok
2.6 Bughat
2.6.1 Pengertian Bughat
2.6.2 Ciri-Ciri Bughat
2.6.3 Tindakan Hukum Pada Bughat
2.6.4 Hikmah Dilarangnya Bughat
Deskripsi : Zina ,Qadzaf, Miras, Mencuri, Menyamun, Dan Bughat
merupakan perkara hudud dimana menurut istilah adalah hukuman
yang ditetapkan pada pelaku tersebut. Hudud bertujuan untuk
menghalangi dosa demi menjaga hak Allah, contohnya hukuman dalam
zina. Hudud bisa berarti pula sesuatu yang menyebabkan bertemunya
hak Allah dan hak manusia seperti menuduh berzina (Qadzaf) dan
mengambil barang milik orang lain baik secara sembunyi-sembunyi
maupun secara terang-terangan. Hudud juga berarti dapat menjaga
kedamaian diantara penduduk muslim dengan cara tidak melakukan
sessuatu pemberontakan terhadap pemerintahan. Dalam pembahasan
bab kali ini akan mengupas bagaimanakah kriteria-kriteria Zina
,Qadzaf, Miras, Mencuri, Menyamun, Dan Bughat yang termasuk
dalam pembahasan hudud
Kata Kunci : Zina, rajam, cambuk, qadzaf, miras, mencuri,
bughat
Fiqh Kelas XI MA
33
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
BAB 2. Hudud
(Zina ,Qadzaf, Miras, Mencuri,Menyamun, Dan
Bughat)
A. Zina
1.Pengertian Zina
Zina secara bahasa
memiliki beberapa arti, menurut
Abu Malik Kamal bin As Sayyid
Salim diantaranya adalah
kekejian dan kesempitan. Berasal
dari kata zana zunu yang artinya
masuk dan sempit. Menurut
istilah dalam kitab Mujamul
Wasith zina diartikan sebagai
bercampurnya seseorang dengan seorang wanita tanpa melalui akad
yang sesuai dengan syari. Zina secara istilah juga didefinisikan secara
berbeda-beda oleh para imam fiqhiyah, yaitu :
Al-Malikiyah mendefinisikan bahwa zina itu adalah hubungan
seksual yang dilakukan oleh seorang mukallaf muslim pada
kemaluan wanita yang bukan haknya (bukan istri atau budak)
tanpa syubhat atau disengaja.
Sedangkan As-syafiiyyah mendefiniskan bahwa zina adalah
masuknya kemaluan laki-laki atau bagiannya ke dalam
kemaluan wanita yang bukan mahram dengan dilakukan
dengan keinginannya di luar hal yang syubhat.
Dan Al-Hanabilah mendefinisikan bahwa zina adalah perbuatan
fahisyah (hubungan seksual di luar nikah) yang dilakukan pada
kemaluan atau dubur.
Dapat disimpulkan dari berbagai definisi istilah, bahwa zina
adalah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki dengan
seorang perempuan tanpa nikah yang sah mengikut hukum syarak
(bukan pasangan suami isteri) dan kedua-duanya orang yang mukallaf.
Dalil larangan zina secara umum adalah firman Allah SWT :
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah
perbuatan yang keji dan jalan yang buruk.
Fiqh Kelas XI MA
34
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
[QS Al Isra' 17:32]
Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik
yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa,
melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan)
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan
hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui."[QS Al A'raaf 7:33]
Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki
yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-
wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang
baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang
dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang
menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga) [QS
An Nuur 24:26]
Fiqh Kelas XI MA
35
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan
makanan kamu halal (pula) bagi mereka. (Dan dihalalkan mangawini)
wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang
beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-
orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayar
mas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud
berzina dan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa
yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam)
maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-
orang merugi.[QS Al Maaidah 5:5]
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-
tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas
kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama
Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan
hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh
sekumpulan orang-orang yang beriman.[QS An Nuur 24:2]
Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang
mu'min.[QS An Nuur 24:3]
Dalil naqli tentang zina dalam hadist shahih:
Apabila seorang hamba berzina keluarlah iman darinya. Lalu iman itu
berada di atas kepalanya seperti naungan, maka apabila dia telah
bertaubat, kembali lagi iman itu kepadanya. [Hadits shahih riwayat
Abu Dawud no. 4690 dari jalan Abu Hurairah]
Fiqh Kelas XI MA
36
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Berkata Ibnu Abbas: "Dicabut cahaya (nur) keimanan di dalam zina"
[Hadist Riwayat Bukhari di awal kitab Hudud, Fathul Bari
12:58-59]
Ada tiga golongan (manusia) yang Allah tidak akan berbicara kepada
mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan tidak
melihat kepada mereka, dan bagi mereka siksa yang sangat pedih, yaitu
; Orang tua yang berzina, raja yang pendusta (pembohong) dan orang
miskin yang sombong [Hadits shahih riwayat Muslim 1/72 dari
jalan Abu Hurairah]
Dalam hadist Sumarah bin Jundab yang panjang tentang mimpi
Nabi saw, Beliau saw bersabda:
Kemudian kami berjalan dan sampai kepada suatu bangunan serupa
tungku api dan di situ kedengaran suara hiruk-pikuk. Lalu kami tengok
ke dalam, ternyata di situ ada beberapa laki-laki dan perempuan yang
telanjang bulat. Dari bawah mereka datang kobaran api dan apabila
kena nyala api itu, mereka memekik. Aku bertanya, Siapakah orang
itu Jawabnya, Adapun sejumlah laki-laki dan perempuan yang
telanjang bulat yang berada di dalam bangunan serupa tungku api itu
adalah para pezina laki-laki dan perempuan. [Shahih: Shahihul
Jamius Shaghir no: 3462 dan Fathul Bari XII: 438 no: 7047].
Namun untuk menjalankan hukum zina seperti ini, maka ada
beberapa syarat penting yang harus dipenuhi. Pertama, Pelakunya
adalah seorang mukallaf, yaitu aqil dan baligh. Sedangkan bila seorang
anak kecil atau orang gila melakukan hubungan seksual di luar nikah
maka tidak termasuk dalam kategori zina secara syar`i yang wajib
dikenakan sangsi yang sudah baku. Begitu juga bila dilakukan oleh
seorang idiot yang para medis mengakui kekuranganya itu.
Kedua, Pasangan zinanya itu adalah seorang manusia, baik
laki-laki ataupun seorang wanita. Sehingga bila seorang laki-laki
berhubungan seksual dengan binatang seperti anjing, sapi dan lain-lain
tidak termasuk dalam kategori zina, namun punya hukum tersendiri.
Ketiga, Dilakukan dengan manusia yang masih hidup.
Sedangkan bila seseorang menyetubuhi seorang mayat yang telah mati,
juga tidak termasuk dalam kategori zina yang dimaksud dan memiliki
konsekuensi hukum tersendiri. Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa
zina itu hanyalah bila dilakukan dengan memasukkan kemaluan laki-
laki ke dalam kemaluan wanita. Jadi bila dimasukkan ke dalam dubur
(anus), tidak termasuk kategori zina yang dimaksud dan memiliki
hukum tersendiri. Namun Imam Asy-Syafi`i dan Imam Malik dan
Imam Ahmad tetap menyatakan bahwa hal itu termasuk zina yang
Fiqh Kelas XI MA
37
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dimaksud. Perbuatan itu dilakukan bukan dalam keadaan terpaksa
baik oleh pihak laki-laki maupun wanita.
Keempat, Perbuatan itu dilakukan di negeri yang secara resmi
berdiri tegak hukum Islam secara formal , yaitu di negeri yang adil
atau darul-Islam. Sedangkan bila dilakukan di negeri yang tidak
berlaku hukum Islam, maka pelakunya tidak bisa dihukum sesuai
dengan ayat hudud.
2. Macam Zina
Zina terbagi dalam 2 golongan yaitu :
a. Zina Muhson
Dalam kitab At Tasyri Al Jinai pengertian muhson adalah
orang yang pernah menikah dan memenuhi syarat-syarat:
a. Mukallaf dalam artian akil baligh
b. Orang merdeka
c. Telah terjadi persetubuhan dalam bingkai pernikahan
Apakah muhshan itu harus beragama islam? Disini kalangan
ahli fikih berbeda pendapat akan tetapi yang dianggap paling benar
adalah pendapat dan pandangan dari Syafii dan Ahmad bahwa
keduanya sudah menikah, berdasarkan riwayat bahwa Nabi SAW
pernah didatangi seorang laki-laki dan seorang perempuan dari
kalangan Yahudi yang telah berzina, kemudian beliau merajam
keduanya. Jadi pengertian dari Zina Muhson yaitu zina yang dilakukan
oleh orang yang sudah baligh, berakal, merdeka, sudah pernah nikah
secara sah. Maksudnya adalah yang dilakukan oleh suami, istri, duda
ataupun janda.
Para Imam Fiqhiyah berbeda pendapat mengenai hukum yang
akan dilaksanakan pada pezina muhson :
Pertama, Pezina tersebut dicambuk sebelum dirajam. Pendapat
ini mengikuti riwayat Ahmad dan yang dipegang oleh kalangan
madzhab Dhahiri dengan dalil :
Dari Ubadah bin Shamit RA, bahwa Rasulullah saw pernah bersabda :
....Sedangkan duda dan janda yang berzina dihukum seratus
cambukan dan rajam. (HR Abdul Baihaqi, periwayatannya shahih ).
Kedua, pelaku zina hanya dirajam dan tidak dicambuk. Ini
adalah pendapat madzhab mayoritas kalangan ahli Fiqh : Abu Hanifah,
Malik, Syafii. Mereka beranggapan bahwa tidak ada khabar dalam
riwayat mengenai orang-oraang yang dirajam oleh Nabi Saw, baik
Maiz, perempuan dari Bani Ghamid, maupun 2 orang Yahudi bahwa
salah satu di antara mereka dihukum cambuk terlebih dahulu oleh
Nabi Saw. Dan alasan kedua yaitu hukuman ringan menjadi mandul
Fiqh Kelas XI MA
38
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dengan adanya hukuman berat. Hal itu karena hukuman ringan
dimaksudkan untuk membuat jera, dan cambukan itu tidak memiliki
pengaruh apa-apa jika telah ditetapkan hukuman rajam.
Ketiga, hukuman cambuk dan rajam dilaksanakan sekaligus
dalam pelaksanaan hukuman rajam orangtua baik laki-laki maupun
perempuan tetapi tidak kepada yang muda. Dalam hal ini, Ubay bin
Kaab dan Masruq mendasarkan pada dalil ayat yang telah dinasakh
yang berbunyi : Jika seorang kakek-kakek dan nenek-nenek berzina,
maka rajamlah saja keduanya. Kata kakek-kakek disitu dipahami
berfungsi sebagai pengkhususan orang yang sudah tua. Karena
kalimatnya seperti itu maka orang muda terhalang untuk hukuman
tersebut.
Dari beberapa pendapat diatas maka hukuman yang paling rajih
(kuat) adalah dengan merajam sampai mati tanpa adanya cambukan
(Al Allamah Asy Syanqithi, hlm 47-48)
b. Zina Ghairu Muhson
Zina Ghairu muhson adalah zina yang dilakukan oleh orang
yang belum pernah nikah (Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim,2007,
hlm. 60). Maksudnya zina jenis ini dilakukan oleh orang yang masih
perawan atau perjaka. Hukumannya adalah dicambuk seratus kali
sesuai firman Allah :
,.l _.l .>! _ .> !... .!. :.> _.>!. !., _ _: < | ,..
`... <!, ,,l > .:,l !.,.s !L _. _,...l _
Artinya : Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan
janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari
akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan
oleh sekumpulan orang-orang yang beriman( QS. An Nur: 2).
Para ahli fiqh berbeda pendapat mengenai apakah selain
hukuman cambuk pelaku diberi tambahan hukuman. Ada 3 pendapat
mengenai ini:
Pertama, Selain hukam cambuk dia wajib dikenai hukuman
pengasingan dari tempat asalnya dalam waktu satu tahun. Ini menurut
pendapat imam Syafii Ahmad, dan Ibnu Hazm mereka berpegang
dengan alasan dari sebuah hadits yang artinya :
Dari Ubadah bin Shamid, sesungguhnya Rasulullah bersabda
Ambillah dariku!, Ambillah dariku! Allah telah membuat aturan bagi
mereka: Perjaka yang berzina dengan perawan dicambuk seratus kali
Fiqh Kelas XI MA
39
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
dan diasingkan dari tempat tinggalnya selama setahun.(HR. Muslim,
At Tirmidzi, dan Abu Daud).
Kedua, Pezina laki-laki dibuang keluar daerah, namun tidak
bagi perempuan. Ini adalah pendapat dari Imam Malik dan Al Auzai.
Mereka mendasarkan pada pendapat Nabi saw, Tidak diperbolehkan
bagi seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhir
untuk melakukan perjalanan sehari semalam kecuali bersama
mahramnya (HR. Bukhari dan Muslim).
Mereka berpendapat, pengasingan perempuan dengan tanpa
saudara/ muhrimnya dapat mengakibatkan timbulnya kejahatan yang
menimpanya atau bahkan lebih parah daripada itu. Namun apabila
disertai oleh mahramnya, maka ini adalh tindak pengasingan kepada
orang yang tidak melakukan zina dan menghukum (pengasingan)
kepada orang yang tidak berdosa.
Ketiga, pada dasarnya tidak wajib pengasingan ke luar daerah
tempat asalnya sebagai tambahan hukuman kecuali sebagai penjeraan
Pendapat yang paling rajih dan dapat diterima adalah bahwa
hukuman pezina ghairu muhson adalah dicambuk seratus kali dan
diasingkan selama setahun, baik terhadap laki-laki maupun
perempuan.
3. Hikmah-Hikmah Diharamkannya Zina
Para ulama sepakat bahwa hukum melakukan zina adalah
haram dan termasuk dosa besar, karena mempunyai banyak dampak
negatif.yang luar biasa, seperti tercampurnya air sperma yang
menjadikan ketidakjelasannya keturunan, menjadikan kondisi
masyarakat yang kacau, dan munculnya banyak penyakit yang sulit
disembuhkan. Islam mengharamkan perbuatan zina sebenarnya
banyak hikmah yang terkandung di dalamnya, seperti :
a. Untuk menjaga kesucian masyarakat Islam
b. Melindungi kehormatan kaum muslimin dan kesucian dari
mereka,
c. Mempertahankan kemuliaan kaum muslimin,
d. Menjaga kemuliaan dan kejelasan nasab/ keturunan
sehingga dapat tercipta generasi yang baik, bersih, dan suci
lahir batin
e. Menjaga kebeningan jiwa
f. Terciptanya kehidupan rumnah tangga yang harmonis
g. Terpeliharanya kesucian dan kesehatan jasmani dan rohani
seseorang
Fiqh Kelas XI MA
40
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
h. Terciptanya kehidupan masyarakat yang bebas dari fitnah-
fitnah dan lanat Allah.
B. QADZAF
1. Pengertian Qadzaf
Menurut bahasa qadzaf berasal dari kata
sinonimnya Ar Ramyu
Artinya : Kesaksian palsu itu disamakan (dosanya) dengan
mneyekutukan Allah (HR. Abu Daud).
Dalam KUHAP pasal 242 dinyatakan bahwa orang yang
memberikan kesaksian palsu dapat dijatuhi hukuman sebagai berikut :
1. Barangsisapa dalam hal-hal menurut peraturan
UU menuntut sesuatu keterangan dengan sumpah
atau jika keterangan itu membawa akibat bagi
hukum dengan sengaja memberi keterangan palsu
yang ditanggung dnegan sumpah, baik dengan
lisan maupun tulisan, oleh dia sendiri atau oleh
kuasanya yang istimewa ditunjuk untuk itu, maka
dihukum penjara selama-lamanya tujuh tahun.
2. Jika keterangan palsu yang ditanggung dengan
sumpah diberikan dalam perkara pidana dengan
merugikan si terdakwa atau si tersangka, maka si
tersalah itu dihukum penjara selama-lamanya
sembilan tahun.
Kesimpulan
a. Peradilan adalah lembaga negara yang bertugas menyelesaikan
masalah atau sengketa yang diajukan kepadanya oleh pihak-
pihak yang mengajukan, secara adil atas dasar hukum Allah
SWT dan dijalankan oleh orang-orang yang mempunyai
kekuasaan hukum
b. Fungsi peradilan :
Menetapkan dan melaksanakan sanksi atas setiap
perbuatan yang melanggar hukum.
Mendamaikan dua pihak yang bersengketa dengan
berpedoman kepada hukum-hukum Allah SWT.
c. Hakim dapat diartikan sebagai seseorang yang diangkat oleh
pemerintah dan sekaligus menjadi penggantinya dalam
menjelaskan hukum-hukum syariat dan mewajibkannya pada
Fiqh Kelas XI MA
79
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
semua rakyat yang berada di wilayahnya serta bertugas untuk
menyelesaikan dakwaan maupun persengketaan yang timbul di
dalamnya.
d. Fungsi hakim ialah sebagai penegak hukum atau sebagai
pengemban pelaksana tugas-tugas pemerintah di bidang
peradilan.
e. Tugas-tugas hakim adalah menyelesaikan sengketa diantara
pihak-pihak, memberi kepuasan hukum kepada pihak yang
berperkara
f. Syarat-Syarat Hakim
Islam
Baligh
Berakal sehat
Merdeka
Adil
Laki-laki
Memahami dasar hukum Al Quran dan Al Hadits
Sehat jasmani dan rohani
Menguasai bahsa Arab
Mampu membaca dan menulis
Dhabit
g. Empat media hukum yang bisa digunakan hakim untuk bisa
memberikan hak kepada pemilik yang memang betul-betul haq,
yaitu :
Pengakuan (Ikrar), yaitu pengakuan terdakwa yang
memiliki hak,
Barang Bukti, yaitu para saksi.
Sumpah (Yamin
Nukul,
Kesaksian (Syahadat)
Sumpah lima puluh orang (Dasamah)
Keputusan hakim
h. Kedudukan hakim wanita adalah tidak boleh berdasarkan
Ulama Mazhab Fiqh kecuali Abu Hanifah dan At Thabari.
i. Saksi adalah orang yang melihat dan mengetahui suatu
peristiwa, ia diminta hadir kepersidangan untuk dimintai
keterangannya supaya bilamana diperlukan ia bisa
menunjukkan duduk peristiwa sebenarnya.
j. Fungsi Saksi
Sebagai alat bukti
Sebagai alat kajian
Sebagai penguat
Fiqh Kelas XI MA
80
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
k. Syarat-Syarat Saksi
Islam
Baligh
Berakal sehat
merdeka , bukan hamba sahaya
Adil, bukan orang fasik yang cenderung berbuat dusta.
Bukan musuh terdakwa dan juga bukan anggota
keluargannya
Fiqh Kelas XI MA
81
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Bentuk Pilihan Ganda
Berilah tanda silang pada salah satu
jawaban yang dianggap benar !
1. Menurut bahasa Arab, peradilan
dapat diartikan sebagai .....
a. Al Qadar d. Al Khabar
b. Al Qudsi e. Al Qisti
c. Al Qadha
2. Berikut ini arti Al Aqdha dalam
Al Quran, kecuali .....
a. Menetapkan
b. Menentukan
c. Memerintahkan
d. Mengembangkan
e. Menyelesaikan
3. Berikut ini adalah jenis-jenis
pengadilan di negeri kita, adalah
.....
a. Militer
b. Negara
c. Agama
d. Negara
e. Tata Usaha Negara
4. Hakim dalam Islam disebut
sebagai :
a. Qadha
b. Qadhi
c. Qadir
d. Mufti
e. Alim
5. Sepanjang sejarah peradilan
Islam tidak pernah ditemukan ...
a. Pengadilan
b. Keadilan
c. Jaksa
d. Hakim Wanita
e. Hakim Adil
6. Minimal saksi yang harus
dihaduirkan dalam persidangan
untuk didengarkan kesaksiannya
berjumlah : ...
a. 20 Orang d. 4 Orang
b. 2 Orang e. 3 Orang
c. 1 Orang
7. Media hukum yang bisa
digunakan hakim untuk
memutuskan perkara hukum di
bawah ini benar, kecuali ...
a. Yamin d. Nukul
b. Dasamah e. Iqra
c. Syahadat
8. Imam Mazhab yang
membolehkan wanita menjadi
hakim adalah ...
a. Hambali d. Imam Syafii
b. Abu Hanifah e. Al Maliki
c. Ad Darimi
9. Fungsi saksi dalam peradilan
adalah ...
a. Penguat d. Pelemah
b. Pemerdeka e. Penuduh
c. Pemutus
10. Menurut KUHAP hukuman bagi
pelaku sumpah palsu adalah
a. 7 dan 9 Tahun
b. 7 dan 10 Tahun
c. 3 dan 4 Tahun
d. 5 dan 8 Tahun
e. 6 dan 9 Tahun
A. Bentuk Soal Uraian
Jawablah pertanyaan berikut dengan
singkat dan benar !
1. Sebutkan pengertian peradilan
atau qadha !
2. Bagaimanakah kedudukan
hakim wanita !
3. Sebut dan jelaskan syarat-syarat
Hakim !
4. Sebut dan jelaskan media
hukum yang bisa digunakan
Evaluasi
Fiqh Kelas XI MA
82
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
hakim untuk memutuskan
perkara !
5. Bagaimanakah kesaksian orang
buta? Jelaskan
Fiqh Kelas XI MA
83
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Daftar Pustaka.
Al Asqalani, Ibnu Hajar,Mukhtasar Targhgib wa Tarhib (Ensiklopedia
Anjuran dan Larangan,penj. Syarief Baraja),2009, Pustaka As Sunnah,
Jakarta
Al Jazairi, Abu Bakr, Ensiklopedia Muslim (Minhajul Muslim),2000, PT
Darul Falah, Jakarta
Al-Khalafi, Al Wajiz (Ensiklopedia Fiqih Islam dalam Al Quran dan
Sunah As Shahih, penj Maruf Abdul Jalil),2006, Pustaka As Sunnah,
Jakarta.
AsAd, Mahrus dan A. Wahid Sy. 2006, Memahami Fiqih,Armico,
Bandung
Al-Qardhawi, Yusuf.1997,Sistem Masyarakat Islam dalam Al Quran dan
Sunnah,Citra Islami Pers (Ebook).
As-Sayuti,Jalaludin.1981,Al Jamius Shagir, Beirut, Darul Fikr.
Departemen Agama RI. Al Quran dan terjemahannya,1971, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah/ Tafsir Al Qur;an, Jakarta
_____________________. AlQuran dan Tafsirnya.1985/1986. Proyek
Pengadaan Kitab Suci, Depag.
www.pemantauperadilan.com/Perlindungan_terhadap_saksi.pdf
www.badilag.net/tugas+hakim
Fiqh Kelas XI MA
84
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal
Fiqh Kelas XI MA
85
FIQIH KELAS XI MA
Untuk Kelas XI Madrasah Aliyah
Dikerjakan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah
Pengembangan Bahan Ajar
STAIN JEMBER 2011
Oleh Mukhtar Fitriawan Bilawal