Anda di halaman 1dari 46

UNIT 1

HAKIKAT IPA DAN


PEMBELAJARAN IPA SD
Wasih Djojosoediro
PENDAHULUAN
Selamat berjumpa saudara mahasiswa. Pembahasan materi kuliah
Pengembangan Pembelajaran IPA SD ini akan diawali dengan pembahasan
konsep dasar pembelajaran IPA. Pada Unit 1 ini anda akan diajak untuk
mempelajari Hakikat IPA dan Hakikat Pembelajaran IPA SD.
K ompetensi yang hendaknya dicapai setelah mempelajari unit ini, adalah

anda dapat 1) menjelaskan karakteristik IPA, 2) menjelaskan kedudukan IPA


sebagai produk,proses, dan sikap, 3) membedakan pengertian belajar dan
pembelajaran IPA menurut teori behavioristik dan konstruktivistik, dan 4)
menjelaskan dampak pengertian belajar dan pembelajaran IPA teori behavioristik
dan konstruktivistik terhadap pelaksanaan pembelajaran IPA SD.
Materi kajian dalam Unit 1 ini terkait erat dengan materi kajian pada unitunit berikutnya. Kompetensi yang kita capai dari Unit 1 ini digunakan untuk
menelaah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) dalam
Kurikulum IPA SD/MI. Misal, jika kita hendak mengidentifikasi fakta, konsep
atau prinsip dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar,

maka kita

memerlukan pengetahuan tentang karakteristik IPA sebagai proses, produk, dan


sikap.
Pencapaian kompetensi yang dijabarkan dalam Unit 1 ini bermanfaat bagi
calon guru maupun guru sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas sebagai
perancang dan pelaksana kegiatan pembelajaran IPA di kelas. Tanpa adanya
pemahaman yang mendalam terhadap materi kajian Unit 1 ini, niscaya guru tidak
dapat membelajarkan IPA kepada siswanya secara profesional. Oleh karena itu,
pelajarilah baik-baik materi Unit 1 ini, karena pemahaman anda pada Hakikat IPA

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

15

dan Hakikat Pembelajaran IPA akan memberikan kontribusi dalam profesi anda
sebagi guru.
Unit 1 ini dibagi dalam 3 sub-Unit. Sub-Unit 1 tentang karakteristik IPA,
sub-Unit 2 tentang kedudukan IPA sebagai proses, produk, serta sikap, dan subUnit 3 tentang belajar dan pembelajaran IPA menurut teori behavioristik dan
konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA SD.

16

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

SUB-UNIT 1.1
HAKIKAT IPA

A.

PENGANTAR
Sub-Unit 1.1 ini akan mengajak kita untuk mengkaji hakikat IPA, baik

melalui membaca, mengamati simulasi fenomena IPA, maupun kegiatan diskusi.


Bahan kajian ini terkait erat dengan bahan kajian berikutnya, utamanya terkait
dengan bahan kajian model-model pembelajaran IPA SD/MI, karena modelmodel pembelajaran IPA SD/MI selalu menitik beratkan pada pengalaman
langsung melalui penggunaan berbagai keterampilan proses IPA. Tanpa
pemahaman yang mendalam terhadap karakteristik IPA, sulit kiranya untuk dapat
mengembangkan model-model pembelajaran yang berfilosofi konstruktivistik.
Bahan pendukung yang dapat anda gunakan dalam mengkaji bahan ini
antara lain buku-buku teks Pendidikan IPA, Teori-teori Belajar, artikel-artikel
dalam jurnal ilmiah pendidikan. yang relevan

B.

URAIAN

1.

Karakteristik IPA
Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal juga dengan istilah sains.

Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti saya tahu.
Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari kata science yang berarti
pengetahuan. Science kemudian berkembang menjadi social science yang dalam
Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan sosial (IPS) dan natural
science yang dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan ilmu pengetahuan alam
(IPA).
Dalam kamus Fowler (1951), natural science didefinisikan sebagai
systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena and
based mainly on observation and induction yang diartikan bahwa ilmu
pengetahuan alam didefinisikan sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

17

dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan


didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi. Sumber lain menyatakan bahwa
natural science didefinisikan sebagai a pieces of theoritical knowledge atau sejenis pengetahuan teoritis.
IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam.
IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena
alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang
dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode
ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang
pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan
biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif,
yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejalagejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA merupakan ilmu
pengetahuan tentang gejala alam yang dituangkan berupa fakta, konsep, prinsip
dan hukum yang teruji kebenarannya dan melalui suatu rangkaian kegiatan dalam
metode ilmiah.
Dalam perkembangan selanjutnya, metode ilmiah tidak hanya berlaku bagi
IPA tetapi juga berlaku untuk bidang ilmu lainnya. Hal yang membedakan metode
ilmiah dalam IPA dengan ilmu lainnya adalah cakupan dan proses perolehannya.
IPA meliputi dua cakupan yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses.
Science is both of knowledge and a process (Trowbridge and Sund, 1973:2).
Secara umum, kegiatan dalam IPA

berhubungan dengan eksperimen.

Namun dalam hal-hal tertentu, konsep IPA adalah hasil tanggapan pikiran
manusia atas gejala yang terjadi di alam Seorang ahli IPA (ilmuwan) dapat
memberikan sumbangan besar kepada IPA tanpa harus melakukan sendiri suatu
percobaan, tanpa membuat suatu alat atau tanpa

melakukan observasi.

Pembuktian teori Einstein secara ekperimental tidak dilakukan oleh Einstein.


Planet Neptunus pada awalnya tidak ditemukan berdasarkan hasil observasi tetapi
melalui perhitungan-perhitungan. Dengan demikian, IPA juga merupakan
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan metode khusus (Nokes, 1941).
Metode khusus yang dimaksud merupakan langkah-langkah seorang
ilmuwan dalam memperoleh pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh

18

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

berdasarkan gejala-gejala alam. Pengetahuan berupa teori yang diperoleh melalui


hasil perhitungan atau pemikiran tidak akan bertahan kalau tidak sesuai dengan
hasil observasi, sehingga suatu teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu
didasari oleh hasil pengamatan. Planet Neptunus tidak akan dapat ditemukan
secara teoritis jika sebelumnya tidak ada pengamatan yang menyaksikan suatu
keanehan dalam lintasan planet lainya. Jika IPA merupakan suatu jenis
pengetahuan teoritis yang diperoleh dengan cara yang khusus, maka cara tersebut
dapat berupa observasi, eksperimentasi, pengambilan kesimpulan, pembentukan
teori, eksperimentasi, observasi dan seterusnya. Cara yang demikian ini dikenal
dengan metode ilmiah (scientific method).
Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu memiliki ciri-ciri
sebagaimana disiplin ilmu lainnya. Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri
umum, juga mempunyai ciri khusus/karakteristik. Adapun ciri umum dari suatu
ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang yang
menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Fakta-fakta tersebut disusun
secara sistematis serta dinyatakan dengan bahasa yang tepat dan pasti sehingga
mudah dicari kembali dan dimengerti untuk komunikasi (Prawirohartono, 1989:
93).
Sebagai ilmu, IPA memiliki karakteristik yang membedakannya dengan
bidang ilmu lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.
a.

IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan
lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur
seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. Contoh: nilai ilmiah
perubahan kimia pada lilin yang dibakar. Artinya benda yang mengalami
perubahan kimia, mengakibatkan benda hasil perubahan sudah tidak dapat
dikembalikan ke sifat benda sebelum mengalami perubahan atau tidak dapat
dikembalikan ke sifat semula.

b.

IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,


dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.
Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan
fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya metode ilmiah (scientific
methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian kerja ilmiah (working

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

19

scientifically), nilai dan sikapi lmiah (scientific attitudes) (Depdiknas,


2006).
c.

IPA merupakan pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara
yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi,
penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian
seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain

d.

IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan baganbagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan
observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut
(Depdiknas, 2006).

e.

IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses, aplikasi dan sikap. Produk
dapat berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum. Proses merupakan prosedur
pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi
pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau
penyelidikan,

pengujian

hipotesis

melalui

eksperimentasi;

evaluasi,

pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aplikasi merupakan penerapan


metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Sikap
merupakan rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup,
serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar.

2. Karakteristik Belajar IPA


Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik
IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah. Sesuai dengan
karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta
didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak
hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan

20

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau


menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda.
Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik
tersendiri. Uraian karakteristik belajar IPA dapat diuraikan sebagi berikut.
1.

Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses
berpikir, dan berbagai macam gerakan otot. Contoh, untuk mempelajari
pemuaian pada benda, kita perlu melakukan serangkaian kegiatan yang
melibatkan indera penglihat untuk mengamati perubahan ukuran benda
(panjang, luas, atau volume), melibatkan gerakan otot untuk melakukan
pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur dan cara pengukuran yang benar, agar diperoleh data pengukuran
kuantitatif yang akurat. Misalnya data panjang awal benda sebelum
dipanaskan dan data panjang akhir benda setelah dipanaskan dalam kurun
waktu tertentu. Proses ini melibatkan alat indra untuk mencatat data dan
mengolah data agar dihasilkan kesimpulan yang tepat.

2.

Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik).


Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. Termasuk teknik
manakah yang Anda gunakan ketika Anda belajar fenomena gerak jatuh
bebas? Mengapa demikian?

3.

Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu


pengamatan. Hal ini dilakukan karena kemampuan alat indera manusia itu
sangat terbatas. Selain itu, ada hal-hal tertentu bila data yang kita peroleh
hanya berdasarkan pengamatan dengan indera, akan memberikan hasil yang
kurang obyektif, sementara itu IPA mengutamakan obyektivitas. Misal,
pengamatan untuk mengukur suhu benda diperlukan alat bantu pengukur
suhu yaitu termometer. Alat bantu ini membantu ketepatan pengukuran dan
data pengamatannya dapat dinyatakan secara kuantitatif. Jika pengukuran
dilakukan berulang-ulang dengan tingkat ketelitian yang sama maka data
yang diperoleh akan sama. Jika pengukuran dilakukan dengan panca indera
saja, maka data yang diperoleh akan berbeda-beda dan datanya bersifat
kualitatif karena didasarkan pada hal-hal yang dirasakan orang yang
melakukan pengukuran. Data kualitatif ini bersifat subyektif, karena sangat

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

21

mungkin keadaan panas benda yang sama, dirasakan oleh dua orang atau
lebih yang berbeda, hasilnya berbeda-beda pula sehingga data yang diperoleh
tidak obyektif..
4.

Belajar IPA seringkali melibatkan kegiatan-kegiatan temu ilmiah (misal


seminar, konferensi atau simposium), studi kepustakaan, mengunjungi suatu
objek, penyusunan hipotesis, dan yang lainnya. Kegiatan tersebut kita
lakukan semata-mata dalam rangka untuk memperoleh pengakuan kebenaran
temuan yang benar-benar obyektif. Contoh, sebuah temuan ilmiah baru untuk
memperoleh pengakuan kebenaran, maka temuan tersebut harus dibawa ke
persidangan ilmiah lokal, regional, nasional, atau bahkan sampai tingkat
internasional

untuk

dikomunikasikan

dan

dipertahankan

dengan

menghadirkan ahlinya.
5.

Belajar IPA merupakan proses aktif. Belajar IPA merupakan sesuatu yang
harus siswa lakukan, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Dalam
belajar IPA, siswa mengamati obyek dan peristiwa, mengajukan pertanyaan,
memperoleh pengetahuan, menyusun penjelasan tentang gejala alam, menguji
penjelasan tersebut dengan cara-cara yang berbeda, dan mengkomunikasikan
gagasannya pada pihak lain. Keaktifan dalam belajar IPA terletak pada dua
segi, yaitu aktif bertindak secara fisik atau hands-on dan aktif berpikir atau
minds-on (NRC, 1996:20). Keaktifan secara fisik saja tidak cukup untuk
belajar IPA, siswa juga harus memperoleh pengalaman berpikir melalui
kebiasaan berpikir dalam belajar IPA.

Para ahli pendidikan dan pembelajaran IPA menyatakan bahwa


pembelajaran IPA seyogianya melibatkan siswa dalam berbagai ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotorik, dan afektif. Hal ini dikuatkan dalam kurikulum IPA yang
menganjurkan bahwa pembelajaran IPA di sekolah melibatkan siswa dalam
penyelidikan yang berorientasi inkuiri, dengan interaksi antara siswa dengan guru
dan siswa lainnya. Melalui kegiatan penyelidikan, siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan ilmiah yang
ditemukannya pada berbagai sumber, siswa menerapkan materi IPA untuk
mengajukan pertanyaan, siswa menggunakan pengetahuannya dalam pemecahan

22

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

masalah, perencanaan, membuat keputusan, diskusi kelompok, dan siswa


memperoleh asesmen yang konsisten dengan suatu pendekatan aktif untuk belajar.
Dengan demikian, pembelajaran IPA di sekolah yang berpusat pada siswa dan
menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru
yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa
(NRC, 1996:20).
Ditinjau dari isi dan pendekatan kurikulum pendidikan sekolah tingkat
pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang berlaku saat ini maupun
sebelumnya, pembelajaran di sekolah dititikberatkan pada aktivitas siswa. Dengan
cara ini diharapkan pemahaman dan pengetahuan siswa menjadi lebih baik. Kenyataan di lapangan, aktivitas siswa sering diartikan sempit. Bila siswa aktif berkegiatan, walaupun siswa sendiri tidak mengetahui (merasa pasti) untuk apa berbuat sesuatu selama pembelajaran, maka dianggap pembelajaran sudah menerapkan pendekatan yang aktif.
Proses pembelajaran IPA di sekolah menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Hal ini disebabkan karena IPA diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui
pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu
dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di
tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan pembelajaran
Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

C.

LATIHAN

Lakukan kegiatan berikut.


1.

Siapkan sebatang lilin, mistar plastik 30 cm, dan sebuah korek api! Ukurlah
panjang lilin, catatlah hasil pengukuran ini!

2.

Bakarlah lilin selama 15 menit, amati bagaimana keadaan lilin selama


menyala! Setelah 15 menit menyala, matikan lilin lalu ukurlah panjang lilin
sekarang!

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

23

3.

Bandingkan panjang lilin sebelum dan sesudah dinyalakan. Bagaimana


keadaannya? Jelaskan!

4.

Menurut penafsiran Anda, mengapa panjang lilin berkurang sesudah dibakar?


Dapatkah ukuran lilin dikembalikan seperti keadaan semula?

5.

Lakukan kegiatan 1-4 di atas samapi 3 atau 4 kali agar diperoleh hasil yang
mantap!

6.

Analisislah data hasil percobaan Anda, dan buatlah kesimpulannya! Berikan


komentar Anda terkait dengan kebenaran ilmiah dari fenomena proses
pembakaran lilin di atas!.

Rambu-rambu Jawaban Latihan


Jika Anda memperoleh bukti bahwa keadaan panjang lilin sebelum dan sesudah
dibakar berubah; panjang lilin sesudah dibakar tidak mungkin dapat dikembalikan
ke panjang lilin semula (sebelum dibakar), maka mengalami perubahan apa lilin
yang dibakar itu?. Komentar Anda tepat jika Anda mengatakan bahwa lilin yang
dibakar mengalami perubahan kimia (perubahan zat/benda yang bersifat tetap
artinya bahwa zat hasil perubahan tidak dapat dikembalikan ke sifat semula)
mempunyai kebenaran ilmiah.

D.

RANGKUMAN
IPA memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan

bidang ilmu lain. Karakteristik IP tersebut yaitu; 1) IPA mempunyai nilai ilmiah,
artinya kebenaran-kebenaran IPA dapat dibuktikan kembali oleh semua orang
dengan melakukan prosedur yang sama seperti yang dilakukan penemunya; 2)
IPA merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang
yang berkaitan dengan gejala-gejala alam; 3) IPA merupakan pengetahuan teoritis
yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus yaitu denga
melakukan

observasi,

eksperimentasi,

penyimpulan,

penyusunan

teori,

eksperimen, observasi demikian seterusnya sehingga saling terkait satu sama lain;
4) IPA meliputi 4 unsur yaitu proses, produk, aplikasi, dan sikap. Karakteristik
belajar IPA meliputi 1) melibatkan hampir semua indera, seluruh proses berpikir,
dan berbagai gerakan otot; 2) Belajar IPA memerlukan berbagai teknik (cara),

24

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

seperti observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi; 3) Belajar IPA sering


melibatkan alat bantu pengamatan untuk memperoleh data yang obyektif, sesuai
sifat IPA yang mengutamakan obyektivitas; 4) Belajar IPA sering melibatkan
kegiatan temu ilmiah, mengunjungi objek, studi pustaka, dan penyusunan
hipotesis untuk mempeloleh pengakuan kebenaran temuan yang benar-benar
obyektif, dan 5) belajar IPA merupakan proses aktif, artinya belajar IPA
merupakan suatu yang harus dilakukan siswa, bukan suatu yang dilakukan untuk
siswa.

E. TES FORMATIF
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan uraian secara
runtut dan jelas!
1.

Jelaskan secara runtut mengapa IPA dikatakan mempunyai nilai ilmiah?


Menurut Anda mengapa belajar IPA dituntut untuk melalui proses bekerja
dan berbuat?

2.

Jelaskan mengapa alat ukur disebut sebagai alat bantu pengamatan?

3.

Apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang agar temuannya di bidang


IPA mempunyai nilai obyektivitas yang tinggi?.Jelaskan!

4.

Mengapa pengukuran panjang benda dengan menggunakan alat ukur


jengkal tidak obyektif? Jelaskan!

E.

UMPAN BALIK
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.1 yang

terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi sub-Unit 1.1.

Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan =

X 100%
Skor total (25)

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

25

Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi
skor berbeda. Jika jawaban benar, setiap butir soal diberi skor
5.
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 100%

= baik sekali

80 - 89%

= baik

70 79%

= cukup

< 70%

= kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan
dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
sub-Unit 1.1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.

G. LEMBAR DISKUSI MAHASISWA


Petujuk Umum:

Amati simulasi fenomena pemuaian dan gelombang pada website matakuliah


Pengembangan Pembelajaran IPA SD yang disediakan!

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini melalui diskusi kelompok!

Pertanyaan
1.

Ketika anda melihat tayangan proses pemuaian atau gelombang, aktivitasaktivitas mental dan fisik apa yang anda alami?. Sebutkan!

2.

Cobalah anda cari alternatif lain untuk dapat menunjukkan perubahan panjang
batang logam yang dipanaskan seperti pada fenomena yang ditampilkan pada
website? Mengapa anda memilih alternatif demikian?, Jelaskan!

3.

Berdasarkan pemahaman anda terhadap karakteristik IPA, apakah materi


tayangan tersebut menunjukkan karakteristik IPA? Jika ya, apa alasan anda?

26

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

SUB-UNIT 1.2
KEDUDUKAN IPA SEBAGAI
PROSES, PRODUK DAN SIKAP ILMIAH

A. PENGANTAR
Sudah siapkah Anda? Marilah kita mulai untuk mengikuti pembelajaran
dalam sub-unit 2 ini. Materi dalam sub-Unit 2 ini akan mengajak Anda untuk
mengkaji kedudukan IPA sebagai proses, produk, dan sikap ilmiah. Setelah Anda
menyelesaikan belajar materi kajian dalam sub-Unit 2 ini, ada sejumlah
kompetensi yang hendaknya akan Anda capai, yaitu Anda dapat 1) menjelaskan
kedudukan IPA sebagai proses; 2) menunjukkan 9 macam keterampilan proses
dasar dalam

IPA;

3) memberi contoh keterampilan proses dasar;

4)

menunjukkan 10 macam keterampilan proses terintegrasi; 5) memberi contoh


keterampilan proses terintegrasi; 6) menjelaskan kedudukan IPA sebagai produk;
memberi contoh produk-produk IPA; 7) mengidentifikasi fakta-fakta pada konsep
yang dicontohkan; 8) mengidentifikasi konsep-konsep pada prinsip atau teori
yang dicontohkan; 9) menjelaskan sikap ilmiah; 10) memberi contoh sikap-sikap
ilmiah; dan

11) menghubungkan sikap ilmiah dengan sikap mengagungkan

kebesaran Tuhan YME.

B. URAIAN

1. IPA sebagai Proses


Mari kita telusuri materi kajian IPA sebagai proses dari sajian berikut ini.
IPA sebagai proses mengandung pengertian cara berpikir dan bertindak untuk
menghadapi atau merespons masalah-masalah yang ada di lingkungan. Jadi, IPA
sebagai proses menyangkut proses atau cara kerja untuk memperoleh hasil
(produk) inilah yang kemudian dikenal sebagai proses ilmiah. Melalui prosesproses ilmiah akan didapatkan temuan-temuan ilmiah. Perwujudan proses-proses
ilmiah ini berupa kegiatan ilmiah yang disebut sebagai inkuiri/penyelidikan

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

27

ilmiah. Secara sederhana Nyoman (1985-1986: 8) mendefinisikan inkuiri ilmiah


sebagai usaha mencari pengetahuan dan kebenaran. Sejumlah proses IPA yang
dikembangkan para ilmuwan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah
itulah yang kemudian disebut sebagai keterampilan proses IPA.
Iskandar

(1997:5)

mengartikan

keterampilan

proses

IPA

adalah

keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Ditinjau dari tingkat kerumitan
dalam penggunaannya, keterampilan psroses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok
yaitu keterampilan proses dasar (basic skills) dan keterampilan proses terintegrasi
(integrated skills) (Moejiono dan Dimyati, 1992:16). Keterampilan-keterampilan
proses dasar menjadi dasar untuk keterampilan-keterampilan proses terintegrasi
yang lebih kompleks. Contoh: seseorang untuk dapat menabulasikan data (jenis
keterampilan proses terintegrasi) maka lebih orang tersebut harus memiliki
keterampilan mengukur (jenis keterampilan proses dasar).

a.

Jenis-jenis Keterampilan Proses (KP) dan Pengertiannya

1)

Mengamati
Mengamati adalah kegiatan yang melibatkan satu atau lebih alat indera.

Pada tahap pengamatan orang hanya mengatakan kejadian yang mereka lihat,
dengar, raba, rasa, dan cium.
Pada tahap ini seseorang belajar mengumpulkan petunjuk. Kegiatan inilah
yang membedakan antara pengamatan dengan penarikan kesimpulan atau
pengajuan pendapat. Contoh kegiatan keterampilan proses IPA adalah merasakan
air gula, meraba permukaan daun, mendengarkan bunyi dari dawai yang dipetik,
mengamati daur air, mencium bau tape. Hasil dari pengamatan ini disebut fakta.
Pengamatan dapat bersifat kualitatif dan kuantitatif. Pengamatan kualitatif terjadi
apabila pelaksanaan pengamatan hanya menggunakan pancaindera dalam rangka
untuk memperoleh informasi. Pengamatan kuantitatif terjadi manakala dalam
pelaksanaannya selain menggunakan pancaindera juga menggunakan peralatan
lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.

28

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

2) Menggolongkan/Mengklasifikasi
Menggolongkan adalah memilah berbagai obyek dan/atau peristiwa
berdasarkan persamaan sifat khususnya, sehingga diperoleh kelompok sejenis dari
obyek atau peristiwa yang dimaksud. Dua hal penting yang perlu dicermati dalam
mengembangkan keterampilan mengklasifikasi adalah (1) kegiatan menghimpun
hasil pengamatan dan menyajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan, dan (2)
kegiatan memilah hasil pengamatan sesuai sifat khusus yang dimiliki oleh obyek
dan/atau peristiwa serta menyajikannya dalam tabel klasifikasi atau penggolongan
atau pengelompokan.
Untuk mengetahui pemahaman Anda terkait dengan pengembangan
keterampilan proses mengklasifikasi ini, cobalah Anda berlatih mengembangkan
keterampilan ini melalui kegiatan mengumpulkan daun dari berbagai jenis
tumbuhan dengan berbagai bentuk tulang daun yang dimiliki. Amati bentuk
tulang daun dari berbagai jenis tumbuhan amatan, masukkan hasil pengamatan
Anda ke dalam tabel hasil pengamatan bentuk-bentuk tulang daun. Kelompokkan
daun-daun tersebut berdasarkan bentuk tulang daunnya! Gunakan tabel-tabel
untuk mempermudah pencatatan data yang anda peroleh

3) Mengukur
Mengukur adalah kegiatan membandingkan benda yang diukur dengan
satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk kegiatan
mengukur diperlukan bantuan alat-alat ukur yang sesuai dengan benda yang
diukur. Contoh kegiatan mengukur adalah mengukur panjang, lebar, tinggi almari
dengan menggunakan alat ukur panjang yang sesuai yaitu meteran gulung (roll
meter), bukan menggunakan penggaris plastik. Hal penting yang perlu
diperhatikan ketika akan menggunakan alat ukur adalah cara menggunakan alat
ukur, kapasitas maksimal alat ukur, dan nilai skala alat ukur. Kesalahan dalam
cara menggunakan alat ukur tertentu dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

4) Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah kegiatan menyampaikan perolehan fakta,
konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk audio, visual, dan/atau audio

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

29

visual. Cara-cara komunikasi yang sering digunakan dalam ilmu pengetahuan


selain dengan bahasa tulis maupun lisan adalah melalui sajian bentuk grafik, tabel,
gambar, bagan, simbol/lambang, persamaan matematika. Contoh kegiatan
mengkomunikasikan: mempresentasikan hasil pengamatan, membuat laporan
penyelidikan, membacakan peta dan yang lainnya.

5) Menginterpretasi Data
Menginterpretasi adalah memberi makna pada data yang diperoleh dari
pengamatan karena data tidak berarti apa-apa sebelum diartikan. Menginterpretasi
berarti memberi arti/makna, misal: mengartikan tabel data, mengartikan grafik
data. Menginterpretasi juga diartikan menduga dengan pasti sesuatu yang
tersembunyi dibalik fakta yang teramati. Contoh: Berikut ini tabel data
pengukuran suhu pada pemanasan 500 cc (500 ml) air selama 15 menit, dengan
frekuensi pengukuran setiap 3 menit.

Tabel Hasil Pengukuran Suhu pada Pemanasan Air


No

Frekuensi pengukuran

Suhu

0 menit

280C

3 menit ke 1

42,50C

3 menit ke-2

570C

3 menit ke-3

730C

3 menit ke-4

85,50C

3 menit ke-5

97,50C mendidih

Tabel di atas dapat diinterpretasi dari sudut pandang tertentu, misal


interpretasi terhadap terjadinya kenaikan suhu selama menit-menit pemanasan.
Dari data tersebut dapat diketahui sampai pada menit ke-6 pemanasan kenaikan
suhu setiap 3 menit masih konstan, yaitu sebesar 14,50C. Kenaikan suhu sesudah
6 menit pemanasan menjadi tidak teratur lagi. Oleh karena banyaknya kalor dalam
suatu zat menentukan suhu zat itu, maka kemungkinan penyebab kenaikan suhu
air menjadi tidak konstan adalah faktor pemanasan yang tidak konstan juga,
sehingga mengakibatkan kalor yang diserap air pada pemanasan tersebut juga

30

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

tidak konstan. Karena banyaknya kalor yang diserap tidak konstan, maka
kenaikan suhu juga tidak konstan.

6) Memprediksi
Memprediksi ialah menduga sesuatu yang akan terjadi berdasarkan polapola peristiwa atau fakta yang sudah terjadi. Prediksi biasanya dibuat dengan cara
mengenal kesamaan dari hasil berdasarkan pada pengetahuan yang sudah ada,
mengenal bagaimana kebiasaan terjadinya suatu peristiwa berdasarkan pola
kecenderungan. Prediksi berkaitan erat dengan observasi, klasifikasi, dan
penarikan kesimpulan. Prediksi didasarkan pada observasi yang seksama dan
penarikan kesimpulan yang sahih mengenai hubungan antara peristiwa-peristiwa
yang diobservasi.

Sejumlah kemampuan yang tercakup dan mendukung

keterampilan memprediksi yaitu mengantisipasi berdasarkan kecenderungan,


mengantisipasi berdasarkan pola, dan mengantisipasi berdasarkan hubungan
antara data atau informasi.

7) Menggunakan Alat
Menggunakan alat adalah kegiatan merangkai dan menggunakan alat-alat
untuk kegiatan pengujian atau kegiatan percobaan/eksperimen.

8) Melakukan Percobaan
Melakukan percobaan adalah keterampilan untuk mengadakan pengujian
terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan
sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu.

9) Menyimpulkan
Menyimpulkan adalah keterampilan memutuskan keadaan suatu objek
berdasarkan fakta, konsep, prinsip yang diketahui. Contoh: Data peranan air
terhadap pertumbuhan tanaman kacang tanah pada tabel di atas memberikan
informasi tanaman kacang tanah pada pot V (tidak diberi air) tidak dapat tumbuh
baik seperti pada empat pot lainnya. Diprediksikan pada hari ke-8 tanaman mati
karena tanda-tanda pertumbuhan tidak berlanjut seperti pada empat tanaman

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

31

lainnya . Dari fakta tersebut menunjukkan tanaman yang diberi air terus tumbuh,
sementara yang tidak diberi air mati. Jadi dapat disimpulkan tanaman memerlukan
air untuk pertumbuhannya.

b.

Jenis-jenis Keterampilan Proses IPA Terintegrasi dan Pengertiannya

1) Merumuskan Masalah
Merumuskan masalah merupakan salah satu tahapan dari suatu kegiatan
penyelidikan ilmiah, setelah masalah yang akan diteliti ditetapkan. Suatu masalah
perlu dirumuskan agar jelas variabel-variabelnya dan jenis data yang perlu
dikumpulkan. Masalah tersebut harus dapat dirumuskan sedemikian rupa sehingga
hanya dapat dijawab dengan pengamatan dan percobaan di dunia ini. Rumusan
tersebut yang kemudian disebut sebagai rumusan masalah (Arif, 1982: 28). Untuk
itu dalam rumusan masalah harus secara tegas menunjukkan jenis variabelnya.
Contoh: Bagaimanakah hubungan antara penerapan pendekatan siklus belajar
dengan kemampuan siswa mengaplikasi konsep dalam pembelajaran IPA di kelas
V, SD Kartika Kota Malang?.

2) Mengidentifikasi Variabel
Mengidentifikasi variabel merupakan suatu kegiatan menentukan jenis
variabel dalam suatu penelitian. Arikunto, (1993: 91) mengartikan variabel adalah
obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

3) Mendeskripsikan Hubungan Antar Variabel


Mendeskripsikan hubungan antar variabel perlu dilakukan karena
deskripsi tersebut dapat memperjelas tentang bagaimana penelitian dilaksanakan,
dan data apa yang harus dikumpulkan. Perhatikan rumusan masalah berikut.
Bagaimanakah hubungan antara penerapan pendekatan siklus belajar dengan
kemampuan siswa mengaplikasi konsep dalam pembelajaran IPA di kelas V SD
Kartika Kota Malang? Hubungan antar variabelnya dapat dideskripsikan sebagai
variabel bebas yaitu penerapan pendekatan siklus belajar ini mempengaruhi
kemampuan mengaplikasi konsep. Jadi pendekatan siklus belajar merupakan

32

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

tindakan penyelesaian masalah, sedangkan kemampuan mengaplikasi konsep


merupakan akibat dari penerapan pendekatan siklus belajar.

4)

Mengendalikan Variabel
Mengendalikan variabel merupakan kegiatan menentukan atau mengatur

variasi/macam-macam suatu variabel bebas penelitian. Contoh dari suatu rumusan


masalah penelitian yang menyatakan: bagaimanakah peranan jumlah tetes
yodium terhadap perubahan warna pada uji amilum tepung terigu? Dari rumusan
masalah tersebut, dapat diinformasikan bahwa dalam penelitian ini variabel
bebasnya adalah jumlah tetes yodium yang diberikan pada tepung terigu Cakra.
Jumlah tetes jodium tersebut dikendalikan dengan cara mengatur pemberian
jumlah tetes jodium yang berbeda-beda pada tepung untuk diketahui apakah
perubahan warnanya juga berbeda?. Untuk menguatkan kebenaran pengaruh
perubahan warna yang berbeda-beda pada tepung diakibatkan oleh variasi jumlah
tetesan yodium yang diberikan, diperlukan pengontrol. Kontrol yang digunakan
adalah pemberian tetes yodium sama banyak pada tepung terigu yang sama

5)

Mendefinisikan Variabel Secara Operasional


Definisi secara operasional variabel adalah memberikan penjelasan secara

operasional terhadap variabel penyelidikan agar jelas bagaimana kedudukan dan


penggunaan variabel dalam penyelidikan. Contoh judul penyelidikan Peranan
Ketinggian Benda Terhadap Waktu Jatuh Benda di Permukaan Tanah (materi
diambil dari KD IPA SD/MI kelas V semester II tentang gerak karena gaya
gravitasi). Definisi operasional variabel dari penyelidikan ini adalah sebagai
berikut ini.
Variabel bebas ketinggian benda (h) dari permukaan tanah yang berbedabeda. Penyelidikan dilakukan dengan menjatuhkan benda yang
massanya sama secara bergantian dan tegak lurus dari bermacammacam ketinggian, misal: 1m, 2m, 3m dari permukaan tanah, untuk
mengetahui apakah waktu jatuh dari ketinggian yang berbeda sama
atau berbeda?
Variabel kontrol: ketinggian benda (h) yang sama.

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

33

Penyelidikan dilakukan dengan menjatuhkan benda yang massanya sama


dari ketinggian yang sama pula, untuk mengetahui apakah waktu jatuh
kedua benda tersebut juga sama?
Variabel terikat: waktu jatuh benda (dicatat pada tabel pencatat data). Yang
dicatat semua hasil/data penyelidikan baik dari variabel bebas maupun
variabel kontrol.

6)

Memperoleh dan Menyajikan Data


Data yang diperoleh dari percobaan/penyelidikan dicatat, kemudian

disusun secara sistematis. Selanjutnya data tersebut disajikan dalam bentuk tabel,
grafik, dan atau/ gambar disesuaikan dengan jenis datanya. Contoh tabel data
untuk percobaan yang dicontohkan di atas adalah disajikan di bawah ini.

Tabel 2.5 Data Peranan Ketinggian Benda Terhadap Waktu Jatuh Benda

7)

No

Tinggi tempat (h) dalam meter Waktu jatuh (t) dalam detik

1 (kontrol)

Menganalisis Data
Data percobaan yang telah dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk

sajian data yang sesuai dengan jenisnya,

selanjutnya perlu dianalisis dulu

sebelum ditarik kesimpulannya. Kegiatan menganalisis data diartikan sebagai


menginterpretasi data, selanjutnya hasil interpretasi data dibandingkan dan
diintegrasikan dengan teori yang relevan dengan masalah penyelidikan, dan/atau
dibandingkan dan diintegrasikan dengan temuan penelitian lain yang relevan

8)

Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara dari peneliti

terhadap permasalahan penelitian yang telah dirumuskan. Hipotesis dirumuskan


berdasarkan hasil kajian teori yang relevan. Contoh:, jika masalahnya dirumuskan

34

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

sebagai Apakah

ketinggian benda menentukan waktu jatuh benda?. Maka

hipotesis dari rumusan masalah tersebut adalah Waktu jatuh benda diduga atau
kemungkinan ditentukan oleh ketinggian kedudukan benda yang jatuh. Jawaban
tersebut masih perlu diuji kebenarannya melalui percobaan/penyelidikan.

9) Merancang Penelitian
Merancang penelitian merupakan keterampilan proses yang terdri dari
urutan berbagai keterampilan proses. Keterampilan proses merancang penelitian
dapat dikembangkan di SD/MI diawali di kelas tinggi (IV, V, dan VI). Secara
berurutan kegiatan merancang penelitian minimal terdiri atas proses-proses IPA:
(1) membuat pertanyaan-pertanyaan (merumuskan masalah) dari sebuah topik
pembelajaran yang sesuai untuk didekati melalui penyelidikan, (2) merumuskan
hipotesis, (3) memilih alat dan bahan dan merancang cara kerja percobaaan untuk
menguji hipotesis yang difasilitasi oleh guru, (4) memperkirakan hasil yang
diharapkan dari masalah yang akan dipecahkan, dan (5) membuat format pencatat
data untuk mengumpulkan data.

10) Melakukan Penyelidikan/Percobaan


Keterampilan proses melakukan percobaan yang dapat dikembangkan di
SD/MI dalam mata pelajaran IPA adalah percobaan-percobaan sederhana yang
dilakukan di SD/MI adalah untuk membangun konsep-konsep, dan/atau prinsipprinsip dasar IPA, bukan membangun teori baru, atau menerapkan teori. Contoh:
melakukan percobaan berdasarkan rancangan penyelidikan yang telah dibuat atau
melakukan percobaan atau penyelidikan berdasarkan rancangan cara kerja
percobaan yang telah dirancang guru, untuk membangun konsep dasar IPA yang
dipelajari.

2. IPA sebagai Produk


Produk IPA adalah sekumpulan hasil kegiatan empirik dan kegiatan
analitik yang dilakukan oleh para ilmuwan selama berabad-abad. Pudyo (1991: 2)
menyebutkan bentuk-bentuk produk IPA meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur.

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

35

Produk IPA yang disebut istilah adalah sebutan, simbol atau nama dari
benda-benda dan gejala-gejala alam, orang, tempat. Contoh: malaria (sebutan),
lamda (simbol untuk panjang gelombang), matahari (nama benda), angin puting
beliung (gejala alam), Newton (nama orang), Galapagos (nama tempat).
Iskandar (1997: 3) menyatakan bahwa fakta adalah pernyataan-pernyataan
tentang benda-benda yang benar-benar ada, atau peristiwa-peristiwa yang benarbenar terjadi dan sudah dikonfirmasi secara objektif. Sementara itu Susanto
(1991: 3) mengartikan fakta sebagai ungkapan tentang sifat-sifat suatu benda,
tempat, atau waktu adanya atau terjadinya suatu benda atau kejadian. Sifat yang
dimaksud dapat berupa wujud, bentuk, bangun, ukuran, warna, bau, rasa dan yang
lainnya. Contoh;
1) fakta mengenai sifat: air jeruk rasanya asam.
2) fakta mengenai waktu: Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal
17 Agustus 1945.
3) fakta mengenai tempat: Ujung Kulon (tempat suaka badak bercula satu)
4) fakta mengenai orang: Mukibat (adalah orang Indonesia penemu teknik
menyambung singkong).

Konsep dapat diartikan dari beberapa tinjauan. Susanto (1990/1991: 3)


mengartikan konsep dari berbagai sudut pandang, (1) konsep dapat merupakan
istilah yang sudah diberi makna khusus, (2) konsep dapat merupakan penjelasan
tentang ciri-ciri khusus dari sekelompok benda, gejala, atau kejadian, atau
penjelasan tentang ciri-ciri utama untuk mengklasifikasikan atau mengkategorikan
sekelompok benda atau kejadian. Sedangkan Iskandar (1997: 3) mengartikan
konsep IPA adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta IPA. Jadi konsep
merupakan hubungan antara fakta-fakta yang memang berhubungan. Contoh:
1) Konsep merupakan istilah yang diberi makna khusus: gerhana adalah istilah,
tetapi jika gerhana tersebut diberi makna khusus menjadi sebuah konsep
tentang gerhana. Makna khusus yang dimaksud adalah Gerhana adalah
peristiwa alam terhalangnya cahaya sampai ke bumi.
2) Konsep yang merupakan penjelasan ciri-ciri khusus dari sekelompok benda:
Konsep tentang zat cair (kelompok benda-benda seperti air, minyak, alkohol,

36

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

bensin, spiritus) adalah zat yang mempunyai ciri-ciri bentuk selalu berubah
sesuai bentuk wadah/tempat yang ditempatinya, volume dan beratnya selalu
tetap, dapat mengalir dari tempat yang tinggi menuju ke tempat yang lebih
rendah, tidak dapat dimampatkan.
3) Konsep yang merupakan hubungan antara fakta-fakta, yaitu konsep bunyi.
Fakta-fakta yang berhubungan misalnya (i) gong dipukul bergetar
menghasilkan bunyi, (ii) dawai gitar dipetik bergetar menghasilkan bunyi,
(iii) kaleng dipukul bergetar menghasilkan bunyi, terompet ditiup
membrannya bergetar menghasilkan bunyi dan fakta yang lainnya. Faktafakta tersebut berhubungan dalam hal benda yang bergetar-menghasilkan
bunyi. Dari fakta-fakta yang berhubungan ini dibuatlah konsepbunyi
sebagai bunyi adalah sesuatu yang dihasilkan dari getaran suatu benda.

Prinsip diartikan sebagai generalisasi tentang hubungan antara konsepkonsep (Iskandar, 1997: 3). Contoh prinsip dalam IPA: Semua benda dipanaskan
mengalami kenaikan suhu. Prinsip tersebut menghubungkan konsep-konsep
benda, pemanasan, suhu. Prinsip ini dibangun melalui berpikir analitik, sebab
merupakan generalisasi induktif yang ditarik dari beberapa fakta. bersifat tentatif
karena prinsip sewaktu-waktu dapat berubah jika observasi baru dilakukan
menghasilkan hal baru. Para ilmuwan mengatakan bahwa prinsip merupakan
deskripsi yang paling tepat tentang obyek atau kejadian/fenomena. Dalam IPA
prinsip dapat berupa hipotesis, teori atau hukum. Contoh: hukum Mendel, hukum
Newton.

Pertanyaan untuk didiskusikan:


Coba sebutkan pernyataan Hukum III Newton!. Mengapa Hukum Newton tersebut
disebut prinsip IPA?

Produk dalam IPA dapat berupa prosedur. Prosedur diartikan sebagai


langkah-langkah dari suatu rangkaian kejadian, suatu proses, atau suatu kerja
(Susanto,1991: 4).
Contoh prosedur:

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

37

Prosedur kerja generator pembangkit listrik

Prosedur fotositesis

Proses terjadinya angin

Proses fermentasi alkohol

3.

IPA sebagai Sikap Ilmiah


Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh

ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11). Sikapsikap ilmiah meliputi:
a. Obyektif terhadap fakta. Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak
dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang. Contoh: Seorang peneliti
menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus
mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.
b. Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang
mendukung kesimpulan itu. Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan
hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip,
maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan
lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.
c. Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain,
walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri.
Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung
gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya
sendiri.
d. Tidak mencampur-adukkan fakta dengan pendapat. Contoh: tinggi batang
kacang tanah di pot A pada umur lima (5) hari 2 cm, yang di pot B umur lima
hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot
A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat
bukan fakta.
f. Bersikap hati-hati. Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk
cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh,
selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk di dalamnya
sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan

38

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benarbenar akurat.


g. Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi. Bagi
seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu
merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki. Contoh: Orang
menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak
biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras
mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat di bawah pohon
tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama bertahuntahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.

C. LATIHAN
1. Kumpulkan daun sebanyak-banyaknya, amati dan catat datanya ke dalam tabel
di bawah ini!
Tabel Hasil Pengamatan Bentuk-bentuk Tulang Daun
No

Nama
tumbuhan

Lombok

Dst

menyirip

Bentuk tulang daun


sejajar
Menjari

Melengkung

3
Dst

Tabel Hasil Klasifikasi/Penggolongan Daun Berdasarkan Bentuk Tulang Daunnya


Kelompok tumbuhan berdasarkan bentuk-bentuk tulang daun

2.

No

menyirip

Sejajar

Menjari

Lombok

Mangga

Dst

Dst

Melengkung

Amati Tabel data di bawah ini, prediksikan apa yang mungkin akan terjadi
selanjutnya pada tanaman kacang tanah pada pot nomor V pada hari ke-8?
jelaskan mengapa terjadi seperti itu?

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

39

Tabel Hasil Percobaan Peranan Air Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang


Tanah
No

Pot I
cm

Pot II
cm

Pot III
cm

Pot IV
cm

Pengukuran
tinggi batang
hari ke...
1

Pot V
cm(tanpa
air)
-

0,5

0,5

0,6

0,5

1,2

1,1

1,2

1,2

0,4

2,0

1,9

2,0

2,0

0,45

2,8

2,8

2,8

2,85

0,5

3,7

3,6

3,6

3,6

0,5

4,5

4,5

4,4

4,5

0,5

5,3

5,4

5.3

5,4

....?

3.

Apakah sifat hidung mancung itu disebut fakta?. Jika setuju atau tidak
setuju, kemukakan dengan alasan yang logis!

Rambu-rambu Jawaban Latihan


1.

Dalam mengembangkan/menggunakan KP IPA mengklasifikasi yang perlu


diingat adalah adanya dua (2) langkah kegiatan utama, yaitu (1) kegiatan
mengamati ciri obyek yang dijadikan dasar klasifikasi dan menghimpun data
pengamatan dalam sebuah tabel hasil pengamatan, dan ke (2) kegiatan
memilah obyek yang diklasifikasi untuk diklasifikasikan ke dalam kelompok
yang sesuai dengan ciri khususnya, kemudian memasukkannya ke dalam
tabel klasifikasi.

2.

Diprediksikan tanaman kacang tanah pada pot V (tanaman coba tanpa diberi
air), pada hari ke 8 akan mati, karena tanaman tersebut sejak awal sampai hari
ke 7 tidak menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan yang normal seperti
keempat tanaman coba lainnya. Sementara keempat tanaman lainnya makin
lama makin bertambah tinggi, sedangkan tanaman pada pot V tetap 0,5 cm
atau jawaban lain yang semakna.

40

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

3.

Sifat hidung mancung bukan fakta tetapi persepsi atau hasil interpretasi,
karena hidung mancung bukan ukuran hasil pengamatan, selain itu sifat
mancung itu relatif. Si Fulan mengatakan mancung, belum tentu bagi si
Anang. Sementara fakta itu adalah berupa sifat (tetapi sama untuk semua
orang), waktu, tempat, dan orang. Jadi hidung mancung bukan fakta.

D. RANGKUMAN
Kedudukan IPA pada dimensi proses ditunjukkan oleh sejumlah
keterampilan proses IPA dasar dan terintegrasi. Keterampilan proses IPA
diartikan sebagai keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan. Dalam proses
IPA terkandung cara kerja dan cara berpikir untuk kemajuan IPA itu sendiri.
Proses-proses IPA yang termasuk ke dalam keterampilan proses IPA dasar adalah
mengamati,

mengukur,

mengklasifikasi,

menginterpretasi,

memprediksi,

mengkomunikasikan hasil, menggunakan alat, menarik kesimpulan. Proses-proses


IPA yang termasuk ke dalam keterampilan proses IPA terintegrasi adalah
merumuskan
mendeskripsikan

masalah
variabel,

penelitian/percobaan,
mendeskripsikan

mengidentifikasi

hubungaan

antar

dan

variabel,

mengendalikan dan kemungkinan mengontrol variabel, mendefinisikan variabel


secara operasional, memperoleh dan menyajikan data, mengolah data, menyusun
hipotesis, merancang penelitian/penyelidikan, melakukan penelitian/penyelidikan.
Pada tataran penerapan, keterampilan proses dasar lebih sederhana
dibanding dengan penerapan keterampilan proses terintegrasi yang lebih
kompleks. Penerapan

keterampilan proses terintegrasi lebih rumit

karena

memerlukan penggunaan keterampilan proses yang lain. Keterampilan proses


dasar merupakan modal dasar untuk dapat mengembangkan keterampilan proses
terintegrasi.
Kedudukan IPA pada dimensi produk mengkaji produk-produk IPA yang
diperoleh dari kegiatan serangkaian proses-proses IPA. Produk-produk IPA
meliputi istilah, fakta, konsep, prinsip, dan prosedur (urutan proses dari suatu
kejadian/fenomena alam).
Kedudukan IPA pada dimensi sikap: dipahami sebagai sikap-sikap yang
diperlukan oleh para ilmuwan dalam melakukan proses-proses ilmiah. Sikap-sikap

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

41

ilmiah meliputi: obyektif terhadap fakta, tidak cepat mengambil kesimpulan jika
data yang mendukung belum kuat/lengkap, berhati terbuka, berhati-hati, tidak
mencampur adukkan fakta dengan pendapat, ingin menyelidiki

D.

TES FORMATIF

Bacalah dengan seksama pertanyaan-pertanyaan yang

akan Anda kerjakan!,

pahami maksudnya! Jawablah pertanyaan dengan memberikan uraian secara jelas


dan runtut!
1. Apa yang dimaksud dengan keterampilan proses dasar?
2. Sebutkan pula jenis-jenis keterampilan proses dasar tersebut! Apa yang
dimaksud dengan keterampilan proses terintegrasi?
3. Sebutkan jenis-jenis keterampilan proses terintegrasi!
5. Identifikasikan keterampilan proses IPA terintegrasi dari sebuah judul
percobaan sederhana berbunyi Pertumbuhan Tanaman Jagung Ditinjau Dari
Jenis Tekstur Tanah. Berdasarkan judul tersebut jawablah pertanyaanpertanyaan berikut ini!
a. Buatlah tiga rumusan masalahnya!
b. Identifikasikan jenis variabel bebas, variabel terikat, dan variabel
kontrolnya!, dan deskripsikan masing-masing variabel dengan jelas!
c. Definisikan secara operasional masing-masing variabel hasil identifikasi
Anda!
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan IPA sebagai produk!
7. Sebutkan 5 macam produk IPA!
8. Identifikasikan fakta-fakta dari sebuah konsep: pemuaian pada benda padat!
9. Identifikasikan konsep-konsep pada prinsip yang berbunyi: besarnya gaya
mempengaruhi kecepatan gerakan suatu benda!
10. Jelaskan apa sikap ilmiah itu?
11. Identifikasikan contoh sikap ilmiah apa saja yang terkembangkan pada
pembelajaran IPA kelas IV Semester II tentang KD 7.1: Menyimpulkan
hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak
suatu benda.

42

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

12. Jelaskan bagaimana kita menghubungkan sikap ilmiah dengan sikap


mengagungkan kebesaran Tuhan YME?

E. UMPAN BALIK
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.2 yang
terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi sub-Unit 1.2.

Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan =

X 100%
Skor total (75)

Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi
skor berbeda. Jika jawaban benar, setiap butir nomor diberi
skor 5, kecuali butir soal nomor 5 diberi skor 20 jika
jawabannya benar.
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 100%

= baik sekali

80 - 89%

= baik

70 79%

= cukup

< 70%

= kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan
dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
sub-Unit 1.2 terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

43

44

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

SUB-UNIT 1.3
HAKIKAT PEMBELAJARAN IPA

A. PENGANTAR
Sub-Unit 1.3 ini akan mengajak Anda untuk mengkaji secara cermat dan
seksama hal-hal yang berkenaan dengan hakikat pembelajaran IPA SD/MI. Untuk
itu marilah kita baca secara seksama paparan bahan ajar pada bagian ini. Setelah
pengkajian secara mendalam tentang materi sub-Unit 3 ini diharapkan Anda dapat
1) menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut teori belajar
behavioristik; 2) menjelaskan pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut
teori

konstruktivistik;

3)

menjelaskan

dampak

pengertian

belajar

dan

pembelajaran IPA menurut teori behavioristik terhadap pembelajaran IPA SD/MI;


dan 4) menjelaskan dampak pengertian belajar dan pembelajaran IPA menurut
teori konstruktivistik terhadap pembelajaran IPA SD/MI

B. URAIAN
Sudah kenalkah Anda dengan teori-teori belajar? Bagi anda yang sudah
mengenal marilah disegarkan kembali memori terhadap teori-teori tersebut,
sedangkan bagi anda yang belum kenal marilah mengkaji teori-teori belajar
tersebut agar memahami apa sebenarnya belajar itu.

1.

Teori Belajar dan Pembelajaran Behavioristik


Teori belajar perilaku (behavioristik) merupakan teori belajar yang

dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu: (i) Ivan Pavlov dengan teori classical
conditioning, (ii) Skinner dengan teori operant conditioning, dan (iii) Bandura
dengan teori observasional atau teori belajar sosial. Secara umum teori belajar
perilaku menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan perilaku yang
dapat diamati, yang terjadi melalui terkaitnya stimulus-stimulus dan respon-

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

45

respon menurut prinsip-prinsip mekanistik (Dahar, 1989: 19). Dari pengertian


tersebut dapat dikatakan belajar melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan
tertentu antara satu seri stimulus (serangkaian stimulus) dengan respon-respon.
Yang dimaksud dengan stimulus adalah penyebab belajar (yaitu

lingkungan,

sesuatu yang bertindak terhadap organisme yang menyebabkan organisme


tersebut memberikan respon-respon (tanggapan). Para penganut teori perilaku
(behaviourist) berpendapat, bahwa sudah cukup bagi siswa untuk megasosiasikan
stimulus-stimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan bila mereka
memberikan respon yang benar. Para penganut teori ini tidak mempersoalkan apa
yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat.
Ahli lain menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relatif permanen sebagai hasil dari tindakan penguatan (reinforcement)
(Hergenhahn, 1982 dalam Sutrisno & Kresnadi, 2007: 2-2). Tingkah laku sebagai
padanan behaviour merupakan media yang dapat digunakan untuk menunjukkan
suatu struktur telah dipelajari atau tingkah laku merupakan fungsi dari stimulus,
pujian atau hukuman (Blackman, 1984 dalam Sutrisno, dkk. 2007: 2). Dalam
pembelajaran, stimuli, pujian atau hukuman merupakan kejadian yang dibuat
secara sengaja oleh guru. Respons siswa terhadap stimuli diaktualisasikan dalam
bentuk tingkah laku. Jadi, tingkah laku dipandang sebagai hasil dari kegiatan
pembelajaran.

b. Pembelajaran Behavioristik
Apa dan bagaimanakah pembelajaran behavioristik itu? Pembelajaran
behavioristik merupakan bentuk pembelajaran yang menggunakan

teori

behaviourisme. Artinya bahwa dalam pembelajaran tersebut menekankan pada


pemberian stimuli, pujian atau hukuman untuk memperoleh respons siswa sebagai
bentuk hasil belajarnya, dan menggunakan lingkungan belajar sebagai bagian
penting dari pembelajaran. Sutrisno & Kresnadi, (2007: 2-3) menyatakan bahwa
ciptakan lingkungan yang sesuai, maka anda akan dapat membangun suatu
habitat yang anda kehendaki. Dengan demikian ada dua hal penting dalam
pembelajaran behavioristik yaitu (i) materi bahan ajar disusun secara hirarkis

46

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

(berurutan), dan (ii) lingkungan belajar siswa dimanipulasi sedemikian rupa


sehingga mendorong siswa belajar.
Salah satu bentuk realisasi pembelajaran behavioristik adalah seperti yang
dikemukakan oleh Gagne yang dikenal dengan sebutan teori Hierarki Belajar
Gagne. Prosedur yang ditempuh adalah yang dimulai dari (i) menetapkan secara
verbal deskripsi operasional sejumlah variabel kemampuan yang diharapkan
(sekarang disebut tujuan pembelajaran/sasaran belajar), (ii) membuat hipotesis
hubungan hirarki antar variabel, (iii) menetapkan model hirarki belajar untuk
mewujudkan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan, serta (iv) menetapkan
sejumlah tata cara untuk memvalidasi hirarki.

Contoh Penerapan Pembelajaran Behaviouristik


Mata Pelajaran

: IPA SD

Kelas

:4

Langkah-langkah

1) Menetapkan tujuan mata pelajaran IPA SD Kelas, ada 7 butir tujuan. Tujuan
mata pelajaran ini sama untuk semua tingkatan kelas, sedangkan yang
membedakan antar tingkatan kelas adalah adalah tujuan yang dirumuskan
dalam SK dan KD (tujuan-tujuan ini tujuan yang dihipotesiskan untuk dicapai
siswa). Terdapat dua kemungkinan bagi para siswa dalam pembelajaran dan
penguatan mata pelajaran yaitu (1) menguasai , atau (2) tidak menguasai.
2) Menyusun materi bahan ajar yang diduga dapat mewujudkan kompetensikompetensi. Materi bahan ajar tersebut yang tersurat dalam rumusan KD mata
pelajaran di semua semester (ganjil dan genap). Contoh: di semester ganjil
materi ajar kelas 4 tersusun secara terurut mulai KD 1.1 s.d KD 6.3, di
semester genap KD 7.1 s.d KD 11.3.
3) Menyusun urutan belajar. Dalam tahap ini guru membelajarkan siswa
mengikuti hirarki KD-KD dalam kurikulum. Jika misalnya KD 1.1 sudah
berhasil diselesaikan dan dikuasai berdasarkan standar yang telah ditetapkan,
maka pembelajaran baru boleh dilanjutkan ke KD 1.2, dan seterusnya.
Penguatan-penguatan yang diberikan berupa latihan atau tugas. Jika siswasiswa dapat berhasil menyelesaikan latihan/tugas dengan baik sesuai standar,

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

47

siswa merasa senang dan mendapat pujian, tetapi manakala belum berhasil
siswa diberi kesempatan untuk memperbaiki (ini merupakan hukuman).
4) Menetapkan cara untuk memvalidasi hirarki belajar. Misal, dengan cara:
mengukur hasil belajar dari materi ajar yang disusun secara hirarkis dari yang
sederhana ke yang kompleks, dari yang mudah ke yang sulit, dari yang
konkrit ke yang abstrak, dari yang dekat ke yang jauh, melalui teknik tes dan
non tes yang meliputi domain/ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Domain kognitif merujuk apa yang dipikirkan seseorang; domain afektif
(sikap) merujuk kepada apa yang dirasakan seseorang, dan domain
psikomotorik (keterampilan) merujuk kepada yang dilakukan seseorang.
Hasil belajar dari tiga domain ini terbentuk dan tercermin secara simultan.

2. Filosofi Teori Belajar Konstruktivistik


Teori belajar konstruktivistik dikembangkan dari teori Developmental
Piaget. Dalam teori developmental,

Piaget mengemukakan empat periode

perkembangan intelektual manusia sejak dilahirkan sampai dengan puncak


perkembangannya. Empat periode perkembangan inletektual manusia yang
dimaksud yaitu: (a) periode sensori-motor, (b) pra-operasional, (c) konkrit
operasional, dan (d) operasional formal (berpikir abstrak) atau hipotetiko-deduktif
(Dahar, 1989: 152). Masing-masing tahap perkembangan intelektual tersebut akan
dipaparkan berikut ini.

a.

Periode Sensori Motor (0-2 tahun)


Periode sensori motor menempati dua tahun pertama dalam masa

kehidupannya. Selama periode ini anak mengatur alamnya didominasi oleh


indera-inderanya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Selama periode ini
bayi tidak mempunyai konsepsi object permanence. Contohnya bila suatu benda
disembunyikan, ia gagal untuk menemukannya. Pengalaman terus bertambah
selama periode ini sampai mendekati akhir periode sensori motor, bayi mulai
menyadari bahwa benda yang disembunyikan itu masih ada, dan ia mulai
mencarinya sesudah dilihatnya benda itu disembunyikan. Konsep-konsep yang
tidak ada pada waktu lahir, antara lain konsep-konsep ruang, waktu, kausalitas,

48

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

berkembang dan terinkorporasi (terjadi, tergabung) ke dalam pola-pola perilaku


anak.

b.

Periode Pra-operasional (2-7 tahun)


Rentang umur anak 2 sampai 7 tahun inilah yang disebut oleh Piaget

sebagai periode pra-operasional. Dinamakan pra-operasional karena pada rentang


umur ini anak belum mampu melaksanakan operasi-operasi mental, seperti yang
telah dikemukakan terdahulu, seperti menambah, mengurangi dan yang lain-lain.
Ciri-ciri yang dapat dikenali dari periode pra-operasional ini adalah 1)
kemampuan menalar transduktif; 2) berpikir irreversibel (tidak dapat balik); 3)
sifat egosentris, dan 4) lebih berpikir statis tentang suatu peristiwa daripada
transformasi suatu keadaan ke keadaan lain.

1) Kemampuan menalar transduktif


Kemampuan menalar transduktif dimiliki oleh anak pada rentang usia 2-4
tahun yang disebut sebagai sub-periode pra-logis. Sub-periode kedua dari periode
pra-operasional adalah berada pada rentang usia 4-7 tahun, yang disebut subperiode intuitif. Kemampuan menalar transduktif menurut Piaget (Dahar, 1989:
153) mengatakan penalaran anak bukan deduksi dan bukan pula induksi.
Pemikiran ini bergerak dari khusus ke khusus, tanpa menyentuh yang umum.
Anak melihat suatu hubungan hal-hal tertentu yang sebenarnya hubungan tersebut
tidak ada. Contoh berpikir transduktif tersebut misalnya saya belum tidur jadi
belum sore. Dari pernyataan anak tersebut sebenarnya tidak ada hubungan antara
belum tidur dengan sore hari, tetapi anak tersebut menghubungkannya
berdasarkan pola pikirnya sendiri, bukan hubungan antar dua hal yang khusus
dengan umum atau antara umum dengan khusus.

2) Berpikir irreversibel
Berpikir irreversibel artinya anak tidak mampu memecahkan masalah
yang memerlukan berpikir reversibel. Contohnya sebagai berikut; Apakah kamu
mempunyai saudara? Ya Siapa namanya? Hasan Apakah Hasan

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

49

mempunyai saudara? Tidak Jadi dari contoh tersebut secara jelas dapat
dipahami bahwa anak belum dapat berpikir balik.

3) Sifat egosentris
Anak bersifat egosentris. Fenomena berpikir egosentris ditunjukkan oleh
anak kesulitan untuk menerima pendapat orang lain. Sifat egosentris yang
dimaksud memasuki kawasan bahasa dan komunikasi, bukan personalitas
(individu) anak. Contoh: pada waktu anak pra-operasional bermain bersama-sama.
Pembicaraan egosentris mereka adalah bahwa anak-anak itu saling berbicara
tetapi sebetulnya tanpa mengharapkan saling berbicara atau saling menjawab.

4) Berpikir Statis.
Bila kepada anak yang berkemampuan berpikir statis tersebut ditunjukkan
dua bola dari plastisin yang sama besarnya. Selanjutnya salah satu bola tersebut
diubah bentuknya seperti sosis. Kemudian kepada anak tersebut ditanyakan
masih sama banyakkah zat pada kedua lilin ini?, anak akan menjawab yang
berbentuk sosis lebih besar.

c.

Periode Operasional Konkret (7-11 tahun)


Periode ini merupakan awal dari berpikir rasional, artinya anak memiliki

operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret.


Operasi anak pada periode ini terikat pada pengalaman perorangan. Operasioperasi itu konkret bukan operasi-operasi formal. Anak belum dapat berurusan
dengan materi abstrak seperti hipotesis dan proposisi-proposisi verbal. Berpikir
operasional konkret lebih stabil dibanding dengan berpikir statis yang terdapat
pada anak pra-operasional.
Ciri-ciri umum yang ditunjukkan oleh anak pada periode operasional
konkret yaitu: (1)

mampu menyusun urutan seri objek, (2) mengalami

kemampuan berbahasa, (3) sifat egosentris berkurang, bergeser ke sosiosentris


dalam berkomunikasi, dan (4) sudah dapat menerima pendapat orang lain.

50

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

d.

Periode Operasional Formal (11 tahun ke atas)


Periode ini ditandai oleh kemampuan anak dalam operasi-operasi konkret

untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Periode ini disebut juga
tahap adolesen. Anak mulai dapat memecahkan masalah verbal yang serupa.
Misal: Abas lebih putih dari Hasan. Abas lebih hitam dari Budi. Siapakah yang
terhitam dari ketiga anak ini?
Ciri-ciri umum anak pada periode operasional formal yaitu:
1) berpikir hipotetis-deduktif (dapat merumuskan banyak alternatif hipotesis
dalam menanggapi masalah, dan memeriksa data terhadap hipotesis untuk
membuat kputusan yang layak; tetapi belum dapat menerima atau menolak
hipotesis)
2) berpikir proposisional (dapat menangani pernyataan/proposisi proposisi
yang memerikan data konkret, dan dapat menangani proposisi yang
berlawanan dengan fakta)
3) berpikir kombinatorial (berpikir meliputi semua kombinasi benda-benda,
gagasan-gagasan atau proposisi-proposisi yang mungkin)
4) berpikir refleksif (dapat berpikir tentang berpikirnya)
Jadi berdasarkan teori ini, penerapannya dalam mengajar adalah bahwa
mengajar perlu memperhatikan tahap perkembangan intelektualnya. Setiap
individu dalam perkembangan intelektualnya selalu melalui tahapan-tahapan
tersebut tetapi yang dapat berbeda dalah kecepatan perkembangannya.

3.

Belajar Konstruktivistik
Belajar kontruktivistik mengedepankan dan mengakui bahwa anak

memiliki pengetahuan sebelum mengikuti pembelajaran. Pengetahuan yang


dimiliki anak sebelum mengikuti pembelajaran inilah yang disebut sebagai
pengetahuan awal. Pengetahuan awal anak dapat diperoleh dari sumber-sumber
belajar yang tersedia di luar sekolah atau dari pembelajaran sebelumnya. Hal ini
berlawanan dengan belajar absolutime yang menganggap anak sebagai botol
kosong yang dapat diisi pengetahuan dari guru.
Pengetahuan awal siswa mengarahkan perhatiannya pada satu atau dua hal
tertentu dari seluruh materi yang sedang dipelajari. Dengan demikian pengetahuan

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

51

awal ini sebagai penyaring terhadap pengetahuan baru yang dipelajari.


Pengetahuan awal ini juga menentukan bangunan pengetahuan yang baru
dikonstruksi (dibangun). Contoh: ketika guru menjelaskan tentang kalor/panas
dapat berpindah secara merambat, maka dalam pikiran anak telah ada
pengetahuan awal tentang panas (dalam diri anak terpikir tentang api, matahari,
air mendidih); dan berpindah (dimaknai berjalan/bergerak berpindah tempat), dan
merambat (dimaknai anak sebagai menjalar, berjalan dengan cara berpegangan
sesuatu agar tidak terpeleset/terjatuh). Pemikiran anak seperi itu belum sesuai
dengan keinginan gurunya kan? Nah pemikiran awal seperti inilah yang perlu
diperbaiki oleh guru dalam proses pembelajaran untuk diarahkan kepada
pemikiran para ilmuwan (diarahkan kepada konsep ilmiah). Dalam proses belajar
seperti ini anak mencari makna sendiri, untuk pembenarannya dibantu guru.
Makna pembelajaran dalam paradigma konstruktivistik tentunya tidak
akan lepas dari makna belajar dalam paradigma konstruktivistik. Dengan
demikian pembelajaran konstruktivistik adalah pembelajaran yang menekankan
kepada minimal tiga hal penting yaitu bahwa pertama belajar itu adalah proses
aktif mengkonstruksi pengetahuan; kedua aktif membentuk keterkaitan (link)
antara pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan yang sedang
dipelajari; ketiga melakukan interaksi dengan siswa yang lain. Contoh: Anak yang
belajar menulis awal. Awalnya anak dibantu gurunya bagaimana cara memegang
pensil yang benar. Selanjutnya bagaimana menggerakkan pensil yang benar untuk
menulis, yaitu dengan cara tangan anak dipegang oleh guru lalu digerakkan sesuai
bentuk tulisan. Lama- kelamaan anak dilepas sendiri untuk menulis. Nah pada
saat ini anak terus mengingat kembali apa yang pernah dilakukan bersama
gurunya, selama kurun waktu ini anak terus-menerus memperbaiki pengetahuan
sebelumnya.
Menurut paham konstruktivis, belajar merupakan suatu konstruksi (bentukan)
dari kegiatan atau tindakan seseorang. Pengetahuan ilmiah itu berevolusi, berubah

dari waktu ke waktu. Pemikiran ilmiah yang dimiliki siswa bersifat sementara,
tidak statis dan merupakan proses konstruksi dan reorganisasi yang berlangsung
terus menerus dan setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dengan

52

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

pengalaman. Berdasarkan hal tersebut, konstruktivis menyatakan bahwa belajar


adalah ;
a.

proses aktif dan konstruktif yang terjadi di lingkungan luar kelas

b.

mengubah informasi menjadi proses mental

c.

membangun pengetahuan dan pengertian dari pengalaman pribadi

d.

mengaitkan pengetahuan baru dengan pengalaman lama (asimilasi)

e.

membangun pengetahuan baru dari fenomena lama (akomodasi)

f.

proses kognitif untuk memecahkan masalah dunia nyata, menggunakan alat


yang tersedia dalam situasi pemecahan masalah.

g.

bersifat situasional, interaktif

h.

bekerja dengan teman dalam konstruksi sosial yang berarti bagi dirinya

i.

proses pribadi terus-menerus untuk memonitor kemajuan belajar


Berikut ini disajikan gambaran perbandingan antara paradigma behavioris

dengan konstruktivis

Tabel Perbandingan Paradigma Behavioristik dengan Konstruktivis pada Dimensi


Kurikulum
Dimensi
Silabus

Pedagogi

Evaluasi

Paradigma Behavioris
Paradigma Konstruktivis
Daftar materi obyek belajar; Nilai
dari
inkuari
dan
pasti; kebenaran yang tak perlu diskoveri; tergantung proses
dibantah; ditetapkan dari atas
siswa; penjelasan yang terbaik
saat itu; ditetapkan atas
kesepakatan antara siswa dan
guru
Belajar
sebagai
perubahan Belajar sebagai konstruksi
tingkah
laku;
sedangkan pengetahuan melalui interaksi
pengajaran
sebagai
alih berbagai aspek belajar.
pengetahuan.
Pengajaran sebagai investigasi
(pencarian) pengetahuan
Reproduksi pengetahuan sebagai Menunjukkan
pengetahuan
bukti bagi perolehannya
yang telah dikonstruksi.

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

53

C. LATIHAN
Diskusikan dan jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini!.
1.

Apa saja ciri-ciri dari belajar dan pembelajaran behaviouristik?

2.

Tunjukkan dampak apa yang ditimbulkan dari pengertian belajar dan


pembelajaran behaviouristik yang Anda miliki terhadap pembelajaran IPA di
SD/MI?

3.

Temukan 4 ciri utama belajar dalam paradigma kontruktivistik!

4.

Jelaskan dampak belajar dan pembelajaran paradigma konstruktivistik


terhadap pembelajaran IPA SD/MI!

Rambu-rambu jawaban
1. Jawaban Anda benar jika belajar dan pembelajaran behavioristik dicirikan oleh
4 hal yaitu: (a) lingkungan belajar sebagai bagian penting dari pembelajaran,
(umumnya berupa penguatan/reinforsemen); (b) pemberian stimuli dalam
belajar dan pembelajaran; (c) terbentuk respon sebagai manifestasi hasil
belajar; dan (d) materi ajar disusun secara berurutan (hirarkis).
2. Dampak

pengertian

belajar

pembelajaran IPA SD/MI.

dan

pembelajaran

behavioristik

terhadap

Kata kuncinya adalah: pembelajaran IPA yang

mengikuti ciri-ciri pembelajaran behavioristik (a-d).


3. Empat (4) ciri utama belajar dan pembeljaran konstruktiivistik adalah: (a)
pengetahuan awal siswa menjadi bagian penting dalam pembelajaran; (b) siswa
aktif belajar dan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan
pengetahuan yang sedang dipelajari; (c) siswa membangun pengetahuan sendiri
sehingga pengetahuan tersebut bermakna bagi dirinya; dan (d) selalu
beriteraksi multi arah (gurusiswa, siswasiswa)
4. Dampak pengertian belajar dan pembelajaran konstruktivistik terhadap
pembelajaran IPA SD/MI adalah seperti bagan alur pembelajaran berikut ini.
Menggali pengetahuan awal siswa yang terkait dengan materi baru yang akan
dipelajari

Melakukan

investigasi/penyelidikan

Memberi

kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk mengumpulkan buktibukti/fakta-fakta sebagai bahan untuk mengkonstruksi pengetahuannya atas
bantuan guru (atau melalui kerja sama dengan teman). Terjadi interaksi yang

54

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

efektif dan bermakna sehingga siswa memperoleh pengetahuan baru (konsep,


prinsip) yang bermakna.

D. RANGKUMAN
Belajar dan pembelajaran menurut paradigma behavioristik adalah
merupakan perubahan tingkah laku yang sifatnya permanen. Pembelajaran
behavioristik ditekankan pada penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar
(biasanya berupa pemberian penguatan), adanya stimuli, respons siswa merupakan
bentuk hasil belajar, materi ajar disusun secara hirarkis.
Belajar dan pembelajaran menurut paradigma kontruktivistik adalah
merupakan proses membangun pengetahuan yang bermakna melalui pencarian
hubungan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sedang
dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan memanipulasi alat dan bahan di
lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya yang dalam pelaksanaannya
difasilitasi oleh guru.

E. TES FORMATIF
1.

Temukan perbedaan yang mendasar antara pengertian belajar dan


pembelajaran behavioristik dengan pengertian belajar dan pembelajaran
konstruktivistik!

2.

Jelaskan dampak pengertian belajar dan pembelajaran behavioristik terhadap


pembelajaran IPA SD/MI.

3.

Jelaskan secara runtut pengertian Anda terhadap kemampuan anak berpikir


konkret.

4.

Jelaskan dampak pengertian belajar dan pembelajaran konstruktivistik


terhadap pembelajaran IPA SD/MI!

5.

Temukan

perbedaan

penting

antara

assesment

pada

pembelajaran

behavioristik dengan assesment pada pembelajaran konstruktivistik! .

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

55

E. UMPAN BALIK
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban sub-Unit 1.3 yang
terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi sub-Unit 1.3.

Rumus:
Skor jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan =

X 100%
Skor total (25)

Penentuan Skor : Setiap butir soal yang dijawab dengan benar (100%) diberi
skor skor 5
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 100%

= baik sekali

80 - 89%

= baik

70 79%

= cukup

< 70%

= kurang

Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan
dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi
sub-Unit 1.23 terutama bagian yang belum Anda kuasai.

F. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


Kunci Jawaban sub-Unit 1.1.
1. Jawaban Anda benar jika mengandung kata kunci: nilai ilmiah = kebenaran
dapat dibuktikan semua orang (skor=2); jika contoh konsep diikuti langkahlangkah eksperimen pembuktiannya.(skor = 3)
2. Benar jawaban Anda jika jawaban mengemukakan bahwa IPA disusun dai
hasil bekerja dan berbuat ilmuwan (skor = 2,5); dan Belajar IPA dituntut
melalui proses bekerja dan berbuat agar dapat pemahaman yang mendalam
(skor = 2,5).

56

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

3. Jawaban Anda harus memuat penjelasan Alat ukur digunakan untuk dapat
memperoleh data yang kita inginkan yang lebih akurat (skor = 2); dan alasan
yang mengemukakan bahwa penyebab keterbatasan kemampuan alat indera
kita dalam memberikan hasil pengukuran yang akurat sehingga dibutuhkan alat
ukur dalam pengamatan. Misal kita tidak dapat mengetahui suhu benda dengan
tepat tanpa bantuan thermometer.(skor = 3).
4. Yang harus dilakukan seseorang agar temuannya di bidang IPA mempunyai
nilai objektivitas yang tinggi adalah dengan cara membawa temuan ke sidang
ilmiah regional, nasional, atau internasional (skor = 5)
5. Anda benar jika pemahaman Anda terhadap ukuran jengkal tidak objektif
(skor = 2); sebab ukuran jengkal tidak konstan, sehingga data pengukuran
dengan jengkal menjadi sangat bervariasi (skor = 1,5). Contoh: Benda yang
sama bila diukur dengan jengkal orang yang berbeda hasilnya tidak sama, jadi
tidak objektif (skor = 1,5).

Kunci Jawaban sub-Unit 1.2


1. Jawaban cukup jelas (lihat di uraian tentang keterampilan proses dasar
2. Jawaban cukup jelas (lihat 9jenis keterampilan proses IPA dasar)
3. Jawaban cukup jelas (lihat di uraian tentang keterampilan proses IPA
terintegrasi)
4. Jawaban cukup jelas (lihat 10 jenis keterampilan proses IPA terintegrasi)
5. a. Tekstur tanah ada 3 macam yaitu pasir, lempung, dan liat maka rumusan
masalahnya:
Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung pada tanah tekstur pasir?
(skor = 3)
Bagaimanakah pertumbuhan tanaman jagung pada tanah tekstur
lempung? (skor = 3)
Bagiamanakah pertumbuhan tanaman jagung pada tanah tekstur liat? (skor
= 3)
b. Identifikasi dan deskripsi jenis variabel:

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

57

Variabel bebas: jenis tekstur tanah. Jenis tekstur tanah ini dijadikan
variabel bebas karena jenis tekstur tanah yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman jagung.

Variabel terikat: pertumbuhan tanaman jagung. Pertumbuhan tanaman


jagung merupakan variabel terikat karena terjadinya pertumbuhan
diakibatkan oleh jenis tekstur tanah.

Variabel control: jenis tekstur tanah yang sama. Tekstur yang sama
memberikan pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan, sehingga hasil
ini memperkuat hasil bahwa pertumbuhan yang berbeda hanya
disebabkan oleh perbedaan jenis tekstur tanah yang berbeda pula.

c. Definisi operasional masing-masing variabel

Variabel bebas: jenis tekstur tanah yang digunakan adalah tekstur pasir,
liat, dan lempung dengan jumlah tanah yang sama banyak dan kondisi
awal (tingkat kekeringan) yang sama pula.

Variabel terikat: pertumbuhan tanaman.Yang dijadikan indikator


pertumbuhan adalah panjang batang, jumlah daun, warna daun, lebar
daun.

Variabel kontrol: pertumbuhan tanaman jagung pada variabel kontrol


diamati dengan cara sama seperti halnya pada variabel bebas.

6.

Penjelasan IPA sebagai produk cukup jelas (bacalah uraian tentang IPA pada
dimensi produk)

7.

Lima macam produk IPA cukup jelas

8.

Jawaban Anda benar, jika fakta-fakta dari konsep pemuaian pada benda
padat adalah seperti tabel hasil percobaan di bawah ini.

No

Nama benda

Potongan jeruji sepeda

Ukuran panjang benda


Sebelum
Sesudah dipanaskan
dipanaskan (cm)
(cm)
........
........

Potongan seng

........

........

Potongan aluminium

........

.........

58

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

9.

Konsepkonsep pada prinsip gaya mempengaruhi kecepatan gerak benda


yang Anda identifikasikan benar, jika yang Anda maksudkan adalah konsep
gaya, konsep gerak,dan konsep kecepatan.

10. Pengertian sikap ilmiah dalam uraian di atas cukup jelas


11. Hasil identifikasi contoh sikap ilmiah yang dapat terkembangkan melalui
pembelajaran IPA SD/MI dari KD Menyimpulkan hasil percobaan gaya
dapat mempengaruhi gerak benda adalah: sikap ingin menyelidiki
(curiocity), sikap tidak cepat menarik kesimpulan, sikap terbuka, objektif
terhadap fakta dan yang lainnya.
12. Hubungan sikap ilmiah dengan sikap mengagungkan kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa; penjelasan Anda benar jika Anda dapat menghubungkan antara
sikap ilmiah terbentuk melalui serangkaian proses ilmiah dalam mempelajari
fenomena alam, dan fenomena alam diciptakan dan diatur atas kehendak
Tuhan YME.

Kunci Jawaban sub-Unit 1.3


1. Cukup jelas periksa pada Tabel 3.1
2. Jawaban Anda benar jika mengandung pernyataan-pernyataan:Dampak
pengertian belajar dan pembelajaran behavioristik terhadap pembelajaran IPA
SD/MI adalah dijelaskan sebagai pembelajaran IPA SD/MI yang behavioris
adalah (a) bahan kajian IPA disusun secara hirarkis, (b) pemberian stimuli
(rangsangan) yang berupa benda-benda di lingkungan sekitar yang sesuai
dengan bahan kajian,

(c) dengan adanya rangsangan siswa memberikan

respons sebagai bentuk hasil belajarnya berupa perubahan tingkah laku, (d)
siswa yang berhasil diberi pujian.
3. Anda benar, jika jawaban Anda mengarah pada informasi tentang (a)
kemampuan anak berpikir konkret adalah bahwa anak hanya dapat melakukan
operasi-operasi mental dalam proses belajarnya dengan memanipulasi bendabenda konkret, (b) karena anak tersebut belum mampu berpikir hal-hal yang
abstrak,. (c) Contoh anak belajar tentang benda padat. Agar anak mampu
membangun konsep benda padat, maka kepada mereka diberikan berbagai
benda padat di lingkungan sekitar untuk dipegang, diraba, dibau, diukur,

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

59

diremas dan sebagainya sehingga anak mengenal untuk dipahami tentang


konsep benda padat dari ciri-cirinya.
4. Anda benar manakala jawaban Anda mengarah pada informasi bahwa
pembelajaran IPA SD/MI adalah
a) pembelajaran yang selalu diawali dengan menghubungkan pengetahuan
awal yang telah ada pada diri siswa dengan bahan yang akan dipelajari
b) pembelajaran ditekankan pada proses mencari tahu atau melakukan
kegiatan manipulatif melalui pengembangan proses-proses IPA untuk
mengumpulkan bukti-bukti
c)

bukti-bukti/fakta-fakta

yang

terkumpul

dijadikan

sarana

untuk

membangun pengetahuan IPA


d) Pengetahuan yang dibangun belum tentu cocok dengan pengetahuan para
ahli, karena itu selanjutnya pengetahuan yang belum mapan ini perlu
diluruskan dengan bantuan guru Pengetahuan yang telah menjadi milik
siswa ini selanjutnya diterapkan untuk memecahkan masalah terkait, yang
terjadi di lingkungan sekitar.
5. Cukup jelas (periksa kembali Tabel 3.1).

60

Pengembangan Pembelajaran IPA SD

Anda mungkin juga menyukai