Hipertensi
: disangkal
Diabetes melitus
Sakit jantung
: disangkal
Trauma kepala
: disangkal
: disangkal
Kegemukan
: disangkal
Gastritis
: disangkal
Keadaan umum
Gizi
: Kurang
Tanda vital
: 110 / 80mmHg
Nadi kanan
: 84 x / menit
Nadi kiri
: 82 x / menit
Pernafasan
: 20 x /menit
Suhu
: 36,7 C
Limfonodi
Jantung
Paru
Hepar
Lien
Ekstremitas
Orientasi
: baik
Jalan fikiran
: baik
Daya ingat
: baik
STATUS NEUROLOGI
Kesadaran
Sikap tubuh
: Berbaring terlentang
Cara berjalan
Gerakan abnormal
: Tidak ada
Kepala
Bentuk
: Normocephal
Simetris
: Simetris
Nyeri tekan
: Tidak ada
Leher
Sikap
: Normal
Gerakan
Vertebrae
Nyeri tekan
: Tidak ada
Pulsasi a. Carotis
: Teraba
Kiri
(-)
Laseque
> 70o
> 70o
Kernig
> 135o
> 135o
Brudzinsky I
(-)
(-)
Brudzinsky II
(-)
(-)
NERVI KRANIALES
Kanan
Kiri
Normosmia
Normosmia
N I ( Olfactorius )
Daya penghidu
N II ( Optikus )
Ketajaman penglihatan
Baik
Baik
Pengenalan warna
Baik
Baik
Lapang pandang
Fundus
Tidak dilakukan
Ptosis
(-)
(-)
Strabismus
(-)
(-)
Nistagmus
(-)
(-)
Exopthalmus
(-)
(-)
Enopthalmus
(-)
(-)
Lateral
(+)
(+)
Medial
(+)
(+)
Atas lateral
(+)
(+)
Atas medial
(+)
(+)
Bawah lateral
(+)
(+)
Bawah medial
(+)
(+)
Atas
(+)
(+)
Bawah
(+)
(+)
Gaze
(+)
(+)
Pupil
Ukuran pupil
2 mm
Bentuk pupil
bulat
Isokor/anisokor
Posisi
ditengah
ditengah
(+)
(+)
(+)
(+)
Reflek akomodasi/konvergensi:
(+)
(+)
2 mm
bulat
isokor
N V ( Trigeminus )
Menggigit
Baik
Membuka mulut
Simetris
Sensibilitas atas
(+)
(+)
Tengah
(+)
(+)
Bawah
(+)
(+)
Reflek masseter
(+)
(+)
Reflek zigomatikus
(+)
(+)
Reflek kornea
(+)
(+)
Reflek bersin
Tidak dilakukan
N VII ( Facialis )
Pasif
Simetris
Kedipan mata
Simetris
Lipatan nasolabial
Simetris
Sudut mulut
Simetris
Aktif
Mengerutkan dahi
Simetris
Mengerutkan alis
Simetris
Menutup mata
Simetris
Meringis
Simetris
Mengembungkan pipi
Simetris
Gerakan bersiul
Simetris
Tidak dilakukan
Hiperlakrimasi
Lidah kering
:
:
Tidak ada
Tidak ada
N VIII ( Vestibulocochlearis )
: (+)
(+)
: (+)
(+)
Test swabach
: Tidak dilakukan
Test rinne
: Tidak dilakukan
Test weber
: Tidak dilakukan
N IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx
: Simetris
Posisi uvula
: Di tengah
: Tidak dilakukan
Reflek muntah
: (+)
N X ( Vagus )
Denyut nadi
: Teraba, Reguler
Arcus pharynx
: Simetris
Bersuara
: Baik
Menelan
N XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala
: Normal
Sikap bahu
: Simetris
Mengangkat bahu
: Simetris
N XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah
Kekuatan lidah
: Simetris
5
Atrofi lidah
: Tidak ada
Artikulasi
: Baik
Tremor lidah
: Tidak ada
MOTORIK
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi :
Dextra
5
5
Sinistra
5
5
5
Dextra
normotonus
hipotonus
Sinistra
normotonus
hipotonus
Dextra
eutrofi
atrofi
Sinistra
eutrofi
atrofi
REFLEK FISIOLOGI
Reflek tendon
o Reflek bicep :
(+)
(+)
o Reflek tricep :
(+)
(+)
o Reflek patella :
(+)
(+)
o Reflek achilles:
(+)
(+)
(+)
(+)
Dinding perut :
(+)
(+)
Reflek periosteum
Reflek permukaan
Cremaster
: tidak dilakukan
Spincter ani
: tidak dilakukan
REFLEK PATOLOGIS
Kanan
Kiri
Hoffman tromer
(-)
(-)
Babinski
(-)
(-)
Chaddok
(-)
(-)
Oppenheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schafer
(-)
(-)
Klonus paha
(-)
(-)
Klonus kaki
(-)
(-)
Nyeri
(+)
(+)
Suhu
(+)
(+)
Taktil
(+)
(+)
Posisi
(+)
(+)
Vibrasi
(+)
(+)
Tekanan dalam:
(+)
(+)
SENSIBILITAS
Eksteroseptif
Propioseptif
: tidak dilakukan
Test tandem
: tidak dilakukan
Test fukuda
: tidak dilakukan
Disdiadokokenesis
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
(+)
(+)
Test telunjuk-telunjuk :
(+)
(+)
7
(+)
(+)
FUNGSI OTONOM
Miksi (terpasang kateter urin)
Inkontinentia
:(-)
Retensi
Anuria
:(+)
:(-)
Defekasi
Inkontinentia
:(-)
Retensi
:(-)
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa
: baik
Fungsi orientasi
: baik
Fungsi memori
: baik
Fungsi emosi
: baik
Fungsi kognisi
: baik
B. RESUME
Anamnesa
Pasien perempuan berusia 35 tahun datang dengan keluhan kedua kaki lemah
sejak 4 bulan SMRS, awalnya kedua kaki terasa baal dan mula mula dirasakan
diujung ujung jari lalu menjalar sampai ke paha setelah itu pasien tidak dapat
berjalan karena kedua kaki terasa berat dan kedua kaki juga terlihat mengecil. 1,5
bulan SMRS pasien juga mengeluh tidak bisa buang air kecil, BAK hanya keluar
sedikit dan keluar jika pasien menekan perut bagian bawahnya, BAB pasien normal.
Keluhan tidak disertai demam, muntah, dan diare, pasien juga tidak mempunyai
riwayat trauma atau menderita batuk batuk lama dan sebelumnya tidak menderita
batuk pilek. Pasien mengakui memiliki penyakit kencing manis sejak 4 tahun yang
lalu, dan kadar gula darah pasien naik turun walaupun sudah meminum obat. Pada
kedua telapak kaki terdapat luka, terjadi karena pasien selalu memberi jahe pada
kedua telapak kakinya,luka bedarah, mengeluarkan nanah dan berbau tidak sedap.
Riwayat hipertensi dan penyakit jantung disangkal.
8
Pemeriksaan
Status internus
Keadaan umum
Gizi
: kurang
: 110 / 80mmHg
Nadi kanan
: 84 x / menit
Nadi kiri
: 82 x / menit
Pernafasan
: 20 x /menit
Suhu
: 36,7 C
Status neurologis
Kesadaran
Motorik
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Dextra
5
5
Sinistra
5
5
5
Dextra
normotonus
hipotonus
Sinistra
normotonus
hipotonus
Dextra
eutrofi
atrofi
Sinistra
eutrofi
atrofi
Refleks fisiologis
Refleks patologis
Sensibilitas
-/telapak kaki.
SSO
: (+)
C. DIAGNOSIS
Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
D. TERAPI
Medikamentosa :
Actrapid 3x10 U
Insulantard 1x15 U
Cefotaxim 3x 1 g
Metronidazole 3x50 mg
Metycobal 1x500 mg
Non medikamentosa :
Fisiotherapi
Perawatan kaki
E. PEMERIKSAAN ANJURAN
10
EMG
H. PROGNOSA
Ad vitam
: Dubia ad bonam
Ad fungsionam
: Dubia ad malam
Ad sanam
: ad malam
Ad cosmeticum
: Dubia ad malam
11
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini adalah :
Diagnosis klinis
Diagnosis topik
Diagnosis etiologi
: Neuropati Diabetik
Pasien ini mengalami keluhan kelemahan dan rasa baal yang dimulai
dari ujung jari kaki yang berangsur-angsur naik ke bagian atas sampai
setinggi simphisis pubis (bersamaan kaki kanan dan kiri), dirasa semakin
berat hingga akhirnya pasien tidak dapat menggerakkan kedua kakinya
sehingga pasien tidak dapat berjalan. Namun pasien ini tidak mengalami
kelemahan pada bagian lain. Kedua kaki pasien juga tampak mengecil.
Pada pasien ini juga terdapat keluhan tidak bisa buang air kecil, hal ini
dapat disebabkan oleh kelainan saraf otonom yaitu retensi urine.
Paraparese inferior tipe LMN dengan retensi urine dapat terjadi karena
adanya lesi pada kornu anterior medula spinalis. Karena setiap lesi yang
terjadi di kornu anterior medula spinalis akan menyebabkan terjadinya
neuropati yang menyebabkan kelainan pada sistim saraf motorik, sensorik
dan otonom.
Paraparese inferior dan retensi urine pada pasien ini dapat disebabkan
oleh neuropati diabetik karena adanya kelemahan pada kedua tungkai yang
diawali dengan rasa baal pada ujung ujung jari kaki yang kemudian
menjalar sampai ke paha, dan adanya retensi urine yang disebabkan
gangguan pada saraf otonom. Pasien juga mempunyai faktor resiko yaitu
menderita diabetes sejak 4 tahun yang lalu dengan kadar gula darah yang
tidak terkontrol. Pada pasien ini juga didapatkan adanya luka pada kedua
telapak kaki yang awalnya mengeluarkan darah, bernanah, dan berbau
tidak sedap, luka ini dapat terjadi karena adanya gangguan sensoris pada
daerah tersebut.
Penatalaksanaan:
Penatalaksanan pertama pada pasien ini adalah menstabilkan kadar gula darah
pasien untuk mencegah terjadinya kerusakan saraf yang lebih jauh.
Penatalaksanaan pada pasien ini:
Medikamentosa :
Actrapid 3x10 U
Insulantard 1x15 U
Cefotaxim 3x 1 g
Metronidazole 3x50 mg
Metycobal 1x500 mg
Non medikamentosa :
Fisiotherapi
Perawatan kaki
13
Pengaturan pola makan akan membantu mengontrol gula darah pada pasien
ini.
Pemeriksaan Anjuran
Laboratorium :
Pemeriksaan darah lengkap dan kimia darah dilakukan untuk mencari faktor
risiko dimana pada pasien ini diketahui menderita diabetes. Elektrolit untuk
mencari apakah terjadi kekurangan atau kelebihan dari masing-masing unsur.
EMG:
Untuk mengetahui adanya kecepatan hantar saraf, dimana pada neuropati
didapatkan adanya penurunan hantar saraf.
Prognosis
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Ginsberg, Lionel. Lecture Notes Neurologi. Edisi ke-8. Erlangga. Jakarta.
2008.
2. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Edisi ke-2. Gadjah Mada University
press. Yogyakarta. 2003.
3. Lumbantobing, S.M. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. FK
UI. Jakarta.2008.
4. Mardjono, Mahar, Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat.
Jakarta. 2004.
5. Pengenalan dan Penatalaksanaan Kasus-Kasus Neurologi. Buku ke-2.
Departemen Saraf RSPAD Gatot Soebroto. Jakarta. 2009
6. Sidharta, priguna. Tata Pemeriksaan Dalam Neurologi.Dian Rakyat.
Jakarta. 2005.
7. www.emedicine.com/neuropathydiabetic diakses tanggal 4 April 2009
8. www.mayoclinic.com/tetraparese,paraparese diakses tanggal 4 April 2009
15