Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa amonia berasal dari bahan organik seperti sisa pakan, feses, urin dan
bahan organik lainnya. Bahan organik ini akan di dekomposisi oleh mikroba
pembusuk menjadi amonia. Amonia merupakan senyawa toksik yang sering
menyebabkan kematian ikan peliharaan. Konsentrasi senyawa amoniak 0.01 ppm
sudah dapat menyebabkan keracunan pada ikan dan pada level 0.1 ppm sudah
akan menyebabkan kematian.
Alam memiliki mekanisme untuk recovery ke kondisi awal, termasuk dalam
masalah amonia. Secara alami, amonia akan dirombak menjadi nitrit dan nitrat
melalui siklus nitrogen yang terbentuk di dalam media budidaya. Dalam keadaan
setimbang antara amonia dan nitrit, perombakan amonia menjadi senyawa nitrit
dan nitrat yang tidak beracun akan berlangsung sama cepat dengan terbentuknya
senyawa amonia hasil dekomposisi bahan organik. Dengan demikian, media
budidaya dapat digunakan untuk memelihara ikan tanpa khawatir terjadi
keracunan amonia. Apabila terjadi peningkatan bahan organik, maka konsentrasi
amonia meningkat cepat hingga kesetimbangan baru terbentuk. Dibutuhkan waktu
lebih lama untuk membentuk kesetimbangan baru. Dalam kondisi kritis demikian,
sering terjadi kematian ikan secara masal
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui siklus nitrogen baik di kolam maupun di aquarium
2. Untuk mengetahui peranan mikroba dalam mencerna amonia
3. Untuk mengetahui rekayasa media budidaya agar konsentrasi amonia
selalu terkendali
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana siklus nitrogen dalam kolam dan aquarium ?
2. Bagaimana peranan mikroba dalam mencerna amonia ?
3. Rekayasa media budidaya seperti apa agar konsentrasi amonia selalu
terkendali ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Siklus Nitrogen
Nitrogen organik berasal dari jaringan organisme yang sudah mati, kotoran
zat sisa, dan sisa pakan yang ditransformasi menjadi ammonia melalui proses

dekomposisi/ mineralisasi oleh bakteri pengurai proteolitik. Nitrogen memiliki


beberapa bentuk yaitu ammonia (NH3), nitrit (NO2-), nitrat(NO3-), amina(NH2),
amonium(NH4+), dan nitrogen diatomik (N2).
Siklus Nitrogen Siklus nitrogen adalah proses di mana nitrogen
dariatmosfer diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tanaman dan
hewan.Hal ini terjadi melalui aksi bakteri, dan dimulai pada abad ke-20,
aktivitasmanusia. Ketika nitrogen diubah menjadi bentuk yang dapat digunakan,
dikatakanharus diperbaiki, dan tanaman dan ganggang menggabungkan nitrogen
menjadiasam amino, protein, dan asam deoksiribonukleat (DNA). Hewan
memperolehsenyawa yang mengandung nitrogen dari tanaman, sehingga siklus
nitrogen penting bagi semua kehidupan di bumi.
Ketika makhluk hidup mati, jenis bakterimelepaskan nitrogen dalam zat
ini kembali ke atmosfer, menyelesaikan siklus. Dalam bentuk N2, nitrogen
membuat sampai sekitar 80 persen dari atmosfer bumi. Bentuk nitrogen tidak
dapat digunakan oleh tanaman atau hewan yang bergantung pada mereka. Bakteri
adalah diperlukan untuk mengubah N2 menjadiamonia (NH3) dan ion amonium
(NH4 +). Dalam proses yang disebut nitrifikasi, bakteri tanah mengkonversi
amonia menjadi ion nitrat (NH3). Ini bagian darisiklus nitrogen, yang dikenal
sebagai fiksasi nitrogen, memungkinkan tanaman untuk menghasilkan asam
amino dan senyawa yang mengandung nitrogen lainnyabahwa semua kehidupan
hewan tergantung padanya. Sebuah jumlah yang sangat kecil nitrogen tetap
dihasilkan setiap tahun oleh sambaran petir dan beberapa proses kimia non-hidup.

2.1.1 Siklus Nitrogen dalam Kolam


a. Siklus Nitrogen dalam Kolam yang Baru Dibangun
Kolam yang baru dibangun akan kekurangan koloni bakteri yang berperan
dalam filtrasi biologis. Karena itu, kolam harus didaur. Pendauran merujuk
pada proses pembentukan dan pematangan filtrasi biologis. Untuk membangun
sistem itu, kita perlu menyediakan sumber amonia untuk bakteri Nitrosomonas
dalam sistem filtrasi agar mereka bisa hidup, bereproduksi, dan berkoloni. Untuk
itu bisa dimasukkan sedikit saja ikan yang kuat yang bisa tahan dengan amonia
dan nitrit. Kemudian kita perlu memasukkan bakteri ke dalam kolam. Ada alat
2

bantu pendauran komersial yang sudah mengandung bakteri. Melalui aktivitas


biologisnya, ikan mulai memproduksi amonia.
Bakteri Nitrosomonas pun mulai memakan amonia itu dan mulai
memenuhi kolam. Populasi terbesarnya akan berada di media yang kaya oksigen
dan area permukaan, yang biasanya ada dalam sistem filtrasi. Ketika kadar amonia
meningkat, jumlah bakteri pun turut meningkat tapi lebih lambat dari
pertumbuhan amonia. Kadar amonia pada akhirnya akan mencapai puncak dan
mulai menurun ketika populasi bakteri bertambah banyak dan mulai mengurai
amonia lebih cepat daripada produksinya, Bakteri akan terus hidup dan memakan
amonia sampai mencapai kadar yang tak bisa dideteksi alat tes. Disini
keseimbangan telah tercapai, dimana produksi amonia sama dengan jumlahnya
yang diurai oleh bakteri. Dari titik ini, jumlah bakteri akan berubah ketika kadar
amonia (yang merupakan sumber makanan mereka) berubah.
Nitrit melalui siklus yang sama dengan amonia. Nitrit diproduksi lewat
aktivitas biologis bakteri Nitrosomonas, disaat mereka memakan amonia, Ketika
jumlah mereka meningkat, limbah kotorannya pun bertambah, yakni nitrit. Karena
persediaan nitrit meningkat, bakteri Nitrobacter pun akan ikut berlipat jumlahnya.
Jumlah mereka akan lebih banyak di tempat yang kaya oksigen dan punya area
permukaan yang luas. Kadar nitrit terus meningkat sampai pada titik dimana
peningkatan jumlah bakteri bisa memicu percepatan penguraian nitrit.

Nitrit

diurai lebih cepat ketimbang proses produksinya. Kadar nitrit akan terus menurun
sampai tak bisa dideteksi lagi.
Produk akhir dari proses ini adalah nitrat. Nitrat dalam konsentrasi rendah
hingga menengah tidak beracun bagi ikan dan invertebrata. Nitrat bisa menjadi
sumber makanan untuk bakteri dan tumbuhan. Tapi juga bisa memicu timbulnya
masalah baru yakni ganggang yang berlebihan

Gambar 1. menunjukkan grafik perubahan jumlah amonia, nitrit dan nitrat pada
Kolam Koi Baru.
b. Siklus Nitrogen dalam Kolam yang Sudah Jadi
Kolam yang sudah jadi adalah kolam dimana filtrasi biologisnya sudah
benar-benar matang. Bagaimanapun, ada beberapa kondisi yang mempengaruhi
siklus nitrogen di kolam yang sudah jadi, seperti misalnya: penambahan ikan,
kematian yang tak diketahui dalam kolam, pemberian pakan berlebih, pemberian
obat ke kolam, dan pemeliharaan sistem.

Gambar 2. siklus nitrogen di kolam.


2.1.2 Siklus Nitrogen dalam Aquarium
a. Siklus Nitrogen dalam Aquarium Air Tawar

Sebuah aquarium, besar atau kecil, akan melalui masa kritis setelah
dipasang. Sebulan pertama adalah masa yang paling kritis karena ekosistem belum
sepenuhnya terbentuk. Pada masa ini, ikan
yang dimasukkan ke dalam akuarium mudah
mati dan akuarium pun mudah sekali
berlumut. Proses pembentukan ekosistem di
dalam filter akuarium dapat diilustrasikan
sebagai berikut :
Gambar 3. Siklus Nitrogen di Aquarium
1. Hari ke-1. Proses siklus nitrogen
belum terbentuk, kadar amonia di
dalam air masih nol (0)
2. Hari ke-3. Amonia yang berasal dari kotoran dan debu mulai terbentuk,
dan bakteri pengurai amonia yakni bakteri nitrosomonas, mulai tumbuh.
Saat ini ikan pemakan lumut sudah boleh dimasukkan, tetapi jangan
diberi pakan dulu. Memberi pakan pada saat ini dapat membuat kadar
amonia naik pesat.
3. Hari ke-5. Kadar amonia mulai meningkat dan ikan dapat stres.
Penggantian air akuarium sebanyak 30% dapat memulihkan kondisi
ikan.
4. Hari ke-8. Bakteri nitrosomonas mulai berkembang dan sudah dapat
5.

mengurai amonia yang ada menjadi nitrit.


Hari ke-14. Kadar amonia mencapai puncaknya dan kadar nitrit mulai
meningkat. Ikan kembali stres. Penggantian air sebanyak 30% dapat

6.

membantu memulihkan kondisi ikan.


Hari ke-21. Bakteri nitrosomonas terus berkembang sehingga kadar
amonia akan terus menurun. Sebaliknya, kadar nitrit akan terus
meningkat. Bakteri pengurai berikutnya, yakni bakteri nitrobacter, yang

7.

menguraikan nitrit menjadi nitrat mulai tumbuh.


Hari ke-27. Kadar nitrit mencapai puncaknya dan kadar nitrat juga

mulai mengingkat. Lakukan penggantian air sebanyak 30%


8. Hari ke-30. Bakteri nitrobacter terus berkembang, sehingga kadar nitrit
akan menurun. Namun kadar nitrat akan terus meningkat. Nitrat

walaupun tidak berbahaya bagi ikan, tapi berpotensi untuk pertumbuhan


9.

lumut. Ganti air sebanyak 30% untuk menurunkan kadar nitrat.


Hari ke-40. Bakteri nitromonas dan nitrobacter sudah mencapai kondisi
yang mapan, sehingga kadar amonia dan nitrit akan berada dalam
tingkat yang minimal. Namun kadar nitrat akan terus meningkat. Nitrat
tidak dapat diuraikan lagi oleh bakteri, tetapi dieliminir oleh tanaman air
untuk pertumbuhannya. Kadar nitrat dapat juga dieliminir dengan cara

penggantian air sebanyak 30% secara teratur.


b. Siklus Nitrogen dalam Aquarium Air Laut
Pengolahan air memakai filrasi biologi terkait erat dengan siklus nitrogen
(nitrogen cycle). Pengetahuan tentang siklus nitrogen yang berlangsung pada
ekosistem akuarium air laut layak diketahui. Sisa metabolisme ikan, koral,
invertebrate dan sisa pakan akan diolah oleh microcrustacea, nematode, fungi dan
protozoa menjadi amoniak (NH3). Amoniak beracun bagi penghuni akuarium.
Untunglah kehadiran amoniak tersebut mengundang kehidupan lain seperti bakteri
aerobic yang bertugas menguraikan amoniak menjadi nitrit (NO2) dan nitrat
(NO3). Bakteri aerobic membutuhkan oksigen untuk menjalankan fungsinya
tersebut. Nitrit sangat beracun bagi ikan dank oral, sementara nitrat tidak beracun.
Namun, kadar nitrat yang terlalu tinggi di air tetap perlu dihindari. Kadar nitrat
diatas 20 mg/liter air memancing kehadiran berbagai jenis microalgae yang
merusak keindahan akuarium.
Nitrogen cycle sebenarnya juga terjadi di aquarium air tawar, tapi karena
ikan air tawar bisa lebih toleransi dengan kondisi air yang kurang baik, maka hal
ini tidak terlalu diperhatikan. Tetapi tidak dengan aquarium air laut, nitrogen cycle
adalah perubahan zat-zat kimia di dalam aquarium yang berasal dari makanan
ikan, kotoran ikan dan lain-lain, yang akhirnya di rubah menjadi zat yang tidak
berbahaya. Semua ini di lakukan oleh bakteri-bakteri yang terdapat di dalam
aquarium. Ada 2 jenis bakteri yang di kenal di aquarium laut, yaitu jenis aerob
(bakteri yang perlu oksigen untuk hidup) dan anaerob (bakteri yang jarang
oksigen untuk hidup, bila terkena oksigen, mereka akan mati)makanan ikan yang
tidak termakan biasanya akan diurai oleh bakteri aerob menjadi Ammonia.
Ammonia sangat berbahaya bagi ikan, karena berbagai macam penyakit
sangat suka dengan ammonia yang menyebabkan ikan cepat mati dalam hitungan
hari.Ammonia ini di uraikan kembali oleh bactery aerob yang lainnya menjadi

Nitrite yang juga berbahaya bagi ikan- ikan. Lalu Nitrite ini juga diurai oleh
bakteri aerob menjadi Nitrate dimana nitrate adalah zat yang tidak terlalu
berbahaya bagi ikan. Namun nitrate yang terlalu berlebihan akan membuat
permasalahan baru yaitu algae atau lumut dan tingginya nitrate juga membuat ikan
dan coral tidak sehat.
Cara menekan nitrate yang tinggi adalah mengembangbiakan bakteri
anaerob, atau mengganti air secara berkala.Pertumbuhan bakteri tidaklah cepat,
bahkan memerlukan waktu sampai 4 minggu untuk mencapai ammonia dan nitrite
di titik paling rendah. Hasil percobaan yang biasanya terjadi adalah :
minggu 1 : ammonia naik
minggu 2: ammonia mulai turun, nitrite naik
minggu 3: ammonia 0, nitrite mulai turun, nitrate naik
minggu 4: ammonia 0, nitrete 0, nitrate tinggi
Kemudian dilakukan pergantian air 30% - 50% untuk menekan nitrate. Jika sistem
nitrate sudah terdapat di aquarium, maka nitrate juga akan turun di minggu 5 dan
minggu 6 sampai terjadi balance. Ada 3 cara untuk memperlancar masa cycle ini
1. Dengan live rock, live rock adalah batu dari laut yang sudah terdapat
banyak bakteri dan mikroorganisme. Bakteri tersebut biasanya banyak
yang mati dan akan menghadirkan ammonia di aquarium.
2. Dengan menambahkan makanan ikan seperti udang kupas, pelet ke dalam
aquarium di hari pertama, dan mungkin setiap minggu kalau untuk pelet.
3. Dengan Ikan yang kuat seperti dalamselfish, tapi ini cara yang cukup
ampuh walaupun tingkat survivenya cukup tinggi.

2.2 Peranan Mikroba dalam Mencerna Amonia


Mikroba berperan untuk merombak senyawa amonia menjadi nitrit dan nitrat
yang relatif aman bagi ikan. Nitrosomonas adalah bakteri yang

memiliki

kemampuan untuk merombak senyawa amonia menjadi senyawa nitrit,


sedangkan Nitrobacter memiliki kemampuan merombak nitrit menjadi nitrat.
Senyawa nitrat yang terbentuk akan dimanfaatkan oleh tumbuhan (pakan alami)
untuk tumbuh dan berkembang, sehingga dapat menyediakan pakan alami bagi
ikan.
Mikroba Nitrosomonas dan Nitrobacter dapat

ditumbuhkan

dalam

media

budidaya dengan cara menginokulasi mikroba tersebut ke dalam kolam atau

mendisain media budidaya sedemikian rupa sehingga kedua mikroba tersebut


dapat tumbuh dan berkembangbiak. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa
macam bakteri yang berperan dalam mencerna amonia.
2.2.1 Bakteri Nitrifikasi
Bakteri nitrifikasi termasuk kelompok kemoautotrof yang tumbuh dengan
memanfaatkan senyawa nitrogen anorganik. Banyak spesies bakteri ini memiliki
sistem membran internal dimana terdapat enzim kunci dalam proses nitrifikasi.
Enzim tersebut antara lain ammonia monooksigenase (mengoksidasi ammonia
menjadi hidroksilamin) dan nitrit oksireduktase (mengoksidasi nitrit menjadi
nitrat). Contohnya yaitu Nitrosomonas dan Nitrobacter.
Bakteri nitrifikasi tersebar di tanah dan air. Ditemukan dalam lingkungan
yang terdapat ammonia (daerah banyak terjadi dekomposisi protein/saluran air
buangan). Nitrifikasi secara alami merupakan hasil proses aktivitas dari dua
kelompok organisme, yaitu kelompok bakteri nitratasi dan nitritasi. Aktivitas
kedua kelompok bakteri tersebut adalah sebagai berikut:
Bakteri nitritasi (genus Nitrosomonas)
1. NH3 + O2 + 2e- + 2H+ NH2OH + H2O
2. NH2OH + H2O + 1/2 O2 NO2- +2 H2O + H+
Bakteri nitratasi (genus Nitrobacter)
NO2- + 1/2 O2 NO3Bakteri nitrifikasi memiliki sebuah kondisi agar dapat melakukan proses
kimia di atas dengan optimal. Beberapa kondisi tersebut antara lain yaitu:
a. DO (Dissolved Oxygen): Bakteri nitrifikasi memerlukan oksigen dalam
proses metabolismenya. Setiap miligram nitrogen dalam jalur nitrifikasi
(dari ammonia sampai berakhir dalam bentuk nitrat) bakteri ini
memerlukan kurang lebih 4,5 mg oksigen terlarut untuk sebagai
penyeimbang elektron dari substrat bernitrogen.
b. pH optimal untuk bakteri nitrifikasi adalah antara 7,5 8,5. Pada suatu
saat setelah aklimasi pH, akan sangat baik jika pH dapat dipertahankan
stabil.
c. Suhu (T), bakteri nitrifikasi dapat tumbuh optimal antara suhu 20 sampai
30C. Jika temperatur menurun maka aktivitas metabolisme bakteri akan
menurun. Pada suhu di atas 350C bakteri mulai mengalami stres, hal ini
diperkirakan karena enzim yang rusak akibat tingginya suhu tersebut.
d. Cahaya, bakteri ini sensitif akan kehadiran cahaya yang mendekati
spektrum ultraviolet. Penyebab pastinya belum diketahui, namun

diperkirakan terdapat hubungan antara superoksida radikal yang


diproduksi menghambat membran oksigen.
e. Konsentrasi nitrit nitrogen, kebutuhan sumber nitrogen terendah
menunjukan angka 0,1 mg/L bakteri ini dapat tumbuh.
2.2.2 Bakteri Denitrifikasi
Denitrifikasi secara umum merupakan proses reduksi nitrat (NO 3) secara
bertahap menjadi nitrit (NO2), Nitrouse Dioxide (N2O), Nitrouse oxide (NO),
sampai menjadi N2 dalam kondisi anaerobik. Denitrifikasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu kelembaban tinggi, pH netral (6,8-8,0), ketersediaan karbon,
kadar oksigen terlarut dan temperatur yang tinggi. Proses denitrifikasi tidak lepas
dari peranan bakteri denitrifikasi (denitrifier), bakteri yang berperan dalam
denitrifikasi umumnya merupakan bakteri anaerobik. Terdapat 3 kelompok bakteri
denitrifikasi yaitu : bakteri pereduksi NO3 menjadi N2O, bakteri pereduksi
NO2 menjadi N2, dan bakteri pereduksi NO3 menjadi NO2, NO, N2O.
Dalam situasi normal maka nitrogen dapat diproses menjadi bentuk
amonium atau bentuk nitrat yang langsung tersedia bagi tanaman. Tetapi dalam
keadaan tertentu, yaitu kalau udara dalam tanah terbatas akibat drainase jelek (air
menggenang), atau disebabkan oleh pemakaian berlebihan dari bahan organik
mentah yang bersifat mudan busuk sehingga nitrat dan nitrit yang terbentuk akan
menghasilkan gas nitrogen atau hasil oksidasi lain yang akhirnya dapat menguap
ke udara. Peristiwa ini terjadi dalam tanah yang dilakukan terutama oleh
organisme anaerobik yang aktif dalam keadaan tanpa oksigen, dan akan terjadi
reduksi. Proses terjadinya reduksi dari nitrat ke nitrit, amonia atau nitrigen bebas
disebut denitrifikasi (Hardjadi, 1979).
Ada beberapa contoh bakteri denitrifikasi yaitu Pseudomonas stutzeri,
Pseudomonas aeruginosa, Paracoccus denitrificans, Bacillus cereus, Bacillus
licheniformis,

Pseudomonas

denitrificants,

Thiobacillus

denitrificants,

Micrococcus, dan Achromabacter. Proses denitrifikasi merupakan salah satu dari


rangkaian siklus nitrogen yang berperan dalam mengembalikan senyawa nitrat
yang terakumulasi di wilayah perairan, terutama laut, untuk kembali dipakai
dalam bentuk bebas. Di samping itu, reaksi ini juga menghasilkan nitrogen dalam
bentuk lain, seperti dinitrogen oksida (N2O).
2.4 Rekayasa Media Budidaya Agar Konsentrasi Amonia Selalu Terkendali
2.4.1 Biofloc

Dalam pembahasan terlihat bahwa senyawa amonia, nitrit dan nitrat dapat
menghambat pertumbuhan, bahkan mematikan ikan-ikan yang dibudidayakan.
Oleh karena itu ketiga senyawa nitrogen ini harus dikendalikan agar usaha
budidaya yang dilakukan dapat berhasil. Berbagai cara untuk mengendalikan
senyawa nitrogen dapat dilakukan yaitu dengan penyaringan biologi, pertukaran
ion, sistem polikultur, stripphing udara, menggerakan endapan kotoran, therapi
kimiawi dan bakteri intrifikasi. Namun ada satu cara yang mampu mengendalikan
konsentrasi amonia yaitu dengan cara teknologi Bioflok.
Kemampuan bioflok dalam mengontrol konsentrasi ammonia dalam
sistem akuakultur secara teoritis maupun aplikasi telah terbukti sangat tinggi.
Secara teoritis Ebeling et al. (2006) dan Mara (2004) menyatakan bahwa
immobilisasi ammonia oleh bakteri heterotrof 40 kali lebih cepat daripada oleh
bakteri nitrifikasi. Secara aplikasi de Schryver et al. (2009) menemukan bahwa
bioflok yang ditumbuhkan dalam bioreaktor dapat mengkonversi N dengan
konsentrasi 110 mg NH4/L hingga 98% dalam sehari. Biofloc merupakan flok
atau gumpalan-gumpalan kecil yang tersusun dari sekumpulan mikroorganisme
hidup yang melayang-layang di air.
Teknologi biofloc adalah teknologi yang memanfaatkan aktivitas
mikroorganisme yang membentuk flok. Aplikasi BFT (Bio Floc Technology)
banyak diaplikasikan disistem pengolahan air limbah industri dan mulai
diterapkan di sistem pengolahan air media aquakultur. Prinsip Dasar Biofloc
adalah mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung senyawa
kabon (C), hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dengan sedikit available
posfor (P) menjadi massa sludge berupa bioflocs dengan menggunakan bakteri
pembentuk flocs (flocs forming bacteria) yang mensintesis biopolimer poli
hidroksi alkanoat sebagai ikatan bioflocs.
Bakteri pembentuk flocs dipilih dari genera bakteri yang non pathogen,
memiliki kemampuan mensintesis PHA, memproduksi enzim ekstraselular,
memproduksi bakteriosin terhadap bakteri pathogen, mengeluarkan metabolit
sekunder yang menekan pertumbuhan dan menetralkan toksin dari plankton
merugikan dan mudah dibiakkan di lapangan. Tidak semua bakteri dapat
membentuk biofloc dalam air, seperti dari genera Bacillus sp hanya dua spesies
yang mampu membentuk biofloc.

10

Salah satu ciri khas bakteri pembentuk bioflocs adalah kemampuannya


untuk mensintesa senyawa Poli hidroksi alkanoat (PHA), terutama yang spesifik
seperti poli hidroksi butirat. Senyawa ini diperlukan sebagai bahan polimer
untuk pembentukan ikatan polimer antara substansi substansi pembentuk biofloc.
Biofloc terdiri atas partikel serat organik yang kaya akan selulosa, partikel
anorganik berupa kristal garam kalsium karbonat hidrat, biopolymer (PHA),
bakteri, protozoa, detritus (dead body cell), ragi, jamur dan zooplankton. Contoh
Bakteri yang mampu membentuk bioflocs diantaranya: Bacillus cereus, Bacillus
subtilis, Escherichia intermedia, Flavobacterium
Sistem biofloc dapat meminimalkan ganti air karena dalam bioflok
terdapat proses siklus auto pemurnian air (self purifier) yang akan merubah sisa
pakan dan kotoran, gas beracun seperti ammonia dan nitrit menjadi senyawa yang
tidak berbahaya. Dengan meminimalkan ganti air maka peluang masuknya bibit
penyakit dari luar dapat diminimalkan. Sistem biofloc lebih stabil dibandingkan
dengan system probiotik biasa dikarenakan biofloc merupakan bakteri yang tidak
berdiri sendiri, melainkan berbentuk floc atau kumpulan beberapa bakteri
pembentuk floc yang saling bersinergi. Sedangkan system probiotik biasa bakteri
yang ada ditambak merupakan sel-sel bakteri yang berdiri sendiri secara terpisah
di air, sehingga apabila ada gangguan lingkungan atau gangguan bakteri lain maka
bakteri akan cepat kolaps. Pada System Bio-Flock Technology (BFT) sangat
tergantung pada mikroba (terutama bakteri heterotrof), plankton, dan bahan
organik dalam air.
2.4.2

Mengurangi pakan dan mengatur pemberian pakan


Sumber utama dari hampir semua amonia dalam kolam ikan adalah

protein dalam pakan. Ketika protein pakan benar-benar rusak (dimetabolisme),


amonia diproduksi dalam ikan dan dibuang melalui insang ke dalam air kolam.
Oleh karena itu, tampaknya masuk akal untuk menyimpulkan bahwa kadar
amonia di kolam dapat dikontrol dengan memanipulasi laju pakan atau tingkat
protein pakan. Hal ini benar sampai batas tertentu, tapi itu tergantung pada apakah
Anda ingin mengontrol lebih dari jangka pendek (hari) atau jangka panjang
(minggu atau bulan). Dalam jangka pendek cara mengurangi pakan ini memiliki
dampak penurunan ammonia dalam media.
2.4.3

Meningkatkan aerasi
11

Bentuk beracun amonia (NH3) adalah gas terlarut, sehingga beberapa


pembudidaya percaya kolam aerasi adalah salah satu cara untuk menyingkirkan
amonia karena mempercepat difusi gas amonia dari air kolam ke udara. Namun,
penelitian telah menunjukkan bahwa aerasi tidak efektif untuk mengurangi
konsentrasi amonia karena volume air yang terkena aerator cukup kecil
dibandingkan dengan total volume kolam dan karena konsentrasi gas amonia di
air biasanya cukup rendah (terutama di pagi hari). Aerasi yang intensif benarbenar dapat meningkatkan konsentrasi amonia karena menunda sedimen kolam.
2.4.4

Menambahkan Kapur
Penambahan kapur dalam media memang mampu mengurangi kadar

ammonia, namun penambahan kapur kurang baik karena penambahan kapur


tersebut bisa beracun bagi ikan.
2.4.5

Pupuk Fosfor
Sebagian besar amonia diekskresikan oleh ikan diambil oleh ganggang,

sehingga apa pun yang meningkatkan pertumbuhan alga akan meningkatkan


penyerapan amonia. Fakta ini merupakan dasar untuk ide pemupukan kolam
dengan pupuk fosfor untuk mengurangi kadar amonia. Namun, pada kondisi
kolam di bawah normal, ganggang

di kolam ikan sangat padat dan laju

pertumbuhan alga dibatasi oleh ketersediaan cahaya, bukan nutrisi seperti fosfor
atau nitrogen.
2.4.6

Penyaringan biologi
Dalam sistem ini amonia dioksidasi menjadi nitrit kemudian menjadi

nitrat

oleh bakteri chemoautotroph secara aerob dalam proses nitrifikasi.

Perubahan amonia menjadi nitrit dapat dilakukan oleh berbagai bakteri yaitu
Nitrosomonas, Nitrosococcus, Nitrosospira, Nitroso-cystis dan Nitrosoglea,
sedangkan perubahan nitrit menjadi nitrat dilakukan oleh Nitrobacter dan
(BROCK 1970).

12

Kecepatan proses nitrifikasi semakin lambat bila pH rendah atau terlalu


tinggi. Pada air tawar pH berkisar antara 7,1-7,8 dan pada air laut pH berkisar
antara 7,0-8,2. Kalsium karbonat dan natrium karbonat adakalanya diperlukan
untuk meningkatkan kesadahan dan pH.
Dalam penyaringan biologi (biologi filter) digunakan 4 tipe dasar yakni :
Trickling filter , "Submerged" filter, "Updraf filter, dan "Rotatingdisc" filter.

Pada

"Trickling" filter bakteri dibasahi terus menerus, tetapi tidak terendam dalam air.
Pengaliran air ke unit pemeliharaan masuk kedalam filter dan menyebar dari
tangan putaran atau pipa yang seimbang pada puncaknya. Tipe ini dapat
mengendalikan senyawa nitrogen di dalam sistem resirkulasi pada budidaya ikan
(STRICKNEY 1979).
Submerged" filter dan "Updraf filter air masuk dari dasar untuk
penyaringan udara yang bergerak keatas. Sebuah bilik dan pengeringan endapan
bergabung dalam sebuah "udraft" filter untuk menghilangkan kotoran dalam air.
Selanjutnya "Rotating disc" filter mempunyai sebuah media penggerak pada
media seimbang (tidak bergerak) dari 3 tipe diatas. Media banyak diubah ditem-

13

pat piring berputar pada sebuah sumbu roda dalam bak dari cakram udara. Secara
terus menerus persediaan oksigen dan nutrient untuk bakteri disediakan oleh
putaran cakran tersebut (Stickney 1979)
2.4.7

Pertukaran Ion
Pertukaran ion secara fisika dan kimia dianggap sebagai paling pertama

dan cara yang efektif untuk mengontrol amonia. Pemakaian Zeolite dan
Clinoptololite telah berhasil digunakan sebagai media pertukaran ion untuk
menghilangkan amonia (STAGE & GAWOR 1982).

Pertukaran ion terjadi dalam proses satu unit, dimana R menunjukkan "
resin " atau media pertukaran ion buatan, pertukaran kation resin digunakan
untuk pertukaran ion ni rat, seperti reaksi berikut:

Untuk pertukaran kation kuat, dipilih Ca2+, K+, NH4+, Na+ sedangkan
anion lemah adalah SO4-2, HPO4-2,

NO3-, C1- Clinoptoloit dan zeolit alami

merupakan material pertukaran ion dengan kemampuan yang kuat untuk ion
ammonium.
Zeolit alami terdiri dari Aluminium Silikat, sanggup menyerap dan menukar
gas, sedangkan clinoptolit adalah semacam zeolit dimana gas amonia diserap dan
ion amonia ditukar. Clinoptolit lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan
zeolit buatan. Sebagai kontruksi yang solid dan material organik merupakan filter
clinoptololite harus difiltrasi dengan saringan pasir sebelum masuk kedasar filter
clinoptololite. Pengeluaran pembersihan kembali diperlukan perlakuan untuk
pembaruan amonia jenuh clinoptololite(perlakuan awal) dan perlakuan akhir
merupakan strphing udara (Gambar 3 dan 4).
2.4.8

Striphing udara
Merupakan modifikasi dari proses pengudaraan untuk menghilangkan gas

dari air. Udara digelembungkan melalui air menghilangkan amonia dari larutan
amonium hidroksida yang dihasilkan pada saat pH tinggi oleh ekses ion-ion
hidrokil dan ammonium.

14

Striphing udara biasanya dibentuk oleh sebuah paker wadah tinggi dengan
blower udara.

15

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komponen senyawa kimia yang membahayakan kehidupan ikan budidaya
adalah amonia. Sumber utama senyawa amonia di media budidaya ini beragam.
Kotoran ikan (feses), sisa pakan dan bahan organik lainnya yang terakumulasi di
dasar media budidaya merupakan sumber amonia dan H2S.

Semua sumber

amonia ini akan dirombak oleh bakteri menjadi amonia yang membahayakan
kehidupan ikan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
akumulasi senyawa amonia di media budidaya adalah dengan mengurangi
akumulasi sumber utama amonia. Cara lain adalah memanfaat mikroba untuk
merombak senyawa amonia menjadi nitrat yang tidak berbahaya. Nitrosomonas
dan Nitrobacter, merupakan dua mikroba yang telah diketahui memiliki
kemampuan untuk merombak senyawa amonia menjadi senyawa nitrat yang tidak
membahayakan. Bakteri ini mampu tumbuh dan berkembang di dalam media
budidaya.
3.2 Saran
Penulis menyarankan agar penelitian tentang penanganan tentang kadar
ammonia agar terus ditingkatkan agar kematian ikan akibat hal ini bisa dikurangi,
dan juga penulis menyarankan agar penelitian tentang penemuan bakteri jenis
baru yang mempu melakukan perombakan zat ammonia dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Sirkulasi Nitrogen Di Aquarium. http://aquascapeindonesia.
blogspot.com/2012/05/sirkulasi-nitrogen-di-aquarium-air.html

16

Anonim,

2012.

Siklus

Nitrogen

Versi

2.

http://akuariumlautku.

blogspot.com/2012/01/siklus-nitrogen-versi-2.html
Anonim.2014. Kualitas Air. http://o-fish.com/KualitasAir/NewTanSyndrome.html
Anonim,2014.www.oseanografi.lipi.go.id
Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/Bakteri_denitrifikasi
Anonim.2013. Siklus Fosfor dan Nitrogen. Di Perairan.http://widiindrakesuma.
blogspot.com/2013/10/siklus-fosfor-dan-nitrogen-di-perairan.html
Anonim. 2012. Nitrifikasi dan Denitrifikasi. http://duniakurika.blogspot.
com/2012/07/nitrifikasi-dan-denitrifikasi-di.html
Eafrianto. 2014.http://mikroper.wordpress.com/page/4/

17

Anda mungkin juga menyukai