Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adil.............................................................................................................
a. Pengertian Adil.....................................................................................
9
9
10
10
10
10
13
14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1 Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dalam memahami sifat sifat
terpuji yang terkandung di dalam Al-quran.
2 Tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas berupa makalah pada
mata pelajaran agama islam tentang sifat-sifat terpuji.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Adil
a. Pengertian Adil
Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata adilun, yang berarti samadengan
seimbang.Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat
sebelah,tidak memihak,berpihak pada yang benar,berpegang pada kebenaran, sepatutnya,
dan tidak sewenang-wenang. Dan menurut ilmu akhlak ialah meletakan sesuatu pada
tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan menghukum yang
jahat sesuai haknya, dan menghukumyang jahat sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.
b. Karakteristik Sikap Adil
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum. Dalam islam , tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status
social, ekonomi,atau politik .
Berikut ini beberapa contoh sikap adil dalam Al-Quran :
2.
3.
4.
5.
Memiliki pribadi yang mulai ( tidak mementingkan diri sendiri, memiliki belas
kasihan, bijak/tegas dan berani mengambil resiko
2.2 Rida
a. Pengertian rida
Perkataan rida berasal dari bahasa arab, radiya yang artinya senang hati (rela). Rida
menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah
swt, baik berupa hokum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya. Sikap rida harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun
tatkala ditimpa musibah.
Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang
menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan,
kematian anggota keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat rida
terhadap takdir. Orang yang memiliki sifat rida tidak mudah bimbang atau kecewa atas
4
Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang yangapabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Sesungguhnya
Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan
kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu
ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.(Q.S. Al Baqarah:155-156).
Sikap rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau
ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
2. Senantiasa mengingat Allah swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
3. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi
hasil usahanya.
4. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat
pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam
perbaikan akhlak.
5. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan
kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua
di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.
6. Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida
terhadap kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan
terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah swt.
Menurut kamus besar Indonesia, rida diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan
menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah
ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik.
b. Karakteristik sikap rida
Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga
tingkatan, yaitu rida kepada Alloh, rido pada apa yang datang dari Alloh, dan rida pada
qada Alloh.
Rida kepada Allah adalah fardu ain.Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun
merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan tuhan untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama,
ikhtiyar ad-din wa syarI (pilihan keagamaan dan syariat).kedua, ikhtiyar kauni kadari
(pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak dicintai dan diridai
Alloh yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.
Macam-macam rida :
1) Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang
telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha
terhadap semua nilai dan syariah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. alBayyinah (98) ayat 8
Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka
Allah pun ridha terhadap kita.
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan Rasulullah bersabda : Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua,
dan murka Allah tergantung murka orang tua. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau
ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak
menghiraukan panggilan ibunya.
4) Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan
merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian
akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam
Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut :
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara
(Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha
terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri
sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan
demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
c. Nilai Positif Sikap Rida
Rida merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang
dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
d. Membiasakan Sikap Rida
Konsekuensi rida kepada Alloh harus mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasululloh
saw. (ittiba ar-Rasul). Apabila seorang rida kepada Alloh, tentu dia akan selalu berusaha
melakukan segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang
dibenci-Nya.
Setiap muslim wajib berusaha membangun kukuhnya persatuan dan kesatuan demi
tegaknya agama, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu dilakukan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara yang bijaksana dan seadil-adilnya
menurut ketentuan Allah SWT. Agama islan adalah agama yang smepurna ajaranajarannya, bukan hanya membimnbing manusia mengenal tuhan dan tata cara beribadah
kepadanya, tetapi juga memberi petunjuk bagaimana menyusun suatu masyarakat agar
tiap-tiap anggotanya dapat hidup rukun, aman dan nyaman, yakni masing-masing
hendakalah bertakwa. Allah melarang kita saling membelakangi, suka mencari kesalahan
orang lain, hasud, iri dan dengki lebih-lebih berbuat aniaya yang dapat menimbulkan
perselisihan diantara sesama.
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis yang artinya : Tolonglah
saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya. Saya bertanya. Wahai Rasululah,
yang ini saya menolongnya karena teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang
zalim?, Engkau harus melarangnya dari kezaliman itulah cara menolongnya. (HR Anas
r.a)
Hadis tersebut memberi penjelasan bahwa menjaga persatuan dan kesatuan itu mutlak
diperlukan. Terjadinya perbedaan pendapat, baik perorangan maupun kelompok adalah
hal yang wajar, karena setiap pribadi memang dianugrahi oelh Allah kemampuan
berkreasi dan penalaran yang berbeda-beda. Lebih-lebih para anak muda yang sedang
mencari jati dirinya, persaingan anatar individu atau kelompok sulit dihindari sehingga
tidak jarang berakhir dengan baku hantam. Dengan kondisi yang demikian, hendaklah
segera dibentuk juru damai, baik dari guru maupun pemuka masyarakat agar masalah
yang timbul tidak berlarut-larut. Perlu disadari bahwa mereka yang terlibat perselisihan
pada umumnya adalah teman kita sendiri, masih sebangsa dan sering pula malah seiman.
Maka penyelesaian dengan jalan kekerasan, jelas hanya akan merugikan diri dan bangsa
kita sendiri.
Selanjutnya dalam usaha memperjuangkan kebajikan dan amal, janganlah merasa
bahwa diri dan kelompoknyalah yang pantas memperoleh bagian dan fasilitas yang lebih
dari yang lain. Sikap demikian amat berbahaya jika bersemayam di dada seorang muslim,
karena dapat merusak keikhlasan beramal. Hal yang demikian pernah menghinggapi
sebagian sahabat nabi seusai perang badar, kemudian oleh Allah dengan firmannya.
11
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah memahami dan mempelajari materi aklaq terpuji, kami dapat mengambil hikmah
yang begitu banyak, bahwa akhlaq terpuji itu dapat mendatangkan kebaikan baik di dunia
maupun di akhirat.
Materi ini bukan hanya untuk di pelajari, namun diaplikasikan dalam kehidupan seharihari, karena dengannya kita akan mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik. Di
akhirat kelak pun yang paling berat timbangannya adalah akhlaq terpuji. Jadi akhlaq terpuji
dengan adil, amal shaleh, ridha, persatuan dan kerukunan ini adalah salah satu aspek agar kita
mampu berbuat akhlaq mulia sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasull-Nya.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://jajaka-aja.blogspot.com/2012/01/materi-aqidah-akhlak-tentang-adil-rida.html
http://www.al-azim.com/masjid/adil.html
http://wuryanano.blogspot.com
http://www.lazyaumil.org
14