Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang Prilaku
Terpuji Adil, Ridha dan Amal Sholeh", yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi
juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun.
Terimakasih.

Tasikmalaya, November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................

DAFTAR ISI ..................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................

1.2 Tujuan ......................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adil.............................................................................................................

a. Pengertian Adil.....................................................................................

b. Karakteristik Sikap Adil.......................................................................

c. Nilai Positif Sikap Adil ........................................................................

d. Membiasakan Sikap Adil .....................................................................

2.2 Rida ............................................................................................................

a. Pengertian rida .....................................................................................

b. Karakteristik sikap rida ........................................................................

c. Nilai Positif Sikap Rida........................................................................

d. Membiasakan Sikap Rida .....................................................................


2.3 Amal Saleh .................................................................................................

9
9

a. Pengertian Amal Saleh .........................................................................

b. Karakteristik Amal Saleh .....................................................................

c. Nilai Positif Amal Saleh ......................................................................

10

d. Membiasakan Amal Saleh....................................................................

10

2.4 Persatuan dan kerukunan............................................................................

10

a. Pengertian Persatuan dan kerukunan ...................................................

10

BAB III PENUTUP


KESIMPULAN ...............................................................................................

13

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

14

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam Al-Qur`an, Allah memaparkan dengan rinci tentang sifat, moralitas tertinggi,
dan pola pikir khas orang-orang beriman. Perasaan takut kepada Allah yang menghunjam di
dalam kalbu mereka, keyakinan mereka yang tak tertandingi dan upaya yang tak pernah
goyah untuk mendapatkan ridha-Nya, kepercayaan yang mereka gantungkan kepada Allah,
seperti juga keterikatan, keteguhan, ketergantungan, dan banyak lagi kualitas superior serupa,
semuanya disuguhkan Al-Qur`an. Lebih jauh, di dalam Kitab-Nya, Allah menyanjung
kualitas-kualitas moral semacam itu, seperti keadilan, kasih sayang, rendah hati, sederhana,
keteguhan hati, penyerahan diri secara total kepada-Nya, serta menghindari ucapan tak
berguna.
Seiring dengan penyajian rinci tentang orang beriman model ini, Al-Qur`an juga bertutur
mengenai kehidupan orang-orang beriman pada masa dahulu dan bercerita kepada kita
bagaimana mereka berdoa, berperilaku, berbicara, baik di kalangan mereka sendiri maupun
dengan orang-orang lain di luar mereka, dan dalam menanggapi berbagai peristiwa. Melalui
perumpamaan ini, Allah menarik perhatian kita kepada sikap dan perbuatan yang disenangiNya.
Titik pandang sebuah masyarakat yang jauh dari moralitas Al-Qur`an (masyarakat
jahiliyah) terhadap tingkah laku yang secara sosial bisa diterima bisa saja berubah, sesuai
dengan tahapan waktu, suasana, budaya, peristiwa-peristiwa, dan manusianya sendiri. Akan
tetapi, perilaku dari mereka yang kokoh berpegang pada ketetapan hukum Al-Qur`an tetap
tak tergoyahkan oleh adanya perubahan kondisi, waktu, dan tempat. Seseorang yang beriman
senantiasa tunduk-patuh kepada perintah dan peringatan Al-Qur`an. Karena itulah, ia
mencerminkan akhlaq terpuji.
Pada bagian ini, akan kami perlihatkan sejumlah contoh perilaku yang layak mendapat
penghargaan sesuai penilaian Allah. Akan tetapi, kami tidak menguraikan semua kualitas
perilaku terpuji dari orang-orang beriman yang secara panjang lebar telah terteradalam AlQur`an. Kami hanya memfokuskan perhatian pada moralitas terpuji yang masih terselubung
dengan segala keagungan-keagungannya yang terpendam.

1.2 Tujuan
1 Tujuan penulisan ini adalah untuk menambah wawasan dalam memahami sifat sifat
terpuji yang terkandung di dalam Al-quran.
2 Tujuan lain dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas berupa makalah pada
mata pelajaran agama islam tentang sifat-sifat terpuji.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adil
a. Pengertian Adil
Adil menurut bahasa Arab disebut dengan kata adilun, yang berarti samadengan
seimbang.Menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah diartikan tidak berat
sebelah,tidak memihak,berpihak pada yang benar,berpegang pada kebenaran, sepatutnya,
dan tidak sewenang-wenang. Dan menurut ilmu akhlak ialah meletakan sesuatu pada
tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu sesuai haknya, dan menghukum yang
jahat sesuai haknya, dan menghukumyang jahat sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.
b. Karakteristik Sikap Adil
Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama dan sederajat
dalam hukum. Dalam islam , tidak ada diskriminasi hukum karena perbedaan kulit, status
social, ekonomi,atau politik .
Berikut ini beberapa contoh sikap adil dalam Al-Quran :

Adil terhadap diri sendiri.

Adil terhadap istri dan anak

Adil dalam mendamaikan perselisihan

Adil dalam bertuturkata

Adil terhadap musuh sekalipun

c. Nilai Positif Sikap Adil


Keadilan merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan
diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan Negara,
sudah tentu ketinggian, kebaikan, dan kemuliaan akan diraih. Jika seseorang mampu
mewujudkn keadilan dalam dirinyasendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam
hidupnya, memperoleh kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan
kualitas diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta ukkhrawi (akhirat).
Jika keadilan dapat diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, akan terwujud masyarakat yang aman,tentra , serta damai sejahtera lahir dan
batin. Hal ini disebabkan masing-masing anggota masyarakat melaksanakan kewajiban
terhadap orang lain dan akan memenuhi hak orang lain dengan seadil-adilnya .

Keuntungan dari bersikap adil adalah :


1. Mereka yang bersikap adil akan mendapat keamanan di dunia dan akhirat
2. Apabila orang adil yang berkuasa, maka keadilan akan memelihara kekuasaannya
3. Mendapat keridhaan dari Allah SWT
4. Mereka yang bersikap adil tidak akan menzalimi sesama manusia
5. Mereka yang bersikap adil akan mendapatkan posisi yang tinggi di dunia maupun
akhirat
6. Keadilan merupakan jalan menuju surga
d. Membiasakan Sikap Adil
Seorang hendaknya membiasakan diri berlaku adil, baik terhadap dirinya,kedua orang
tua nya,saudara-saudaranya,anak-anaknya, teman-temannya, tetangganya, masyarakatnya,
bangsa dan Negaranya, maupun terhadap sang Khalik(Alloh swt).
Apabila keadilan itu ditegakan dalam setiap aspek kehidupan, tentu keamanan,
ketentraman,kedamaian, serta kesejahteraan lahir dan batin, duniawi dan ukhrawi akan
dapat diraih.
Orang yang adil biasanya memiliki sifat seperti :
1.

Mempunyai iman yang kukuh dan bertakwa kepada Allah SWT

2.

Menguasai ilmu syariat dan ilmu Aqilah

3.

Melakasankan amanah dengan penuh tanggung jawab

4.

Ikhlas dan bertakwa kepada Allah SWT

5.

Memiliki pribadi yang mulai ( tidak mementingkan diri sendiri, memiliki belas
kasihan, bijak/tegas dan berani mengambil resiko

2.2 Rida
a. Pengertian rida
Perkataan rida berasal dari bahasa arab, radiya yang artinya senang hati (rela). Rida
menurut syariah adalah menerima dengan senang hati atas segala yang diberikan Allah
swt, baik berupa hokum (peraturan-peraturan) maupun ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan-Nya. Sikap rida harus ditunjukkan, baik ketika menerima nikmat maupun
tatkala ditimpa musibah.
Kebanyakan manusia merasa sukar atau gelisah ketika menerima keadaan yang
menimpa dirinya, seperti kemiskinan, kerugian, kehilangan barang, pangkat, kedudukan,
kematian anggota keluarganya, dan lain-lain, kecuali orang yang mempunyai sifat rida
terhadap takdir. Orang yang memiliki sifat rida tidak mudah bimbang atau kecewa atas
4

pengorbanan yang dilakukannya. Ia tidak menyesal dengan kehidupan yang diberikan


Allah swt dan tidak iri hati atas kelebihan yang didapat orang lain karena yakin bahwa
semua itu berasal dari Allah swt. Sedangkan kewajibannya adalah berusaha atau
berikhtiar dengan kemampuan yang ada.
Rida terhadap takdir bukan berarti menyerah atau pasrah tanpa usaha lebih dulu untuk
mencari jalan keluarnya. Menyerah dan berputus asa tidak dibenarkan oleh tatanan hidup
dan tidak dibenarkan pula oleh ajaran Islam. Allah swt. memberikan cobaan atau ujian
dalam rangka menguji keimanan dan ketakwaan hamba-Nya. Firman Allah swt:

Artinya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (156) (yaitu) orang-orang yangapabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Sesungguhnya
Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali. kalimat ini dinamakan
kalimat istirjaa (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutnya waktu
ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.(Q.S. Al Baqarah:155-156).
Sikap rida dapat ditunjukkan melalui hal-hal sebagai berikut:
1. Sabar dalam melaksanakan kewajiban hingga selesai dengan kesungguhan usaha atau
ikhtiar dan penuh tanggung jawab.
2. Senantiasa mengingat Allah swt. dan tetap melaksanakan shalat dengan kusyuk.
3. Tidak iri hati atas kekurangan atau kelebihan orang lain dan tidak ria untuk dikagumi
hasil usahanya.
4. Senantiasa bersyukur atau berterima kasih kepada Allah swt. atas segala nikmat
pemberian-Nya. Hal itu adalah upaya untuk mencapai tingkat tertinggi dalam
perbaikan akhlak.
5. Tetap beramal saleh (berbuat baik) kepada sesama sesuai dengan keadaan dan
kemampuan, seperti aktif dalam kegiatan social, kerja bakti, dan membantu orangtua
di rumah dalam menyelesaikan pekerjaan mereka.

6. Menunjukkan kerelaan atau rida terhadap diri sendiri dan Tuhannya. Juga rida
terhadap kehidupan terhadap takdir yang berbentuk nikmat maupun musibah, dan
terhadap perolehan rezeki atau karunia Allah swt.
Menurut kamus besar Indonesia, rida diartikan rela, suka, dan senang hati.sedangkan
menurut bahasa adalah ketetapan hati untuk menerima segala keputusan yang sudah
ditetapkan dan ridha merupakan akhir dari semua keinginan dan harapan yang baik.
b. Karakteristik sikap rida
Apabila sebagian pendapat para ahli hikmah, rida dikelompokan menjadi tiga
tingkatan, yaitu rida kepada Alloh, rido pada apa yang datang dari Alloh, dan rida pada
qada Alloh.
Rida kepada Allah adalah fardu ain.Rida pada apa yang datang dari Allah meskipun
merupakan sesuatu yang sangat luhur, hal ini termasuk ubudiah yang sangat mulia.
Sesungguhnya pilihan tuhan untuk hamba-Nya dibagi dua macam yaitu pertama,
ikhtiyar ad-din wa syarI (pilihan keagamaan dan syariat).kedua, ikhtiyar kauni kadari
(pilihan yang berkenaan dengan alam dan takdir).Takdir yang tidak dicintai dan diridai
Alloh yaitu perbuatan aib dan dosa-dosa.
Macam-macam rida :
1) Ridha terhadap perintah dan larangan Allah
Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang
telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha
terhadap semua nilai dan syariah Islam. Perhatikan firman Allah dalam Q.S. alBayyinah (98) ayat 8

Artinya : Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di
bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha
terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. Yang demikian itu adalah
(balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Q.S.al-Bayyinah ayat 8 )
Dari ayat tersebut dapat dihayati, jika kita ridha terhadap perintah Allah maka
Allah pun ridha terhadap kita.

2) Ridha terhadap taqdir Allah.


Mari kita simak, apa yang dikisahkan berikut ; pada suatu hari Ali bin Abi Thalib
r.a. melihat Ady bin Hatim bermuram durja, maka Ali bertanya ; Mengapa engkau
tampak bersedih hati ?. Ady menjawab ; Bagaimana aku tidak bersedih hati, dua
orang anakku terbunuh dan mataku tercongkel dalam pertempuran. Ali terdiam haru,
kemudian berkata, Wahai Ady, barang siapa ridha terhadap taqdir Allah swt. maka
taqdir itu tetap berlaku atasnya dan dia mendapatkan pahalaNya, dan barang siapa
tidak ridha terhadap taqdirNya maka hal itupun tetap berlaku atasnya, dan terhapus
amalnya.
Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak
diinginkan yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan,
sedangkan sabar adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang
muslim.
Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu
dan mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan
segera berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima
taqdir Allah swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam
hatinya selalu tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang
yang ridha ujian adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan
semakin mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.
Dalam suatu kisah Abu Darda, pernah melayat pada sebuah keluarga, yang salah
satu anggota keluarganya meninggal dunia. Keluarga itu ridha dan tabah serta memuji
Allah swt. Maka Abu Darda berkata kepada mereka. Engkau benar, sesungguhnya
Allah swt. apabila memutuskan suatu perkara, maka dia senang jika taqdirnya itu
diterima dengan rela atau ridha.
Begitu tingginya keutamaan ridha, hingga ulama salaf mengatakan, tidak akan
tampak di akhirat derajat yang tertinggi daripada orang-orang yang senantiasa ridha
kepada Allah swt. dalam situasi apapun (Hikmah, Republika, Senin 5 Februari 2007,
Nomor: 032/Tahun ke 15)
3) Ridha terhadap perintah orang tua.
Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita
kepada Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua,
perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14

Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua
orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Q.S. Luqman :14)
Bahkan Rasulullah bersabda : Keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua,
dan murka Allah tergantung murka orang tua. Begitulah tingginya nilai ridha orang
tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah,
mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah kisah Juraij, walaupun beliau
ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya tersinggung ketika ia tidak
menghiraukan panggilan ibunya.
4) Ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara
Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan
merupakan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian
akan menjamin keteraturan dan ketertiban sosial. Mari kita hayati firman Allah dalam
Q.S. an-Nisa (4) ayat 59 berikut :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.( Q.S. an-Nisa :59)
Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara
(Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara
dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha
terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri

sendiri, orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan
demikian mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.
c. Nilai Positif Sikap Rida
Rida merupakan kesadaran diri, perasaan jiwa, dan dorongan hati yang menyebabkan
seseorang berkenaan sepenuh hati untuk menerima apa yang didapat ataupun yang
dihadapi dengan penuh semangat dan rasa kasih sayang.
d. Membiasakan Sikap Rida
Konsekuensi rida kepada Alloh harus mengikuti semua yang diajarkan oleh Rasululloh
saw. (ittiba ar-Rasul). Apabila seorang rida kepada Alloh, tentu dia akan selalu berusaha
melakukan segala sesuatu yang diterima dari-Nya dan meninggalkan segala sesuatu yang
dibenci-Nya.

2.3 Amal Saleh


a. Pengertian Amal Saleh
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, amal diartikan sebagai perbuatan (baik atau
buruk). Secara istilah, amal saleh berarti perbuatan sungguh- sungguh dalam menjalankan
ibadah ataupun menunaikan kewajiban agama yang dilakukan dalam bentuk berbuat
kebaikan terhadap masyarakat atau sesama manusia.contoh mengumpulkan dana untuk
membantu korban bencana alam, penyandang cacat, orang jompo dan anak yatim piatu.
Dalam al-Quran banyak dijumpai perkataan amal dengan berbagai bentuknya yaitu
amila, amala, tamalun, yamalun, amilun, amalus-salihat, dan amalus-syyariat.
b. Karakteristik Amal Saleh
Orang yang hidup pada zaman pra-islam mempunyai anggapan bahwa kekayaan,
keturunan, kedudukan, dan bermacam-macam kelebihanduniawi lainnya menjadi factor
yang akan menentukan keadaan seseorang.
Agama islam membawa satu ajaran (dokrin) bahwa keturunan, pangkat, kedudukan
yang tinggi, dan kekayaan yang bayak , semua itu tidak mendatangkan keuntungan,
terutama untuk kehidupan di akhirat kelak. Satu-satunya yang memberikan faedah ialah
amal saleh, yakni perbuatan baik.
Secara umum, pengelompokan amal itu terbagi dua, yaitu amal saleh (amal yang baik)
dan amalus sayyiah (amal yang buruk). Amal saleh ialah segala perbuatan kebbijakan
yang mendatangkan manfaat untuk diri sendiri, keluarga, bangsa, dan manusia
seluruhnya, baik berupa perbuatan, ucapan, maupun sikap.bahkan melakukan suatu
perbuatan yang dilarang Alloh, itu pun termasuk amal saleh.
9

c. Nilai Positif Amal Saleh


Dalam Al-Quran, banyak diuraikan hasil (buah) dari amal saleh, baik didunia maupun
diakhirat, yaitu:
a) rezeki yang baik (al-Hajj/22:50);
b) derajat yang tinggi (Taha/20:75);
c) keberuntungan (al-Qasas/28:67);
d) keadilan (Yunus/10:4);
e) keluar dari kegelapan (at-Talaq/65:11);
f) rahmat dan cinta (al-Jasiyah/45:30);
g) hilang perasaan takut (Taha/20:112);
h) pahala yang cukup (Alli Imran/3:57);
i) ampunanIlahi (Fatir/3:57);
j) kehidupan di surga (al-Muminun/23:40).
d. Membiasakan Amal Saleh
Setiap amal saleh, harus didasari niat yang suci dan ikhlas. Jangan sampai seorang
yang beramal memiliki niat yang salah, ada udang dibalik madu. Misasal, mengharap
kedudukan,pujian, atau keuntungan yang lain-lain.
Berusaha atau beramal, pada umumnya tidak memandang ruang dan waktu serta tidak
hanya pada saat yang lapang. Dalam situasi apa pun, kita tidak menyianyiakan untuk
beramal atau berusaha. Walaupun hasil amal itu belum tampak sekarang, hal itu tidak
boleh menjadikan kita malas beramal.

2.4 Persatuan dan kerukunan


a. Pengertian Persatuan dan kerukunan
Pengertian Persatuan ialah ikatan yang terjadi antara dua orang lebih yang mereka
melakukan tidak yang sama dalam hal terjadinya peristiwa tertentu. Bila seseorang suatu
bangsa maka rakyatnya akan bersatu membela bangssanya.
Dari penjelasan ayat diatas diperoleh kesimpulan bahwa usaha umat Islam terutama
para pemuka (ulama/hakim/pejabat) supaya memperbaiki hubungan antara seseorang
dengan seseorang yang lain atau kelompok, golongan dengan golongan atau dengan
seseorang secara nyata, jangan membiarkan persengkataan atau perselisihan itu berlarutlarut. Para umat tidak boleh berdiam diri asal badan sendiri selamat, kita mesti berbuat,
berusaha menghilangkan persengketaan, dan menghidupkan tali persaudaraan antara
orang-orang yang bersengketa itu.
10

Setiap muslim wajib berusaha membangun kukuhnya persatuan dan kesatuan demi
tegaknya agama, masyarakat, bangsa dan negara. Hal itu dilakukan agar dapat
meningkatkan kesejahteraan bersama dengan cara yang bijaksana dan seadil-adilnya
menurut ketentuan Allah SWT. Agama islan adalah agama yang smepurna ajaranajarannya, bukan hanya membimnbing manusia mengenal tuhan dan tata cara beribadah
kepadanya, tetapi juga memberi petunjuk bagaimana menyusun suatu masyarakat agar
tiap-tiap anggotanya dapat hidup rukun, aman dan nyaman, yakni masing-masing
hendakalah bertakwa. Allah melarang kita saling membelakangi, suka mencari kesalahan
orang lain, hasud, iri dan dengki lebih-lebih berbuat aniaya yang dapat menimbulkan
perselisihan diantara sesama.
Sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadis yang artinya : Tolonglah
saudaramu dalam keadaan menganiaya atau dianiaya. Saya bertanya. Wahai Rasululah,
yang ini saya menolongnya karena teraniaya. Bagaimana caranya menolong yang
zalim?, Engkau harus melarangnya dari kezaliman itulah cara menolongnya. (HR Anas
r.a)
Hadis tersebut memberi penjelasan bahwa menjaga persatuan dan kesatuan itu mutlak
diperlukan. Terjadinya perbedaan pendapat, baik perorangan maupun kelompok adalah
hal yang wajar, karena setiap pribadi memang dianugrahi oelh Allah kemampuan
berkreasi dan penalaran yang berbeda-beda. Lebih-lebih para anak muda yang sedang
mencari jati dirinya, persaingan anatar individu atau kelompok sulit dihindari sehingga
tidak jarang berakhir dengan baku hantam. Dengan kondisi yang demikian, hendaklah
segera dibentuk juru damai, baik dari guru maupun pemuka masyarakat agar masalah
yang timbul tidak berlarut-larut. Perlu disadari bahwa mereka yang terlibat perselisihan
pada umumnya adalah teman kita sendiri, masih sebangsa dan sering pula malah seiman.
Maka penyelesaian dengan jalan kekerasan, jelas hanya akan merugikan diri dan bangsa
kita sendiri.
Selanjutnya dalam usaha memperjuangkan kebajikan dan amal, janganlah merasa
bahwa diri dan kelompoknyalah yang pantas memperoleh bagian dan fasilitas yang lebih
dari yang lain. Sikap demikian amat berbahaya jika bersemayam di dada seorang muslim,
karena dapat merusak keikhlasan beramal. Hal yang demikian pernah menghinggapi
sebagian sahabat nabi seusai perang badar, kemudian oleh Allah dengan firmannya.

11

Aritnya : Mereka menanyakan kepadamu tentang (pembagian) harta rampasan


perang. Katakanlah: Harta rampasan perang kepunyaan Allah dan Rasul, oleh sebab
itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah perhubungan di antara sesamamu; dan
taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu adalah orang-orang yang beriman. (QS
Al Anfal :1)
Ayat diatas memberi dorongan kepada kaum muslimin agar siap memikul tanggung
jawab berat melaksanakan dakwah islamiyah secara terpadu, saling melengkapi sesuai
dengan kemampuan disiplin ilmu yang dikuasainya.
Dengan begitu, hal-hal yang menyebabkan terjadinya persengketaan hendaknya
dihindari. Unsur penting perekat persatuan dan kesatuan umat ialah takwa, memperbaiki
hubungan sesama muslim, tolong menolong, bantu mambantu dengan manaati Allah dan
rasulnya disetiap keadaan.

12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah memahami dan mempelajari materi aklaq terpuji, kami dapat mengambil hikmah
yang begitu banyak, bahwa akhlaq terpuji itu dapat mendatangkan kebaikan baik di dunia
maupun di akhirat.
Materi ini bukan hanya untuk di pelajari, namun diaplikasikan dalam kehidupan seharihari, karena dengannya kita akan mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik. Di
akhirat kelak pun yang paling berat timbangannya adalah akhlaq terpuji. Jadi akhlaq terpuji
dengan adil, amal shaleh, ridha, persatuan dan kerukunan ini adalah salah satu aspek agar kita
mampu berbuat akhlaq mulia sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasull-Nya.

13

DAFTAR PUSTAKA

http://jajaka-aja.blogspot.com/2012/01/materi-aqidah-akhlak-tentang-adil-rida.html
http://www.al-azim.com/masjid/adil.html
http://wuryanano.blogspot.com
http://www.lazyaumil.org

14

Anda mungkin juga menyukai