Anda di halaman 1dari 52

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi

Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

BAB - A
DATA ORGANISASI PERUSAHAAN

A.1. LATAR BELAKANG


PT. ARENCO CENTRA didirikan di Jakarta pada tahun 1994 dan dimaksudkan untuk
mewadahi dan mengkoordinir profesional-profesional yang memiliki idealisme dan
integritas tinggi terhadap kepakaran yang dimilikinya, dengan Tujuan Utama mendukung
dan memberi sumbangan nyata bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang modern dan
sejahtera, dengan mendarma-baktikan kepakaran/keahlian.
Para pendiri dan para profesional melihat, bahwa dimasa mendatang akan sangat
dibutuhkan suatu jasa/keahlian konsultansi yang berkualitas tinggi, cepat layanan, tepat
sasaran dan berorientasi pada manfaat.
Berdasarkan hal tesebut diatas, maka para pendiri dan para profesional yang memiliki
idealisme dan integritas, merumuskan misi konsultan, yaitu mendarma-baktikan jasa
kepakaran/keahlian bagi bangsa Indonesia khususnya dan umat manusia pada umumnya,
melalui lembaga legal yang berorientasi pada bisnis dan sosial, yaitu

PT. ARENCO

CENTRA.
Kinerja konsultan terhadap visi, misi serta tujuan konsultan telah diterapkan di dunia nyata
dalam lingkungan jasa konsultansi. Pengukuran kinerja konsultan dapat dilihat pada
pengalaman konsultan selama ini.
Selain memberikan keahlian yang dimiliki, konsultan juga selalu berorientasi untuk maju
dan berkembang dengan melakukan kerjasama terhadap konsultan asing dan domestik,
maupun lembaga-lembaga akademis untuk dapat

memberikan manfaat yang lebih

bermakna.

A.2. JASA KEAHLIAN KONSULTANSI


Jasa keahlian konsultansi yang kami tawarkan mencakup beberapa bidang keahlian antara
lain :
1|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
1. Sistem Transportasi dan Perhubungan

Studi tata guna lahan dan sistem transportasi

Strategi pengembangan sistem

transportasi jangka pendek, menengah dan

jangka panjang untuk tingkat pusat dan daerah

Studi dan perencanaan Moda angkutan

Analisa kelayakan moda tranportasi

Studi ekonomi transportasi

Studi institusional dalam bidang transportasi

Studi Perencanaan, operasional, manajemen, programming dan kebijakan di


bidang transportasi dan perhubungan

Studi dan perencanaan penyediaan sarana angkutan umum

Project Completion Report pembangunan sarana transportasi dan perhubungan

Studi dan perencanaan sarana transportasi dan perhubungan

2. Manajemen Proyek

Memberikan masukan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan, dari mulai


proses tender, pelelangan sampai penentuan kontrak, terutama instansi swasta

Pengawasan pada masa pelaksanaan pekerjaan

Merencanakan dan menyusun struktur organisasi proyek

Evaluasi pelaksanaan proyek

3. Teknik Dan Manajemen Lalu Lintas

Perencanaan dan perancangan lalu lintas

Survei lalu lintas

Studi dan Perencanaan pengem-bangan sarana lalu lintas perkotaan

Analisa Dampak Lalu Lintas

Identifikasi masalah lalu lintas dan usulan pemecahannya

4. Pengembangan SDM Dan Pendidikan

Mengikutsertakan personil yang dimiliki dalam setiap kegiatan pelatihan untuk


meningkatkan kemampuan dan pengetahuan

Bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan pelatihan dan pendidikan
masyarakat, sesuai dengan bidang yang ditangani

2|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

Penyusunan Modul-modul pelatihan dan sosialisasinya.

Sistem Dan Evaluasi Pendidikan.

5. Jalan dan Jembatan

Studi Kebijakan dan strategi Pengembangan Jaringan Jalan dan Jembatan.

Perencanaan, perancangan dan pengawasan prasarana jalan dan jembatan, yang


mencakup :Jalan Tol, jalan layang, terowongan dan lain-lain

Survai dan perencanaan untuk menunjang rehabilitasi dan pemeliharaan jalan


dan jembatan

Penyusunan standar jalan dan jembatan

Studi pengamanan jalan dan jembatan

Manajemen konstruksi dalam pelaksanaan fisik jalan.

Manajemen dan sistem informasi pengembangan jalan dan jembatan

6. Arsitektur, Perumahan dan Permukiman

Studi Perencanaan Masterplan Perumahan dan Permukiman

Studi Kelayakan Gedung, Perumahan dan Permukiman.

Perencanaan,

perancangan

dan

pengawasan

Gedung,

Perumahan

Permukiman.

Managemen Konstruksi Bangunan Gedung

7. Pengairan dan Ke-Air-an

Studi dan Perencanaan Jaringan Irigasi.

Studi dan Perencanaan Konservasi Sumber Air

Studi dan Perencanaan Pengen-dalian Banjir

Perencanaan Dan Pengawasan Konstruksi lainnya (Bangunan Air lainnya)

Studi dan Perencanaan Reklamasi Rawa

Studi dan perencanaan peman-faatan air tanah

Studi dan perencanaan pembangunan bendung dan bendungan

8. Pariwisata

Perencanaan dan perancangan tapak kawasan untuk kegiatan pariwisata

Studi dan perencanaan pengem-bangan pariwisata

3|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

dan

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

Studi dan perencanaan sarana dan prasarana untuk menunjang pelaksanaan


kepariwisataan

Studi potensi pariwisata dan pengembangannya

9. Teknik Lingkungan Dan AMDAL

Studi dan Perencanaan Prasarana Air Minum.

Studi dan Perencanaan Prasarana Dan Pengelolaan Air Limbah.

Studi dan perencanaan penataan lingkungan

Analisa dampak lingkungan untuk berbagai kegiatan pembangunan

UKL dan UPL

10. Penataan Kota Dan Wilayah

Rencana Induk Wilayah

Rencana Induk Kota

Rencana Detail/Teknis Kawasan

Penataan Kawasan Khusus

Pengembangan Kawasan Wisata

Pengembangan Kawasan Industri

Pengembangan Infrastruktur

Pengembangan Transmigrasi

11. Telematika

Sistem Informasi Manajemen

Studi kelayakan Penerapan Sistem Informasi

Pengembangan dan pemeliharaan sistem aplikasi

Pelatihan

12. Pertambangan Dan Energi

Studi Kelayakan Eksplorasi

Studi Pembangkit Energi

Perencanaan Pembangkit Energi

4|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
13. Survai Dan Pemetaan

Pemetaan Teritis dan Titik Triangulasi

Survei Controlled Foto

Pengukuran Level

GIS

14. Bantuan Teknis Sektor Ekonomi & Teknis Dalam Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan Ekonomi Mikro

Pemberdayaan dan Peningkatan Kemampuan Masyarakat

A.3. ORGANISASI PERUSAHAAN


Dalam Menjalankan roda perusahaan, PT. ARENCO CENTRA ditangani oleh profesional
yang miliki kualitas teknis dan managemen perusahaan yang handal.
Struktur Organisasi PT. ARENCO CENTRA memiliki struktur/jenjang dan kewenangan
yang saling mendukung demi tercapainya visi, misi dan tujuan perusahaan.
Sebagaimana hal yang cantum dalam latar belakang perusahaan, dimana konsultan PT.
ARENCO CENTRA juga memiliki misi sosial, maka dalam operasional teknis diperlukan
divisi yang relevan dengan misi sosial tersebut, yaitu divisi pengembangan dan hubungan
masyarakat

5|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
Struktur Organisasi Perusahaan PT. ARENCO CENTRA
Komisaris

Direktur Utama

Direktur Operasi

Kepala Divisi
Teknik
Ka. Sub. Div.
Perencanaan Dan
Sistem Informasi
Ka. Sub Div. Design &
Supervisi

Kepala

Divisi

Kepala Divisi

Administrasi

Pengembangan

Dan Keuangan
Ka. Sub. Div.
Administrasi Proyek.
Ka. Sub. Div.
Keuangan

& Humas
Ka. Sub. Div. Riset Dan
Pemgemb.
Ka. Sub. Div.Hubungan
Masyarakat

6|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

BAB - B
Pengalaman Perusahaan Dalam 10 (sepuluh) Tahun
Terakhir

Dalam perjalanan waktu selama kurang-lebih 10 tahun terakhir, berbagai macam pekerjaan
telah ditangani perusahaan dengan mengerahkan segala kemampuan dan komitmen
profesional. Jenis-jenis pekerjaan yang ditangani meliputi survei lapangan, perencanaan dan
perancangan teknis, serta supervisi.

7|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

BAB - C
URAIAN PENGALAMAN KERJA SEJENIS 10
(SEPULUH) TAHUN TERAKHIR

8|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

URAIAN TANGGAPAN TERHADAP KERANGKA


ACUAN KERJA DAN PERSONIL/FASILITAS
PENDUKUNG DARI PPK

A. Tanggapan Terhadap Latar Belakang


Paparan latar belakang mengenai Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan
Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon ini, sudah
dipahami oleh Konsultan dan akan mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.

B. Tanggapan terhadap Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi
Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon ini, sudah dipahami
oleh Konsultan dan akan berusaha mencapainya dengan baik.

C. Tanggapan Terhadap Sasaran


Konsultan sudah memahami sasaran yang dimaksudkan dari Analisa Dampak (Positif
dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit,
Nikel dan Zirkon ini dan akan berusaha menjalankan setiap tahapan dalam kegiatan ini
agar mendukung pencapaian sasaran tersebut.

9|Dokumen Usulan Teknis PT. Arenco Centra 2014

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
D. Tanggapan Terhadap Ruang Lingkup
Konsultan sudah memahami ruang lingkup Analisa Dampak (Positif dan Negatif)
Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon
ini dan akan melaksanakannya dengan baik dalam rangka pencapaian maksud, tujuan,
dan sasaran kegiatan.

E. Tanggapan Terhadap Lokasi


Konsultan memahami adanya penetapan lokasi Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan
Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel
dan Zirkon yaitu Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Sulawesi
Tenggara, dan Provinsi Kalimantan Tengah. Konsultan akan melaksanakan proses
pengumpulan data tersebut secara efektif dan efisien.

E. Tanggapan Terhadap Jadwal Kegiatan


Konsultan sudah memahami jadwal pelaksanaan Analisa Dampak (Positif dan Negatif)
Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon
ini dan akan memenuhi pelaksanaannya dengan baik.

F. Tanggapan Terhadap Personil


Konsultan memahami dibutuhkannya tenaga ahli baik utama maupun penunjang yang
memiliki kualifikasi tertentu dalam kegiatan ini dan Konsultan memenuhinya sesuai
keinginan pemberi kerja baik secara kuantitas maupun kualitas.

10 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

G. Tanggapan Terhadap Fasilitas Pendukung


Konsultan memahami diperlukannya fasilitas pendukung dalam Kegiatan Analisa
Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral
Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon sebagai bagian untuk membantu kelancaran
pelaksanaannya.

11 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

BAB - E
PENDEKATAN, METODOLOGI DAN
PROGRAM KERJA

A. PENDAHULUAN
Bagi Indonesia, keberadaan sektor pertambangan masih strategis dan bagi
daerah yang kaya sumberdaya pertambangannya merupakan tulang punggung
pendapatan daerah. Kegiatan industri pertambangan telah mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi sebagian masyarakat dengan meningkatnya pendapatan sehingga
mendapatkan kesempatan yang lebih besar terhadap pendidikan dan peningkatan
standar kehidupan yang lebih baik. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara mengandung pokok-pokok pikiran sebagai
berikut:
1. Mineral dan batubara sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh
negara

dan

pengembangan

derta

pendayagunaannya

dilaksanakan

oleh

Pemerintah dan pemerintah daerah bersama dengan pelaku usaha;


2. Pemerintah selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang
berbadan hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat
setempat untuk melakukan pengusahaan mineral dan batubara berdasarkan izin,
yang sejalan dengan otonomi daerah, diberikan oleh Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing;
3. Dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah, pengelolaan
pertambangan

mineral

dan

batubara

dilaksanakan

berdasarkan

12 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

prinsip

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi yang melibatkan pemerintah dan
pemerintah daerah;
4. Usaha pertambangan harus memberi manfaat ekonomi dan sosial yang sebesarbesar bagi kesejahteraan rakyat Indonesia;
5. Usaha pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan
mendorong kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kesil dan menengah serta
mendorong tumbuhnya industri penunjang pertambangan; dan
6. Dalam

rangka

terciptanya

pembangunan

berkelanjutan,

kegiatan

usaha

pertambangan lingkungan hidup, transparansi, dan partisipasi masyarakat.

Pentingnya peningkatan nilai tambah dari pemanfaatan mineral nasional telah


menjadi kesadaran bersama berbagai pihak dewasa ini. Pada tingkat normatif Pasal 33
UUD 45 telah mengamanatkan penguasaan kekayaan mineral oleh negara untuk
kemakmuran rakyat. Meskipun demikian, pada tataran yang lebih operasional terdapat
berbagai pandangan tentang bagaimana mengimplementasikan cita-cita tersebut.
Menurut Pasal 93 PP 23 tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Kegiatan Pertambangan
Mineral dan Batubara dinyatakan bahwa kegiatan peningkatan nilai tambah dapat
dilaksanakan secara langsung ataupun bekerjasama dengan perusahaan pemegang IUP
dan IUPK. Dengan kebijakan ini diharapkan terjadi peningkatan nilai tambah dan produk
jadi yang lebih besar daripada ekspor produk mentah. Diharapkan pula mendorong
investasi baru di sektor pengolahan dan pemurnian konsentrat. Kebijakan ini diharapkan
pula meningkatkan ketersedian bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja dan
peningkatan Penerimaan Negara.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah pengolahan mineral melalui
UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dan Permen ESDM
No. 7 Tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral dilakukan dengan adanya
13 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
kewajiban pengolahan dan/atau pemurnian mineral logam tentunya akan memberikan
dampak baik positif dan negatif bagi kegiatan pengusahaan pertambangan di Indonesia.
Untuk

mendorong

pengembangan

industri

manufaktur

dalam

negeri,

meningkatkan daya saing produk hilirisasi tambang di pasar regional dan global atau
secara umum meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara dan masyarakat merupakan
nilai positif dari peningkatan nilai tambah. Disisi lain, kewajiban pengolahan dan/atau
pemurnian mineral logam tersebut juga akan memberikan dampak negatif baik yang
bersifat sementara atau jangka panjang bagi kegiatan pengusahaan pertambangan di
Indonesia terutama dari sektor penerimaan negara dan daerah, investasi, hukum,
lingkungan dan dampak sosial terhadap masyarakat pertambangan.

B. DASAR HUKUM
Undang Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara.
Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2012 juncto Permen ESDM No.11/2012
juncto Permen ESDM No.20/2013 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
dengan Pengolahan dan Pemurnian Mineral.
Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 18 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.

C. PENDEKATAN KEGIATAN
C.1 Kontribusi Sumber Daya Alam dan Mineral Indonesia
Berdasarkan data yang dimiliki Indonesia Mining Asosiation (IMA), Indonesia
menduduki peringkat ke-6 terbesar untuk negara-negara yang kaya akan sumber daya
14 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
tambang. Sebagai gambaran, berdasarkan data United States Geological Survey (USGS)
atau Badan Survei Geologi Amerika Serikat, cadangan emas Indonesia sekitar 2,3 persen
dari cadangan emas dunia. Dengan cadangan sebesar ini, Indonesia menduduki peringkat
ke-7 yang memiliki potensi emas terbesar di dunia. Sedangkan, produksi emas Indonesia
sekitar 6,7 persen dari total produksi emas dunia dan menduduki peringkat ke-6 di dunia.
Masih berdasarkan data USGS, untuk cadangan timah, Indonesia menduduki
peringkat ke-5 atau sebesar 8,1 persen dari cadangan timah dunia. Sedangkan, produksi
timah Indonesia menduduki peringkat ke-2 dengan besar produksi 26 persen dari jumlah
produksi timah dunia. Adapun cadangan tembaga Indonesia sekitar 4,1 persen dari
cadangan tembaga dunia dan menduduki peringkat ke-7. Produksi timah Indonesia
mencapai 10,4 persen dari total produksi timah dunia dan merupakan peringkat ke2.Sementara itu, untuk nikel, cadangan nikel Indonesia sekitar 2,9 persen dari cadangan
nikel dunia, dan merupakan peringkat ke-8. Sedangkan, produksinya sebesar 8,6 persen
dari total produksi nikel dunia dan merupakan peringkat ke-4 dunia.
Pada saat ini volume ekspor barang tambang mentah (raw material) rata-rata
mencapai 70 persen dari total produksi barang tambang di Indonesia, dan 30 persen
produksi tambang mineral di Indonesia yang sudah diolah oleh pabrik smelter di dalam
negeri. Tren naik ekspor raw material tersebut juga terekam dalam data yang dilansir
Kementerian Perdagangan. Hingga kuartal I/2013 saja, volume ekspor produk mineral
mentah telah mencapai 30,73 juta ton, meningkat dari realisasi pada periode sama 2012
yang hanya 25,67 juta ton. Dari segi nilai juga terjadi kenaikan 36,21 persen (year on
year) senilai 1,38 miliar dollar AS. Kementerian juga mencatat, pada periode itu
peningkatan ekspor terbesar ada pada bijih tembaga dan konsentratnya, yakni 91,4
persen menjadi 266.064,11 ton atau setara dengan 582,02 juta dollar AS. Berikutnya
ekspor bijih nikel dan konsentratnya naik 61,15 persen menjadi 15,97 juta ton senilai
15 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
467,35 dollar AS disusul bijih besi dan konsentratnya naik 18,16 persen menjadi 4,1 juta
ton atau setara 100,99 dollar AS.
Dilihat dari sisi penerimaan negara, kegiatan ekstraksi dan eksploitasi
sumberdaya alam (SDA) telah memberikan peran penting dalam pembiayaan
pembangunan di Indonesia selama ini. Sebagai gambaran, realisasi penerimaan negara
dalam bentuk Pajak Dalam Negeri yang berasal dari pajak penghasilan (PPh) Migas pada
APBN 2007 adalah sebesar Rp 194,4 milyar dan mencapai Rp 298,2 milyar pada APBN
2010. Disamping penerimaan dari sektor pajak, sektor SDA juga memberi kontribusi
pada penerimaan negara melalui komponen Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
Penerimaan PNBP dari SDA pada tahun 2007 sebesar Rp132,9 milyar dan mencapai
168,8 milyar pada tahun 2010.
Di samping memberi kontribusi kepada penerimaan pemerintah pusat, kegiatan
sektor SDA juga memberi kontribusi bagi pendapatan pemerintah daerah. Sesuai dengan
kebijakan desentralisasi, setiap pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengatur
daerahnya sendiri. Untuk membangun daerahnya masing-masing, pemerintah daerah
mengandalkan penerimaan dalam APBD dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
transfer pemerintah pusat dalam bentuk dana perimbangan. Demi peningkatan PAD,
pemerintah daerah umumnya berupaya meningkatkan target penerimaan melalui sumbersumber yang potensial. Untuk sektor pertambangan, sumber PAD tersebut dapat berasal
dari retribusi daerah, seperti retribusi bahan galian C yang merupakan produk
pertambangan dan penggalian. Hingga saat ini belum tersedia informasi yang lengkap
tentang besarnya pendapatan daerah yang berasal dari sektor pertambangan. Namun
demikian dapat diduga bahwa sektor pertambangan dan penggalian memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian daerah.

16 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
Selain memberikan kontribusi terhadap penerimaan negara, kegiatan ekonomi di
sektor SDA, khususnya minerba, juga memberikan kontribusi pada sektor riil
perekonomian. Setiap peningkatan permintaan akhir terhadap komoditas yang dihasilkan
oleh sektor minerba dalam bentuk konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan
ekspor- akan meningkatkan output perekonomian secara keseluruhan melalui mekanisme
pengganda output (output multiplier). Hal ini disebabkan kegiatan di sektor minerba
memiliki keterkaitan dengan sektor hulu (backward linkage) dan sektor hilir atau
pengolahan (forward linkage). Di samping itu, setiap peningkatan permintaan akhir dapat
mengakibatkan peningkatan kesempatan kerja (employment multiplier) dan pada
gilirannya akan mendorong peningkatan pendapatan rumah tangga (income multiplier).

C.2 Dasar Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Mineral


Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945) Pasal 33
ayat (3), disebutkan bahwa seluruh kekayaan alam dimiliki oleh negara dan
dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal ini memberi arti bahwa
kekayaan sumber daya mineral yang ada di Indonesia, harus dimanfaatkan
semaksimalnya untuk kesejahteraan rakyat.
Dasar Hukum pengelolaan sumber daya alam menyatakan bahwa pada
pengelolaan lingkungan akan berhadapan dengan hukum sebagai sarana pemenuhan
kepentingan. Berdasarkan kepentingan-kepentingan lingkungan yang bermacam-macam
dapat dibedakan bagian-bagian hukum lingkungan:

Hukum Bencana (Ramperenrecht);

Hukum Kesehatan Lingkungan (Milieuhygienerecht);

Hukum tentang Sumber Daya Alam (Recht betreffende natuurlijke


rijkdommen) atau Hukum Konservasi (Natural Resources Law);

17 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

Hukum tentang Pembagian Pemakaian Ruang (Recht betreffende de verdeling


van het ruimtegebruik) atau Hukum Tata Ruang;

Hukum Perlindungan Lingkungan (Milieu beschermingsrecht)

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Hukum SDA merupakan bagian dari Hukum
Lingkungan.

Hukum

Lingkungan

menyangkut

penetapan

nilai-nilai

(waardenbeoordelen), yaitu nilai-nilai yang sedang berlaku dan nilai-nilai yang


diharapkan diberlakukan di masa mendatang serta dapat disebut hukum yang mengatur
tatanan lingkungan hidup. Dengan demikian Hukum Lingkungan adalah hukum yang
mengatur hubungan timbal balik antara manusia dengan mahluk hidup lainnya yang
apabila dilanggar dapat dikenankan sanksi.
Melihat kondisi semakin tingginya ekspor raw material sekarang ini
memunculkan kebijakan baru dalam perundang-undangan pengelolaan sumber daya alam
yaitu tertuang dalam Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan
mineral dan batubara, termasuklah didalamnya kebijakan tentang hilirisasi tambang,
dimana mineral hasil tambang tidak boleh untuk diekspor dalam bentuk barang mentah
mulai tahun 2014.
Melaksanakan

progam

hilirisasi

industri

secara

substansial

dan

menumbuhkembangkannya bukan perkara mudah. Secara material, negeri ini harus


memiliki industri dasar yang kuat sebagai industri pendukung yang mengolah bahan
mentah menjadi bahan baku atau penolong atau barang setengah jadi atau yang
menghasilkan energi bagi keperluan industri.

Dengan demikian, hilirisasi perlu

didukung oleh adanya industri dasar yang efisien. Apalagi hilirisasasi industri yang
diarahkan menghendaki tercapainyai tujuan strategis, antara Iain mengurangi
ketergantungan impor dan penguatan struktur industri. Lalu secara ideal progam hilirisasi
industri hanya akan terwujud dalam jangka panjang bilamana pemerintah dapat
18 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
mengembangkan kebijakannya dalam dua area besar, yaitu kebijakan pengembangan
industri dasar sebagai industri pendukung dan kebijakan industri hilirnya sendiri.
Selain itu, industri-industri dasar yang tumbuh harus bisa beroperasi pada skala produksi
yang optimal. Artinya bila kebutuhan di dalam negerinya sudah terpenuhi, maka
sebagian dari produksinya harus diperbolehkan untuk di ekspor.

C.3 Kebijakan Program Hilirisasi Mineral


Sebagai komoditas tak terbarukan, komoditas tambang perlu dikelola secara bijak
dengan menerapkan prinsip berkelanjutan. Oleh karena itu, pengelolaannya harus
dilakukan seoptimal dan seefisien mungkin. Peningkatan nilai tambah pertambangan
juga erat kaitannya dengan upaya peningkatan penerimaan negara dan pengembangan
masyarakat lokal. Dalam tiga tahun terakhir setelah UU No. 4 Tahun 2009 diterbitkan,
ekspor bijih mineral meningkat secara besar-besaran. Misalnya, ekspor bijih nikel
meningkat sebesar 800%, bijih besi meningkat 700%, dan bijih bauksit meningkat 500%.
Oleh karena itu, guna menjamin ketersediaan bahan baku untuk pengolahan dan
pemurnian mineral di dalam negeri dan mencegah dampak negatif terhadap lingkungan,
maka mutlak diperlukan adanya pengendalian ekspor bijih mineral.
Sehubungan dengan upaya untuk mewujudkan peningkatan nilai tambah terutama
untuk komoditas mineral, pada tanggal 16 Februari 2012 telah diterbitkan Peraturan
Menteri ESDM Nomor 07 tahun 2012 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral. Kemudian pada tanggal 16 Mei
2012 dilakukan perubahan dengan diterbitkannya Peraturan Menteri ESDM No, 11
tahun 2012. Penerbitan Peraturan tersebut yang sudah ditindaklanjuti dengan Permendag
Nomor: 29/M-DAG/PER/5/2012 tentang Ketentuan Ekspor Pertambangan dan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor: 75/PMK.011/2012 tentang Penetapan Barang Ekspor yang
19 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
dikenakan Bea Keluar dan Tarif Bea Keluar. Munculnya kebijakan tersebut merupakan
upaya pemerintah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sehingga hilirisasi minerba
dapat dilaksanakan.
Walaupun kontribusi sektor minerba dalam paparan sebelumnya terlihat cukup
besar, namun sebenarnya sektor ini memiliki potensi kontribusi yang lebih tinggi lagi
jika terdapat nilai tambah yang lebih melalui proses pengolahan di dalam negeri. Yang
dimaksud dengan peningkatan nilai tambah adalah pengolahan menjadi produk yang
lebih hilir sepanjang rantai nilai. Peningkatan nilai tambah melalui proses pengolahan
tersebut mewakili semangat dalam UU No 4 tahun 2009 yang mengamanatkan kegiatan
pertambangan melakukan peleburan dan pemurnian mineral dan Permen ESDM No. 7
Tahun 2012 yang mengharuskan pengolahan dan pemurnian sampai tahap tertentu
sebelum mineral dapat diekspor. Selain meningkatkan nilai tambah, langkah ini juga
memiliki semangat keberpihakan dan pengembangan industri pengolahan dalam negeri
dan upaya untuk memanfaatkan kekayaan alam serta memberikan perlindungan lebih
kepada lingkungan. Keberpihakan pada industri dalam negeri masih sangat dibutuhkan,
salah satunya dalam bentuk tersedianya sumber daya minerba yang dapat memperkuat
industri nasional. Meskipun demikian, dalam implementasinya semangat ini mungkin
menemui hambatan dan trade-off seperti menurunnya nilai produksi dan ekspor
pertambangan dalam jangka pendek dan ketidaksiapan industri hilir domestik.
Di tengah berbagai kendala program hilirisasi industri tambang ini, program
tersebut pantang untuk dimundurkan, karena kebijakan ini sangat penting dan strategis
bagi Indonesia. Seiring gejolak yang saat ini sedang menghantui perekonomian dalam
negeri dimana defisit neraca perdagangan luar negeri semakin lebar, nilai tukar rupiah
yang semakin melemah terhadap dollar Amerika (USS), dan indikator makro ekonomi

20 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
yang melemah, penundaan untuk menunda penghentian ekspor mineral mentah di 2014
tidak boleh diakomodasi.

2.5 Dampak Kebijakan Hilirisasi Mineral


Hilirisasi sektor pertambangan merupakan upaya untuk meningkatkan nilai kadar
dari suatu bahan galian dan salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan
Pengolahan Bahan Galian. Pengolahan Bahan Galian merupakan proses pemisahan
mineral berharga dari mineral tidak berharga (gangue), yang dilakukan secara mekanis,
menghasilkan produk yang kaya mineral berharga (konsentrat) dan produk yang
mineralnya berkadar rendah (tailing). Proses pemisahan ini didasarkan atas sifat fisik
mineral maupun sifat kimia fisika permukaan mineral dan diupayakan menguntungkan.
Kebijakan hilirisasi industri mendorong agar semakin banyak proses pengolahan
barang mentah dilakukan di Indonesia, sehingga keuntungan dalam bentuk penyerapan
tenaga kerja, pendapatan pajak dan lain-lain dinikmati oleh mereka yang berada di
Indonesia. Studi mendalam diperlukan untuk benar-benar mengukur besarnya potensi
keuntungan dari program hilirisasi industri. Namun demikian contoh sederhana manfaat
hilirisasi

industri

dapat

terlihat

dari

ekspor

bijih

tembaga,

di

mana

jika menjual bijih tembaga, maka jumlah tenaga kerja yang diperlukan serta pendapatan
pajak yang diperoleh hanya sedikit saja, namun jika menjual tembaga yang sudah
diproses, maka jumlah tenaga kerja yang terserap dan pendapatan pajak akan jauh lebih
tinggi. Selisih nilai tambah tersebut akan gagal ikut bersirkulasi dalam sistem ekonomi
kita, jika masih mengandalkan struktur ekonomi tradisional yakni hanya mengekspor
bahan mentah. Jika program hilirisasi industri berhasil diberlakukan, maka secara
jangka menengah dan panjang dampak positifnya tidak hanya meningkatkan

21 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
pertumbuhan ekonomi, tetapi juga akan mampu mengurangi defisit perdagangan dan
menjaga nilai Rupiah yang belakangan fluktuatif terhadap dolar Amerika Serikat.
Namun pemberlakuan hilirisasi mineral membutuhkan investasi tinggi, termasuk
ketersediaan energi yang besar, seperti pembangunan smelter (fasilitas pengolah barang
tambang mentah menjadi bernilai tambah) tentu membutuhkan investasi besar. Selain
itu smelter untuk tembaga, besi, nikel, dan emas terkenal sangat boros energi.
Diperlukan harmonisasi antar berbagai kebijakan, terutama kebijakan di sektor
investasi, ekspor, perbankan, transportasi, energi, termasuk fiskal agar produsen energi
lebih tertarik untuk menjual mineral ke dalam negeri untuk menjamin ketersediaan
pasokan energi. Seluruh investasi dan besarnya energi itu akan terbayar dengan hasil
yang besar pula, tidak hanya bagi pengusaha selaku eksportir namun juga bangsa yang
pada gilirannya berdampak positif bagi rakyat. Untuk perusahaan, hilirisasi industri
biaya produksi justru akan menurun karena akan terdapat potensi penghematan luar
biasa salah satunya biaya transportasi, misalnya biaya transportasi untuk mengekspor
bijih tembaga atau emas, sudah pasti jauh lebih mahal daripada biaya untuk
mengangkut emas dan tembaga batangan. Indonesia sebagai negara penghasil mineral
dengan cadangan yang cukup besar, juga akan dimudahkan dengan biaya mengangkut
energi yang lebih murah jika fasilitas smelter ada di dalam negeri, bukan di luar negeri.
Masih berlangsungnya praktik pungutan liar terhadap pelaku industri, sulitnya
pembebasan lahan industri, korupsi dan lain-lain, maka secara realistis akan sulit
mewujudkan hilirisasi industri. Pemerintah juga perlu memberikan kepastian hukum
dalam investasi bidang industri, karena selama ini investasi yang diperlukan untuk
mendukung hilirisasi industri seperti pembangunan smelter, yakni investasi jangka
panjang bernilai miliaran rupiah. Tanpa adanya insentif dan kepastian hukum maka
para investor akan enggan berinvestasi. Selain itu, kebijakan hilirisasi yang tidak
22 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
terkelola baik memungkinkan untuk terjadinya potensi penurunan pertumbuhan
ekonomi nasional maupun daerah penghasil komoditas mineral yang dampak dari
turunnya NTB yang dihasilkan oleh sektor Pertambangan dan Penggalian. Demikian
juga dengan angka pengangguran yang mungki terjadi karena pemberlakuan larangan
ekspor raw material akan mengakibatkan perusahaan pertambangan terpaksa menutup
operasinya dan menyebabkan tidak dapat menyalurkan sebagian besar hasil
produksinya, juga dengan industri hilir pertambangan juga terpaksa harus
menghentikan operasinya karena tidak mendapatkan pasokan konsentrat tembaga dari
industri hulunya. Potensi dampak kerugian dapat sangat besar adalah kemungkian
terjadinya penurunan luar biasa pada neraca perdagangan luar negeri akibat turunnya
nilai ekspor yang berasal dari sektor Pertambangan.
Untuk mengetahui gambaran dampak kebijakan hilirisasi mineral, diperlukan
evaluasi dampak (positif dan negatif) yaitu melalui identifikasi dampak positif
(Manfaat) dan dampak negatif (Biaya) dalam pelaksanaan hilirisasi mineral tersebut.
Dari

uraian

di

atas

sebelumnya,

maka

secara

garis

besar

dampak

dari

pengolahan/pemurnian komoditi tambang (hilirisasi) dapat dikelompokkan dalam


menjadi 2 (dua) bagian yaitu dampak langsung dan dampak tidak langsung.
1.DAMPAK LANGSUNG
yaitu dampak langsung yang dialami oleh obyek pelaksana kebijakan hilirisasi
industri mineral yang dalam hal ini adalah perusahaan pertambangan. Beberapa
dampak yang terjadi dengan adanya hilirisasi mineral antara lain :
A. Dampak Positif
1. Secara Ekonomis
a. Mengurangi ongkos angkut tiap ton logam dari lokasi pengolahan ke
pabrik peleburan, karena sebagian mineral tidak berharga (waste
23 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
mineral) telah terbuang selama proses pengolahan dan kadar bijih sudah
ditingkatkan.
b. Mengurangi jumlah Flux yang ditambahkan dalam proses peleburan serta
mengurangi metal yang hilang bersama Slag.
c. Mengurangi biaya peleburan tiap ton logam yang dihasilkan, sebab dalam
peleburan tonase logam yang dihasilkan lebih banyak (dalam waktu
yang sama) bila dibandingkan dengan peleburan tanpa diawali dengan
Pengolahan Bahan Galian.
2. Secara Teknis
a. Pengolahan Bahan Galian akan menghasilkan konsentrat yang
mempunyai kadar mineral berharga relatif tinggi, sehingga lebih
memudahkan untuk mengambil metalnya.
b. Ada kemungkinan konsentratnya mengandung lebih dari satu mineral
berharga, sehingga ada kemungkinan dapat diambil logam yang lain
sebagai hasil sampingan.
B. Dampak Negatif
1. Secara Teknis
Analisis dampak negatif yang terjadi berkaitan dengan adanya proses
Pengolahan Bahan Galian (PBG) antara lain dapat terjadi pada tahap-tahap
preparasi maupun tahap konsentrasi. Tahap-tahap tersebut yaitu:
a. Pengecilan ukuran / Kominusi (Cominution), Pada tahap ini belum ada
bagian bahan galian yang sengaja dibuang. Kalau prosesnya kering, yang
timbul adalah debu yang lolos di sekitar titik-titik perpindahan (transfer

24 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
points) material. Oleh sebab itu di daerah tersebut agar ditutup dan
dipasangi pengisap debu (dust collector). Tetapi jika prosesnya basah,
biasanya tak ada masalah, kecuali ceceran-ceceran lumpur (slurry) di titiktitik perpindahan. Berarti dampak negatifnya tidak ada.
b. Pemisahan berdasarkan ukuran butir (Sizing), Pada tahap sizing belum
ada bagian dari proses yang disengaja dibuang, sehingga dampak
negatifnya juga tidak ada.
c. Peningkatan kadar atau konsentrasi (Concentration), Produk dari
proses konsentrasi adalah :

Konsentrat yang harus ditangani dengan sebaik-baiknya jangan ada yang


tertumpah, karena mengandung mineral berharga dengan kadar tinggi.

Amang (middling) harus diproses lebih lanjut untuk menangkap sisasisa mineral berharga yang masih dikandungnya.

Ampas (tailing) yang harus dibuang dan banyak menimbulkan masalah


pencemaran lingkungan lebih-lebih bila mengandung bahan-bahan
berbahaya dan beracun. Tetapi kadang-kadang ampas bisa berguna bila
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengisi (filling material) lubang-lubang
bekas penambangan.

d. Pengurangan kadar air (Dewatering), Pada proses PBG yang harus


diwaspadai adalah pencemaran karena pembuangan air, dan belum tentu
air buangan itu sudah bersih dan jernih, sehingga perlu dipersiapkan
kolam pengendap (settling pond) untuk mengurangi jumlah padatan yang
terkandung dalam air buangan sebelum dialirkan ke badan air bebas. Jika
dalam proses pengeringan (drying) ada gas-gas berbahaya atau beracun
25 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
yang menguap (CO, NO2, CN, dll), maka ventilasi pabrik pengolahan
harus baik . Disamping itu para pekerja juga harus memakai penutup
hidung (masker).
e. Penanganan material (Material handling), Dalam PBG yang terpenting
dan tersulit adalah penanganan ampas (tailing) agar jangan sampai
mencemari dan merusak lingkungan hidup. Penanganan yang baik adalah
bila tailing tersebut dapat dikembalikan ke bekas lubang penambangan,
walaupun kadang- kadang dapat mencemari air tanah bila ampas tersebut
mengandung bahan berbahaya dan beracun, karena bahan beracun tersebut
dapat menembus ke lapisan batuan di sekeliling lubang bekas tambang.
Tailing harus dibuang ke daerah penampungan yang berbentuk tandon
(cekungan atau kolam atau bendungan) supaya tailing tersebut tidak
menyebar ke daerah yang luas, sehingga merusak daerah tersebut. Kondisi
flora dan fauna menjadi musnah untuk jangka waktu yang lama sehingga
menyebabkan upaya reklamasinya menjadi sulit dan memakan waktu
yang lama juga. Tailing yang langsung dibuang ke sungai akan merusak
ekosistem sungai dan daerah aliran sungai (DAS) tersebut, karena volume
tailing yang dibuang sangat besar.
2. Secara Ekonomi
Ada beberapa dampak negatif yang mungkin timbul yaitu :
a.

Biaya tinggi untuk pembangunan pabrik pengolahan/pemurnian


(smelter)

b.

Biaya

yang

dikeluarkan

untuk

kegiatan

pembuangan

pengolahan/pemurnian

26 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

limbah

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
c.

Biaya peningkatan kesempatan kerja atau pencegahan terjadinya


pemutusan hubungan kerja (pengangguran)

2. DAMPAK TIDAK LANGSUNG


yaitu dampak secara tidak langsung yang muncul karena adanya hilirisasi mineral.
Kesulitan mengukur nilai dampak ini dapat diatasi melalui identifikasi dampak
ekonomi sektor minerba (khususnya mineral) melalui analisis dengan pendekatan
Model Input-Output (IO). Analisis Model IO dapat menghasilkan karakteristik
sektor minerba seperti (a) backward linkage, (b) forward linkage, (c) output
multiplier, (d) employment multiplier, dan (e) income multiplier. Disamping itu,
model IO dapat digunakan untuk menduga dampak ekonomi yang timbul dari
perubahan permintaan akhir yang disebabkan oleh konsumsi, investasi,
pengeluaran pemerintah, dan ekspor. Model IO akan digunakan untuk
membandingkan manfaat ekonomi dari beberapa kondisi atau skenario
pengendalian ekspor, yaitu; (a) keseluruhan produksi bahan mentah minerba
diekspor, (b) sebagian bahan mentah minerba dihambat ekspornya, dan (c) seluruh
bahan minerba tidak boleh diekspor dalam bentuk mentah dan harus diolah terlebih
dahulu.
Besar atau kecilnya dampak ekonomi dari kegiatan usaha di suatu sektor
sangat tergantung dari keterkaitan sektor tersebut dengan sektor-sektor ekonomi
lainnya. Keterkaitan produksi terdiri dari keterkaitan ke hulu (backward linkage) dan
keterkaitan ke hilir (forward linkage). Keterkaitan ke hulu suatu sektor adalah
terdorongnya produksi bahan-bahan yang digunakan sebagai input oleh sektor yang
bersangkutan. Sementara keterkaitan ke hilir adalah terdorongnya produksi di sektorsektor lain yang memakai output sektor yang bersangkutan sebagai input.

27 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
D. METODOLOGI
Pelaksanaan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor
Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon ini menggunakan analisis
deskriptif-kualitatif, di mana data dan informasi yang diperoleh, selanjutnya dianalisis
untuk diketahui keterkaitannya dengan kajian ini sehingga pada akhirnya ditarik suatu
kesimpulan.

Analisa dampak (positif dan negatif) kebijakan hilirisasi sektor

pertambangan mineral komoditas bauksit, nikel, dan zirkon disusun untuk mengetahui
secara seksama akibat dan efek yang paling dominan terjadi dari berlakunya aturan
hilirisasi sektor pertambangan. Kajian ini lebih banyak bersifat desk study yang
dikombinasikan dengan data kunjungan lapangan, sehingga data analisis ini bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Adapun tahapan-tahapan dalam menyusun analisis adalah :
a. Studi literatur
Mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dari berbagai sumber literatur,
mempelajari regulasi yang terkait serta berbagai data referensi yang mendukung
kajian sehingga diperoleh informasi secara mendalam terhadap topik analisis yang
dilakukan. Tahapan ini penting untuk mendapatkan pemahaman awal secara
mendalam sebelum melakukan kunjungan lapangan.
b. Observasi Lapangan
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang relevan di masing-masing
daerah, khususnya di Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi
Sulawesi Tenggara, dan Provinsi Kalimantan Tengah terkait dampak nyata dari
diberlakukannya kebijakan hilirisasi komoditi tambang.

28 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
c. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk melihat secara lansung respon dari stakeholder,
diantaranyaPemerintah Daerah, perusahaan tambang yang sudah beroperasi serta
masyarakat lokal terkait dampak diberlakukannya kebijakan hilirisasi komoditi
tambang. Tahapan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendapatkan masukan dan
saran dalam sehingga diperoleh informasi yang akurat.
d. Penyebaran Kuisioner
Melengkapi data yang diperoleh dari wawancara, maka dilakukan penyebaran
kuisioner yang akan diolah untuk mengetahui faktor-faktor yang terkena dampak dari
kebijakan hilirisasi komoditi tambang. Responden utama kuisioner adalah perusahaan,
investor bidang pertambangan, pemerintah daerah dan masyarakat lokal.
f. Diskusi Pakar dan Workshop
Diskusi dengan para pakar dan` melaksanakan workshop terbatas diantara anggota
tim dan beberapa narasumber untuk membahas secara akademis terkait dengan data
dan fenomena yang

ditemukan. Tahapan ini penting agar kajian lebih terarah dan

mendapatkan masukan berharga dalam membuat laporan hasil analisis.

Dalam melaksanakan kajian, Konsultan akan menjalankannya sesuai dengan


metodologi yang sudah ditetapkan yaitu terdiri dari beberapa tahap :
1. Persiapan, yang berisi :Pemahaman yang sama mengenai maksud, tujuan, dan
ruang lingkup kegiatan kajian. Hal ini dilakukan melalui kesamaan kajian dasar atas
teori.

29 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
2. Pengumpulan data, Kegiatan yang dilakukan adalah dalam pengumpulan data
Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan
Mineral Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon yang meliputi:
Teknik Pengumpulan Data, yaitu dengan cara :

Tidak langsung, yaitu melalui studi literature/pustaka dan studi terkait lainnya.

Langsung,

yaitu

melalui

kunjungan

ke

perusahaan

yang

sudah

ditentukan. Kriteria data yang dibutuhkan yang terkait dengan kegiatan


ini yaitu antara lain data IUP Tahap Operasi Produksi komoditas bauksit,
nikel dan zirkon.
3. Pengolahan Data. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini meliputi kajian dan
analisa terhadap keseluruhan data yang diperoleh. Kegiatan kajian dan analisis data
ditekankan pada Analisis Kajian yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran nyata
mengenai dampak kebijakan hilirisasi sektor pertambangan mineral di beberapa
lokasi kunjungan.
4. Rekapitulasi hasil. Kegiatan yang dilakukan adalah merangkum seluruh hasil
kegiatan evaluasi yang sudah dilakukan yaitu dengan Interpretasi hasil analisis
dari pengolahan data lapangan yang dikumpulkan dengan deskripsi secara dalam,
lengkap, dan tajam sehingga menghasilkan kesimpulan yang baik dan benar.
5.

Menyusun laporan akhir berdasar semua hasil Kegiatan Analisa Dampak (Positif
dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit,
Nikel dan Zirkon.

30 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
D.1 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi
Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel dan Zirkon yang akan
dilaksanakan adalah :
a.

Melakukan pengumpulan data IUP Tahap Operasi Produksi mineral logam


komoditas bauksit, nikel, dan zirkon.

b.

Melakukan pengkajian data kuantitatif dan kualitatif dari IUP Tahap Operasi
Produksi mineral logam komoditas bauksit, nikel dan zirkon.

c.

Kunjungan ke lapangan.

d.

Evaluasi hasil identifikasi data.

e.

Pembuatan laporan.

D.2 KELUARAN

Keluaran dari kegiatan ini adalah tersedianya laporan Kegiatan Analisa Dampak (Positif
dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit,
Nikel dan Zirkon di dalam negeri.

31 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
Lampiran Tabel Ringkasan Metodologi
Analisa Dampak (Positif/Negatif) Kebijkan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Tembaga, Timbal dan Seng
No

JenisDampak

Metode Prakiraan Dampak

Data dan Informasi yang Relevan

Metode Pengumpulan

Metode Analisis Data

dan Dibutuhkan

Data

Untuk Prakiraan

Untuk Prakiraan

Geofisik-Kimia
1

Perubahan iklim dan

Menggunakan Model matematis terhadap seberapa

a. Curah hujan

VisitasidanInventarisasi

PerkiraanJumlahPolutan yang

hujan asam

besar kontribusi polutan yang diemisikan dari

b. Tipe Iklim

data daripemegang IUP

masukkedalam system iklim,

sumber-sumber pencemar terhadap kualitas udara,

c. Temperatur

danpotensiterjadihujanasamda

serta pola sebaran dari polutan tersebut.

d. Kelembaban nisbi

nkontribusiterhadap Gas

Sedangkan untuk menghitung laju emisi seperti

e. RencanaPenggunaan BBM

RumahKaca

CO2 dipergunakan rumus berikut :

f. RencanaPembakaran Batubara

Emisi CO2 =Ci x EFi

g. RencanaKualitas Batubara yang


Digunakan

Penurunan kualitas

Menggunakan model matematis untuk mengetahui

a. Panjangdaerahtujuan (s)

VisitasidanInventarisasi

Membandingkanbesarnyadamp

udara

besarnya kontribusi polutan yang diemisikan dari

b. Kecepatanangin (u)

data daripemegang IUP

akterhadapnilaibakumutudanro

sumber-sumber pencemar terhadap kualitas udara,

c. Tinggipencampuran (z)

naawal

serta pola sebaran dari polutan tersebut.

d. Konsumsibahanbakar (Ci)

Dan

Timbulan polutan akibat emisi daripembakaran

e. Faktoremisi CO2

akibatdaribesarnyadampak

BBM dan Batubara dihitung berdasarkan rumus


berikut (Noll, 1977).

Q.s
u. z

daribahanjenis i (EFi)
f. Data rata-rata konsumsi BBM
menurutjeniskendaraan.
g. Diameter partikel (dp)

32 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
Sedangkan untuk menghitung laju emisi seperti

h. Percepatangravitasi (g)

CO2 dipergunakan rumus berikut :

i. Densitaspartikel (1)

Emisi CO2 =Ci x EFi

j. Densitasudara ()

Sebaran dampak debu yang terbentuk diperkirakan

k. Viskositasudara ()

melalui pendekatan berdasarkan hukum Stoke

l. RencanaPenggunaan BBM

untuk pengendapan partikel dalam fluida.

m. RencanaPembakaran Batubara

d p .(1 )
2

vt
3

Peningkatan
kebisingan

18

n. RencanaKualitas Batubara yang

Digunakan

P2 P2
P2
L p total 12 22 n2
P0
P0 P0

a. Intensitas suara sumber 1 (P1)

VisitasidanInventarisasi

Metode statistik untuk

b. Intensitas suara sumber 2 (P2)

data daripemegang IUP

mendapatkan nilai rata-rata

c. Intensitas suara referensi (Po)

tingkat kebisingan di suatu

d. Jarak 1 dari sumber kebisingan

lokassi.

Sumber titik (sumber diam) :

LP2 LP1 20 log

r2
r1

Sumber garis (bergerak) : LP2


4

Hidrologi

(r1)
e. Jarak 2 dari sumber kebisingan
(r2)

LP1 10 log

r2
r

f. Baku mutu untuk kebisingan

Peningkatan debit aliran permukaan

a.

Curah hujan

Q =C.I.A

b.

Jumlah hari hujan

Q=(Cp-Cb).I. A

c.

Koefisien air limpasan per jenis

d.

a. Data sekunder dari


BMG
b. Visitasi dan

bukaan lahan(untuk area

Inventarisasi data

sarana-prasarana)

daripemegang IUP

Luas masing-masing jenis


tataguna lahan

33 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Metode matematis

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
e.

Luas untuk bangunan saranaprasarana.

Peningkatan laju erosi

a.

Volume aliran permukaan (V)

Besarnya laju erosi diperkirakan dengan rumus R-

b.

USLE (Revised Universal Soil Loss Equation)


sebagai berikut :
E = Rm x K x L x S x CP

a.

VisitasidanInventaris

a. Metode RUSLE

Puncak aliran permukaan (Qp)

asi data

b. Kemudian menganalisis

c.

Nilai erodibilitas tanah (K)

daripemegang IUP

perhitungan erosi dengan

d.

Panjang lereng (Lo)

b.

Studi pustaka

cara membandingkan

e.

Kemiringan (s)

c.

Perhitungan.

dengan Kriteria Tingkat

f.

Faktor tanaman (C)

g.

Faktor pengelolaan manusia (P)

h.

Data curah hujan rata-rata

Bahaya Erosi.

bulanan
i.

Hari hujan rata-rata per bulan


(H)

j.

Curah hujan bulanan


maksimum selama 24 jam
dalam 1 bulan (MP)

k.

Data tanah

l.

Peta/data topografi

m. Peta / data penutupan lahan


Kualitas Air Permukaan

a.

TSS

Kualitas badan air penerima setelah bercampur

c.

b.TDS

si data daripemegang

kualitas air permukaan

dengan air limbah kegiatan pengolahan dan

d.

Temperatur

IUP

sebelum dan sesudah

pemurnian diprediksi dengan cara perbandingan

e.

d.pH

b. Studi pustaka

dilakukan pengolahan dan

antara beban (konsentrasi/debit) badan air sebelum

f.

e.DO

c. Perhitungan.

pemurnia.

adanya air limbah dan beban air limbah

g.

BOD

34 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

a. VisitasidanInventarisa

a.

b.

dengan membandingkan

membuat perencanaan

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
(konsentrasi/debit air limbah).

h.

COD

pengelolaan air

Rumus konsentrasi pencampuran di badan air :

i.

Ammoniak

permukaan yang terkena

j.

Fosfat

limbah

k.

Nitrat

l.

Nitrit

Cm

(C a x Q a ) (C b x Q b )
Qa Q b

m. Sulfat
n.

Sulfida

o.

Klorida

p.

Fluorida

q.

Sianida

r.

Mangaan

s.

Besi total

t.

Krom heksavalen

u.

Cadmium

v.

Timbal

w. Seng
x.

Tembaga

y.

Deterjen

z.

Fenol

aa. Arsen
bb. Boron
cc. Minyak dan lemak
dd. Merkuri
Kualitas Air Tanah

a.

TSS

Banyaknyazatpencemarpada tailing yang

c.

TDS

35 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

a. VisitasidanInventaris
asi data

a. dengan membandingkan
kualitas air tanah sebelum

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
akanmasukkedalam system air tanah

d.

Temperatur

e.

pH

b. Studi pustaka

f.

DO

c. Perhitungan.

g.

BOD

pengelolaan air tanah yang

h.

COD

terkena limbah

i.

Ammoniak

j.

Fosfat

k.

Nitrat

l.

Nitrit

m. Sulfat
n.

Sulfida

o.

Klorida

p.

Fluorida

q.

Sianida

r.

Mangaan

s.

Besi total

t.

Krom heksavalen

u.

Cadmium

v.

Timbal

w. Seng
x.

Tembaga

y.

Deterjen

z.

Fenol

aa. Arsen
bb. Boron

36 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

daripemegang IUP

dan sesudah dilakukan


pengolahan dan pemurnia.
b. membuat perencanaan

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
cc. Minyak dan lemak
dd. Merkuri
5

Penurunan

Menggunakan metoda informal, yaitu dengan

Sifat fisik tanah meliputi:

Untuk sifat fisik tanah

Untuk sifat fisik tanah

kesuburan tanah

membandingkan kondisi kualitas tanah pada saat ini

a.Kedalaman solum

menggunakan metode:

menggunakan metode

dengan prakiraan besarnya perubahan yang akan

b. Tekstur

terjadi akibat kegiatan penimbunan Tailing

c. Struktur

(Infiltrasi air tailing ke tanah)

d. Porositas
e. Bobot isi
f. Permeabilitas.
g. Konsistensi
h. Batuan di permukaan
Sifat kimia tanah yang merupakan
hasil tes di laboratoium.

a. Pengamatan
b. Analisis laboratorium
dan pengamatan.
c. Sedangkan untuk sifat
kimia tanah
menggunakan metode:
d. Oksidasi.
e. Analisis laboratorium
f. Perhitungan

analisis:
a. Boring
b. Pemipetan dan deskriptif
c. Deskriptif
d. Gravimetrik
e. Dihitung
f. Penjenuhan. Sedangkan
untuk sifat kimia tanah
menggunakan metode analisis:
a. Walkey & Black
b. Kjeldhl
c.Spektrofotometrik
membanding-kan data hasil uji
kualitas tanah terhadap Tabel
Kriteria Sifat Kimia Tanah dari
Pusat Penelitian Bogor.

Biologi
1

Gangguan vegetasi

Menggunakan metoda informal, yaitu dengan

a.Tipe dan jenis vegetasi.

Metode reconnaissance

Menganalisis data vegetasi

dari kegiatan

membandingkan kondisi kualitas vegetasi pada saat

b. Komposisi dan struktur dari

atau studi pendahuluan

dengan Metode Indeks Nilai

kegiatan

ini dengan prakiraan besarnya perubahan yang akan

komunitas, vegetasi, dan

dan wawancara untuk

Penting (INP)

pembangunan sarana

terjadi akibat kegiatan nilai tambah.

ekosistem yang dilindungi.

mengetahui

37 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
dan prasarana

c. Keadaan tanaman budidaya

keanekaragaman jenis,

meliputi jenis, jumlah, dan

lalu dilanjutkan dengan

diameter batang dan kondisi

sampling vegetasi

pertumbuhannya serta

dengan metode plot

kerapatan, frekuensi, dan

ganda untuk analisis

Dominansinya.

vegetasi lebih lanjut.

Gangguan satwa liar

Membandingkan kondisi kualitas satwa liar pada

a. Jenis satwa liar

dari kegiatan

saat ini dengan prakiraan besarnya perubahan yang

b. Jumlah individu

kegiatan

akan terjadi akibat kegiatan pembangunan sarana

c. Tanda-tanda yang dijumpai

pembangunan sarana

dan prasarana nilai tambah serta menganalisis

seperti jejak, sarang, feces,

dan prasarana

kemungkinan adaptasi satwa liar terhadap

bekas gigitan/cakaran pada

perubahan yang akan terjadi pada habitatnya, yaitu

pohon, suara.

habitat dengan kondisi akibat rencanan kegiatan.

a.

b.

c.

Metode

Metode analisis data dengan

inventarisasi.

cara kuantitatif berdasarkan

Pengamatan secara

tingkat keseringan satwa

kualitatif.

muncul atau teramati,

Wawancara dengan

banyaknya jejeak, sarang,

masyarakat.

kotoran, baik yang ditemukan

d. Kondisi areal tempat

langsung maupun berdasarkan

ditemukannya.

informasi dari penduduk.

e. Penyebaran satwa liar


f. Kekayaan jenisnya
g. Kelimpahannya
h. Kondisi habitat.
3

Gangguan biota

Menggunakan metoda informal, yaitu dengan

a. Jenis kelimpahan plankton

Pengambilan sampel di

Pengamatan visual melalui

perairan dari

membandingkan kondisi kualitas biota perairan

b. Jenis dan kelimpahan benthos

lapangan atau data yang

mikroskop atau analisis dari

kegiatan

hasil pengamatan dengan hasil penelitian lain yang

tersedia di perusahaan

data sekunder yang ada

pembuangan air

hampir serupa.

limbah hasil
pengolahan
Sosial

38 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
1

Peningkatan

Menggunakan metode matematika hasil pendapatan

pendapatan

masyarakat sekitar

a. Demografi penduduk

a. Metode inventarisasi.

Membandingkan/komparasi

b. Pengamatan secara

masyarakat

kualitatif.
c. Wawancara dengan
masyarakat.

Peningkatan

Perbandingan dengan jumlah tenagakerja yang di

kesempatan kerja

butuhkan dengan Jumlah pencari kerja baik Lokal


maupun Luar daerah

a. Potensipembukaanlapangankerj
abaru

VisitasidanInventarisasi

Membandingkan/komparasi

data daripemegang IUP

b. Klasifikasitenagakerja yang
dibutuhkan

Coorporate Sosial

Menggunakan metode survey

Responsibility

a. Data kegiatan masyarakat


sekitar
b. Data CSR perusahaan terhadap
masyarakat sekitar

a. Metode inventarisasi.

Membandingkan/komparasi

b. Pengamatan secara
kualitatif.
c. Wawancara dengan
masyarakat.

Peningkatan

Menggunakan metode matematka hasil pendapatan

Pendapatan Asli

masyarakat sekitar

b. Demografi penduduk

a. Metode inventarisasi.

Membandingkan/komparasi

b. Pengamatan secara

Daerah

kualitatif.
c. Wawancara dengan
masyarakat.

Kesehatan
Masyarakat
1

Gangguan kesehatan

Didasarkan pada konsep dan teori yang relevan

masyarakat

menggunakan analogi pada kegiatan sejenis serta


merupakan hipotesis yang disusun berdasarkan

a. Profil kesehatan wilayah dan

a. Observasi

a. Metode analisis dampak

masyarakat seperti jenis penyakit

b. Interview

kesehatan lingkungan.

dan jumlah pasien penderitanya

c. analisis data sekunder

39 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

b. Metode epidemiologis yang

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
kerangka pikiran tertentu yang dimiliki tenaga ahli.

yang didapat dari Dinas

lebih sesuai diterapkan pada

Kemudian menyusun hubungan antara aktivitas

Kesehatan atau Puskesmas di

kondisi tambang yang jauh

proyek dan komponen lingkungan secara kualitatif,

sekitar proyek, sebelum dan

dari pemukiman serta

serta memantau perkembangan jenis dan kuantitas

ketika ada proyek

jumlah desa yang relatif

penyakit-penyakit tertentu yang kemungkinan

b. Tingkat kepedulian kesehatan

sedikit dengan jumlah

disebabkan oleh kegiatan proyek. Dengan demikian

c. Data kesehatan umum

populasi penduduk yang

dapat diperkirakan seberapa besar dampak kegiatan

tidak terlampau besar.

peningkatan nilai tambah terhadap timbul dan


berkembangnya penyakit atau masalah kesehatan di
masyarakat.
2

Terganggunya K3

Didasarkan pada konsep dan teori yang relevan

a. Profil keselamatan dan kesehatan

Observasi di lapangan,

dari kegiatan

menggunakan analogi pada kegiatan sejenis serta

kerja yang ideal, sehingga bisa

wawancara dan analisis

pengupasan tanah

merupakan hipotesis yang disusun berdasarkan

dijadikan acuan untuk

data sekunder

pucuk (top soil ) dan

kerangka pikiran tertentu yang dimiliki tenaga ahli.

pelaksanaan K3.

lapisan tanah

Kemudian menyusun hubungan antara aktivitas

b. Tingkat kepedulian kesehatan

penutup

proyek dan komponen lingkungan secara kualitatif,

c. Data kesehatan umum

serta memantau perkembangan jenis dan kuantitas


penyakit-penyakit tertentu yang kemungkinan
disebabkan oleh kegiatan proyek. Dengan demikian
dapat diperkirakan seberapa besar dampak kegiatan
penambangan mineral terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.

40 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

a. Metode analisis dampak K3.

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

41 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

E. PROGRAM KERJA

Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor


Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon ini terdiri dari beberapa
tahapan yaitu :
1. Persiapan
Tahap ini merupakan tahap persiapan dari pelaksanaan pekerjaan ini, yang
mencakup persiapan administrasi dan teknis.
2. Inventarisasi Data
Untuk menginventarisasi data yang diperlukan, studi literatur dan juga survey di
perusahaan-perusahaan pertambangan mineral yang sudah ditentukan. Data yang
dikumpulkan meliputi antara lain peraturan yang terkait kajian ini, data IUP Produksi
komoditi mineral, serta data terkait lainnya.
3. Tahap Evaluasi dan Analisis Data
Dalam pelaksanaan kegiatan identifikasi dan evaluasi data ini, kegiatan kegiatan yang akan dilakukan meliputi:
Identifikasi dan analisis terhadap data yang diperoleh baik dari Direktorat
Jenderal Mineral dan Batubara maupun pihak terkait lainnya. Kemudian
dilanjutkan dengan proses evaluasi dan analisis baik kuantitatif maupun
kualitatif atas keseluruhan data yang diperoleh untuk kemudian didiskusikan
dan dibahas sehingga dapat menghasilkan kesimpulan Kegiatan Analisa Dampak
(Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas
Bauksit, Nikel, dan Zirkon ini.
42 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
4. Pelaporan
Yaitu proses penyusunan laporan yang memuat semua dokumentasi kegiatan
serta hasil dari Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi
Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon ini yang
selanjutnya dapat dijadikan dasar pertimbangan keputusan bagi pihak -pihak
yang berkepentingan.

E.1 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan pekerjaan ini, membutuhkan waktu 4 (empat) bulan kalender.
Konsultan telah menyusun rencana kerja yang meliput tahapan-tahapan sebagaimana
telah diuraikan dalam penyelesaian pekerjaan, untuk jadwal pelaksanaan kegiatannya
sebagai berikut :
Tabel Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No

Uraian Kegiatan

Bulan
2
3

1
1

Melakukan pengumpulan data IUP Tahap Operasi X


Produksi mineral logam komoditas bauksit, nikel dan
zirkon

Melakukan pengkajian data

Kunjungan ke lapangan

Evaluasi hasil kunjungan lapangan

Pembuatan Laporan

X
X
.

X
X

43 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

E.2 Laporan
Dalam Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi
Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon ini, konsultan akan
melakukan pelaporan hasil kegiatan secara berkala yang meliputi :
a. Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan
Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
memuat tentang pemahaman dari Kerangka Acuan Kerja (KAK), metodologi umum,
rencana kerja, jadwal pelaksanaan dan struktur organisasi pelaksana kegiatan.
Laporan Pendahuluan harus disertakan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak
SPMK diterbitkan sebanyak 5 (lima) laporan.
b. Laporan Antara
Laporan Antara Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi
Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon memuat tentang
pemahaman dari Kerangka Acuan Kerja (KAK), metodologi umum, rencana kerja,
jadwal pelaksanaan dan struktur organisasi pelaksana kegiatan. Laporan Antara harus
disertakan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari sejak SPMK diterbitkan
sebanyak 5 (lima) laporan.
c. Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat hasil akhir Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan
Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon.
Laporan Akhir harus disertakan selambat-lambatnya 120 (seratus dua puluh) hari
sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) laporan beserta CD laporan.

44 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
d. Executive Summary
Executive summary memuat tentang ringkasan Analisa Dampak (Positif dan Negatif)
Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan
Zirkon. Executive summary harus disertakan selambat-lambatnya 120 (seratus dua
puluh) hari sejak SPMK diterbitkan sebanyak 10 (sepuluh) buku laporan.

E.3 Keterlibatan dan Kualifikasi Personil


Sebagaimana yang telah diuraikan dalam Kerangka Acuan Kerja mengenai
kebutuhan tenaga ahli dan tenaga pendukung, untuk melaksanakan Kegiatan Analisa
Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral
Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon, maka konsultan telah menyusun tim pelaksana
dengan jumlah dan kualifikasi yang sesuai dengan ketentuan dimaksud. Daftar tenaga
ahli dan tenaga pendukung yang akan dilibatkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini
disajikan pada tabel berikut :
POSISI

KUALIFIKASI

JUMLAH
ORANG

BULAN

TenagaAhli
Ketua Tim

S2 Tambang/Metalurgi/Ekonomi
pengalaman 4 Tahun

Ahli Metalurgi

S1 Metalurgi pengalaman 5 Tahun

Ahli Tambang

S1 Tambang pengalaman 5Tahun

Ahli Statistik

S1 Statistik pengalaman 5 Tahun

Ahli Ekonomi

S1 Ekonomi pengalaman 5 Tahun

Ahli Geologi

S1 Geologi pengalaman 5 tahun

Ahli Matematika

S1 Matematika pengalaman 5 tahun

Tenaga Pendukung
Sekretaris

Diploma (D3)

Administrasi

Diploma (D3)

45 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
Untuk menunjang pelaksanaan Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif)
Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan
Zirkon, Konsultan membuat program kerja dan alokasi tenaga yang memadai sesuai
dengan kebutuhan. Adapun uraian tugas dari masing-masing tenaga ahli dan tenaga
pendukung agar kegiatan ini dapat terselenggara dengan baik, adalah sebagai berikut :

a. 1 (satu) orang Ketua Tim Ketua tim yang disyaratkan seorang Magister Teknik
Strata

(S2)

Jurusan

Teknik

Pertambangan/Metalurgi/Ekonomi

yang

berpengalaman dalam pertambangan mineral dan batubara sekurang kurangnya 4


(empat) tahun. Tugasnya sebagai koordinator kegiatan lapangan dan di kantor
pusat.
b. 1 (satu) orang Tenaga Ahli Metalurgi disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata 1
(S1) lulusan Teknik Metalurgi yang berpengalaman dalam pertambangan mineral
dan batubara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Tugasnya mengkaji dari aspek
teknik tentang kebijakan hilirisasi sektor pertambangan mineral komoditas bauksit,
nikel, dan zirkon.
c. 1 (satu) orang Tenaga Ahli Pertambangan disyaratkan seorang Sarjana Teknik
Strata 1 (S1) jurusan lulusan Teknik Pertambangan yang berpengalaman dalam
pertambangan batubara sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun. Tugasnya mengkaji
dari aspek teknik tentang kebijakan hilirisasi sektor pertambangan mineral
komoditas bauksit, nikel, dan zirkon.
d. 1 (satu) orang Tenaga Ahli Statistik disyaratkan seorang Sarjana MIPA Strata 1
(S1) jurusan Statistik yang berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Tugasnya mengkaji data kuantitaif dan kualitatif dampak (positif dan negatif)

46 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
kebijakan hilirisasi sektor pertambangan mineral komoditas bauksit, nikel, dan
zirkon.
e. 2 (dua) orang Tenaga Ahli Ekonomi disyaratkan seorang Sarjana Ekonomi Strata 1
(S1) jurusan Ekonomi yang berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Tugasnya mengkaji dari aspek ekonomi tentang dampak (positif dan negatif)
kebijakan hilirisasi sektor pertambangan mineral komoditas bauksit, nikel, dan
zirkon.
f. 1 (satu) orang Ahli Geologi disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata 1 (S1)
jurusan Geologi yang berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Tugasnya mengkaji dari aspek teknik tentang kebijakan hilirisasi sektor
pertambangan mineral komoditas bauksit, nikel, dan zirkon.
g. 1 (satu) orang Ahli Matematika disyaratkan seorang Sarjana Teknik Strata 1 (S1)
jurusan Matematika yang berpengalaman sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.
Tenaga ahli yang diperlukan sebanyak 1 (satu) orang. Tugasnya mengkaji data
kuantitaif dan kualitatif dampak (positif dan negatif) kebijakan hilirisasi sektor
pertambangan mineral komoditas bauksit, nikel, dan zirkon.

Tenaga penunjang sebagai sekretaris dan administrasi disyaratkan lulusan D3. Tenaga
penunjang yang dibutuhkan sebanyak 4 (empat) orang. Tugasnya membantu tenaga
ahli dalam kegiatan yang sifatnya administrasi.

47 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

BAB - F

JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN

Jadwal pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan rincian kegiatan yang diuraikan pada
bab sebelumnya dan merupakan hasil penjabaran metodologi pekerjaan ke dalam bentuk
kegiatan operasional pelaksanaan pekerjaan. Alokasi waktu pekerjaan sudah disebutkan
dalam KAK yaitu 4 (empat) bulan kalender sejak ditandatangani kontrak pekerjaan.
Adapun rincian jadwal pelaksanaan Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif)
Kebijakan Hilirisasi Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon
yaitu sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No

Uraian Kegiatan

Bulan
1

Melakukan pengumpulan data IUP Tahap Operasi


Produksi mineral logam komoditas bauksit, nikel dan
zirkon
Melakukan pengkajian data

Kunjungan ke lapangan

Evaluasi hasil kunjungan lapangan

Pembuatan Laporan

X
X

48 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

BAB-G
KOMPOSISI TIM DAN PENUGASAN
Agar Kegiatan Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi Sektor
Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon ini berjalan lancar, maka
dibutuhkan personil, maka Konsultan menyediakan Tenaga Ahli yang sudah berpengalaman
dalam pengkerjaan kegiatan ini agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Berikut Tenaga
ahli dan Tenaga Pendukung yang diusulkan adalah sebagai berikut :

Tabel Komposisi Tim dan Penugasan

Tenaga Ahli (Personal Inti)


Nama

Perusahaan

Personil

Tenaga

Lingkup

Ahli

Keahlian

Posisi Diusulkan

Uraian Pekerjaan

Jml
Org

Lokal/

Bulan

Asing
Tedy Agung

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Ketua Tim

bertugas sebagai
koordinator
pelaksana kegiatan,
yang bertanggung
jawab pada
terlaksananya
kegiatan ini.

4 OB

Cahyadi, ST,

CENTRA

Tambang

Toar Arianto

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Ahli Metalurgi

Bertugas mengkaji
dari aspek teknik
tentang kebijakan
hilirisasi sektor
pertambangan
mineral komoditas
bauksit, nikel, dan
zirkon
bertugas mengkaji
dari aspek teknik
tentang kebijakan
hilirisasi sektor
pertambangan
mineral komoditas
bauksit, nikel, dan
zirkon.
bertugas mengkaji
data kuantitaif dan
kualitatif dampak
(positif dan negatif)
kebijakan hilirisasi
sektor pertambangan

4 OB

Soewarno,

CENTRA

Metalurgi

Radyan

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Ahli

Prasetyo, ST

CENTRA

Pertambang

Pertambangan

MT

ST

an

Ida

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Pusparini,

CENTRA

Statistik

S.Si

Ahli Statistik

49 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

4 OB

4 OB

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

Pupung

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Purnamasari,

CENTRA

Ekonomi

Wisnu Ardi

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Nugraha, SE

CENTRA

Ekonomi

Herry

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Riswandi,

CENTRA

Geologi

Bayu Fajar

PT. ARENCO Lokal

Ahli

Saputro, S.Si

CENTRA

Matematika

Ahli Ekonomi

SE, M.Si

Ahli Ekonomi

Ahli Geologi

ST, MT

Ahli Matematika

mineral komoditas
bauksit, nikel, dan
zirkon.
bertugas mengkaji
dari aspek ekonomi
tentang dampak
(positif dan negatif)
kebijakan hilirisasi
sektor pertambangan
mineral komoditas
bauksit, nikel, dan
zirkon.
bertugas mengkaji
dari aspek ekonomi
tentang dampak
(positif dan negatif)
kebijakan hilirisasi
sektor pertambangan
mineral komoditas
bauksit, nikel, dan
zirkon.
bertugas mengkaji
dari aspek teknik
tentang kebijakan
hilirisasi sektor
pertambangan
mineral komoditas
bauksit, nikel, dan
zirkon.
Bertugas mengkaji
data kuantitaif dan
kualitatif dampak
(positif dan negatif)
kebijakan hilirisasi
sektor pertambangan
mineral komoditas
bauksit bauksit, nikel,
dan zirkon.

4 OB

4 OB

4 OB

4 OB

Tenaga Pendukung
PT. ARENCO Lokal
CENTRA
PT. ARENCO Lokal
CENTRA
PT. ARENCO Lokal

Kesekretaria
tan

Sekretaris

Kesekretaria
tan

Sekretaris

Administrasi

Adminis trasi

Administrasi

Adminis trasi

CENTRA
PT. ARENCO Lokal
CENTRA

bertugas sebagai
petugas pengolah
data.
bertugas sebagai
petugas pelaksana
dalam hal
administrasi kegiatan
bertugas sebagai
petugas pelaksana
dalam hal
administrasi kegiatan
bertugas sebagai
petugas pelaksana
dalam hal
administrasi kegiatan

50 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

4OB

4OB

4OB

4OB

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

51 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Analisa Dampak (Positif dan Negatif) Kebijakan Hilirisasi


Sektor Pertambangan Mineral Komoditas Bauksit, Nikel, dan Zirkon

BAB-H
JADWAL PENUGASAN PERSONIL
Tabel 8.1. Jadwal Penugasan Personil
No

Masukan Personil (dalam bentuk diagram


balok)2

Bulan ke2
3

Orang
Bulan

Nasional
1
2
3
4
2
6
7
8

Tedy Agung Cahyadi, ST, MT

4,00

Toar Arianto Soewarno, ST

4,00

Radyan Prasetyo, ST

4,00

Ida Pusparini, S.Si

4,00

Pupung Purnamasari, SE, M.Si

4,00

Wisnu Ardi Nugraha, SE

4,00

Herry Riswandi, ST, MT

4,00

Bayu Fajar Saputro, S.Si

4,00

4,00

10

4,00

11

4,00

12

4,00
Sub Total

48,00

Asing
1

0,00

0,00

Masukan Penuh Waktu

Sub Total

0,00

Total

48,00

Masukan Paruh
Waktu

52 | D o k u m e n U s u l a n T e k n i s P T . A r e n c o C e n t r a 2 0 1 4

Anda mungkin juga menyukai