Komunikasi Keperawatan
Komunikasi Keperawatan
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi adalah suatu proses yang kompleks karena didalamnya terjadi
konfigurasi berbagai macam aspek yakni aspek personal (kognitif, afektif dan psikomotor),
sosial (budaya, lingkungan, norma, etika), pemenuhan kebutuhan dan agama. Konfigurasi
dari berbagai aspek akan terwujud dalam perilaku. Perilaku merupakan perwujudan nyata
dari interaksi dengan sesamanya, perilaku merupakan aktualisasi diri yang merupakan
pengomunikasian diri kepada orang lain.
Komunikasi seorang perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komuniksai yang yang berjenjang yakni komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/
kelompok. (Potter dan Ferry, 1993), komunikasi dalam prosesnya terjadi tiga tahapan yakni
komunikasi intrapersonal, interpersonal dan publik.
Pada tindakan atau intervensi keperawatan umumnya berbentuk komunikasi secara
interpersonal langsung dengan jenis verbal maupun nonverbal. Kemampuan interaktif,
perawat kesehatan dengan pasien mempunyai karakter spesial . Dalam tindakan atau perilaku
kedua belah pihak menunjukkan aspek sosial dan profesional. (Hupcey dan More, 1997).
Setiap komunikasi mempunyai tujuan, untuk mencapai tujuan diperlukan suatu
metode, sehingga pencapaian tujuan dapat optimal. Komunikasi interaktif perawat kesehatan
dengan pasien tujuannya adalah kesembuhan pasien dari sakit yang dideritanya. Bila harapan
pasien untuk sembuh lambat dan bahkan tidak terjadi, seorang perawat secara moral sering
1
kali merasa ikut bersalah. Perasaan yang sering kali muncul dalam diri seorang perawat yang
baik dan profesional, menunjukkan bahwa komunikasi dalam keperawatan mempunyai
kekhususan yakni menyangkut kelangsungan kehidupan seorang manusia.
Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari, (1995) menegaskan bahwa seorang
perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli terhadap pasien,
seseorang (perawat) yang tidak care dengan orang lain (pasien) adalah berdosa. Seorang
perawat yang tidak menjalankan profesinya secara profesional akan merugikan orang lain /
pasien, unit kerjanya dan juga dirinya sendiri.
Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi therapeutik, artinya
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan kasiat therapi dalam proses penyembuhan pasien.
Oleh karenanya seorang perawat kesehatan harus meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan aplikatif komunikasi therapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat
dipenuhi.
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.4.2
1.4.3
1.4.4
1.4.5
BAB II
PEMBAHASAN
a. Konsep Komunikasi dalam Keperawatan
1) Definisi Komunikasi
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin coomunicare yang berarti
berpartisipasi atau memberitahukan. Definisi komunikasi masih terus
didiskusikan oleh pakar ilmu komunikasi, namun secara umum dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang dapat dipahami, sebagai
hubungan atau saling hubungan, saling pengertian, dan sebagai pesan. (Alo
Liliweri 1997)
Selain pengertian komunikasi diatas, banyak definisi-definisi
dari
2) Prinsip-prinsip Komunikasi
Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu adanya dasar
pengetahuan tentang komunikasi sebagaimana disampaikan oleh Seiler (1988)
bahwa prinsip dasar dari komunikasi ada empat yakni, komunikasi adalah
suatu proses, sistem, interaksi dan transaksi, serta suatu yang disengaja
maupun tidak disengaja.
a) Komunikasi adalah suatu proses
b)
Komunikasi verbal
Adalah komunikasi yang disampaikan secara lisan. Komunikasi ini
d)
timbal balik.
c)
Proses komunikasi dapat melalui komunikasi verbal dan non verbal yang
d)
diterima baik secara langsung maupun tidak langsung, verbal, dan non verbal.
e)
Pesan yang diterima tidak selalu diasumsikan sama antara penerima dan
pengirim.
f)
g)
Pesan yang dikirim dan diterima dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu,
komunikasi.
5) Metode Komunikasi
Komunikasi yang dilaksanakan pada umumnya mempunyai maksud
dan tujuan yang diharapkan, hal ini terkait dengan metode yang digunakan.
Ada tiga metode komunikasi yang sering digunakan untuk berkomunikasi,
antara lain:
a)
Komunikasi informatif
11
Komunikasi persuasif
Komunikasi persuasif adalah metode komunikasi yang bersifat
membujuk secara halus agar komunikan atau sasaran menjadi yakin dan mau
mengikuti apa yang diinginkan komunikator.
c)
tugas atau pekerjaan. Biasanya hal ini terjadi antara bos dengan anak buah,
dokter dengan perawat, dll.
6) Fungsi Komunikasi
Dalam aktifitas keseharian, fungsi komunikasi sangat luas dan
menyentuh pada banyak aspek kehidupan. Beberapa fungsi komunikasi yaitu
sebagai sumber
.
12
13
Persepsi adalah pandangan pribadi atas apa yang terjadi. Seorang perawat
mungkin berkata, Saya perhatikan Anda menjadi diam sejak keluarga
Anda pergi. Apakah Anda mau membicarakannya?. Persepsi klien
terhadap maksud perawat akan memengaruhi keinginannya untuk
berbicara.
c. Nilai
Nilai adalah standar yang memengaruhi tingkah laku. Nilai tersebut adalah
apa yang dianggap penting dalam hidup oleh seseorang dan pengaruh dari
ekspresi pemikiran dan ide. Nilai juga memengaruhi interprestasi pesan.
Karena nilai adalah panduan umum tingkah laku, sangat penting bagi
seorang perawat untuk mengembangkan kepekaan dalam nilai tersebut.
d. Emosi
Emosi adalah perasaan subjektif seseorang mengenai peristiwa tertentu.
Klien yang marah mungkin melakukan reaksi yang berbeda atas perintah
perawat dibandingkan mereka yang ketakutan. Emosi memengaruhi
kemampuan untuk menerima pesan dengan sukses. Emosi juga
menyebabkan
seseorang
salah
menginterprestasikan
sesuatu
atau
Budaya adalah jumlah total dari mempelajari cara berbuat, berpikir, dan
merasakan. Budaya merupakan bentuk kondisi yang menunjukkan dirinya
melalui tingkah laku. Bahasa, pembawaan, nilai, dan gerakan tubuh
merefleksikan asal budaya. Budaya memengaruhi cara klien dan perawat
melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai situasi. Perawat
belajar untuk mengetahui makna budaya dalam proses komunikasi.
Pengaruh kebudayaan menetapkan batas bagaimana seseorang bertindak
dan berkomunikasi.
f. Jender
Perbedaan jenis kelamin memengaruhi proses komunikasi. Pria dan
wanita memiliki gaya komunikasi yang berbeda dan satu sama lain saling
memengaruhi proses komunikasi secara unik. Tentu saja perawat perlu
mewaspadai perbedaan ini ketika bekerja dengan klien atau dengan
anggota tim kesehatan lainnya yang berlawanan jenis. Aktif menyimak
dan mencari kejelasan akan membantu mencegah salah persepsi dan salah
paham.
g. Pengetahuan.
Komunikasi dapat menjadi sulit ketika orang yang berkomunikasi
memiliki tingkat pengetahuan yang berbeda. Pesan akan menjadi tidak
15
jelas jika kata-kata dan ungkapan yang digunakan tidak dikenal oleh
pendengar.
h. Peran dan Hubungan
Individu berkomunikasi dalam tatanan yang tepat menurut hubungan dan
peran mereka. Sesorang akan merasa lebih nyaman ketika menunjukkan
ide untuk individu yang dapat mengembangkan hubungan yang positif dan
memuaskan. Ketika hubungan antara perawat dengan klien berkembang,
perawat dan klien akan memiliki rasa percaya diri dalam menghubungkan
ide dengan perasaan. Komunikasi akan menjadi lebih efektif ketika
masing-masing
pihak
tetap
waspada
tentang
peran
mereka
Kebisingan
mengakibatkan
dan
kurangnya
kebingungan,
kebebasan
ketegangan,
atau
seseorang
dapat
ketidaknyamanan.
Misalnya, klien yang takut pada diagnose kanker akan keberatan untuk
mendiskusikan penyakitnya dalam ruang tunggu yang sibuk dan penuh
sesak. Gangguan lingkungan dapat mengganggu pesan yang dikirimkan
antar dua orang.
j. Ruang dan Teritorial
Territorial menetapkan makna dari hak seseorang pada suatu area dan
sekitarnya. Territorial sangat penting karena membuat orang merasa
memiliki identitas, keamanan dan kontrol. Dengan kata lain, seseorang
merasa terancam ketika orang lain memasuki teritorialnya, karena hal
tersebut mengganggu homeostatis psikologis, menimbulkan kecemasan,
dan menyebabkan munculnya perasaan kehilangan kontrol.
8) Hambatan dalam proses komunikasi
Secara umum hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah
sebagai berikut:
a. Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat.
17
sikap,
dan
kecakapan
yang
kurang
tepat
selama
berkomunikasi.
d. Kurang pengetahuan.
e. Perbedaan harapan.
f. Kondisi fisik dan mental yang kurang baik.
g. Pesan yang kurang jelas.
h. Prasangka yang buruk.
i. Transmisi/media yang kurang baik.
j. Penilaian yang premature.
k. Tidak ada kepercayaan.
l. Ada ancaman.
m. Perbedaan status, pengetahuan dan bahasa.
n. Distorsi (kesalahan informasi).
Adapun upaya-upaya untuk mengatasi hambatan tersebut dapat ditanggulangi
dengan cara sebagai berikut:
18
berpikir, interaksi, merencana, merespon secara simultan. Berarti komunikasi adalah alat
untuk mengerti perspektif personal orang lain dan menginterpretasi dan merespon yang
didasarkan pengalaman personal.
Interaksi perawat dengan pasien menyaratkan semua perawat mempunyai pengertian,
perhatian, minat, dan kompetensi menganalisa perilaku dan emosional terhadap konteks
terhadap interaksi yang terjadi antara perawat dengan pasien. Gaya komunikasi perawat
dengan pasien dipengaruhi oleh kemahiran/ketrampilan perawat menegakan hubungan,
kepercayaan dan empati dengan menggunakan gaya mendengarkan aktif sebagai sarana yang
memfasilitasi hubungan perawat dengan pasien dalam asuhan keperawatan.
Adapun teknik-teknik gaya berkomunikasi perawat dengan pasien sebagai berikut:
1.
Klarifikasi, dilakukan jika perawat ragu, tidak jelas dengan informasi yang
diberikan klien.
5.
komunikasi.
21
6.
Memfokuskan, membantu klien bicara pada topik yang dipilih dan yang penting
serta menjaga pembicaraan tetap menuju tujuan yaitu lebih sepesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas.
7.
Membagi persepsi, meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan
dan pikirkan.
8.
10. Informing, teknik ini bertujuan untuk memberi informasi dan fakta untuk
pendidikan kesehatan bagi klien.
11. Saran, memberi alternatif ide untuk pemecahan masalah.
d. Komunikasi Therapeutik
Karakteristik hubungan antara perawat dengan pasien adalah berupa perilaku, pikiran
dan perasaan. Hal ini penting untuk membedakan antara dukungan sosial dan dukungan
profesional (Hupcey & Morse, 1997). Dukungan sosial terdiri dari 2 bagian yaitu bagian dari
jaringan umum sosial dan hubungan yang merupakan dasar dari dimulainya hubungan saling
percaya dan kesempatan melakukan kegiatan.
Ada 4 fase dalam melakukan hubungan antara perawat-klien yaitu :
22
1. Fase Prainteraksi
Kesiapan untuk perawat baru. Fase interaksi merupakan awal dimulainya kontak pertama
dengan klien. Juga sebagai tugas awal perawat dalam mengeksplorasi diri. Berikut ini
kesiapan umum yang diperlukan perawat (mahasiswa) yaitu:
a) Kesadaran diri
b) Hilangkan rasa ketakutan dalam merawat klien
c) Cemas menyebabkan sifat yang kurang dalam penampilan
d)
j)
Tugas dari fase ini diharapkan klien mendapatkan informasi yang baik dan perawat
mempunyai perencanaan untuk melakukan interaksi pertama kali dengan klien. Pengkajian
23
perawat segera dimulai, tetapi pekerjaan yang dilakukan harus berhubungan dengan apa yang
dilakukan pada klien kemudian fase kedua adalah hubungan.
2. Fase Introduksi atau Orientasi
Fase introduksi merupakan pertemuan pertama antara perawat dan klien. Fase ini
berbentuk kontrak. Pada fase ini hubungan dibangun dengan saling percaya, saling mengerti,
kedekatan dan komunikasi terbuka dan bentuk kontrak dengan klien. Berikut ini elemen
kontrak perawat-klien:
a) nama individu
b) peran perawat dan klien
c) tanggung jawab perawat dan klien
d) harapan perawat dan klien
e) tujuan hubungan
f) tentukan tempat dan waktu
g) kondisi untuk terminasi
h) kedekatan/tujuan (antara perawat dan klien)
Kontrak dimulai dengan introduksi perawat dan klien, nama yang disenangi, dan harapan
dari peran. Yang termasuk dalam peran adalah tanggung jawab dan harapan klien dan
perawat, bisa dijabarkan oleh perawat ataupun tidak. Pada tahap ini juga didiskusikan tujuan
24
hubungan dengan memperhatikan atau fokus dengan klien dan klien menampilkan
kehidupannya dan area konflik.
Kondisi terminasi harus dilakukan pengulangan dan termasuk spesifik lama waktu,
tujuan yang akan dicapai atau perubahan klien terhadap penanganan.
Eksplorasi perasaan. Yang ditampilkan dari perawat dan klien adalah perbedaan tingkat
ketidaknyamanan dan kecemasan pada fase introduksi. Perawat harus sadar akan ketakutan
dan kecemasan dirinya, tetapi biasanya pasien sulit untuk menceritakan apa yang
dirasakannya kepada orang yang menolongnya.
Tugas perawat pada hubungan fase orientasi adalah;
a)
mengartikan tindakan yang terjadi dan perubahan perilaku. Ini dapat diintegrasikan dengan
penampilan kehidupan individu. Perawat membantu pasien untuk dapat menurunkan
kecemasan, meningkatkan ketergantungan dan tanggung jawab diri dan mengembangkan
mekanisme yang konstruktif. Fokus pada fase ini adalah perubahan perilaku secara aktual.
Pasien menampilkan perilaku yang resisten selama fase ini sebab bagian ini
merupakan proses penyelesaian masalah. Perkembangan hubungan, dimulai dengan
menanyakan perasaan klien, mengembangkan kemampuan dan mencarikan jalan keluar demi
klien.
4. Fase Terminasi
Terminasi merupakan hal yang sangat sulit tetapi penting pada fase ini karena
merupakan hubungan terapeutik antara pasien dan perawat. Selama fase terminasi, belajar
untuk meningkatkan kemampuan pasien dan perawat. Setiap waktu perubahan perasaan dan
memori dan evaluasi secara menyeluruh sesuai dengan kemajuan dan tujuan yang dicapai
pasien. Kriteria kerelaan pasien untuk terminasi adalah:
a) pasien dapat mengekspresikan keyataan dari masalah yang dihadapi
b) pasien dapat meningkatkan fungsinya
c) pasien dapat meningkatkan harga diri dan mengidentifikasi kekuatan yang dirasakan
d) pasien menggunakan respons koping yang adaptif
e) pasien mengikuti hasil akhir tujuan penanganan yg akan dicapai
f) memperbaiki hubungan perawat dan pasien dengan tidak terjadi masalah
26
Reaksi yang terjadi pada pasien saat terminasi, pasien mengekspresikan marah dan
ketidaksukaan, lainnya berlebihan perilaku dan ucapan atau penampilan yang lambat, pesan
yang disampaikan atau perkataan yang seadanya serta saat terminasi pasien menampilkan
penolakan, penghargaan negatif terhadap konsep diri.
Perawat harus sadar akan kemungkinan reaksi yang terjadi dan mendiskusikan dengan
pasien tentang kondisi yang akan terjadi. Beberapa pasien, terminasi merupakan penampilan
therapeutik yang sangat kritis karena hubungan sebelumnya baik dan terminasi menjadi
negatif dan akan timbul perasaan tidak ingin ditinggal, penolakan, takut dan marah.
9. Memahami betul arti empati sebagai tindakan yang terapeutik, dan sebaliknya
simpati bukan tindakan yang terapeutik.
10. Kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
11. Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan menyakinkan
orang lain tentang kesehatan, oleh karena itu perawat perlu mempertahankan suatu
keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.
12. Disarankan untuk mengekspresikan perasaan bila dianggap mengganggu.
13. Altruisme mendapatkan kepuasaan dengan menolong orang lain secara
manusiawi.
14. Berpegang pada etika dengan cara berusaha sedapat mungkin mengambil
keputusan berdasarkan prinsip kesejahteraan manusia.
15. Bertanggung jawab dalam dua dimensi yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri
atas tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain. (Musliha,
1993).
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari penjelasan makalah kami di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi
merupakan proses pengiriman atau pertukaran (stimulus,signal,symbol,informasi)
baik dalam bentuk verbal mauun non verbal dari pengirim ke penerima pesan dengan
tujuan adanya perubahan (baik dalam aspek kognitif, efektif, maupun psikomotor)
dan, komunikasi bukan hanya sekedar berbicara secara efektif pada orang-orang.
28
Komunikasi merupakan suatu proses yang sangat rumit yang terdiri dari sejumlah
elemen yang berbeda- beda.
Pada kenyataannya perawat disamping kodratnya sebagai mahluk individu
dan mahluk sosial, diapun sebagai mahluk profesi memerlukan tenaga skill di
bidangnya, khususnya di bidang keperawatan. Perawat harus mampu menjalankan
segala tahapan dalam komunikasi terapeutik yang meliputi tahap awal, lanjutan dan
terminasi. Memingat teknologi kedokteran akhir- akhir ini semakin pesat, senantiasa
pula mempengaruhi perkembangan profesi keperawatan itu sendiri. Perawat di tuntut
untuk lebih mengutamakan pelayanan paripurna terhadap pasien, terutama dalam
memenuhi kebutuhan pasien. Hubungan yang baik ini akan lebih baik lagi bila
perawat dapat meningkatkan pengetahuannya dalam komunikasi khususnya
komunikasi terapeutik yang sesuai dengan tuntutan jaman.
3.2 Saran
Seorang perawat haruslah bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya
secara spontan. Disamping itu perawat juga harus mampu menghargai pasien dengan
menerima pasien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk
bersama pasien yang menangis, minta maaf atas hal yang tidak disukai pasien, dan
menerima permintaan pasien untuk tidak menanyakan pengalaman tertentu. Memberi
alternatif ide untuk pemecahan masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat
29
pada fase awal hubungan dengan pasien, terutama pada pasien kronis itu sendiri
sudah tidak merasa hidupnya berguna lagi.
Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiap kali ia
berhubungan dengan pasien. Melalui
informasi yang akurat, tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan
seluruhnya secara verbal. Dengan mengerti proses komunikasi dan menguasai
berbagai keterampilan berkomunikasi, diharapkan perawat dapat memakai dirinya
secara utuh (verbal dan non verbal) untuk memberi efek terapeutik kepada pasien.
Setelah mempelajari proses komunikasi keperawatan maka perawat dapat
melakukan komunikasi dengan pasien secara baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Asnanda,
Ayu.
2005.
Materi
Komunikasi
Terapeutik.
Dalam
30
Iswa,
Diann.
2013.
Komunikasi
Keperawatan.
Dalam
Zulkarnaen.
2013.
Komunikasi
dalam
Keperawatan.
Dalam
31