Anda di halaman 1dari 105

Definisi

kesrep menurut kesepakatan ICPD Kairo 1994


Keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yg
utuh dan bukan hanya tdk ada penyakit atau
kelemahan, dlm segala hal yng berhubungan dgn
sistim reproduksi dan fungsi serta prosesnya
Artinya: perempuan berhak menikmati kehidupan
seksual yg memuaskan dn aman, serta bebas
memutuskan kapan dan berapa sering hml dn
melahirkan, berhak mendpt akses terhdp metoda
pengaturan kesuburan yg aman, efektif, terjangkau
dan laki2 juga wajib tahu dan menggunakan
kontrasepsi

Kesehatan reproduksi

1. Ability: kemampuan u/ menunaikan tugas


proaksi dan rekreasi sehat sehingga
menurunkan generasi yang bernilai tinggi
2. Sucessful, keberhasilan u/ hml dn
melahirkan by sehat sebagai generasi
penerus kel dan bangsa
3. Safety keamanan sehingga semua fungsi
alat reproduksi dilalui dgn aman dan bersih

4 hal pokok dlm reproduksi wanita


a. Kesehtn rep dn seksual
b. Penentu dlm keputusn reproduksi
c. Kesetaraan wanita dn pria
d. Keamanan reproduksi dn sex

Fungsi alat genital:


1.Prokreasi (menciptakan, tempt terciptanya
keturunan)
2. Rekreasi (u/ kesenangan)
3. Hubungan (berbagai macam hubungan)
4. Institusional (ikatan resmi dlm perkawinan)

Konsep pemikiran tentng kesrep wanita


1. wanita menghdp mas kes khusus yg tdk didpt o/ pria
berkaitan dgn fungsi reproduksinya
2. kes wanita a/ mempengaruhi kes anak yg dikandung
dn dilahirkn
3. kes wanita sering dilupakan dn ia hanya sebgai objek
dgn mengatas namakn pembgn mis: prog KB dn
pengendalian jumlah penduduk
4. mas kesrep wanita sdh menjd agenda internasional
diantaranya ind menyepakati hsl2 konfrens mengenai
kesrep dn kependudukn (beijing dn Kairo)
5. Berdsrkn pemikirn diatas kes wanita merupkn aspek
paling penting disebabkn pengaruhnya pd kes anak2 o/
sebab itu pd wanita diberi kebebsn dlm menentkn hal
yg paling baik menurut dirinya sesuai dgn kebuthn dimn
ia sendiri yg memutuskn atas tubuhnya sendiri

Laki2 maupun wanita bisa mengalami konsekuensi

kesrep, perempuan lebih bsr dr laki2 krn pengaruh


sosbud, prilaku setiap individu dan kel, saat wanita
dinilai lebih rendah dr laki, ia tdk punya kontrol terhdp
tubuhnya sendiri,
Kesrep muncul diawal thn 1990 an tapi sdh dirintis
jauh seblmnya
pertumbuhn penduduk yg cepat mulai menimbulkn
keprihatinan banyak negara sehingga pertemuan
PBB thn 1954 dan 1965, KB mulai diperkenankn pd
thn 1960 oleh PKB internasional IPPF dn didukung
byk negara
1993 pd konfrensi PBB diwina mendiskusikn hak
azazi manusia dn perspektif jender. Tapi blm hak2
kesrep dn seksual sebagai bgian dr hak azazi
manusia

Konfrensi Internasional kependudukn dan

pembangunan (ICPD) di Kairo thn 1994 mulai


mengadopsi hak 2 reproduksi dan seksualitas
perempuan dgn penekanan pd peningktn
kualitas hidup.
Thn 2001-2004 telah diperjuangkn u/ merubah
atau mengamandemen uu no 23 dgn
memasukkan bab tentang kesrep
April 2004 komisi VII DPR telah menyetujui
draf amandemen uu kes no 23/1992 telah
memasukkan kesehatan reproduksi

1. Bayi dan anak-anak (< 10 thn)


Pengutamaan jenis kelamin. Kurang gizi
(malnutrisi) , sunat perempuan dan kekerasan
2. remaja (10-19 thn) pelecehan dan kekerasan
seksual, kehamilan usia dini, aborsi tdk aman,
ISR/IMS/HIV/AIDS

3. dewasa usia repoduksi (20-49 thn)


kehamilan tdk diinginkan, aborsi tdk aman,
ISR/IMS/HIV/AIDS dan kekerasan ber basis
gender termasuk pelecehan /kekerasan
seksual
4. usia lanjut (50 tahun), kehamilan usia lanjut,
kekerasan, menopause ISR/IMS/HIV/AIDS,
masalah2 seksual

Permasalahan kesrep yang dipengaruhi:


1. Nilai2 sos bud: menganggap wanita tdk
berharga
2. kemiskinan
Pendidikan: prioritas diberikan pd anak laki2
3. Hukum dan kebijakan,yg sering kali tdk
berpihak pd perempuan mis uu no 23/1992
tentang kes, amandemen UU no 10/1992 tentang
kependudukan
4, dampak kekerasan terhdp kes fisik dan
psikologi menurut siklus hidup
5. Lingkungan
6. Informasi dan pelayanan

1.Pelayanan dan kosling, informasi, edukasi dan komunikasi KB yang

berkualitas
2. pelayanan prenatal, persalinan dan pos partum yg aman, termasuk

menyusui
3. pencegahan dan pengobatan kemandulan

4. pencegahan dan penanganan aborsi tdk aman


5. Pelayanan aborsi aman , bila tdk melanggar hukum
6. Pengobatan ISR, IMS dan kondisi lain dlm sistem reproduksi
7. Informasi dan konseling mengenai seksualitas, menjadi ortu yg

bertj

serta kesrep dn seksual


8. Pencegahan scr aktif praktik2 seperti sunat perempuan/mutilasi kelamin
9. Pelayanan rujukan u/ komplikasi KB, kehamilan, pers dan aborsi,

kemandulan, ISR, IMSdan HIV/AIDS serta kangker kandungan


10. Jika mungkin kesrep dan KB hrs meliputi fasilitas diagnosis dan

pengobatan IMS seiring dgn meningktnya penularan HIV.

Sebagai bagian hak azazi manusia. Menurut

ICPD Kairo 1994 terdiri dari:


1. Hak pasangan dan individu untuk
menentukan scr bebas dn bertj jumlah dn jarak
kelahiran anak2
2. hak untuk mendpt pelayanan dan informasi
tentang kes seksual dn reproduksi yg
berkualitas
3. hak untuk membuat keputusan yg terbebas
dr diskriminasi , paksaan, atau kekerasan

Ada 12 hak2 reproduksi rumusan IPPF

(Indonesia: PKBI yaitu:


1. Hak untuk hidup atau kehidupan perempuan
tdk terancam resiko kehamilan dan pers
2. hak untuk mendptkn kebebsn dn keamanan
tdk mendpt objek mutilasi genital perempuan,
pemaksaan kehamilan, sterilisasi, atau aborsi
3. Hak atas kesetaraan, dan terbebas dr
segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan
seksual dan reproduksi seseorang

4. Hak privasi seluruh pel kes seksual dn

reproduksi hrs menjamin kerahasiaan dan


perempuan memiliki hak memilih atas otonomi
reproduksinya
5. Hak kebebasan berpikir kebebasan dr
interpretasi teks agama, kepercayaan, filosofi, dan
budaya, yg menjadi alat untk membatasi
kebebasan berpikir tentng mas seksual , kes rep
dn isu lainnya
6. Hak tas informasi dn edu kasi yg terkait dgn
seksual dn rerproduksi bagi semua, termsk akses
untk mendptkn informasi tentng manfaat, risiko,
efektifitas dr seluruh metoda pengaturan
kesuburan, sehingga seluruh keputusan didsrkn
atas persetujuan (informed consent)

7. hak memilih untk menikah atau tdk dn untuk

membntk dn merencanakn sebuah kel


8. hak untuk memutuskn apakah ingin punya
anak dan kapan
9. hak atas pelyn dan perlindungan kes. hak
untk memperoleh standar kes ys setinggi2nya,
dn hak untk terbebas dr praktek tradisional yg
membahayakn kes

10. hak untk menikmati kemajuan ilmu penge,

hak seksualitas dan kes rep klien untk


menikmati tehnologi kesrep yg aman, efektif
dan dpt diterima
11. hak atas kebebasan berserikat dn
berpartisipasi dlm arena politik
12. hak untk terbebas dr penyiksaan dn salah
pengobtn, hak perempuan, laki2 dn remaja
untk dilindungi dr kekerasan, eksploitasi dn
penyiksaan sek dn salah pengobtn

Kekerasan pd wanita tdk hanya terjd krn pria

tapi bisa krn ibu mertua,ortu dgn anaknya,


kakak dgn adik, antara anggota kel dgn ortu yg
serumah
jenis tindkn kekerasan
1. penganiayan emosional : melecehkn,
menjthkn harga diri, membuat wanita merasa
bosan dn se-akan2 gila
2. penganiayaan seksual

3. menguasai uang
4. menyalahkan wanita
5. menggunakan anak2
6. karena ia seorang lelaki menganggap

wanita sebagai pembantu


7. membuat ancaman2
8. isolasi

Mengapa pria menganiaya wanita


Alasan untuk melukai wanita: dia sedang

minum, , kehilangan kontrol, wanita pantas


menerimanya, menurut dia merupakan hak2
seorang pria
Berikut ini alasan pria menganiaya wanita:
1. tindakan kekerasan bisa mencapai tujuan
A. Kekerasan memberikan jalan keluar
B. Pria merasa hidup bila hrs berkelahi dn
tenaga menjd berlebihan sesudhnya
C. Bila pria menggunakan kekerasan dia
menang dn mendptkn apa yg ia inginkn

2. pria mempunyai pandangan yg salah

tentang apa arti menjadi seorang laki2


A. pria percaya bahwa sebagai lelaki dia hrs
mengendalikan kehidupan wanita
b. Sejumlah pria mengira bahwa dia
mempunyai hak u/ hal tt terhdp istri yg baik
3. pria merasa bahwa wanita memang
kepunyaan pria
Bila kebetulan wanita itu kuat, pria akan
merasa ketakutan bahwa ia akan kehilangan
istrinya

4. pria tdk tahu cara lain


Bila pria dibesarkn dilingkungan kekerasan,
terlalu sulit atau tertekan dan tdk pernah
belajar cara lain u/ bersikap
Bahaya akibt tindakan kekerasan:
1. Kurang motivasi atau kurang percaya diri
2. Masalah kes jiwa, kecemasan masalah tidur
atau makan, minum alkohol, obat2an,
mempunyai banyak pasangan
3. 3. luka g berat, patah ulang, terbakar, mata
hitam,sayatan,luka memar, pusing kepala,
nyeri otot dan perut berlangsung bertahuntahun

4. masalah kes seksual, banyak yg

keguguran, kehamilan yg tdk dikehendaki,


pms, HIV?AIDS hsl penyalah gunaan seksual.
Penyalah gunaan sex sering mengakibatkn
ketakutan berhubungan, rasa nyeri dan
kurang bergairah
Pada anak2 akibatnya:
1. prilaku agresif, marah2, meniru tindkn
kekerasan, pendiam menghindr meliht
2. mimpu buruk dan ketakutan, tdk makan ,
hambtn pertumbhn dn belajar, menderita gg
kes, sakit perut, pusing2 dan asma

4. luka dan kematian bila tjd kekerasan


Masyarakat:
1, siklus kekerasan akan berlanjut kegenerasi

yg akan datang
2. anggapan yg keliru akan tetap lestari bahwa
pria lebih baik dr wanita
3. kualitas hidup manusia akan berkurang krn
wanita tdk berperan serta dlm masy bila wanita
dilarang bicara atau terbunuh krn tind
kekerasan

Tanda2 bahaya:
1. apakah dia sangat cemburu bila anda bertemu
dgn orlain atau menuduh anda bohong
2. apakah dia mencoba u/ melarang anda bertemu
dgn teman2 dan kel atau dr pek anda sendiri
3. apakah dia sering melecehkn anda atau
mempermainkn/menjatuhkn harga diri anda
didepan orla
4. apakh yg dilakukan bila marah? Apakah
memecahkn benda2 sekitar? Apakah pernah
berbuat kasar scra fisik atau dia mengancam
anda, apakah dia pernah melukai atau memukul
wanita lain

5. apakah dia merasa direndahkn o/ orang2 yg

mempunyai kekuasaan seperti guru, atasan


atau ayahnya
6. apakah dia mengatakn bahwa perbuatannya
disebabkn krn alkohol, obat2an atau tekanan
hidup
7. apakah dia menyalahkn anda atau orla akan
perbuatannya sendiri atau menyangkal bahwa
dia telah berbuat salah

Mengapa wanita msh tetap tinggl dirumah

walaupun sdh dilakukan penganiayaan


1. takut akan ancaman
2. tdk punya uang dn tempat tinggal
3. tanpa perlindungan
4. malu
5. kepercayaan dn ajaran agama
6. berhrp terjd perubahn
7. rasa bersalah krn membiarkn anak2 tanpa
ayah

Yang perlu dilakukan

1. keselamatan seblm terjd kekerasan:

a. Katakn pd orang terdekat tentang adanya


kekerasan dirumah dan bisa datang bila ada
kekerasan dirumah
b. Pikirkn kata sandi pd anak, tetangga u/
cari pertolongn
c. Ajarkn anak2 cara menuju tempat yg
aman

Keselamatan selama terjd kekerasan


1. bila terliht pria mulai bertindk bawa ketempt

yg aman tdk ada alat yg dipakai u/ melukai


anda
2. lakukan u/ membuat pria menjd tenang
sehingga anda dan anak2 aman
3. bila ingin meningglkn pria pikirkn cara u/
menyelamatkn diri dimana tempt aman u/ pergi

Keselamatan bagi wanita yg bersiap u/ pergi:


1. tabung uang yg aman tau buka rekening nama

anda
2. berteman bergabung dgn kelompok wanita dn

hbskn waktu dgn teman/kel biar tdk tergntng dgn pria


3. liht apakh ada rumah aman atau pel sosial, cari

keterngn seblm pergi


4. cari rmh kel atau rmh teman u/ sementara atau

pimjam uang dan menjaga rahasia


5. simpn uang, pakaian dn kopi dokumen ditempt orng

yg dipercaya agar bisa pergi dng cpt


6. berlatih dgn anak2 u/ menyelamatkn diri apakah

berhsl atau tdk, ksh tau ank2 tdk memberi tahu orla

Usaha2 menuju perbaikan


1. tindakan kekerasan adalah langkah pertama

untuk merubah dn cari pria yg percaya bahwa


setiap kekerasan adalah salah
2. buatlah tindakan kekerasan adlh aib
3. penyebarluasan pengertian dn jenis2
penganiayaan

Sangsi hukum penganiayaan di Indonesia

Di indonesia pelaku penganiayaan diancam


hukuman denda atau penjara antara 8 bln
sampai 15 thn
Bila korban adalh anggota kel dekat seperti ibu,
istri dn anak2, ancamman bisa ditambh
sepertiga dan pasal penganiayaan yg
bersangkutan
Menurut kitab uu hukum pidana (KUHP) pelaku
peaniayaan dpt dihukum denda atau penjara
pasal 351, 352 penganiayaan ringan, 353
terencana, 354 berat, 355 berat terencana, 356
ditambh sepertiga bila terhdp kel

Sumber daya yg tersedia di masy u/ korbn


1. bantuan hukum
2. kes jiwa

3. rumah aman
4. proyek pendptn kel
5. program pendidikn kel
Bagi petugas kesehatan:
1. cari tanda2 kekerasan
2. catat semua hsl temuan
3. bantulah pria , bicara dgn tomaatau

togaagar bisa membnt cara supaya kaum pria


bertj u/ menghntikn tindk kekersn trhdp wanita

Indikator kes reproduksia

Indikator langsung
1. umur harapan hidup
2. angka kematian by
Angka kematian ibu hml dan bersalin
Persentasi by dg bbl min 2500gr
5. persentasi bumil dn pengawasan by yg
dilakukn o/ tenaga terlatih minimal 1 thn setelh
by dilahirkn

Termasuk:

5.1 persentase bumil dibwh pengawasan nakes


5.2 persentase pers dibnt o/ nakes
5.3 persentase by yg diawasi o/ tenaga terlatih
5.4 persentase bumil yg dilindungi tetanus
6. persentase wanita dlm usia reproduksi yg
ikut dlm KB

Indikator tdk langsung

1. angka kematian anak dibwh 5 thn


2. persentasi rasio berat anak dn umur dn atau bb
anak dn tinggi yg sesuai
3. persentasi by yg mencapai usia 1 thn yg mendpt
imunisasi difteri (batukrejan) variola, poliomilitis dn
tuberkulosis
Termasuk
3.1 persentasi by yg mencapai 1 tn yg penuh
mendpt imunisasi difteri, tetanus, pertusis (batuk
rejan)
3.2 persentasi by yg mencapai usia 1 thn yg penuh
mendpt imunisasi poliomelitis, variola dan
tuberkulosis
4. Angka melek huruf pada usia dewasa

Penyebab lang sung kematian ibu:

1. perdarahan 40-50 persen


2. infeksi 10 persen
3. Eklamsi 13 persen
4. partus lama 9 persen
5. Aborsi 11persen

Penyebab tdk langsung kematian ibu 15

persen

Faktor yg berbeda angka kematian antara negara asean


1. negara kita merupakan negara kepulauan dgn jumlah 13000

bh
2. distribusi penduduk tdk merata
3. medan u/ konsul dn rujukn sangt brt krn jurang. Ngarai,
sungai gunung, daratn yg luas, tanpa sarana yg memadai
4. distribusi para ahli yg tdk merata, sebgian bsr ngumpul
dikota yg lebih menjanjikn penghsilan
5. jumlah dr ahli obgin br mencapai 2000 orang dgn jumlah
penduduk 220 jt orang
6. masyarakt msh terbiasa dgn dukun krn tarip murah
7. sarana kes jauh dn mahal
8. alokasi dana kes dgn jumlah penduduk pincang dn msh
kurang
9. akibt rendhnya pendptn perkapita, kemiskinan dn kebodohn,
akhirnya tdk sanggup membiaya diri dn kel ini kendala
menentukn tinggi rendahnya kematian ibu dn perinatal

Penyebab kematian maternal menurut obstetri

sosial
1. kesanggupan dlm memberikan pely gawat
darurat
2. keadaan gizi bumil-laktasi yg terkait dgn
status sos ekonomi
3. kebodohan kemiskinan sehingga masih
tetap berorientasi pd pely tradisional
4. penerimaan gerakan KB masih kurang yg
nyata mdpt menurunkn AKi dn AKP
5. masalh prilaku sex terjd hml yg tdk dikehndk
sehingga cari jln pintas terminasi anadekuat

Penyebab tak langsung


1. rendahnya status wanita ind scr umum
2. pekerjaan yg berat sedang hml tua krn hrs

ikut menunjang kebuthn kel


3. budaya saat kritis msh memerlukn
persetujuan kel, kades sehingga terlambt
4. perhatian dn kemauan politik penguasa dlm
menentukan skala prioritas pel kes

Penyebab kematian perinatal:


1. trauma pers, infeksi dn perd
2. asfiksia saat persalinan
3. persalinanprematuritas
Upaya u/ menurunkn AKI dan AKP
1, mendekatkn pel ditengah masy dgn menemptkn

bides
2. meningkt penerimaan KB, sehingga bumil
berkurang serta diikuti komplikasi yg menurun
3. meningktkn kesejahteraan masy umumnya
4. menyebarkan obgin yg berorientasi pd aspek sosial
5. meningktkn upaya rujukn, sehingga diterima di fas
kes dlm keadaan optimal

Indikator permasalahan kesrep di indonesia


1. jender
2. kemiskinan
3. pendidikn yg rendah
4. kawin muda
5.kekurangan gizi dn kes yg buruk
6. beban kerja yg bert

1.jender

peran wanita dn pria menurut budaya beda2,


jender suatu konstruksi mempengaruhi tk kes
o/ sebab itu tk kes wanita beda2
2. kemiskinan mengakibtkn:
- makanan yg tdk ckp/makn yg kurng gizi
- persediaan air yg kurang, sanitasi jelek dn
perumhn tdk layak, tdk mendpt pelyn yg baik

3.Penddkn yg rendh
Kemiskinan mempengaruhi kesemptn u/ dpt

penddkn, o/krn itu anak pria lbh prioritas


sekolh. Bkn hanya tk kemiskinan yng
mempengrhi tk penddkn tapi juga jender. Orng
berpddk besar utk atasi mas dn penc peny dn
dpt cari uang sehingga mau rawt diri, ikut dlm
pengambiln keputusn dlm kel dn masy

4. Kawin muda
Negara berkemng bnyk yg wanita menik muda

dibwh usia 18 tn krn budaya diusia itu blm


nikah diktn tdk laku. Krn kemiskinan ortu cpt
melepas tj pd anak pindh kesuaminya. Wanita
muda resti pd pers, kematian 2 kali lebh bsr dr
usia diatas 20. dampk putus sekolah dn
tergntng pd suami baik ekonomi dn
pengambilan keputusan

5. Beban kerja yg brt


Wanita lebih lama 3 jam waktu bekerja dibanding

pria, sehingga dikit istirht akibtnya kelelahn kronis


dn stres
6. Kekurngan gizi dn kes yg buruk
Menurut WHO negara berkembng diperkirakn 450
jt wanita tumbh tdk sempurna krn kurng gizi masa
kanak2 krn kemiskinan dn budy suami dn ank2
jatahnya lebih dr ibu. Wanita mens seharusnya
lebih bynk gizi dr pria u/ gnti drh yg hilang, fe 3 kali
lebh bnyk dn zat yodium lebih dr pria krn bisa
gondok dpt mempengaruhi janin gg fisik dn
mental.
Wanita lebh rawan terkena peny PSM dn selalu
berhub dng air sehingga mudh terkena penularan
bakteri

Ada Bahaya Infeksi Menular Seksual (IMS) :

1. Membuat mandul.
2. Menyebabkan keguguran menimbulkan
kanker leher rahim merusak penglihatan, otak
dan hati. Jadi, jangan pernah coba-coba
walau satu sekali untuk aborsi atau
menggugurkan jabang bayi karena seks
bebas atau karena selingkuh.
Bertanggungjawablah, atas adanya jabang
bayi.
3. Bisa menular kepada bayi.
4. Lebih mudah tertular HIV/AIDS
5. Bisa menyebabkan kematian.

Banyak masalah kesehatan yang harus dihadapi oleh kaum lansia. Dalam hal

kesehatan reproduksi, misalnya. Seiring pertambahan usia, perempuan suka tidak


suka akan memasuki masa menopause. Pada masa itu, terjadi perubahan kadar
hormon reproduksi (terutama estrogen) yang dapat menyebabkan berbagai
perubahan psikologis. Keadaan itu sebenarnya bukan suatu penyakit, melainkan
suatu proses yang menjadi bagian dalam perjalanan hidup wanita. Walaupun
demikian, beberapa wanita dapat merasa terganggu bahkan hingga depresi dalam
menghadapi berbagai perubahan tersebut, sehingga terkadang membutuhkan suatu
penanganan khusus.
Penurunan kadar hormon ini menyebabkan perempuan mengalami sindrom

defisiensi estrogen meliputi gangguan vasomotor, perubahan metabolik, dan


gangguan psikologis. Gangguan vasomotor diantaranya adalah gejolak panas (hot
flush) dan berkeringat banyak. Sementara, gejala psikologis yang sering timbul
antara lain depresi, cemas, sakit kepala, insomnia, mudah lelah, gangguan gairah
seksual, dan penurunan fungsi kognitif terutama fungsi daya ingat.
Tak dapat dipungkiri, keluhan sindrom defisiensi estrogen itu akan membawa

dampak negatif terhadap peran aktif perempuan tersebut dalam lingkup keluarga,
masyarakat, dan pekerjaan. Ujung-ujung-nya, kualitas hidup menurun.
Contoh lain, infeksi. Paus Yohanes Paulus II adalah salah satu tokoh dunia yang

meninggal karena menderita penyakit infeksi yaitu infeksi saluran nafas dan saluran
kemih

Terakhir, hipertensi. Bisa dibilang, penyakit ini menjadi santapan para lansia.
Studi Framingham melaporkan bahwa setelah usia pertengahan dan lansia,
sekitar 90% dari mengalami hipertensi sepanjang sisa hidupnya. Semua
karena penuaan pada pembuluh darah. Pembuluh darah yg dulu elastis
menjadi kaku. Kemampuan autoregulasi berkurang. Malah yang terjadi
adalah penyempitan pembuluh darah karena penimbunan lemak.
Maka dari itu, jelas terlihat kaum lansia mudah sakit-sakitan. Ironisnya,
kondisi itu malah membuat mereka semakin dikucilkan karena anggota
keluarga merasa kerepotan untuk mengurus mereka. Pergeseran nilai-nilai
budaya telah membawa perhatian masyarakat terhadap masalah lansia
berkurang.
Segelintir orang mengganggap panti jompo sebagai solusi. Panti jompo bak
dua sisi mata uang. Di satu sisi, kaum lansia memperoleh kebahagiaan
karena berada di lingkungan yang senasib dengan mereka. Tapi di sisi lain,
mereka merasa kesepian dan tidak berguna (etena syndrome). Mereka
akan merasa lebih nyaman berada di tengah keluarga, berkumpul bersama
anak dan cucu. Padahal, meski usia dan fisik sudah uzur, mereka masih
dapat berkarya. Tinggal bagaimana cara kita memotivasi agar mereka dapat
mengaktualisasi diri secara optimal, seperti halnya Paus Yohanes Paulus II
yang masih mampu memimpin sakramen di tengah kondisi kritisnya.
(Felix)

Selain fisik, perubahan psikis juga sangat

mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita


dalam menjalani masa menopouse. Memang,
perubahan psikis pada masa menopouse
sangat tergantung pada masing-masing
individu. Pengaruh ini sangat tergantung pada
pandangan masing-masing wanita terhadap
menopouse. Pengetahuan yang cukup akan
membantu mereka memahami dan
mempersiapkan dirinya menjalani masa ini
dengan lebih baik.

a.

Perubahan psikis yang muncul


Pada wanita pramenoupose muncul kekawatiran,
yang disebabkan oleh perubahan fisik dan
hormonalnya, yang berakibat pada sensitif terhadap
emosi (Kasdu, 2002 : 43). Atas dasar arah
aktifitasnya emosi dibagi menjadi empat macam,
yaitu : takut, marah, cinta dan depresi (Sobur, 2003 :
225).
b. Macam emosi akibat dari perubahan psikis wanita
dalam menghadapi menopause
1) Marah, orang bergerak menentang sumber
frustasi.
2) Cemas, orang bergerak meninggalkan sumber
frustasi.
3) Depresi, orang menghentikan respon-respon
terbukanya dan mengalihkan emosi kedalam dirinya
sendiri (Mahmud, 1996 : 224).

Akibat berhentinya haid, berbagai organ reproduksi

akan mengalami perubahan. Rahim mengalami antropi


(keadaan kemunduran gizi jaringan), panjangnya
menyusut, dan dindingnya menipis. Jaringan
miometrium (otot rahim) menjadi sedikit dan lebih
banyak mengandung jaringan fibriotik (sifat berserabut
secara berlebihan). Leher rahim (serviks) menyusut
tidak menonjol kedalam vagina bahkan lama-lama
akan merata dengan dinding vagina.
Lipatan-lipatan saluran telur menjadi lebih pendek,
menipis, dan mengerut. Rambut getar yang ada pada
ujung saluran telur atau fimbria menghilang (Kasdu,
2002 : 58).
Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon
tubuh pada saat menopouse mempengaruhi berbagai
keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini
berupa keluhan-keluhan

1)

Hot flushes (perasaan panas)


Adalah rasa panas yang luar biasa pada wajah dan tubuh
bagian atas (seperti leher dan dada). Dengan perabaan tangan
akan terasa adanya peningkatan suhu pada daerah tersebut.
Gejolak panas terjadi karena jaringan-jaringan yang sensitif atau
yang bergantung pada esterogen akan terpengaruh sewaktu
kadar estrogen menurun. Pancaran panas diperkirakan
merupakan akibat dari pengaruh hormon pada bagian otak yang
bertanggung jawab untuk mengatur temperatur tubuh.
2)
Keringat Berlebihan
Cara bekerjanya secara persis tidak diketahui, tetapi pancaran
panas pada tubuh akibat pengaruh hormon yang mengatur
termostat tubuh pada suhu yang lebih rendah. Akibatnya, suhu
udara yang semula dirasakan nyaman, mendadak menjadi
terlalu panas dan tubuh mulai menjadi panas serta
mengeluarkan keringat untuk mendinginkan diri. Selain itu,
dalam kehidupan seorang wanita, jaringan-jaringan vagina
menjadi lebih tipis dan berkurang kelembabannya seiring
dengan kadar estrogen yang menurun. Gejala lain yang dialami
wanita adalah berkeringat dimalam hari.

3)

Vagina Kering

Perubahan pada organ reproduksi, diantaranya pada daerah vagina sehingga

dapat menimbulkan rasa sakit pada saat berhubungan intim. Selain itu, akibat
berkurangnya estrogen menyebabkan keluhan gangguan pada epitel vagina,
jaringan penunjang, dan elastisitas dinding vagina. Padahal, epitel vagina
mengandung banyak reseptor estrogen yang sangat membantu mengurangi
rasa sakit dalam berhubungan seksual.
4)

Tidak dapat menahan air seni

Ketika usia bertambah, air seni sering tidak dapat ditahan pada saat bersin

dan batuk. Hal ini akibat estrogen yang menurun sehingga salah satu
dampaknya adalah inkonsitensia urin (tidak dapat mengendalikan fungsi
kandung kemih). Perlu diketahui, dinding serta lapisan otot polos uretra
perempuan juga mengandung banyak reseptor estrogen. Kekurangan
estrogen menyebabkan terjadinya gangguan penutupan uretra dan
perubahan pola aliran urin menjadi abnormal sehingga mudah terjadi infeksi
pada saluran kemih bagian bawah.
5)

Hilangnya jaringan penunjang

Rendahnya kadar estrogen dalam tubuh berpengaruh pada jaringan kolagen

yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen


menyebabkan kulit kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok, gigi
mudah goyang dan gusi berdarah, sariawan, kuku rusak, serta timbulnya rasa
sakit dan ngilu pada persendian

6)

Penambahan berat badan


Saat wanita mulai menginjak usia 40 tahun, biasanya tubuhnya
mudah menjadi gemuk, tetapi sebaliknya sangat sulit
menurunkan berat badannya. Berdasarkan penelitian, setiap
kurun 10 tahun, akan bertambah berat badan atau tubuh
melebar kesamping secara bertahap. Hal ini diduga ada
hubungannya dengan turunnya estrogen dan gangguan
pertukaran zat dasar metabolisme lemak.
7)
Gangguan mata
Kurang dan hilangnya estrogen mempengaruhi produksi kelenjar
air mata sehingga mata terasa kering dan gatal.
8)
Nyeri tulang dan sendi
Seiring dengan meningkatnya usia maka beberapa organ tidak
lagi mengadakan remodeling, diantaranya tulang. Bahkan,
mengalami proses penurunan karena pengaruh dari perubahan
organ lain. Selain itu dengan bertambahnya usia penyakit yang
timbul semakin beragam. Hal ini tentu saja berkaitan dengan
kebugaran dan kesehatan tubuh wanita (Kasdu, 2002 : 56).

- Pendidikan seksual selain menerangkan

tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga


menerangkan tentang aspek-aspek psikologis
dan moral.
- Pendidikan seksual yang benar harus
memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia.
Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan
sehingga akan merupakan pendidikan akhlak
dan moral juga.

Tujuan pendidikan seks :


- Memberikan pengertian yang memadai mengenai

perubahan fisik, mental dan proses kematangan


emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada
remaja.
- Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan
dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran,
tuntutan dan tanggungjawab)
- Membentuk sikap dan memberikan
pengertian terhadap seks dalam semua manifestasi
yang bervariasi
- Memberikan pengertian bahwa hubungan antara
manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu
dan kehidupan keluarga.
- Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral
yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional
dalam membuat keputusan berhubungan dengan
perilaku seksual.

- Memberikan pengetahuan tentang kesalahan

dan penyimpangan seksual agar individu dapat


menjaga diri dan melawan eksploitasi yang
dapat mengganggu kesehatan fisik dan
mentalnya.
- Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan
terhadap seksual yang tidak rasional dan
eksplorasi seks yang berlebihan.
- Memberikan pengertian dan kondisi yang
dapat membuat individu melakukan aktivitas
seksual secara efektif dan kreatif dalam
berbagai peran, misalnya sebagai istri atau
suami, orangtua, anggota masyarakat.

Pendidikan Seks = Pornografi?


Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu

upaya untuk "mengerem" kasus-kasus itu, sampai saat ini masih


saja diperdebatkan (bahkan banyak yang enggak setuju).
Sementara, pornografi tiap saat ditemui remaja. Beberapa kajian

menunjukkan, remaja haus akan informasi mengenai persoalan


seksualitas dan kesehatan reproduksi.
Penelitian Djaelani yang dikutip Saifuddin (1999:6) menyatakan, 94
persen remaja menyatakan butuh nasihat mengenai seks dan
kesehatan reproduksi. Namun, repotnya, sebagian besar remaja justru
tidak dapat mengakses sumber informasi yang tepat. Jika mereka
kesulitan untuk
mendapatkan informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan
sekolah dan petugas kesehatan, maka kecenderungan yang muncul
adalah coba-coba sendiri mencari sumber informal.
Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B Hurlock (1994:226), informasi

mereka coba dipenuhi dengan cara membahas bersama temanteman, buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan dengan
jalan masturbasi, bercumbu atau berhubungan seksual. Kebanyakan
masih ada anggapan, seksualitas dan kesehatan reproduksi dinilai
masih tabu untuk dibicarakan remaja.

Ada kekhawatiran (asumsi) untuk membicarakan persoalan

seksualitas kepada remaja, sama halnya memancing remaja untuk


melakukan tindakan coba-coba.
Sebenarnya, masalah seksualitas remaja adalah problem yang tidak

henti-hentinya diperdebatkan. Ada dua pendapat tentang perlu


tidaknya remaja mendapatkan informasi seksualitas. Argumen
pertama memandang, bila remaja mendapat informasi tentang seks,
khususnya masalah pelayanan kesehatan reproduksi, justru akan
mendorong remaja
melakukan aktivitas seksual dan promiskuitas lebih dini.
Sedangkan pendapat kedua mengatakan, remaja membutuhkan

informasi tentang
perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada
perilaku seksual dalam rangka menumbuhkan rasa tanggung jawab
dan kesadaran terhadap kesehatannya.
Remaja sendiri merupakan kelompok umur yang sedang mengalami

perkembangan. Banyak di antara remaja berada dalam kebingungan


memikirkan keadaan dirinya. Sayangnya, untuk mengetahui persoalan
seksualitas masih terdapat tembok penghalang. Padahal, mestinya
jauh
lebih baik memberikan informasi yang tepat pada mereka daripada
membiarkan mereka mencari tahu dengan caranya sendiri.

Pendidikan seksualitas masih dianggap sebagai

bentuk pornografi. Padahal, dalam gambaran


penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Studi
Seksualitas PKBI-DIY di wilayah Yogyakarta pada
pertengahan tahun 2000 terhadap persepsi remaja
dan guru (mewakili orangtua), anggapan itu tidak
sepenuhnya terbukti.
Selama ini pendidikan seks dipersepsikan sebagai
sebuah hal yang sifatnya pornografi yang tidak
boleh dibicarakan, apalagi oleh remaja. Dari hasil
kuesioner menggambarkan, hanya sekitar 14,29
persen (responden guru) yang menyatakan,
pendidikan seks sama dengan
pornografi. Dari remaja sendiri anggapan tentang
pendidikan seks sama dengan pornografi tidak
terbukti (0 persen).

Remaja dan pendidikan seks?


Masih amat sedikit pihak yang mengerti dan

memahami betapa pentingnya pendidikan


seksualitas bagi remaja. Faktor kuat yang membuat
pendidikan seksualitas sulit diimplementasikan
secara formal adalah persoalan budaya dan agama.
Selain itu, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah
kentalnya budaya patriarki yang mengakar di
masyarakat. Seksualitas masih dianggap sebagai isu
perempuan belaka.
Pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakan
karena berdampak negatif, dan salah satu upaya
membentengi remaja dari pengetahuan seks yang
menyesatkan adalah dengan memberikan pendidikan
seksualitas yang benar. WHO menyebutkan, ada dua
keuntungan yang dapat diperoleh dari pendidikan
seksualitas.

Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan

seks sebelum menikah.


Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual,
mereka akan melindungi dirinya dari penularan penyakit menular
seksual dan HIV/AIDS.
Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan
seksualitas yang diberikan harus sesuai kebutuhan remaja, serta
tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri.
Maka, pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan:
Pertama, pendidikan seksualitas harus didasarkan
penghormatan hak reproduksi dan hak seksual remaja untuk
mempunyai pilihan.
Kedua, berdasarkan pada kesetaraan jender.
Ketiga, partisipasi remaja secara penuh dalam proses
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan seksualitas.
Keempat, bukan cuma dilakukan secara formal, tetapi juga
nonformal.

- Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan

dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.


Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam
hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek
kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan
untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
- Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas
sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan
dengan keadaan khusus anak.
- Usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulangulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa
jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga
perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa
yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari
pengetahuannya. (e-psikologi/cpk)

Waspada !
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya

untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain


dikenal sebagai :
- Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa
manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan
hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali
menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
- Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan
seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan
sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan
untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
- Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan
seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya
seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk
mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang
sebenarnya masih dapat dikerjakan. (e-psikologi/cpk)

Kiat:
- Dalam membicarakan masalah seksual adalah yang

sifatnya sangat pribadi dan membutuhkan suasana


yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara orangtua
dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara
ibu dengan anak perempuannya atau bapak dengan
anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan
dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak
laki-lakinya atau bapak dengan anak perempuannya.
- Usahakan jangan sampai muncul keluhan seperti
tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan,
kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
- Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana,
jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
- Isi uraian yang disampaikan harus objektif, namun
jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah
bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi.

Makanan Dan Pola Makan Penunjang Stamina


Astaga!HidupGaya - Menjaga tubuh agar tetap bugar

dan stamina yang bagus ternyata bukan hanya melalui


olahraga saja, akan tetapi juga erat kaitannya dengan
makanan yang kita santap. Lantas pola makan dan
makanan apa saja yang kira-kira dapat membantu
untuk menjaga agar stamina kita tetap prima? Yuk ikuti
saran berikut..
Menurut para pakar gizi, makanan yang baik haruslah
seimbang dan cukup. Yang juga perlu diperhatikan
adalah kebutuhan kalori tiap individu. Kebutuhan kalori
rata-rata untuk pria adalah 2.100 - 2.300 kalori.
Sedangkan untuk perempuan rata-rata 1.700 - 1.900
kalori. Kebutuhan kalori ini juga bergantung pada
aktivitas serta berat badan seseorang.

Berikut beberapa saran dari para pakar gizi mengenai

makanan dan pola makan yang sehat dan seimbang:


1. Mengkonsumsi makanan seimbang yang
mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan
mineral.
2. Jangan lupa sarapan. Sarapan sangat penting untuk
mendapat energi guna melakukan aktivitas pada pagi
hari.
3. Minum susu atau jus buah. Jus mengandung
glukosa buah yang mudah diserap tubuh dan bisa
digunakan sebagai energi.
4. Jangan remehkan kudapan. Sebaiknya pilih
kudapan yang tidak berkalori tinggi, misalnya buahbuahan dan biskuit berbahan gandum.
5. Minum air putih delapan gelas sehari. Air putih
sangat membantu tubuh dalam melakukan proses
metabolisme.

6. Jadwalkan waktu minum Anda. Caranya dengan

menyediakan beberapa botol air mineral di meja kerja.


Jika botol-botol itu masih penuh air pertanda bahwa
Anda belum minum.
7. Jangan terlalu banyak minum kopi. Kelebihan kopi
akan membuat stamina tubuh berkurang. Anda menjadi
cepat gelisah, pusing dan lemas.
8. Hindari minuman manis, kecuali kalau Anda
mengalami hipoglikemi (kencing manis). Saat Anda
minum manis, insulin langsung akan dikeluarkan tubuh
untuk memasukkan gula ke dalam sel. Bila ini terjadi,
Anda akan menjadi lebih cepat lapar. Kalau makanan
Anda sudah bagus, maka tidak perlu mengkonsumsi
minuman manis.
9. Hindari makanan asin. Selain membuat tenggorokan
tidak enak. Juga bisa menyebabkan dehidrasi.
10. Variasikan makanan Anda.

11. Bila ingin menkonsumsi suplemen vitamin,

sebaiknya pilih multivitamin yang sesuai dengan


anjuran RDA (recommended daily allowance)
dan bukan megadosis. Vitamin yang paling
berhubungan dengan stamina adalah vitamin B
komplek dan C. Jadi kalau beban pekerjaan
sedang menumpuk, menambahkan kedua
suplemen vitamin tersebut bisa bermanfaat.
12. Mulailah berolahraga. Paduan antara
makanan yang baik dengan olahraga yang
cukup akan memberikan stamina lebih pada
aktivitas Anda

UPAYA SAFE MOTHERHOOD

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil

dan bersalin adalah masalah besar di negara


berkembang. di negara miskin, sekitar 25-50%
kematian wanita usia subur (WUS) disebabkan
hal berkaitan dengan kehamilan. Tahun 1996,
WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu
pertahunnya meninggal saat hamil atau
bersalin. Pada tahun 1999, WHO meluncurkan
strategi MPS (Making Pregnancy Safer),
didukung oleh badan-badan internasional
seperti UNFPA, UNICEF, dan World Bank.

Pada dasarnya, MPS meminta perhatian pemerintah dan


masyarakat di setiap negara untuk :
menempatkan safe motherhood sebagai prioritas utama dalam
rencana pembangunan nasional dan internasional
menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal
mengembangkan sisitem yang menjamin pelaksanaan yang
telah disusun
memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal, keluarga berencana, aborsi legal baik publik maupun
swasta
meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan
maternal neonatal serta pengendalian fertilitas pada tingkat
keluarga dan lingkungannya
memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatn maternal
dan neonatal

Intevensi strategis dalam upaya safe motherhood dinyatakan

sebagai Empat pilar safe motherhood, yaitu :


Keluarga Berencana, yang memastikan bahwa setiap orang
atau pasangan mempunyai akses ke informasi dan pelayanan
KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk
kehamilan, jarak kehamilan dan jumlah anak. dengan demikian
diharapkan tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan.
kehamilan yang masuk dalam kategori "4 telalu", yaitu terlalu
muda, terlalu tua, terlalu sering, terlalu banyak anak.
Pelayanan Antenatal, untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin, dan memastikan bahwa komplikasi
dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
Persalinan Yang Aman, memastikan bahwa semua penolong
persalinan mempunyai pengetahuan, keterampilan dan alat
untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih, serta
memberikan pelayanan nifas kepada ibu dan bayi.
Pelayanan Obstetri Esensial, memastikan bahwa pelayanan
obstetri untuk resiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu
hamil yang membutuhkannya.

Kebijaksanaan Depkes untuk mempercepat penurunan AKI


adalah mengupayakan agar :
Setiap persalinan ditolong atau minimal didampingi oleh bidan,
dan
Pelayanan obstetri sedekat mungkin kepada semua ibu hamil.
Beberapa bentuk keterlibatan sektor lain di samping kesehatan
dalam upaya penurunan AKI adalah sebagai berikut :
1. Gerakan Sayang Ibu (GSI), meliputi advokasi dan mobilisasi
sosial dan mempromosikan kegiatan yang berkaitan dengan
kecamatan sayang ibu dan rumah sakit sayang ibu, untuk
mencegah 3 terlambat :
Keterlambatan di keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan
membuat keputusan untuk segera mencari petolongan
Keterlambatan dalam mencapai fasilitas pelayanan kesehatan
Keterlambatan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapat
pertolongan yang dibutuhkan

2. Kelangsungan hidup, perkembangan dan

perlindungan ibu dan anak, untuk menurunkan


AKI dan AKB dengan kegiatan utamanya adalah
koordinasi perencanaan dalam penentuan
kegiatan dan pembiayaan dari berbagai sumber
dana dari sektor yang terkait dalam upaya itu.
3. Gerakan Reproduksi Keluarga Sehat, dimulai
oleh BKKBN merupakan upaya promosi
mendukung terciptanya keluarga yang sadar
akan pentingnya mengupayakan kesehatan
reproduksi, di antara masalah yang
dikemukakan adalah masalah kematian ibu.
4. Sektor lainnya adalah : POGI, IBI, Perinasia,
PKK dan pihak lain sesuai dengan peran dan
fungsinya masing-masing.

MAKING PREGNANCY SAFER

UPAYA MAKING PREGNANCY SAFER


DALAM RANGKA MENURUNKAN ANGKA
KEMATIAN IBU
LATAR BELAKANG
Penyebab NON-MEDIS tingginya AKI dan AKB
adalah MULTIFAKTORIAL:
1. Sosial-ekonomi
2. Budaya
3. Demografi
4. Geografi
5. Kemauan politik

Penyebab MEDIS tingginya AKI dan AKB:

1. Kurang:
a. Sarana/Prasarana : Jumlah, Mutu, dan Penyebaran
b. Kompetensi Managerial
c. Etika, Dedikasi dan Kinerja
2. PENDEKATAN: Terlalu BIOMEDIS, kurang
memperhatikan faktor lingkungan
3. Titik berat pelayanan
a. Kuratif Medis
b. Sistem Rujukan belum efektif
c. Dedikasi dan Kinerja masih kurang
d. Bentuk Pelayanan Terbatas: PNC, IPC, PPC
(MATERNITY CARE)
e. Lebih banyak memberikan CURE (kenyamanan
fisik) daripada Care(kenyamanan emosional)

Penyebab Tingginya AKI dan AKB lainnya:

a. Jumlah PasanganUsiaSuburterlalu banyak


b. Faktor Risiko masih banyak, umur, paritas, gizi
buruk.
c. Karakteristik Bumil tidak menguntungkan
d. Akses untuk mendapat pelayanan yang baik, tepat
waktu, masih terbatas, karena ignorance, poverty
dan inaccessibility
MASALAH-MASALAH
Apa mungkin semua penyebab diperbaiki secara
simultan? Tidak mungkin.
Karena itu perlu dipilih prioritas yang mempunyai daya
ungkit paling besar

STRATEGI PERBAIKAN

Tujuan dan Parameter yang lebih baik

TUJUAN :
a. Memperbaiki derajat kesehatan reproduksi
b. Mempersiapkan generasi penerus (SDM)
yang baik
c. Melestarikan umat manusia

PARAMATER:
a. Angka Kesakitan Ibu dan Bayi
b. Harapan Hidup
c. Quality Of Life

METODOLOGI:

Pelayanan Lebih Komprehensif Promotif,


Preventif, Kuratif, Rehabilitasi melalui:
1. PELAYANAN STANDAR: PNC, IPC, PPC
dan IC.
2. PELAYANAN KHUSUS:
a. Safe Motherhood Initiative (SMI)
b. Risk Approach Strategy (RAS)
c. Referral System (RS)
d. Making Pregnancy Safer (MPS)

KOMPETENSI LEBIH LENGKAP

Klinik, Etika dan MANAJERIAL


APA YANG BISA DITAWARKAN OLEH
PROFESI
1. Memperbaiki mutu petugas
2. Perbaikan mutu sistem pelayanan, terutama
RAS dan RS
3. Kerjasama lintas sektoral yang
berkesinambungan antar STAKEHOLDER,
agar tercapai hasil yang maksimal.

Strategi MPS mendukung target

internasional yang telah disepakati.


Dengan demikian, tujuan global MPS
adalah untuk menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai
berikut:
a. Menurunkan angka kematian ibu
sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI
tahun 1990.
b. Menurunkan angka kematian bayi
menjadi kurang dari 35/1.000 kelahiran
hidup pada tahun 2015.

Berdasarkan lesson learned dari upaya Safe

Motherhood, maka pesan-pesan kunci MPS


adalah:
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih.
b. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal
mendapat pelayanan yang adekuat.
c. Setiap perempuan usia subur mempunyai
akses terhadap pencegahan kehamilan yang
tidak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.

Visi

Dalam konteks Rencana Pembangunan Kesehatan


menuju Indonesia Sehat 2010, visi MPS adalah:
Semua perempuan di Indonesia dapat menjalani
kehamilan dan persalinan dengan aman dan bayi
dilahirkan hidup dan sehat.
Misi
Misi MPS adalah menurunkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir melalui
pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin
akses terhadap intervensi yang cost effective
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas,
memberdayakan perempuan, keluarga dan
masyarakat mempromosikan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam
program pembangunan nasional.

Tujuan

Menurunkan kesakitan dan kematian ibu dan bayi


baru lahir di Indonesia.
Target
Target yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah
sebagai berikut:
Target dampak kesehatan
a. Menurunkan AKI menjadi 125/100.000 kelahiran
hidup
b. Menurunkan angka kematian neonatal menjadi
15/1.000 kelahiran hidup
c. Menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil
menjadi 20%
d. Menurunkan angka kehamilan yang tidak
diinginkan dari 17,1% menjadi 11%

Target proses

a. Meningkatkan cakupan pelayanan


antenatal 1 kali (K1) menjadi 95% termasuk
cakupan Fe1, TT1.
b. Meningkatkan cakupan pelayanan
antenatal 4 kali (K4) menjadi 90% termasuk
cakupan Fe3 dan TT2/TT ulang.
c. Meningkatkan cakupan persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan terampil
menjadi 85%.
d. Meningkatkan cakupan pelayanan
komplikasi obstetri dan neonatal yang
berkualitas, termasuk pelayanan pasca
keguguran menjadi 80% dari jumlah kasus
yang diperkirakan.

e. Meningkatkan dan melaksanakan

Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi


Dasar (PONED) di sekurang-kurangnya 4
puskesmas dengan tempat tidur di
kabupaten/kota.
f. Meningkatkan dan melakanakan Pelayanan
Obstetri dan Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) selama 24 jam di tiap
rumah sakit kabupaten/kota.
g. Meningkatkan cakupan pelayanan KB
pascapersalinan dan pascakeguguran sampai
100%.
h. Meningkatkan anggaran program untuk
menunjang kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
i. Memantapkan organisasi seluruh Dinas
Kesehatan kabupaten/kota.

Strategi

Untuk dapat mencapai tujuan dan target tersebut diatas telah


diidentifikasi 4 strategi utama yang konsisten dengan Rencana
Indonesia Sehat 2010.
Empat strategi utama tersebut adalah:
a. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir berkualitas yang cost-effective dan
berdasarkan bukti.
b. Membangun kemitraan yang efektif melalui kerjasama lintas
program, lintas sektor dan mitra lainnya untuk melakukan
advokasi guna memaksimalkan sumber daya yang tersedia
serta meningkatkan koordinasi perencanaan dan kegiatan
MPS.
c. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga
melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku
sehat dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi
baru lahir.
d. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin
penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir.

Bagan Safe Motherhood

Safe Motherhood
Hak Asasi Manusia
Pemberdayaan perempuan
Sektor kesehatan
Pendidikan
MPS
Pembangunan sosio-ekonomi
Fokus pada:
Akses terhadap pelayanan oleh tenaga kesehatan
terampil
Akses terhadap pelayanan rujukan, jika terjadi
komplikasi
Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan
penanganan komplikasi keguguran

Strategi

Kualitas dan cakupan pelayanan


Kemitraan lintas sektor
Pemberdayaan perempuan dan keluarga
Pemberdayaan masyarakat
Justifikasi strategi
Pengalaman dari seluruh dunia dalam beberapa
dekade terakhir menunjukkan bahwa kematian ibu
dapat diturunkan secara signifikan dengan investasi
yang terbatas melalui program yang efektif,
kebijakan dan upaya di bidang legislatif yang
menunjang ataupun intervensi sosial masyarakat.
Sebagai komponen penting dari Safe Motherhood
nilai tambah Make Pregnancy Safer terfokus pada
sektor kesehatan

Justifikasi strategi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Intervensi klinis yang cost effective dan berdasarkan


bukti ilmiah
Beberapa kegiatan yang dianjurkan di masa lampau
seperti penapisan (screening) rutin pada pelayanan
antenatal terhadap faktor resiko (tinggi dan berat badan)
dan pelatihan dukun bayi secara besar-besaran tidak
efektif dalam menanggulangi penyebab utama kematian
ibu. Hasil penelitian dan pengalaman praktis telah
menunjukkan bahwa intervensi kesehatan spesifik dapat
menurunkan insidens dan beratnya komplikasi yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas
pada ibu dan bayi baru lahir:
- Tersedianya penolong persalinan terampil
- Pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar dan
komprehensif
- Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan serta
penanganan komplikasi keguguran

b. Sistem kesehatan yang berfungsi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa


menghadapi tantangan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir yang
kompleks bergantung pada suatu sistem
pelayanan kesehatan yang berfungsi,
khususnya jika timbul komplikasi. Pengalaman
telah menunjukkan pula bahwa intervensi
tunggal tidak cukup, yang diperlukan adalah
pelayanan kehamilan, persalinan, dan nifas
yang berkesinambungan oleh tenaga
kesehatan yang terampil untuk mencegah dan
mendeteksi serta menangani komplikasi pada
ibu dan bayi baru lahir.

c. Kegiatan masyarakat

Telah dibuktikan bahwa intervensi sosial dan masyarakat


harus dilakukan pada tiap kegiatan sektor kesehatan.
Keluarga dan masyarakat memiliki peran utama dalam
memanfaatkan akses pelayanan dan melindungi kesehatan
perempuan melalui peningkatan perilaku hidup sehat dan
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan.

d. Upaya hukum dan kebijakan


Komitmen politik jangka panjang merupakan persyaratan
utama. Jika pengambil keputusan pada tingkat teratas telah
memutuskan untuk menanggulangi kematian ibu, maka
sumber daya yang diperlukan akan diupayakan dan diambil
kebijakan yang dibutuhkan. Tanpa komitmen jangka
panjang yang kuat, proyek-proyek tidak akan menjadi
program dan kegiatan tidak akan berkesinambungan.
Lagipula, lingkungan sosial, hukum dan ekonomi yang
mendukung akan memungkinkan

perempuan mengatasi berbagai kesulitan yang

membatasi aksesnya terhadap pelayanan kesehatan.

e. Membangun kemitraan yang efektif


Kemitraan antar pihak yang terlibat sangat penting
untuk pengambilan keputusan pada tingkat pusat dan
daerah untuk menyesuaikan intervensi dengan
kebutuhan spesifik daerah. Intervensi kesehatan ibu
dan bayi baru lahir perlu dilakukan secara
terkoordinasi dan terintegrasi dengan program
kesehatan lain yang sedang meningkat seperti
HIV/AIDS, malaria, TB paru, kesehatan anak,
imunisasi, dan gizi. Sampai sekarang belum terdapat
cukup perhatian terhadap tantangan epidemi
HIV/AIDS yang sedang meningkat dan kebutuhan
untuk mengurangi resiko infeksi HIV/AIDS pada
perempuan dan bayi.

f. Komunikasi dan advokasi

Melalui proses komunikasi, konsultasi, fasilitasi, dan


peningkatan kemampuan yang fokus pada
masyarakat, media dan petugas kesehatan
profesional dapat memberi informasi yang tepat
pada masyarakat. Dengan demikian, masyarakat
akan menuntut pelayanan yang mereka inginkan
serta mengembangkan kemampuan untuk
mengubah perilaku mereka sendiri.

g. Pemantauan dan evaluasi


Dalam kenyataannya AKI sebagai indikator status
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang konvensional
bukanlah indikator yang tepat untuk memantau
kemajuan dalam jangka waktu pendek. Indikator
yang dapat digunakan untuk pemantauan program
dan strategi MPS secara berkala adalah indikator
proses. Indikator proses dapat membantu
menggambarkan upaya penurunan kematian ibu.

Indikator proses meliputi:

* Jumlah dan distribusi pelayanan obstetri


neonatal essensial
* Proporsi persalinan yang ditolong tenaga
kesehatan terampil atau persalinan di fasilitas
pelayanan
* Angka komplikasi yang ditemukan, dirujuk
dan ditangani
* Angka persalinan dengan tindakan bedah
(seksio caesarea, forceps dan vaccum
ekstraksi), serta
* Case fatality rate di fasilitas pelayanan

Prinsip dasar pelaksanaan strategi

a. MPS dilaksanakan dalam konteks Rencana


Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat
2010.
b. MPS dilaksanakan dalam konteks pelayanan
kesehatan primer melalui pemantapan sistem
pelayanan dan rujukan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir serta perluasan pelayanan di berbagai tingkat.
c. MPS dilaksanakan dalam konteks desentralisasi
yang menjamin integrasi yang mantap dalam
perencanaan pembangunan kesehatan serta proses
alokasi anggaran.
d. MPS difokuskan pada pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir sesuai dengan standar, cost-effective
dan berdasar bukti pada semua tingkat pelayanan dan
rujukan kesehatan baik di sektor pemerintah maupun
swasta.
e. MPS difokuskan pada peningkatan sistem pelayanan
kesehatan untuk menjamin ketersediaan akses
terhadap pelayanan kesehatan

f. MPS difokuskan pada pendekatan yang berorientasi pada

ibu sebagai sasaran pelayanan. Dengan demikian,


perempuan akan lebih tanggap dan mampu memanfaatkan
pelayanan kesehatan.
g. MPS bekerjasama dengan wakil masyarakat dan
kelompok masyarakat lainnya guna mengidentifikasi
kegiatan di tingkat keluarga dan masyarakat yang
mendukung kegiatan yang mempunyai dampak kesehatan.
h. MPS bekerjasama dengan pihak-pihak yang terlibat
dalam masyarakat untuk mengidentifikasi isu-isu sosial,
budaya dan ekonomi yang perlu diatasi.
i. MPS bekerja secara partisipatif, terkoordinasi dan sesuai
dengan situasi dan kondisi dalam mengembangkan strategi
daerah milik sendiri. Pendekatan ini dapat memaksimalkan
kualitas, pemanfaatan dan kelestarian.
j. MPS memfasilitasi kegiatan-kegiatan lokal sambil
meningkatkan kemampuan pihak-pihak yang terlibat dalam
menentukan dan melaksanakan solusi mereka sendiri.

k. MPS berupaya untuk mempromosikan

keadilan dalam alokasi sumber daya untuk


menjamin agar pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir dapat dijangkau oleh kaum
miskin dan penduduk yang kurang mampu
dimanapun mereka berada.
l. MPS diselenggarakan sesuai dengan
kebutuhan, kemampuan dana dan sumber
daya kabupaten/kota yang bersangkutan.
m. MPS didasarkan pada semua kegiatan yang
telah ada dan bekerjasama dengan mitra untuk
memaksimalkan sumber daya dan mengurangi
tumpang tindih kegiatan.

n. MPS menjamin agar bidan di desa

meningkatkan kerjasama dengan dukun bayi


untuk memberi dukungan pada pelayanan ibu
dan bayi baru lahir.
o. MPS melakukan pemantauan kemajuan
kegiatan dan evaluasi program setelah 2
tahun pelaksanaan.
p. MPS akan menetapkan peningkatan
kegiatan berdasarkan pengalaman/lessons
learned.

EMPAT STRATEGI INTENSIF

Dalam upaya menurunkan angka kematian ibu dan


bayi baru lahir, maka dilakukan empat strategi intensif
yaitu:
a. Meningkatkan cakupan, mutu, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Meningkatkan
cakupan dilakukan dengan menempatkan bidan di
desa, mendirikan pos bersalin desa (polindes), dan tim
mobil pelayanan keliling. Meningkatkan mutu
dilakukan melalui pelatihan dan perbaikan peralatan
untuk menunjang PONED (Pelayanan Obstetri
Neonatal Emergensi Dasar) dan PONEK (Pelayanan
Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif).
Sedangkan peningkatan keterjangkauan dilakukan
melalui program orang miskin. Sekarang ini pelayanan
kesehatan orang miskin ditanggung pemerintah
melalui kartu miskin. Di masa mendatang, pelayanan
orang miskin akan dikontrakkan kepada PT Askes

b. Pemberdayaan wanita dan keluarga. Upaya ini

dilakukan dengan berbagai cara, termasuk peraturan


dan perundangan yang menyamakan hak perempuan
dan hak laki-laki, meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman perempuan dan keluarga melalui
diseminasi dan penggunaan buku KIA (kesehatan ibu
dan anak), sadar gizi, dan keluarga siaga.
c. Pemberdayaan masyarakat. Upaya ini dilakukan
melalui penyelenggaraan posyandu dan
pengembangan desa siaga. Kegiatan desa siaga
termasuk antara lain: transfusi darah masyarakat,
ambulans masyarakat, dan tabungan ibu bersalin.
Masyarakat juga dilibatkan dalam pelaksanaan
kegiatan rumah sakit sayang ibu, antara lain melalui:
deteksi kehamilan berisiko tinggi, menyediakan sarana
untuk transportasi ke rumah sakit rujukan, dan
memberikan bantuan dana pada keluarga yang
memerlukannya.

d. Kerja-sama lintas sektoral. Meningkatkan

status perempuan bekerja-sama dengan


Kantor Menteri Negara Perempuan dan
BKKBN; meningkatkan pendidikan ibu-ibu
dengan Departemen Pendidikan Nasional;
meningkatkan ketrampilan dengan organisasi
profesi. Kerja-sama lintas sektoral tidak saja
dengan sektor pemerintah, tetapi juga
organisasi profesi, seperti IBI (Ikatan Bidan
Indonesia), POGI (Persatuan Obstetri dan
Ginekologi Indonesia), dan IDI (Ikatan Dokter
Indonesia).

Faktor penyebab medis kematian ibu, seperti

perdarahan, eklampsi, dan infeksi tidak sulit,


tetapi yang menyangkut faktor penyebab nonmedis, seperti faktor sosial budaya yang
kurang mendukung, kemampuan sosial
ekonomi yang terbatas, pendidikan yang
rendah, status perempuan yang masih rendah,
dan hambatan transportasi, tidak mudah
diatasi.

Hal terakhir ini menjadi persoalan yang secara

tidak langsung bermuara kepada dua hal


penting:
a. Tiga terlambat, dan
Tiga terlambat mencakup: keluarga terlambat
mengambil keputusan mencari pelayanan
diantaranya disebabkan status perempuan
yang rendah, terlambat tiba di rumah sakit
karena masalah transportasi, dan terlambat
dilakukan tindakan medis. Keterlambatan
terakhir karena tidak memadainya fasilitas
pelayanan yang tersedia.

b. Empat terlalu.

Sedangkan empat terlalu, yaitu terlalu muda


hamil, terlalu tua hamil, terlalu banyak anak,
dan terlalu pendek jarak kelahiran, lebih
berkait dengan masalah sosial-budaya.
Hambatan non-medis ini merupakan yang
terberat. Teknologi kesehatan untuk
mengatasi komplikasi kehamilan dan
persalinan sebenarnya tidaklah sulit, tetapi
yang sulit adalah membuat teknologi ini dekat
kepada masyarakat, terutama masyarakat kita
yang tinggal di desa-desa terpencil dengan
sarana transportasi yang kurang.

Anda mungkin juga menyukai