Anda di halaman 1dari 8

1

A. Proses Penuaan
1. Pengertian
Menjadi tua merupakan kodrat yang harus dijalani oleh semua
insan di dunia. Namun, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, proses penuaan dapat diperlambatatau dicegah
(Smith, 2001).
Menjadi tua atau aging adalah suatu proses menghilangnya
kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki atau
mengganti

diri

dan

normalnya.

Akibatnya

mempertahankan
tubuh

tidak

struktur,

dapat

serta

bertahan

fungsi

terhadap

kerusakan atau memperbaiki kerusakan tersebut (Cunningham,


2003). Proses penuaan ini akan terjadi pada seluruh organ tubuh
meliputi organ dalam tubuh, seperti jantung, paru-paru, ginjal, indung
telur, otak, dan lain-lain, juga organ terluar dan terluas tubuh, yaitu
kulit (Cunningham, 2003; Yaar & Gilchrest, 2007).
2. Patogenesis Proses Penuaan
Proses penuaan kulit berlangsung secara perlahan-lahan (Leijden,
1990; Yaar & Gilchrest, 2007). Batas waktu yang tepat antara
terhentinya pertumbuhan fisik dan dimulainya proses penuaan tidak
jelas, tetapi umunya sekitar usia pertengahan dekade kedua mulai
terlihat tanda penuaan kulit (Cunningham, 2003). Berbagai teori
tentang proses penuaan telah dikemukakan, antara lain:
a. Teori Replikasi DNA

Teori ini mengemukakan bahwa proses penuaan merupakan akibat


akumulasi bertahap kesalahan dalam masa replikasin DNA,
sehingga terjadi kematian sel. Kerusakan DNA akan menyebabkan
pengurangan kemampuan replikasi ribosomal DNA (rDNA) dan
mempengaruhi masa hidup sel. Sekitar 50% rDNA akan menghilang
dari sel jaringan pada usia kira-kira 70 tahun (Cunningham, 2003;
Yaar & Gilchrest, 2007).
b. Teori Kelainan Alat
Terjadinya proses penuaan adalah karena kerusakan sel DNA
yang mempengaruhi pembentukan RNA sehingga terbentuk
molekul-molekul

RNA

yang

tidak

sempurna.

Ini

dapat

menyebabkan terjadinya kelainan enzim-enzim intraselular yang


mengganggu fungsi sel dan menyebabkan kerusakan atau
kematian sel/organ yang bersangkutan. Pada jaringan yang tua
terdapat peningkatan enzim

yang tidak aktif sebanyak 30% -

70%. Bila jumlah enzim menurun sampai titik minimum, sel tidak
dapat mempertahankan kehidupan dan akan mati (Cunningham,
2003).
c. Teori Ikatan Silang
Proses penuaan merupakan akibat dari terjadinya ikatan silang
yang progresif antara protein-protein intraselular dan interselular
serabut-serabut kolagen. Ikatan silang meningkat sejalan dengan
bertambahnya umur. Hal ini mengakibatkan penurunan elastisitas

dan kelenturan kolagen di membran basalis atau di substansi


dasar jaringan penyambung. Keadaan ini akan mengakibatkan
kerusakan fungsi organ (Cunningham, 2003; Yaar & Gilchrest,
2007).
d. Teori Pace Maker/ Endokrin
Teori ini mengatakan bahwa proses menjadi tua diatur oleh pace
maker, seperti kelenjar timus, hipotalamus, hipofise, dan tiroid
yang menghasilkan hormon-hormon,

dan

secara berkaitan

mengatur keseimbangan hormonal dan regenerasi sel-sel tubuh


manusia. Proses penuaan terjadi akibat perubahan keseimbangan
sistem hormonal atau penurunan produksi hormon-hormon
tertentu (Cunningham, 2003).
e. Teori Radikal Bebas
f. Teori radikal bebas dewasa ini lebih banyak dianut dan dipercaya
sebagai mekanisme proses penuaan. Radikal bebas adalah
sekelompok elemen dalam tubuh yang mempunyai elektron yang
tidak berpasangan sehingga tidak stabil dan reaktif hebat.
Sebelum memiliki pasangan, radikal bebas akan terus menerus
menghantam sel-sel tubuh guna mendapatkan pasangannya
termasuk menyerang sel-sel tubuh yang normal. Teori ini
mengemukakan

bahwa

terbentuknya

gugus

radikal

bebas

(hydroxyl, superoxide, hydrogen, peroxide, dan sebagainya)


adalah akibat terjadinya otooksodasi dari molekul intraselular

karena pengaruh sinar UV. Radikal bebas ini akan merusak enzim
superoksida-dismutase (SOD) yang berfungsi mempertahankan
fungsi sel sehingga fungsi sel menurun dan menjadi rusak. Proses
penuaan pada kulit yang dipicu oleh sinar UV (photoaging)
merupakan salah satu bentuk implementasi dari teori ini
(Cunningham, 2003; Yaar & Gilchrest, 2007).
3. Proses Penuaan pada Kulit
Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang secara langsung
akan memperlihatkan terjadinya proses penuaan pada seseorang.
Perubahan-perubahan yang terlihat pada penuaan kulit seperti kulit
menjadi kering, kasar, kendor, dan keriput disertai garis-garis
ekspresi

wajah

yang

nyata

dan

sebagainya,

akan

sangat

mempengaruhi penampilan seseorang dan secara langsung akan


memperlihatkan gambaran bahwa seseorang telah memasuki usia
senja (Leijden, 1990).
Penuaan kulit merupakan suatu fenomena yang berkelanjutan
dan multifaktorial yaitu terjadinya pengurangan baik dalam ukuran
maupun jumlah dari sel-sel dan pengurangan kecepatan berbagai
fungsi organik baik pada tingkat seluler ataupun molekuler
(Breinnesisen, et al., 2002).
Saat mulai terjadinya proses penuaan kulit tidak sama pada
setiap orang. Pada orang tertentu dapat terjadi sesuai dengan

usianya, tetapi pada sebagian orang proses penuaan kulit datang


lebih awal (proses penuaan dini dan dapat pula terjadi lebih lambat
dibandingkan dengan usianya (Bauman & Saghari, 2009). Hal ini
menunjukkan bahwa proses penuaan pada setiap individu sangat
bergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi proses
penuaan tersebut.
Ada dua proses penuaan kulit, yaitu proses penuaan yang
disebabkan oleh faktor intrinsik (instrinsic aging). Proses ini disebut
juga proses penuaan sejati, yaitu proses penuaan yang berlangsung
secara alamiah yang disebabkan oleh berbagai faktor fisiologik dari
dalam tubuh sendiri, seperti genetik, hormonal, dan ras (Yarr &
Gilchrest, 2008; Baumann & Saghari, 2009). Perubahan kulit terjadi
secara

menyeluruh

dan

perlahan-lahan

sejalan

dengan

bertambhanya usia serta dapat menyebabkan degenerasi yang


ireversibel (Leijden, 1990; Yaar & Gilchrest, 2008; Baumann &
Saghari, 2009).
Proses kedua adalah proses penuaan ekstrinsik (extrinsic
aging, photoaging, premature aging, yaitu proses penuaan yang
terjadi akibat berbagai faktor luar dari tubuh, seperti sinar UV
(Wlashcheck, et al., 2001; Baumann & Saghari, 2009), kelembaban
udara (Cunningham, 2003; Yaar & Gilchrest, 2007), suhu (Leijden,
1990; Baumann & Saghari, 2009), polusi (Baumann & Saghari,
2009), dan lain-lain. Perubahan kulit yang terjadi tidak menyeluruh

dan tidak sesuai dengan usia sebenarnya. Proses penuaan dini


dapat dihambat atau dicegah dengan menghindari faktor yang
mempercepat proses ini (Cunningham, 2003; Yaar & Gilchrest, 2007;
Baumann & Saghari, 2009).
Kulit sendiri memiliki kemampuan untuk membatasi kerusakan
yang

disebabkan

oleh

pajanan

sinar

UV

misalnya

melalui

penghamuran cahaya oleh stratum korneum, penyerapan cahaya


oleh melanin dan perbaikan DNA (DNA repair), dan melalui sistem
antioksidan yang berfungsi mempertahankan keseimbangan antara
prooksidan dan antioksidan (Pillai, et al., 2005; Dong, et al., 2008).
Sistem

antioksidan

kulit

meliputi

komponen

enzimatik

dan

nonenzimatik. Komponen enzimatik berupa SOD, katalase, glutation


peroksidase,

dan

glutation

reduktase,

sedangkan

komponen

nonenzimatik berupa flavonoid, vitamin A, vitamin C, vitamin E,


selenium, seng dan glutation. Antioksidan enzimatik yang terpenting
dalam melindungi sel dari sinar ultraviolet B (UVB) adalah SOD.
Aktivitas SOD akan menningkat guna melawan ROS yang terbentuk
akibat pajanan sinar UV. Sistem yang kompleks ini merupakan
mekanisme pertahanan pertama kulit untuk melawan serangan
radikal bebas (Pillai, et al., 2005; Baumann & Alleman, 2009).
4. Kerusakan Kulit Akibat Sinar UV
Efek

fotobiologik

sinar

ultraviolet

(UVA

dan

UVB)

menghasilkan radikal bebas dan menimbulkan kerusakan pada DNA

(Baumann & Alleman, 2009). Faktor radikal bebas merupakan faktor


utama yang mempengaruhi atau mempercepat terjadinya proses
penuaan dini. Radikal bebas menyebabkan kerusakan pada kulit,
seperti menurunkan kinerja zat-zat dalam tubuh, misalnya enzim
yang

bekerja

mempertahankan

fungsi

sel

(enzim

protektif);

menimbulkan kerusakan protein dan asam amino yang merupakan


struktur utama kolagen dan jaringan elastin, kerusakan pembuluh
darah kulit; dan mengganggu distrisbusi melanin. Kerusakankerusakan tersebut menyebabkan kulit menebal, kaku, dan tidak
elastis, keriput, pucat dan kering, serta timbulnya bercak kehitaman
atau kecoklatan. Kerusakan pada berbagai struktur kulit ini
memberikan gambaran klinis yang khas pada kulit di daerah terpajan
matahari terutama di daerah wajah dengan gambaran wajah terlihat
lebih tua dari usianya (Fisher, 2002).
Pajanan sinar UV pada kulit akan diserap oleh kromofor yang
merupakan permulaan reaksi fotokimiawi dan dapat mengakibatkan
penuaan kulit dini dan kanker. Reaksi fotokimiawi ini dapat
menyebabkan perubahan pada DNA yang meliputi oksidasi asam
nukleat. Reaksi oksidasi juga dapat mengubah protein dan lipid yang
mengakibatkan fungsi sel terganggu. Akumulasi keduanya ini
mengakibatkan penuaan jaringan (Dong, et al., 2008). Tubuh
sebenarnya sudah dilengkapi untuk menghadapi stres oksidatif yang
secara alami menggunakan enzim dan nonenzim antioksidan untuk

mengurangi efek buruk ini. Namun, sinar UV serta pembentukan


radikal bebas dapat memperberat proses ini, yaitu dengan membuat
kontrol perlindungan secara alami menjadi tidak adekuat, yang
akhirnya dapat menyebabkan kerusakan oksidatif (Finkel, 2000;
Baumann & Allemann, 2009).

Anda mungkin juga menyukai