Kelompok 4 - Pengaruh Oklusi Terhadap Sistem Stomatognatik
Kelompok 4 - Pengaruh Oklusi Terhadap Sistem Stomatognatik
Kelompok 4 :
DILLA NOVIA AMRILANI
04101004065
04101004066
DESTI ADESTIA
04101004067
04101004068
04101004069
PUJI YULIASTRI
04101004073
TEGUH BUDIARTO
04101004074
Gambar 1: (a) Penyebaran kekuatan oklusal pada akhir penutupan geligi lengkap yang
berperiodonsium utuh. (b) Penyebaran oklusal pada akhir penutupan dengan berkurangnya
penunjang tulang dan kehilangan gigi akibat penyakit periodonsium kronik.8
cacat tulang angular, tetapi perlu diingat, bahwa efek trauma oklusi terhadap
jaringan periodontal ini harus didahului oleh lesi inflamasi yang berhubunagn
dengan plak. 1
Peran trauma dalam destruksi jaringan periodontal dan terjadinya cacat tulang
angular dapat dipahami lebih baik apabila jaringan periodontal dianggap terdiri
atas 2 zona 4,6 :
Zona iritasi
Yaitu zona yang terdiri atas jaringan lunak yang terletak lebih koronal dari
serabut puncak alveolar dan serabut transeptal.
Zona ko-dekstruksi
Yaitu zona yang terdiri dari jaringan periodontal yang terletak lebih apikal
darri serabut puncak alveolar dan serabut transeptal.
Zona iritasi terdiri atas interdental gingiva dan tepi gingiva yang
dibatasi oleh serat-serat gingiva. Ini merupakan awal terjadinya gingivitis
dan poket periodontal. Gingivitis dan poket terjadi karena ada irirtan lokal
dari plak, bakteri, kalkulus dan impaksi makanan. Dengan berapa
pengecualian, para peenliti setuju bahwa trauma oklusi tidak meneybabkan
gingivitis atau poket. Trauma karena oklusi tidak menyebabkan gingivitis
atau poket periodontal. 4,6
Weinmann menyatakan bahwa inflamasi pada gingiva menjalar ke
jaringan lainya melalui aliran pembuluh darah pada jaringan ikat jarang
lalu masuk ke tulang alveolar (zona ko-destruktif). Arah penjalaran
keradangan ini penting , karena mempengaruhi pola atau bentuk kerusakan
tulang pada penyakit periodontal. Iritasi lokal menyebabkan peradangan
5
dengan
perlekatan
adanya
periodontal
penurunan
pada
pasien.
lebih
lanjut
dari
perlekatan
periodontal pada pasien dengan periodontitis aktif. Diagnosis klinis trauma hanya
dapat dipastikan jika mobilitas progresif dapat diidentifikasi melalui pengukuran
berulang selama beberapa periode.10
Radiologis
Tanda-tanda radiografis yang terlihat biasanya berupa diskontinuitas dan
penebalan lamina dura, perlebaran ruang ligamen periodontal, radiolusen dan
kondensasi tulang alveolar atan resorpsi akar.10
Histologis
geligi di rahang atas dan bawah. Kontak antara gigi-gigi rahang atas dan bawah
yang hanya dapat terjadi oleh karena adanya daya sehingga kontak antara gigi-gigi
rahang atas dan bawah tersebut dapat terjadi dan daya tersebut dapat terjadi oleh
karena kerja otot-otot kunyah5.
Semua otot-otot mastikasi atau kunyah berfungsi pada semua pergerakan
mandibula, baik untuk fase kontraksi maupun relaksasi. Adapun otot-otot yang
berperan di dalam proses mastikasi adalah: M. Temporalis (elevator), M. Masseter
(elevator), M. Disgastric (ant.Belly) (depressor), M. Pterygoideus Eksternus
(depressor), M. Pterygoideus Internus (elevator), M. Mylohyoideus (depressor),
M. Geniohyoid (depressor) (Gambar 2)5.
hasil
pergerakan
pembukaan
dan
penutupan
rahang
yang
10
nyeri sendi temporomandibula mencerminkan bahwa nyeri dan disfungsi otot dan
sendi bergabung dengan wajah, merupakan unsur utama yang terlibat. Istilah
umum yang sesuai dengan disfungsi tatanan ini ialah disfungsi rahang bawah.8
a
Nyeri otot
Pengkerutan otot secara terus-menerus yang biasanya terjadi akibat
bruxism dapat menyebabkan keadaan tanpa zat asam (anoksia) setempat
akibat penutupan pembuluh darah yang memasok zat asam di daerah tersebut,
dan pengambilan hasil buangan pertukaran zat (metabolism) menyebabkan
nyeri kekurangan darah (iskemia) dalam otot. Bila otot dalam keadaan santai
hasil buangan akan diambil, jaringan akan dipasok, zat asam dan nyeri akan
berkurang. 8
Nyeri disfungsi rahang bawah sering timbul karena otot daerah pelipis
(temporal), pengunyahan (m. masseter) dan pterigoideus. Selain itu, juga
pada sisi nyeri daerah leher-belakang kepala (serviko-osipital). 8
Nyeri sisi kepala timbul karena otot daerah pelipis. Nyeri di daerah sudut
dan cabang (ramus) rahang bawah berasal dari otot kunyah muka lateral dan
dari otot pterigoideus tengah. Di daerah lengkung tulang pipi (zigomatik)
nyeri timbul melampaui daerah insersi otot pelipis ke prosesus coronoideus
dan dari perlekatan otot kunyah pada lengkung tulang pipi. Nyeri yang
berkaitan dengan sendi temporomandibula sering disebabkan karena tegangan
dan kekejangan otot pterigoideus lateral. 8
Kekejangan otot
11
Kekejangan otot dihasilkan oleh daur nyeri dan gerak pengkerutan tak
sengaja yang hebat sekali. Daur kejadian diatur menjadi gerakan pada daerah
yang terdaat nyeri setempat atau rudapaksa mikro otot, untuk merangsang
peningkatan pengkerutan otot lewat gerak regangan tak sengaja. Hal ini
menyebabkan lebih melanjutnya nyeri dan rangsangan yang menyebabkan
mengkerutnya otot dan slanjutnya. Asil akhir ialah kejang akut otot dengan
nyeri iskemia. Kejang akut, nyeri, dan keterbatasan gerakan dikenal juga
sebagai trismus atau rahang terkunci. 8
d
Titik pencetus
Kumpulan (nodul) jaringan otot yang mengalami kemunduran dapat
dihasilkan sebagai akibat tegangan dan kekejangan otot kronik. Hal ini
disebut titik pencetus. Itu semua dapat meneyebabkan nyeri otot yang
memancar dan yang berkenaan dengan hal tersebut serta dapat mencetuskan
pengkerutan otot dan ketegangan lebih lanjut. Titik pencetus semacam ini
terjadi dalam otot pengunyahan (m. masseter), pada otot leher dan belakang
kepala serta pada daerah punggung tengah dan bawah. 8
12
oklusi
dapat
menghambat
kebebasan
pergerakan
13
mastikasi
yang
14
b. Asimetri kondil
Posisi mandibula pada akhir gerakan menutup mulut sangat
ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh geseran kontak antara gigigeligi bawah dan gigi-geligi atas setelah dicapai kontak pertama antara
kedua lengkung gigi-geligi tersebut. Bila geseran kontak tersebut lancar
dan terjadi bersamaan antara semua gigi posterior posisi mandibula akan
stabil. Apabila ada kontak prematur antara salah satu gigi, maka geseran
kontak tersebut akan menjadi tidak lancar, dan mungkin akan
membuat mandibula harus menyimpang dari pola gerakannya yang
normal, sehingga posisi
menyimpang
dari
akhir
yang
dicapainya
juga
akan
maka posisi akhir kondilus kanan dan kiri akan menjadi asimetri yang
diikuti oleh diskus artikularnya.14
c. Arthritis TMJ
Selain pada kehilangan gigi antrior, pada kehilangan gigi posterior juga
dapat mendukung terjadinya kelainan TMJ berupa arthritis yaitu sebagai
predisposisi, karena kehilangan gigi posterior menyebabkan tekanan lebih
besar terjadi pada sendi
anterior.
Jadi perubahan pola oklusi gigi geligi yang menyebabkan terjadinya
perubahan dimensi vertikal oklusi ataupun dimensi verikal reposisi akan
mengakibatkan perubahan posisi kondil dan TMD akan terjadi.14
peluang
besar
mengalami
konvergensi.
Konvergensi
16
menyebabkan bercampurnya berbagai muatan impuls sehingga kadangkadang nyeri pada organ tertentu juga dirasakan pada bagian tubuh lain. 15
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Boever, J. De and Boever, A. De. Occlusion and Periodontal Health.
2. Daliemunthe. 2001. Periodonsia: Etiologi Penyakit Gingivitis dan
Periodontal. FKG USU, p 118.
3. Harn WM, Chen MC, Chen YM, et al. 2001. Effect of Oclusal trauma on
healing of periapical pathoses: report of two cases. International
Endodontic Journal, p 554-61.
4. Peter F. Fedi, Arthur R. Vernino, Jhon L. Gray. 2004. Silabus Periodonti .
5.
Jakarta : EGC.
Pramonon, Coen. Mastikasi, Oklusi dan Artikulasi. FKG Airlangga Sub-
Bagian Bedah Mulut Instalasi Gigi dan Mulut RSU Dr. Soetomo.
6. Wiriadidjaja, Kartika. 2007. Kerusakan Jaringan Periodonsium Pada Gigi
Premolar yang disebabkan oleh Oklusi Traumatik. Skripsi. FKG UI
Bagian Periodonsia. Jakarta.
7. Drake Rl, Wayne V, Adam WMM. 2005. Grays Anatomy for Student. St.
Louis. Elsevier. P 876.
8. Gross, Martin D. 1991. Oklusi dalam Kedokteran Gigi Restoratif.
Penerjemah: Krisnowati. Surabaya: Airlangga University Press.
9. Ajidarmo, Ibnu. Efek Maloklusi Berdasarkan Klasifikasi Angle dan
Kontak Oklusal terhadap Performa Mastikasi pada Anak Sub-Ras Deutero
Malayu Usia 12-15 Tahun. Unpad
10. Davies, S.J., Gray, R. J. M., Linden, G. J., & James J. A., 2001,
Occlusal: Occlusal considerations in periodontics, British Dental Journal
191, 597 604
11. Deas, D. E. and Mealey, B. L., 2006, Is there an association between
occlusion and periodontal destruction? J Am Dent Assoc, Vol 137, No 10,
1381-1389.
12. Rateitschak, K. H., Rateitschak, E. M., Wolf, H. F., & Hassell, T. M., 1985,
Color Atlas of Periodontology, Thieme Inc., New York
13. Aryanti, Sartika.2007. Penanggulangan gangguan
sendi
temporo
18
19