I.
PENDAHULUAN
Fixed drug eruption (FDE) merupakan salah satu bentuk erupsi kulit karena
obat, FDE ditandai oleh makula hiperpigmentasi dan kadang-kadang bula
diatasnya, yang dapat muncul kembali ditempat yang sama sebagai akibat dari
paparan sistemik terhadap suatu obat. FDE adalah erupsi alergi obat yang selalu
dicetuskan oleh obat atau bahan kimia. Tidak ada faktor etiologi lain yang dapat
mengelisitasi.1,2
Sekitar 10% FDE terjadi pada anak dan dewasa, usia paling muda yang
pernah dilaporkan adalah 8 bulan. Menurut penelitian yang sudah dilakukan, FDE
merupakan manifestasi klinis erupsi alergi obat terbanyak (63%) dari 58 kasus
bayi dan anak, disusul dengan erupsi eksantematosa (3%) dan urtikaria (12%).
Belum ada laporan kematian yang berkaitan dengan kasus FDE. Jumlah kasus
bertambah dengan meningkatnya usia,
hal
tersebut
mungkin
disebabkan
(unpredictable) hanya terjadi pada orang yang rentan, tidak bergantung pada dosis
dan tidak berhubungan dengan efek farmakologis obat, termasuk di antaranya
reaksi alergi obat. Reaksi alergi obat pada kulit disebut erupsi alergi obat. Satu
1
macam obat dapat menyebabkan lebih dari satu jenis erupsi, sedangkan satu jenis
erupsi dapat disebabkan oleh bermacam-macam obat. 1,4
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang
khas. Pemeriksaan penunjang yang merupakan baku emas adalah tes provokasi
oral, tes ini bertujuan untuk mencetuskan tanda dan gejala klinis yang lebih ringan
dengan pemberian obat dosis kecil biasanya sudah cukup untuk memprovokasi
reaksi
dan
provokasi
biasanya
sudah
muncul
dalam
beberapa
jam.
EPIDEMIOLOGI
Beberapa penelitian tentang morfologi dan agen pencetus pada pasienpasien dengan erupsi obat di sebuah rumah sakit bagian kulit dan kelamin pada
tahun 1986-1990 dilaporkan pada 135 kasus didapatkan perubahan morfologik
akibat
erupsi
obat
yang
paling
sering
adalah
eksantematous
(39%),
urtikaria/angioedema (27%), FDE (16%), eritema multiform (5,4%) dan reaksi kulit
lainnya (18%). Sejak tahun 1956 proporsi dari reaksi erupsi obat berupa urtikaria
menurun dan terjadi peningkatan angka kejadian FDE. 1,3
Prevalensi erupsi obat dilaporkan berkisar dari 2-5% untuk pasien rawat
inap dan untuk pasien rawat jalan diatas 1%. FDE dapat terjadi sebanyak 16-21 %
dari semua erupsi obat pada kulit. Frekuensi yang sebenarnya mungkin lebih
tinggi dari perkiraan saat ini.2,3
Tidak ada kematian telah dikaitkan dengan FDE. Lesi luas pada awalnya
mirip nekrolisis epidermal toksik, tetapi mereka memiliki perjalanan klinis jinak.
Hiperpigmentasi yang terlokalisir adalah komplikasi umum, tapi rasa nyeri, infeksi,
dan hipopigmentasi, juga dapat terjadi.2
Sebuah studi besar dengan 450 pasien mengungkapkan rasio lakiperempuan untuk FDE adalah 1:1.1. FDE telah dilaporkan terjadi pada pasien
termuda 8 bulan dan pasien tertua 87 tahun. Usia rata-ratanya 30,4 tahun pada
pria dan 31,3 tahun pada wanita. 2
2
III.
ETIOPATOGENESIS
Banyak obat yang dilaporkan dapat menyebabkan FDE. Yang paling sering
dilaporkan adalah phenolpthalein, barbiturate, sulfonamide, tetrasiklin, antipiretik
pyrazolone dan obat anti inflamasi non steroid. 1,2,4,6-8
Tabel 1: Daftar obat penyebab FDE
Obat anti bakteri
Sulfonamid
Tetrasiklin
Penisilin
Ampisilin
Amoksisilin
Eritomisin
Trimethoprim
Nistatin
Griseofulvin
Dapson
Arsen
Garam Merkuri
P amino salicylic aci
d
Thiacetazone
Metronidazole
Clioquinol
Barbiturat dan tranquilizer lainnya
Derivat Barbiturat
Opiat
Chloral hidrat
Benzodiazepine
Chlordiazepoxide
Antikonvulsan
Dextromethophan
Obat anti inflamasi non steroid
Aspirin
Oxyphenbutazone
Phenazone
Ibuprofen
Phenolpthalein
Codein
Hydralazin
Oleoresin
Symphatomimetic
Symaphatolitic
Parasymphatolitic
Hyoscine butylbromid
Magnesium hydroxide
Magnesium trisilicate
Anthralin
Chlorthiazone
Chlorphenesin carba
Metimazole
mate
Berbagai penambah
rasa makanan
Quinine
Paracetamol
Sumber: Partogi, Donna. Fixed Drug Eruption. Universitas Sumatra Utara. 2008.
Reaksi kulit terhadap obat dapat terjadi melalui mekanisme imunologik
atau non imunologik. Yang dimaksud dengan erupsi obat adalah alergi terhadap
obat yang terjadi melalui mekanisme imunologik. Hal ini terjadi pada pemberian
obat kepada pasien yang sudah mempunyai hipersesitivitas terhadap obat
tersebut.disebabkan oleh berat molekulnya yang rendah, biasanya obat itu
berperan pada mulanya sebagai antigen yang tidak lengkap atau hapten. Obat
atau metaboliknya yang berupa hapten, harus berkombinasi terlebih dahulu
dengan protein, misalnya jaringan, serum atau protein dari membran sel untuk
membentuk kompleks antigen yaitu kompleks hapten protein. Kekecualiannya
ialah obat-obat dengan berat molekul yang tinggi yang dapat berfungsi langsung
sebagai antigen yang lengkap.1,4
3
antigen-antibodi,
mengakibatkan
produksi
lokal
yang melekat pada sel. Hal ini menyebabkan efek sitolitik atau
sitotoksik oleh sel efektor yang diperantai komplemen. 4,9
Gabungan
obat-antibodi-komplemen
terfiksasi
pada
sel
tipe
ini
ialah
penisilin,
sefalosporin,
streptomisin,
pajanan
dengan
antigen
menyebabkan
pelepasan
serangkaian limfokin.4,9
Fixed drug eruption termasuk dalam reaksi tipe III dengan adanya reaksi
kompleks antigen antibodi.
IV.
GEJALA KLINIS
Fixed drug eruption dapat timbul dalam waktu 30 menit sampai 8 jam
setelah ingesti obat secara oral. Lesi berupa makula oval atau bulat, biasanya
numular, timbul bercak eritema kehitaman, seringkali dengan bagian tengah
berwarna keunguan, berbatas tegas, seiring dengan waktu lesi bisa menjadi bula,
mengalami deskuamasi atau menjadi krusta. 4-6,10
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah tidak berguna untuk diagnosis FDE, meskipun
eosinofilia umum terjadi pada erupsi obat. 2 Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan
adalah:
A. Biopsi kulit membantu untuk memastikan diagnosis atau menyingkirkan
diagnosis banding. Pemeriksaan histologis inflamasi / lesi akut
menunjukkan dermatitis dengan perubahan vakuolar dan badan Civatte.
Pola keseluruhan mungkin mengikuti yang terlihat pada eritema
multiforme. Dyskeratosis dan keratinosit nekrotik individual dalam
epidermis merupakan hal yang menonjol.
limfositik
dapat
cukup
menonjol
untuk
mengaburkan
sangat
jarang
terjadi,
dan
untuk
mengantisipasinya
memprovokasi
provokasi
biasanya
sudah
muncul
reaksi
dan
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang
khas. Riwayat perjalanan penyakit yang rinci, termasuk pola gejala klinis, macam
obat, dosis, waktu dan lama pajanan serta riwayat alergi obat sebelumnya penting
untuk membuat diagnosis. Adanya kelainan klinis berupa lesi yang selalu timbul
pada tempat yang sama akibat pemaparan obat. Penghentian obat yang diikuti
penurunan gejala klinis merupakan petunjuk kemungkinan erupsi disebabkan oleh
obat tersebut.1,2,4
Saat ini belum diketahui cara yang cukup sensitif dan dapat dipercaya
untuk mendeteksi obat penyebab FDE namun dapat juga dilakukan biopsi kulit, uji
tempel obat, dan uji provokasi oral untuk membantu menegakkan diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding.1,2,4,14
VII.
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding FDE di antaranya adalah eritema multiforme dan PostInflammatory Hiperpigmentasi (PIH). Eritema multiforme adalah penyakit inflamasi
akut pada kulit dan mukosa yang menyebabkan berbagai bentuk lesi akibat
deposit imunokompleks. Etiologinya belum jelas, tetapi ada beberapa faktor yang
9
10
penampilan cokelat lebih ringan jika pigmen berada dalam epidermis dan
penampilan yang lebih gelap abu-abu jika lesi mengandung melanin kulit. 16
VIII.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan FDE belum memuaskan, antara lain karena kesukaran dalam
memastikan penyebabnya, apakah oleh obatnya sendiri atau metabolitnya. 1,2
Pengobatan dibagi dalam :
A. Pengobatan kausal
Dilaksanakan dengan menghindari obat penyebab (apabila obat
penyebab telah dapat dipastikan). Dianjurkan pula untuk menghindari
obat yang mempunyai struktur kimia mirip dengan obat penyebab (satu
golongan).1,2,12
B. Pengobatan sistemik
1) Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid sangat penting pada alergi obat
sistemik. Dosis standar untuk fixed drug eruption pada orang dewasa
ialah 3 x 10 mg prednison sehari.2,4
2) Antihistamin
Antihistamin yang bersifat sedatif dapat juga diberikan, jika
terdapat rasa gatal. Kecuali pada urtikaria, efeknya kurang bila
dibandingkan dengan kortikosteroid.1,2,4
C. Pengobatan topikal
Pengobatan topikal bergantung pada keadaan kelainan kulit,
apakah kering atau basah. Pada FDE, jika kelainan membasah dapat
diberi kompres dan jika kering dapat diberi krim kortikosteroid, misalnya
krim hidrokortison 1% atau 2,5 %.2,4
Identifikasi dari obat penyebab FDE dilakukan apabila hanya 1 obat yang
digunakan biasanya kita mencurigai beberapa obat sebagai petunjuk yang kita
gunakan adalah mengetahui kronologis pemberian obat-obatan tersebut. Hanya
obat-obatan yang baru digunakan (8-21 hari) yang dimasukkan dalam daftar yang
dicurigai.1,2,12
11
Identifikasi yang jelas dari obat penyebab dan catatan tertulis tentang
obat-obat penyebab yang diberikan pada pasien oleh dokter merupakan langkah
pencegahan yang sangat penting. Pemberian obat spesifik (kortikosteroid, obatobatan imunosupresif/terapi anti sitokin, immunoglobulin) seharusnya tidak
diberikan sesuai standar pemberian obat sebelum terdapat bukti efisiensi
penggunaannya terhadap pasien, kadang-kadang penggunaan obat-obatan
tersebut dapat berbahaya bagi pasien.1,2,4
IX.
PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik. Pada dasarnya erupsi kulit karena obat akan
menyembuh jika obat penyebabnya dapat diketahui dan disingkirkan. Apabila
obat
tersangka
penyebab
telah
penderita diberikan catatan, berupa kartu kecil yang memuat jenis obat tersebut
serta golongannya. Kartu tersebut dapat ditunjukkan bilamana diperlukan
(misalnya apabila penderita berobat), sehingga dapat dicegah pajanan ulang yang
memungkinkan terulangnya FDE.2,4
X.
KESIMPULAN
Fixed drug eruption adalah erupsi alergi obat yang bila berulang akan
timbul pada tempat yang sama.. Lesi berupa makula oval atau bulat berwarna
merah tau keunguan, berbatas tegas, dapat ditemukan bula diatasnya, dapat
dijumpai pada kulit dan mukosa, terutama pada bibir dan genital. Etiologi yang
paling
sering
adalah
phenolphthalein,
sulfonamide,
tetrasiklin,
antipiretik
pyrazolone dan obat anti inflamasi non steroid. Patogenesis FDE diduga
merupakan reaksi hipersensitifitas tipe lambat dan dihubungkan dengan genetik
adanya kesamaan pada HLA B12. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
dan gambaran klinis yang khas. Pemeriksaan penunjang yang merupakan baku
emas adalah tes provokasi oral, namun harus dibawah pengawasan petugas
medis yang terlatih. Penatalaksanaannya yang terutama adalah penghentian
penggunaan obat yang diduga mencetuskan FDE, pengobatan oral dengan
antihistamin dan pengobatan topikal tergantung lesi jika basah diberikan kompres
dan jika kering dapat diberikan kortikosteroid topikal.1,2,4,7,11
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Partogi D. Fixed Drug Eruption. [homepage on the Internet]. 2008 [cited 2014
Feb
20].
Available
from:
Universitas
Sumatra
Utara,
Web
site:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3411/1/08E00858.pdf
2. Butler DF, Ilse JR, Schwartz RA. Fixed Drug Eruptions, [homepage on the
Internet].
2012
[cited
2014
Feb
20].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1336702-overview
3. Retno Widowati Soebaryo, Tantien Nugrohowati, Evita Halim Effendi. Skin test in
drug eruption. Five years experience at Dr. Cipto Mangunkusumo General
Hospital, Jakarta 2004; 13(2): 81-5.
4. Hamzah M. Erupsi Obat Alergik Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi V. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2008; 1548.
5. Zaenglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Strauss JS. Cutaneus Reactions To
Drugs. In: Shear NH, Knowles SR, Sullivan JR, Shapiro L, eds. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2007.p.454-5.
6. Orcin M, Maibach H & Dahl MV Dermatology A Lange Medical Book. New York:
Appleton and Lange; 1991.
7. Mizukawa Y, Shiohara T. Trauma-Localized Fixed Drug Eruption: Involvement of
Burn Scars, Insect Bites and Venipuncture Sites. Dermatology 2002; 205:159161.
8. Waikato H. Fixed Drug Eruption. [homepage on the Internet]. 2012 [cited 2014
Feb
22].
Available
from:
http://www.dermnetnz.org/reactions/fixed-drug-
eruption.html
9. Rajan TV, The GellCoombs classification of hypersensitivity reactions: a reinterpretation. TRENDS in Immunology 2003; 24(7):376-9.
10. Graham R, Brown TB. Lecture's Notes Dermatology. Jakarta: Erlangga EMS;
2002. pp.56-34
11. Williams D. Fixed drug eruption. [homepage on the Internet]. 2012 [cited 2014
Feb 22]. Available from: http://www.onlinedermclinic.com/archive/fixed-drugeruption
13
12. Malheiro D, Cadinha S, Rodrigues J, Vaz M, Castel-branco Mg. Nimesulideinduced fixed drug eruption. Allergol et Immunopathol 2005; 33(5):285-7.
13. Lee CH, Chen YC, Cho YT, Chang CY,Chu CY. Fixed-drug eruption: A
retrospective study in a single referral center in northern Taiwan. Dermatologica
Sinica 2012; 30:11-15.
14. Shiohara T, Fixed drug eruption. Current Opinion in Allergy and Clinical
Immunology. Tokyo: Kyorin University School of Medicine; 2009. pp.316-321
15. Plaza JA, Prieto VG, James WD. Erythema Multiforme, [homepage on the
Internet].
2013
[cited
2014
Mar
15].
Available
from:
http://emedicine.medscape.com/article/1122915-overview
16. Schwartz RA, Kihiczak NI, Hantash BM. Postinflammatory Hyperpigmentation.
[homepage on the Internet]. 2013 [cited 2014 Mar 15]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1069191-clinical#a0217
14