Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN STUDY TOUR

PT. TIRTA INVESTAMA DANONE (AQUA)


DAN PT. TEH TAMBI WONOSOBO
JAWA TENGAH

Disusun Oleh :
KELOMPOK X
1. Ristika Abhirama Herbayu
2. Sri Wahyuningsih

AK/12/1651

AK/12/1658

3. Yustina Arum Faradiyanti

AK/12/1659

4. Adham Nurdiansyah

AK/12/1661

5. Adhi Wulandari

AK/12/1662

6. Murni

AK/12/1665

7. Siti Rochanah

AK/12/1666

8. Ihda Maulida Oktavia

AK/12/1667

9. Yeni Khotinah

AK/12/1668

10.

Merry
Chrissalin
AK/12/1673

11.
Wiwoko

Aditya
AK/12/1627

Yosan

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI NUSA


MEGARKECANA
JURUSAN AKUNTANSI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan kesehatan, karunia, rahmat, dan
hidayah-Nya kepada kita semua, terutama penyusun laporan ini.
Hanya kepada-Nya kembali segala sanjungan, kepada-Nya kami
memohon

pertolongan

dan

ampunan,

dan

atas

ridhonya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan Laporan


Study Tourke PT. Tirta Investama Danone (Aqua) dan PT. Teh
Tambi Wonosobo Jawa Tengah ini dengan lancar.
Dalam

pembuatan

makalah

ini,

penyusun

mendapat

bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini


penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada

semua

pihak

yang

telah

membantu

kami

dalam

penyusunan laporan ini.


Akhir kata semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi
pembaca

pada

umumnya

dan

penyusun

pada

khususnya.Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik serta saran yang


membangun dari para pembaca akan penyusun terima dengan
senang hati sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran bagi
penyusun agar kelak dapat membuat laporan dengan lebih baik
lagi.

Penyusun,

DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................i
Kata Pengantar..............................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................1
B. Tujuan..........................................................................1
C. Metode Penulisan.........................................................1
D. Sistematika Penulisan..................................................2

BAB II ISI
A. PT. Tirta Investama Danone (Aqua)
1. Profil Perusahaan ....................................................3
2. Produk Perusahaan..................................................4
3. Penyediaan Alat dan Bahan Baku............................4
4. Proses Produksi.......................................................7
5. Pemasaran Produk.................................................12
B. PT. Teh Tambi
1. Sejarah Perusahaan.............................................13
2. Profil Perusahaan ................................................15

3. Produk Perusahaan..............................................16
4. Penyediaan Alat dan Bahan Baku........................16
5. Proses Produksi ...................................................18
6. Pemasaran Produk...............................................30
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................32
B. Saran..........................................................................32
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka memperluas wawasan dan pengetahuan
mahasiswa

mengenai

bisnis,

entrepreneurship

dan

ilmu

ekonomi, Program Studi Akuntansi dan Manajemen STIE Nusa


Megarkencana Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014
mengadakan kegiatan studi lapanganke Wonosobo. Kegiatan
kunjungan ini dikemas dalam bentuk kegiatan study tour yang
telah dilaksanakan pada hari Selasa, 29 April 2014.
Obyek perusahaan yang dikunjungi antara lain adalah
PT. Tirta Investama Danone (Aqua) dan PT. Teh Tambi
Wonosobo

Jawa

Tengah.

Selama

di

Wonosobo

selain

mengunjungi perusahaan,kami diajak pula untuk melakukan


City Tour sehingga lebih banyak mengenal tempat-tempat
wisata bersejarah di daerah Wonosobo.
Sebagai salah satu wujud pertanggung jawaban kami,
maka

kami

menyusun

laporan

study

tour

ini.

Dalam

penyusunan laporan ini, kami banyak mengalami malasah,


akan tetapi masalah-masalah tersebut dapat kami atasi
dengan baik sehingga laporan ini dapat selesai tepat waktu.

B. Tujuan
1. Memperkenalkan obyek-obyek studi yang ada di Wonosobo
kepada pembaca.

2. Sebagai wawasan tambahan informasi serta pengetahuan


mahasiswa tentang dunia industri di lapangan.
3. Sebagai

perbandingan

antara

teori

di

kelas

dengan

kenyataan di lapangan.

C. Metode Penulisan
Metode yang kami gunakan adalah :
a. Metode Observasi
Kami memperoleh bahan-bahan penyusunan laporan ini
dengan pengamatan langsung dari obyek yang dituju
b. Metode Literatur
Kami memperoleh bahan-bahan penyusunan laporan ini
brosur dan juga media internet.
c. Metode Informatik
Kami memperoleh bahan-bahan penyusunan laporan ini
dari penjelasan yang diberikan oleh petugas-petugas yang
ada di obyek studi.

D. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh hasil yang rapi dan baik dalam
menyusun dan membuat laporan study tour, maka perlu
dibuat sistematika.

Adapun sistematika dalam laporan study tour ini


adalah :
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II ISI
A. PT. Tirta Investama Danone (Aqua)
1. Profil Perusahaan
2. Produk Perusahaan
3. Penyediaan Alat dan Bahan Baku
4. Proses Produksi
5. Pemasaran Produk
B. PT. Teh Tambi
1. Sejarah Perusahaan
2. Profil Perusahaan
3. Produk Perusahaan
4. Penyediaan Alat dan Bahan Baku
5. Proses Produksi
3

6. Pemasaran Produk
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
BAB II
ISI

A. PT. Tirta Investama Danone (Aqua)


1. Profil Perusahaan
PT. Tirta Investama Danone (Aqua) perusahaan yang
bergerak

dalam

bidang

Kemasan

(AMDK)

yang

produksi
merupakan

Air

Minum

cabang

Dalam

dari

PT.

AQUA.PT AQUA Golden Mississippi didirikan pada tahun


1973 oleh Bapak Tirto Utomo, sebagai produsen pelopor air
minum

dalam

kemasan

di

Indonesia.Pabrik

pertama

didirikan di Bekasi.Setelah beroperasi selama 30 tahun, kini


AQUA memiliki 14 pabrik di seluruh Indonesia.
Almarhum Tirto Utomoatau Kwa Sien Biauw (lahir di
Wonosobo, 9 Maret 1930 meninggal 16 Maret 1994 pada
umur

64

tahun)

adalah

pengusahaIndonesia

lulusan

Fakultas Hukum Universitas Indonesia.. Pada 16 Maret


1994, ia meninggal dunia dan dimakamkan di pemakaman
warga Tionghoa di dekat Hotel Kresna, Wonosobo.
Perusahaan ini terletak di Jalan Mangli, Desa Kejiwan,
Wonosobo, Jawa Tengah 56311.Dengan kurang lebih 155
4

karyawan yang bekerja dengan sistem shift.Perusahaan ini


memproduksi 2 jenis kemasan Aqua yaitu kemasan 240ml
dan kemasan Galon.
Motto yang dimiliki perusahaan adalah WONOSOBO
BERSATU yang berarti Bekerja Bersama Untuk Mencapai
Satu Tujuan.Visi dan Misi PT. Tirta Investama Danone
(Aqua)

adalah

Menjadikan

TIV

Wonosobo

sebagai

perusahaan terdepan dan terbaik di Danone Group.


Perusahaan Terdepan dan Terbaik di Danone Group berarti :
a. Menjamin keselamatan bagi setiap orang yang masuk
ke area pabrik.
b. Meningkatkan volume produksi 2% per tahun dari tahun
sebelumnya.
c. Menyediakan produk dengan kualitas terbaik.
d. Menjadi perusahaan yang nyaman bagi karyawan untuk
bekerja dan berkarya.
e. Menjadi perusahaan yang peduli terhadap keletarian
lingkungan.
f. Memproduksi dengan biaya rendah.
Untuk

mencapai

Visi

tersebut,

perusahaan

menjalankan beberapa kegiatan seperti berikut ini :


a. Menjalankan WISE dengan benar dan konsisten.
b. Menambah kapasitas produksi.

c. Memastikan hygiene personil, food safety, standard GMP


terimplementasi dengan baik dan konsisten.
d. Menciptakan iklim kerja yang kondusif.
e. Menjalankan dan mengkomunikasikan program CSR
dengan berkesinambungan.

2. Produk Perusahaan
PT. Tirta Investama Danone (Aqua) Wonosobo mempoduksi
aqua dengan 2 jenis kemasan yaitu :
a. Kemasan Cup 240ml
b. Kemasan Galon

3. Penyediaan Alat dan Bahan Baku


a. Bahan Baku
Bahan Baku adalah bahan utama yang digunakan
dalam pembuatan produk. Bahan baku yang digunakan
dalam pembuatan produk air minum di PT. Tirta
Investama Danone (Aqua) Wonosobo adalah mengambil
bahan baku yaitu air dari sumber mata air yang
mengalir sendiri (mountain spring water) yang berada di
area pabrik di daerah Wonosobo.
b. Peralatan

Peralatan yang digunakan oleh PT. Tirta Investama


adalah sebagai berikut :
1) Pompa Mata Air
Pompa yang digunakan untuk memompa air dari
sumber mata air ke water treatment.
2) Catridge Filter 5
Alat

yang

berfungsi

untuk

memfilterisasi

mikro

memfilterisasi

mikro

organisme yang berukuran 5.


3) Catridge Filter 1
Alat

yang

berfungi

untuk

organisme yang berukuran 1


4) Ozon
Ozon (O3) berfungsi mengubah O2 menjadi O3.
5) Thermosheet
Mesin yang digunakan untuk memproduksi lembaran
plastik (sheet)
6) Thermoforming
Mesin yang digunakan untuk memproduksi cup
7) Thermo Regulator
Alat untuk mengatur panas calender

8) Mesin Filler 240 ml


Mesin yang digunakan untuk pengisian air pada
kemasan 240 ml
9) UV Aquafine 240 ml
Mesin penghasil sinar Ultraviolet sehingga ozon yang
ada didalam air terurai
10)

Motor Conveyor Filler 240 ml

Sebagai penggerak conveyor dari ruang infeed ke


ruang Filler
11)

Mesin Washer

Mesin pencuci botol kemasan galon


12)

Pompa Detergent

Mesin yang berfungi memompakan detergent ke


dalam mesin Washer

13)

Pompa Pre Rinse

Mesin yang berfungsi membilas botol dalam mesin


Washer
14)

Mesin Filler Galon

Mesin untuk mengisi air ke dalam kemasan galon

15)

Motor Conveyor Filler Galon

Mesin untuk menggerakn conveyor kemasan galon


16)

Motor Hopper Galon

Mesin peletak dan penekan cap


17)

Video Jet

Alat pemberi stempel produksi


18)

Mesin Carton Seal

Mesin untuk mengisolasi karton box


19)

Cooling Tower

Pendingin Mesin
20)

Storage Tank

Sebagai tempat penampungan air sementara


21)

Forklift

Digunakan untuk mengangkut produk jadi ke gudang


c. Kemasan
Kemasan air minum yang diproduksi oleh PT. Tirta
Investama

Danone

Wonosobo

terdiri

dari

jenis

kemasan yaitu kemasan cup 240 ml dan kemasan galon.


Kemasan untuk kapasitas 240 ml adalah cup gelas
plastik yang terbuat dari Poly Propylene (PP) dan regrind

PP sedangkan untuk kapasitas galon terbuat dari Poly


Carbonat (PC) yang di produksi di luar perusahaan.
d. Penutup Kemasan
Penutup kemasan digunakan untuk menutup kemasan.
Penutup kemasan untuk cup 240 ml adalah plastik yang
disebut lid yang telah tercetak label perusahaan dan
diproduksi di luar perusahaan.
e. Stempel Kode Produksi
Stempel kode produksi digunakan untuk membubuhi
kode produksi, tanggal, bulan masa kadaluarsa, dan
lain-lain.Untuk kemasan cup 240 ml kode produksinya
terletak pada dasar cup sedangkan pada kemasan galon
terletak pada botol kemasan.
f. Label
Label berfungi untuk menunjukkan merk produksi. Label
ini terbuat dari plastik. Label dilingkarkan pada botol
kemasan

untuk

kemasan

galon

sedangkan

untuk

kemasan cup 240 ml terletak pada lid.


g. Karton Box
Karton box digunakan pada kemasan cup 240 ml agar
memudahkan pengiriman barang.Karton box ini terbuat
dari karton dan pada karton tersebut sudah tertera logo
perusahaan, kode produksi, jenis kemasan dan jumlah
produk.

10

h. Krat
Digunakan untuk kemasan galon.
i. Karton Seal
Karton seal digunakan untuk perekat karton box yang
telah diisi dengan produk air minum dalam kemasan
(AMDK).

4. Proses Produksi
Proses produksi adalah teknik atau metode yang
digunakan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa
sehingga

nilainya

bertambah

dengan

menggunakan

sumber-sumber daya (resource) yang tersedia, antara lain :


tenaga kerja, mesin, bahan baku, modal, metode, energi
dan lain-lain.
a. Proses Produksi Kemasan Cup 240 ml
Mesin Sheet OMV
Bahan yang digunakan adalah PP dan regrid PP. Kedua
bahan dicampur dengan mesin pencampur, kemudian
bahan

dialirkan

ke

mesin

pembuatan

sheet

(Thermosheet). Bahan dipanaskan dan dibentuk di


calender dengan suhu berkisar 220o 230o hasilnya
baru berbentuk lembaran sheet. Sheet yang berbentuk
selanjutnya didinginkan dengan suhu berkisar 30o 35o.
Sheet tersebut akan dipotong pada sisi pinggir dan

11

dilakukan penggulungan. Gulungan sheet disimpan di


gudang sheet.
Thermoforming
Sheet dibawa dari gudang penyimpanan kedalam mesin
Thermoforming.Sheet tersebut dipanaskan dengan suhu
berkisar 237o 465o.Selanjutnya sheet tersebut diproses
menjadi cup. Cup-cup tersebut akan diperiksa secara
manual oleh Visual Control. Selanjutnya cup dibawa ke
ruang pengepakan cup. Cup dimasukan ke dalam plastik
dan di simpan ke gudang cup.

b. Proses Water Treatment


Proses

water

treatment

adalah

proses

yang

bertujuan untuk menyaring dan mensterilkan bahan


baku sehingga menjadi air minum yang siap diminum
dan mengandung mineral yang tinggi. Proses water
treatment adalah sebagai berikut :
Storage Tank I
Air dari sumber mata air dipompakan ke Storage Tank I
yang berfungsi sebagai penyimpanan sementara. Air
dari Storage Tank I ini dialirkan ke Catridge Filter 5 .
Proses Penyaringan di Catridge Filter 5
Air dari Storage Tank I disaring. Catridge Filter 5
dilengkapi dengan 12 buah filter yang berukuran 5 .
Sehingga bakteri-bakteri yang berukuran 5 tidak
akan lolos dari saringan tersebut.

12

Storage Tank II
Air dari Catridge Filter 5 dialirkan ke Storage Tank II
yang

berfungsi

sebagai

tempat

penyimpanan

sementara. Air dari Storage Tank II dialirkan ke Catridge


Filter 1 .

Storage Tank III


Air dari Storage Tank II dialirkan ke Storage Tank III yang
berfungsi sebagai tempat penyimpan sementara. Air
Storage Tank III ini akan digunakan untuk Boiler, Washer
I dan Washer II.
Proses Penyaringan di Catridg Filter 1
Air dari Storage Tank II disaring. Catridge Filter 1
dilengkapi dengan 12 buah filter yang berukuran 1 ,
sehingga bakteri-bakteri yang berukuran

1 tidak

akan lolos dari saringan tersebut.


Proses Ozonisasi
Air dari Catridge Filter 1 dialirkan ke Finish Tank I.
Sebelum sampai ke Finish Tank I terjadi proses ozonisasi
yaitu proses pembunuhan bakteri-bakteri yang lolos dari
Catridge Filter yang dilakukan oleh O3 yang dihasilan
generator ozon dengan mengubah O2 yang diperoleh
dari udara bebas menjadi O3. Pada saat mengalirkan air
ke Finish Tank I terjadi proses mixing yaitu pencampuran
O3 dengan air supaya homogen.
Finish Tank I
Finish Tank I sebagai tempat penampungan air. Air dari
Finish Tank I akan dialirkan ke Finish Tank II
Finish Tank II
13

Finish Tank II berfungsi sebagai tempat penampungan


air yang akan dialirkan ke ruang pengisian (Filler)
masing-masing kemasan.

c. Proses Pengisian dan Pengemasan Kemasan Cup


240 ml
Proses pengisian air pada kemasan cup 240 ml
dilakukan di ruangan yang steril dengan suhu berkisar
20o

25o

C.

Proses

pengisian

dilakukan

dengan

menggunakan mesin otomatis disebut Sunny. Ruangan


pengisian

terdiri

dari

mesin

pengisi

(Filler)

yang

dilengkapi dengan dispenser line, nozzle, mesin UV


Aquafine untuk penyinaran ultraviolet, supply cup,
pemanasan/perekatan/heating/dan

pemotongan

lid/cutting.
Proses pengisian dan pengemasannya adalah sebagai
berikut :
Cup-cup

dari

ruang

infeed

masuk

ke

dalam

dispenser line yang terdiri dari 8 line. Setiap line terdiri


dari 50 cup. Secara otomatis 8 cup terdorong dan
langsung diisi oleh air dari Filller.Sebelum air sampai
dari

Tank

Filler,

air

disinari

ultraviolet

untuk

menghilangkan ozon dalam air sehingga air tersebut


dapat langsung diminum.Cup yang telah terisi oleh air
bergerak ke pemasangan lid, kemudian pemanasan
serta perekatan lid dan dilanjutkan ke pemotongan lid.
Cup dibawa kelur dari ruangan Filler dengan
conveyor masuk ke ruangan Visual Control untuk

14

memeriksa kualitas produk. Pemeriksaan ini dilakukan


dengan manual oleh seorang operator dengan bantuan
lampu 160 watt.Cup yang lolos seleksi bergerak ke
Video Jet untuk memberi kode produksi.Setelah itu
produk bergerak ke bagian pengepakan.Pengepakan
dilakukan secara manual.Produk dimasukkan kedalam
karton box yang terdiri dari 48cup/box. Selanjutkan
karton box akan diberi stempel kode produksi dengan
stempel manual biasa oleh bagian packing dan proses
pengisolasian karton box yang dilakukan menggunakan
mesin karton seal. Kotak disusun diatas pallet sebanyak
84 kotak/pallet.Selanjutnya produk diangkut ke gudang
produk jadi dengan truk pengangkut yaitu forklif.
d. Galon yang tak lolos sesuai Standart?
Galon-galon yang tak lolos karena bau atau lumut mereka di
bersihkan. Jika karena labelnya rusak tinggal melakukan penggantian
label saja. Sedangkan untuk galon yang pecah atau retak sudah tak
bisa di gunakan lagi. Galon-galon ini di belah jadi 2 kemudian di
kirim ke luar untuk di daur ulang

e. Proses

Pengisian

dan

Pengemasan

Kemasan

Galon
Proses Pencucian Botol
Proses awal adalah menyortir galon. Galon-galon
kosong di jajarkan di mesin conveyor. Nantinya ada 2
15

orang Cheker yang bertugas masing-masing: Mengecek


bau galon dari jarak +- 10-15 cm dan memeriksa bagian
dalam galon yang kotor, satunya lagi memeriksa fisik
galon, kotoran / lumut galon dan mengecek kondisi
label.
Botol-botol untuk kemasan galon diperoleh dari
konsumen yang telah menjadi pelanggan.Botol-botol
tersebut diseleksi untuk menghindari pemakaian botol
yang rusak dan menentukan apakah botol tersebut
dapat langsung dicuci dengan mesin pencuci botol
(Washer Machine) II atau terlebih dahulu dicuci secara
manual dilanjutkan dengan mesin pencuci botol I dan
akhirnya dicuci dengan mesin pencuci botol II.Pencucian
botol secara manual dilakukan karena pada botol
ditemukan lumut dan jenis kotoran yang dianggap tidak
lepas dari mesin pencuci.
Botol-botol yang lolos seleksi pada pemeriksaan
dibawa ke Washer II dengan conveyor. Mesin pencuci
botol akan bekerja secara otomatis dan botol yang
dicuci sekali cuci adalah 3 botol. Air untuk pencucian
botol

ini

berasal

dari

Storage

Tank

III.Pencucian

dilakukan dengan 3 tahap.


Tahap pertama, botol dicuci dengan detergen
polibrite

yang

akan

membersihkan

kotoran-kotoran

berupa debu dan membunuh bakteri-bakteri yang ada di


dalam botol. Suhu yang digunakan untuk pencucian ini
adalah 65o 80o C.Pencucian pada tahap ini dilakukan
dengan sirkulasi air dan air diganti setiap 4 jam.

16

Tahap kedua, proses pembilasan awal dilakukan


dengan sirkulasi air dan penggantian airnya setiap 4
jam.
Tahap ketiga adalah pembilasan akhir dan air
yang

digunakan

adalah air

ozon

dan

sekali

cuci

langsung buang. Selanjutnya adalah proses pengiringan


botol. Botol yang sudah kering dibawa ke ruang
pengisian kemasan galon dengan conveyor.
Untuk pencucian botol yang berlumut terlebih
dahulu

dibersihkan

dengan

cara

manual

dengan

menggunakan brush dan HCI 3% .Setelah botol-botol di


brush maka botol dibawa ke Whaser I. Proses pencucian
botol pada mesin ini juga melalui tiga tahap.Tahap
pertama, botol dibersihkan dengan larutan HCI dan
menggunakan sirkulasi air dari Storage Tank III.Tahap
kedua,

pembilasan

awal

yang

juga

menggunakan

sirkulasi air.Tahap ketiga yaitu pembilasan akhir dengan


penggunaan

air

sekali

pakai

langsung

buang.Selanjutnya botol-botol dibawa ke Washer II


untuk dilakukan pencucian kembali.
Galon-galon yang tak lolos karena bau atau lumut
di bersihkan secara manual. Jika karena labelnya rusak
tinggal melakukan penggantian label saja. Sedangkan
untuk galon yang pecah atau retak sudah tak bisa di
gunakan lagi.Galon-galon ini di belah jadi 2 kemudian di
kirim ke luar untuk di daur ulang.

17

Proses Pengisian Air


Botol

yang

telah

dibersihkan

dengan

mesin

pencuci botol akan dibawa keruang Filler kemasan galon


dengan conveyor. Botol yang sampai di mesin pengisian
akan diisi secara otomatis. Banyaknya botol untuk sekali
isi adalah 4 buah.Dalam ruangan Filler ini terdiri dari
mesin Filler dan mesin Storage Cap. Botol yang telah
terisi akan dibawa ke mesin Storage Cap dan secara
otomatis cap akan diletakan pada botol dan kemudian
botol akan bergerak ke penekanan cap/capper.
Botol kemasan keluar dari ruang pengisian dan
masuk kedalam ruang Visual Control dengan conveyor.
Di ruangan Visual Control seorang Visual Control akan
memeriksa kualitas produk dengan bantuan lampu 160
watt. Botol kemasan yang lolos seleksi selanjutnya kode
produksi dengan Video Jet.

Selanjutnya setiap botol

akan dimasukan ke krat/pallet sebanyak 48 botol/pallet.


Selanjutnya produk diangkut ke gudang produk jadi
dengan truck pengangkutan atau forklift.

5. Pemasaran Produk
a. Direct

End

user,

Konsumen

Rumah

Tangga

Perkantoran, volume minimum 1, tidak ada target,


harga jual air (isi saja) Rp 9.000 s/d Rp 10.000 (diantar)
b. Retailer : Toko Kecil / Warung, volume min 5 s/d 10, tidak
ada target, harga jual Rp 10.000.

18

c. Whole Seller : toko besar / grosir, volume min 50, target


vol min. 2.000 / bln
d. High Class Outlet : Hotel, Supermarket, Hypermarket,
Toserba > mempunyai aturan tersendiri dan kontrak
jangka panjang serta berhubungan langsung dengan
principal Aqua Danone, Jakarta.
e. Star Outlet : Sub Distributor dengan wilayah tertentu,
volume min 500, target volume min 12.500 / bln

Aqua peduli lingkungan

Sebagai pabrik yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan


bakunya, maka PT Investama juga menjalankan 4 pilar Lestari yaitu:
a.

Pelestarian air dan lingkungan dengan memanfaatkan hutan asuh seperti menanam
dan merawat pohon, pemberdayaan ekonomi masyarakat desa hutan:
peternakan, industri, rumah tangga, dan pertanian organik

b.

Praktik Perusahaan ramah lingkungan dengan memanfaatkan Sekolah Sahabat


Mata air yang meliputi pendidikan lingkungan serta pelibatan dunia
pendidikan dalam konservasi huta dan lingkungan

c.

Pengelolaan distribusi produk melalui WASH (Water Sanitation and Hygiene)


adalah akses air bersih, sanitasi dan kesehatan lingkungan juga
pengelolaan sampah

d.

Pelibatan dan pemberdayaan masyarakat dengan pengembangan ekonomi seperti


Recycle plastik, pengembangan pertanian ramah lingkungan

19

B. PT. Teh Tambi


1. Sejarah Perusahaan
PT Perkebunan Teh Tambi pada mulanya (tahun 1865)
merupakan
Hindia

perusahaan

Belanda

yang

perkebunan
disewakan

milik

pemerintah

kepada

pengusaha-

pengusaha swasta Belanda yaitu antara lain D. Vander


Ships (untuk Unit Perkebunan Tanjungsari) dan W.D. Jong
(untuk Unit Perkebunan Tambi dan Bedakah). Perkebunan
tersebut pada tahun 1880 dibeli oleh Mr. M.P. van Der Berg,
A.W. Hole, dan Ed Jacobson, yang kemudian bersama-sama
mendirikan
Wonosobo,

Bagelen
yang

Thee

dalam

En

Kina

pengurusan

Maatschappijdi
dan

pengolahan

perkebunan teh tersebut diserahkan kepada firma John


Feet and Co. yang berkedudukan di Jakarta.
Tahun

1942,

saat

Jepang

di

Indonesia,

Kebun

Bedakah, Tanjungsari, dan Tambi dikuasai oleh Jepang.


Tanaman teh pada umumnya tidak dirawat dan sebagian
dibongkar untuk diganti tanaman lain seperti palawija, ubiubian, dan jarak.
Kebun Bedakah, Tambi, dan Tanjungsari setelah
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 secara otomatis
diambil alih oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
berada di bawah Pusat Perkebunan Negara (PPN) yang
berpusat di Surakarta, sedangkan kantor perkebunan
daerah Tambi, Bedakah, dan Tanjungsari dipusatkan di
Magelang, Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Konferensi Meja
Bundar (KMB) di Belanda pada November 1949, maka
perusahaan-perusahaan asing yang ada di Indonesia yang
sebelumnya sudah diakui sebagai milik Negara harus

20

diserahkan kembali kepada pemilik semula. Sesuai hasil


KMB

maka

perkebunan

teh

Bedakah,

Tambi,

dan

Tanjungsari harus diserahkan kembali oleh pemerintah


Indonesia kepada pemilik semula yaitu Bagelen Thee En
Kina Maatschappij. Setelah diadakan koordinasi antara
ketiga pengelola kebun tersebut, para eks pegawai PPN
membentuk kantor bersama yang dinamakan Perkebunan
Gunung pada tanggal 21 Mei 1951.
Beberapa

tahun

setelah

mengelola ketiga kebun itu,

Perkebunan

Gunung

Bagelen Thee En Kina

Maatschappij tidak berminat untuk melanjutkan usahanya


dan merasa terlalu sulit untuk mengurus perkebunan yang
kondisinya sudah sangat memburuk (akibat revolusi fisik
antara Indonesia dengan Belanda). Oleh Bapak Imam
Soepomo, SH selaku Kepala Jawatan Perkebunan Provinsi
Jawa Tengah mengusahakan agar pihak Bagelen Thee En
Kina Maatschappij diserahkan ke Indonesia. Hal tersebut
diterima baik oleh Bagelen Thee En Kina Maatschappij.
Selanjutnya didirikan Perseroan Terbatas (PT) NV Eks
PPN Sindoro Sumbing pada tanggal 17 Mei 1954.Perjanjian
jual beli antara NV Bagelen Thee En Kina Maatschappij
dengan PT NV Eks PPN Sindoro Sumbing terjadi tanggal 26
November 1954, sehingga status perkebunan Bedakah,
Tambi, dan Tanjungsari resmi dalam penguasaan PT NV Eks
PPN Sindoro Sumbing.Tahun 1957, tercapai kesepakatan
bersama antara Pemerintah Daerah Wonosobo dan PT NV
Eks PPN Sindoro Sumbing untuk bersama-sama mengelola
perkebunan tersebut, dengan membentuk perusahaan
baru yang modalnya 50 % dari PT NV Eks PPN Sindoro
Sumbing dan 50 % dari Pemerintah Daerah Wonosobo.

21

Perealisasian
pembentukan

tujuan

suatu

tersebut

perusahaan

dilakukan

baru

melalui

dengan

nama

Perseroan Terbatas (PT) NV Perusahaan Perkebunan Teh


Tambi, disingkat PT NV Tambi (saat ini PT Perkebunan
Tambi) dengan akte notaris Raden Sujadi di Magelang pada
tanggal

13

Agustus

1957

No.

10,

serta

mendapat

pengesahan dari Menteri Kehakiman tanggal 18 April 1958,


No. JA 5/30/25 yang kemudian diterbitkan pada lembaran
berita negara tanggal 12 Agustus 1960 No. 6.

2. Profil Perusahaan
a. Nama Perusahaan

: PT Perkebunan Teh Tambi

b. Status Perusahaan

: Perseroan Terbatas

c. Alamat PerusahaanPusat : Jl.

T.

Jogonegoro

No.

39

Wonosobo
d. Kode Pos

: 56314

e. No Telp.

: (0286)321077, 321088

f. Fax.

: (0286)321203, 321092

g. Email

: tambi@indosat.net.id

h. Lokasi Perusahaan
Unit Perkebunan Tambi terletak kurang lebih 16 km dari
kota Wonosobo ke arah utara dan dilereng gunung
Sindoro bagian barat.

22

Batas-batas perkebunan Tambi adalah:


1) Sebelah utara : Desa Tambi, Desa Kejajar, dan Hutan
Perhutani
2) Sebelah timur : Desa Sikatok, Desa Canggal, dan
Hutan Perhutani
3) Sebelah selatan : Desa Jengkol, Desa Tlogo, dan
Hutan Perhutani
4) Sebelah barat : Desa Maron dan Hutan Perhutani
Unit Perkebunan Tambi terbagi menjadi empat blok yang
letaknya saling terpisah, yaitu:
1) Blok Taman, terletak di Desa Tambi, Kecamatan
Kejajar
2) Blok

Pemandangan,

terletak

di

Desa

Sigedang,

Kecamatan Kejajar
3) Blok Panama, terletak di Desa Tlogo, Kecamatan
Garung
4) Blok Tanah Hijau, terletak di Desa Jengkol, Kecamatan
Garung

i. Visi dan Misi Perusahaan


Visi

23

Mewujudkan

perusahaan

berproduktivitas tinggi,

perkebunan

teh

yang

ramah lingkungan, kualitas

sesuai dengan selera konsumen, kokoh dan lestari.


Misi.
Mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka
pendapatan pajak dan devisa bagi negara, pelestarian
alam dan penyerapan tenaga kerja.

3. Produk Perusahaan
Unit Perkebunan Tambi memproduksi bubuk teh
kering

dengan

proses

pengolahan

sistem

Orthodox

Rotorvane. Bubuk teh hitam kering ini sebagian besar


dikirim ke PTPN IX untuk dilakukan pengemasan kembali
kemudian diekspor.Untuk pasaran dalam negeri, UP Tambi
memproduksi dalam bentuk kemasan karton.
Produk-produk teh yang dikemas di UP Tambi antara lain :
a) Kemasan Petruk 180 gram, jenis PS
b) Kemasan Petruk 100 gram, jenis PS
c) Kemasan Petruk 200 gram, jenis PS
d) Kemasan Cakil 250 gram, jenis BOP
e) Kemasan Cakil 100 gram, jenis BOP

4. Penyediaan Alat dan Bahan Baku

24

a. Bahan Baku
Bahan baku dalam industri pengolahan teh hitam
UP Tambi ini adalah pucuk daun teh segar yang
diperoleh dari UP Tambi (Blok Taman, Pemandangan,
Tanah Hijau dan Panama) serta UP Tanjung sari (Blok
Kutilang, Murai, Gelatik). Bahan baku merupakan suatu
bahan pokok dalam proses produksi yang nantinya
diolah dari bentuk mentah menjadi produk jadi. Sebagai
pertimbangan keberlangsungan jalannya industri, maka
penyediaan

bahan

baku

sangat

penting

untuk

diperhatikan.
b. Peralatan
1) Withering Trough
Sebagai tempat untuk menghamparkan pucuk teh
segar dalam proses pelayuan yang beukuran 24

1,8 m berkapasitas 1500 kg.


2) Fan Pengembus Udara
Sebagai penghembus udara dalam proses pelayuan,
termasuk juga udara panas yang berasal dari heater
pengering.
3) Troly
Sebagai alat angkut teh dari timbangan penerima ke
Withering Tough (WT) dan dari WT ke Open Top Roller
(OTR).

25

4) Open Top Roller (OTR)


Alat yang berfungi menggulung dan memecahkan
pucuk teh yang telah layu sehingga cairan sel keluar
melapisi permukaan teh berkapasitas 350 kg.
5) Rotorvane (RV)
Alat yang berfungsi memotong pucuk dauh teh layu
yang telah di gulung pada mesin OTR agar menjadi
partikel yang lebih kecil dalam waktu yang singkat
secara terus menerus.
6) Rotary Roll Breaker (RRB)
Sebagai alat penyaring Bubuk II dan Bubuk III dari
buyaran teh yang telah terpotong oleh rotorvane,
hampir sama dengan ghoogi tapi lebih kecil dari
bubuk-bubuk yang diperoleh serta media untuk
menurunkan

suhu

bubuk

akibat

penggilingan

berkapasitas 300 kg.


7) Conveyor
Sebagai alat angkut dari rotorvane ke RRB, dan dari
rotorvane ke ghoogi.
8) Ghoogi
Sebagai alat untuk menyaring bubuk teh yang keluar
dari rotorvane untuk mendapatkan bubuk IV dan
badag yang dikehendaki berkapasita 350 kg/jam.
9) Humidifier

26

Alat

yang

berfungsi

mempertahankan

suhu

dan

untuk

membantu

kelembaban

dalam

ruangan penggilingan dan fermentasi selama proses


berlangsung.

10)
Alat

Heater
yang

berfungi

menghasilkan

panas

dan

memanasi teh dalan two/three circuit pada proses


pengeringan serta memanasi pucuk daun teh pada
proses pelayuan.
11)
Alat

Drier
yang

berfungsi

untuk

mengentikan

proses

enzimatis dan menurunkan kadar air dalam teh akhir


menjadi 3 4%.

5. Proses Pengolahan
Menurut Arifin (1994), sistem pengolahan teh hitam
di Indonesia terbagi menjadi 2 sistem, yaitu :
a. Sistem

Orthodox

yang

dibagi

menjadi

dua

Orthodox Murni dan Orthodox Rotorvane.


b. Sistem baru (CTC atau Crushing Tearing Curling)

27

yaitu

Sedangkan proses pengolahan teh hitam di Unit


Perkebunan

Teh

Tambi,

PT

Perkebunan

Teh

Tambi,

Wonosobo menggunakan Sistem Orthodox Rotorvane.


Proses produksi teh di PT. Tambi adalah sebagai berikut :
a. Pelayuan
Menurut Arifin (1994), proses pelayuan bertujuan
untuk mengurangi kadar air pada pucuk daun teh
mencapai 50% dan membuat pucuk
lebih

lentur

sehingga

daun teh agar

mudah

digulung

maka,memudahkan cairan sel keluar jaringan pada saat


digulung. Waktu yang diperlukan dalam pelayuan 12-15
jam dengan suhu tidak boleh lebih dari 27 o C, suhu
optimal

yang

digunakan

sekitar

23-27o

serta

kelembaban pada proses pelayuan 76% dengan derajat


layu pucuk teh 44-46%.
Tujuan dari proses pelayuan di UP Tambi adalah :
1) Menurunkan kadar air pucuk teh hingga 45-50%.
2) Memudahkan proses berikutnya.
3) Mendapatkan derajat layu pada hasil akhir.
Tahap-tahap yang dilakukan pada proses pelayuan
di Unit Perkebunan Teh Tambi adalah : penerimaan
pucuk basah dan pelayuan, pengiraban/pembeberan
pucuk daun, analisis pucuk,sortir,

pemberian aliran

udara segar, pemberian aliran udara panas, pembalikan,


turun layu.Berikut ini penjelasan untuk masing-masing
tahap dalam proses pelayuan di UP Tambi yaitu :

28

1) Pengiraban/pembeberan pucuk daun


Pucuk segar yang telah ditimbang dikeluarkan
dari waring kemudian dibeberkan di
Trough

(WT).

Pembeberan

Withering

dilakukan

dengan

mengurai pucuk yang menggumpal dan disebar


secara

merata

oleh

dua

orang

yang

saling

berhadapan dari kedua sisi through. Hamparan pucuk


diusahakan harus rata (tinggi permukaan sama) agar
hasil layu merata.
Tujuan dari pembeberan di UP Tambi antara lain:
a) Memecahkan gumpalan pucuk akibat genggaman
pemetik dan tumpukan pada saat pengangkutan.
b) Memudahkan udara menembus sela-sela daun.

2) Analisis Pucuk
Analisis

pucuk

adalah

pemisahan

pucuk

berdasarkan pucuk tua dan pucuk muda yang


memenuhi syarat olah dan dinyatakan dalam persen.
Adapun tujuan dari analisis pucuk yang dilakukan di
UP Tambi adalah:
a) Menilai kondisi pucuk yang akan diolah.
b) Menentukan

premi

(upah

tambahan)

bagi

pemetik.
c) Memperkirakan grade mutu teh yang dihasilkan.

29

3) Sortir
Penyortiran daun pada tahap pelayuan di UP
Tambi

ini

bertujuan

untuk

menghilangkan

atau

memisahkan antara daun teh yang baik, gulma,


serangga, ranting-ranting, rumput dan daun tua.
4) Pemberian Udara Segar dan Udara Panas
Pemakaian udara segar di UP Tambi dilakukan
apabila pucuk telah selesai dibeber. Pemakaian udara
segar dilakukan selama 1 jam dihitung setelah pucuk
selesai dibeber. Adapun tujuan dari pemberian udara
segar pada proses pelayuan di UP Tambi ialah :
a) Menghilangkan aroma yang tidak dikehendaki
(misalnya bau amis).
b) Menguapkan air (embun) yang ada di permukaan
daun.
c) Menormalkan suhu pucuk ( 26o C)
d) Mencegah layu merah/lengas.
Pemberian aliran udara harus memperhatikan
suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban pada
saat pelayuan harus selalu dipantau setiap 2 jam
sekali.

Untuk

thermometer

mengukur

sedangkan

suhu

menggunakan

kelembaban

dengan

menggunakan higrometer, yang diletakkan diatas

30

pucuk yang dilayukan. Suhu tidak boleh lebih dari


28oC. Suhu yang

optimum untuk proses pelayuan

adalah 26,7oC dengan selisih antara bola basah dan


bola kering yang optimum 2-4oC.
Bila RH > 76 % maka diperlukan pemberian
aliran udara panas. Fungsi dari pemberian udara
panas selain untuk mengurangi kelembaban adalah
juga untuk menguapkan air yang ada di dalam
pucuk. Bila kelembaban tinggi, proses pelayuan akan
terlalu lama jika hanya menggunakan aliran udara
segar.

Dengan

pemberian

aliran

udara

panas

diharapkan kelembaban tidak terlalu tinggi dan


proses pelayuan tidak terlalu lama karena air yang
ada dalam pucuk teh teruapkan
Bila

RH

menunjukkan

<

76%

maka

tidak

diperlukan pemberian aliran udara panas, dengan


aliran udara segar saja sudah cukup untuk proses
pelayuan. Udara untuk proses pelayuan dialirkan dari
fan, yaitu sebuah mesin dengan mekanisme kerja
seperti
pengatur

kipas

angin.

aliran

Dalam

udara

yang

fan

terdapat

digunakan

klep
untuk

mengatur aliran udara yang akan dipakai untuk


proses pelayuan. Bila diperlukan udara panas, maka
klep pengatur aliran udara panas dibuka dan udara
panas yang berasal dari heater akan mengalir ke WT.
Dalam fan juga terdapat klep pengatur aliran
udara untuk menghembuskan atau menghisap udara.
Bila

dalam

proses

31

pelayuan,

pucuk

sudah

menunjukkan akan layu kering, maka aliran udara


harus segera dihisap. Kecepatan udara dari fan
adalah 20.000-25.000 ft3 /menit.

5) Pembalikan
Tujuan
tingkat

dari

layu

pembalikan

dari

lapisan

adalah
bawah

meratakan
dan

lapisan

atas.Setelah dialirkan udara panas selama 4-6 jam


kemudian

dilakukan

pembalikan.Pembalikan

dilakukan 3 kali secara kondisional (melihat kondisi


pucuk).
Pembalikan I
Pembalikan

pertama

dilakukan

4-6

jam

setelah

pembeberan, yaitu apabila pucuk lapisan bawah


sudah agak layu. Hamparan harus rata agar udara
dapat mengalir rata ke semua sela-sela pucuk.
Pembalikan II
Dilakukan 4-6 jam setelah pembalikan I, tujuannya
meratakan hasil pucuk layu. Dilakukan dengan cara
mencampur

bagian

atas

dan

bawah

dengan

dibeberkan. Setelah pembalikan II, udara panas


dihentikan dan diganti dengan udara segar.
Pembalikan III

32

Dilakukan jika hasi layu pembalikan II belum layu


merata. Dilakukan 4-6 jam setelah pembalikan II.

6) Turun Pucuk Layu


Pembongkaran pucuk di UP Tambi dimulai dari
tingkat kelayuan pucuk. Untuk waktu pembongkaran
dengan waktu pemasukan ke OTR tidak boleh terlalu
lama, apabila terlalu lama pucuk akan panas, dan
warna pucuk akan berubah serta rusak. Pucuk yang
turun layu harus memperhitungkan kapasitas mesin
gulung atau OTR yaitu 350 kg/jam tiap mesin untuk
sekali penggulungan membutuhkan waktu 40 menit.
Faktor-faktor
pelayuan

di

UP

yang

perlu

Tambi

diperhatikan

adalah

suhu,

dalam
cuaca,

kelembaban relatif, waktu, jumlah pucuk. Udara yang


digunakan pada proses pelayuan adalah udara bersih
(bebas dari bau, debu, dan kotoran).
Pelayuan di UP Tambi dihentikan setelah 15 jam
dengan derajat layu sekitar 44-46%. Hasil layu yang
baik untuk dimasukkan ke penggilingan adalah hasil
layu medium. Ciri-ciri layu medium : kehijau-hijauan,
tangkai lentur, tidak kering, bila digenggam tidak
cepat membuyar, dan aromanya khas seperti buah
masak.

b. Proses Penggilingan

33

Menurut

Loo

(1983),

penggilingan

daun

teh

bertujuan untuk memecahkan sel-sel daun segar agar


cairan sel dapat dibebaskan sehingga terjadi reaksi
antara cairan sel dengan oksigen yang ada diudara.
Peristiwa ini dikenal dengan nama oksidasi enzimatis
(fermentasi). Pemecahan daun perlu dilakukan dengan
intensif agar fermentasi dapat berjalan baik.
Sedangkan

Nazaruddin

dan

Paimin

(1993),

mengemukakan bahwa suhu yang digunakan selama


proses penggilingan berkisar 27-32oC dan kelembaban
ruangan sekitar 95%.
Proses penggilingan pada UP Tambi terdiri dari
penggulungan, penggilingan dan sortasi basah. Proses
penggilingan dilakukan setelah turun pucuk layu sekitar
pukul 05.00 WIB. Karena pada pagi hari kelembabannya
masih relatif tinggi.

1) Proses Penggulungan
Proses

penggulungan

merupakan

tahap

pengolahan untuk menyiapkan terbentuknya mutu,


baik secara kimia maupun fisik. Secara kimia akan
terjadi reaksi antara senyawa polifenol dengan enzim
polifenol oksidase dibantu dengan adanya oksigen
yang biasa disebut oksidasi enzimatis. Secara fisik
akan
rusak,

mengakibatkan daun memar dan dinding sel


sehingga

cairan

34

sel

keluar

dipermukaan

dengan merata dan pada saat itu sudah terjadi reaksi


oksidasi enzimatis (fermentasi).
Daun yang sudah digulung akan memudahkan
proses penggilingan. Alat yang digunakan untuk
menggulung adalah OTR (Open Top Roller) dengan
kapasitas 350 kg/jam. Lama penggulungan di OTR
sekitar 40-45 menit.
Tujuan dari penggulungan di UP Tambi adalah :
a) Untuk

membentuk

daun

agar

mengelinting/menggulung.
b) Untuk memecahkan dinding sel pucuk daun teh
sehingga cairan keluar di permukaan daun dengan
merata.

2) Proses Penggilingan
Tujuan dari penggilingan di UP Tambi yaitu
mengecilkan ukuran daun teh yang telah digulung
menjadi partikel yang lebih kecil.Alat penggilingan
yang digunakan yaitu rotorvane (RV) yaitu RV 15
dan RV cones. Suhu ruang giling antara antara 2024oC dengan kelembaban udara 95%. Harus tetap
dijaga karena jika tidak tepat akan menyebabkan
penyimpangan

rasa,

mempertahankan

warna

dan

kelembaban

aroma.
digunakan

Untuk
alat

pengkabut atau humidifier. Penggunaan humidifier


secara

berlebihan

harus

35

dihindari

karena

akan

menyebabkan kelembaban terlalu tinggi sehingga


kadar air bahan akan bertambah.
Pucuk yang telah tergulung, masuk ke RV I (15
inchi) melalui conveyor.Kapasitas RV sekitar 300-400
kg/jam.Tujuannya

untuk

partikel. Selanjutnya

memperkecil

partikel

ukuran

melalui conveyor

masuk ke RRB I (Rotary Roll Breaker) dengan ukuran


mesh 7-7-8 sehingga menghasilkan bubuk II. Partikel
yang tidak lolos di RRB I akan dipotong lagi di RV II
(15 inchi) yang

diangkut menggunakan conveyor

Kemudian

RV

dari

II

diayak

di

RRB

menghasilkan bubuk III. Partikel yang


akan dipotong lagi di RV

II

dan

tidak lolos

cones kemudian melalui

conveyor akan masuk ke mesin

ghoogi.

Partikel

tersebut di dalam ghoogi diayak melalui lubang


purpurasi 7 mm dan 8 mm. Partikel yang lolos pada
ghoogi dinamakan bubuk IV dan yang tidak lolos
dinamakan badag.

3) Proses Sortasi Bubuk Basah


Sortasi bubuk basah pada pengolahan teh hitam
orthodox selalu dilakuan di UP Tambi bertujuan untuk
memperoleh bubuk yang seragam dan memudahkan
proses sortasi kering. Mesin sortasi bubuk basah
yang biasa dipakai adalah RRB (Rotary Roll Breaker).
Pemasangan ayakan dengan mesh nomor yang tepat
sangat

membantu

diinginkan.

36

diperolehnya

grade

yang

Pada sortasi bubuk basah yang dilakukan di UP


Tambi menggunakan mesin Rotary Roll Breaker (RRB)
banyaknya 2 unit dan Ghoogi. Adapun mesh yang
digunakan pada mesin

Rotary Roll Breaker (RRB)

adalah 7-7-8 dan 6-6-8. Sedangkan Ghoogi dengan


lubang purpurasi 7 mm dan 8 mm.

c. Fermentasi
Istilah

fermentasi

banyak

digunakan

pengolahan industri pertanian, misalnya

untuk

fermentasi

alkohol, fermentasi ragi dan lain-lain. Namun istilah


fermentasi atau pemeraman pada pengolahan teh
sebenarnya adalah sejumlah besar reaksi kimia antara
satu

dengan

lainnya

ditandai

dengan

aktivitas

enzim.Fermentasi ini untuk mendapatkan teh yang


berwarna cokelat tua dan harum baunya (Nazaruddin,
dkk, 1993).
Proses oksidasi enzimatis di UP Tambi berlangsung
selama 120 menit dihitung sejak pucuk turun layu. Alat
yang digunakan dalam proses ini adalah baki aluminium
dan rak. Penggunaan aluminium sebagai bahan dasar
baki karena aluminium tidak menimbulkan reaksi yang
dapat mempengaruhi proses oksidasi enzimatis. Pada
bagian bawah baki terdapat lubang yang berfungsi agar
udara segar dapat masuk sehingga tidak terjadi over
fermentasi. Setelah proses penggilingan maka bubuk
teh dimasukkan dalam baki fermentasi dengan tebal

37

hamparan sekitar 7 cm untuk badag 10 cm. Kemudian


disusun dalam rak dan dibawa ke ruang fermentasi.
Oksidasi enzimatis di UP Tambi sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Kadar air pada bahan.
2) Suhu dan kelembaban relatif.
3) Jenis bahan (pucuk).
4) Persediaan oksigen.
Pengaturan suhu, kelembaban dan waktu oksidasi
enzimatis di UP Tambi diperlukan agar terjadi proses
oksidasi

enzimatis

fermentasi

21oC

yang

serta

optimum.

kelembaban

Suhu

ruang

minimal

ruang

fermentasi 91%. Pengaturan suhu dan kelembaban di


ruang

oksidasi

menggunakan

enzimatis

dilakukan

dengan

humidifier. Kelembaban ruang tidak

boleh terlalu rendah karena bila kelembaban terlalu


rendah, ruangan akan kering dan suhu akan bertambah
sehingga bubuk yang difermentasi akan kering sebelum
masuk ruang pengeringan. Hal ini dapat mempengaruhi
rasa, warna dan aroma teh kering yang dihasilkan.
Pada proses oksidasi enzimatis di UP Tambi terjadi
perubahan-perubahan antara lain :
1) Perubahan teh dari warna hijau menjadi kecoklatan
(tembaga mengkilat).

38

2) Dihasilkan substansi theaflavin dan thearubigin yang


akan menetukan sifat air seduhan. Hal ini sering
disebut tea tester sebagai strenght, colour, quality
dan briskness.

d. Proses Pengeringan
Lamanya proses pengeringan di UP Tambi ialah 25
menit. Mesin pengering yang digunakan yaitu

Endless

Chain Pressure (ECP) yang jumlahnya 3 unit yaitu driyer


yang

pertama

dengan

tipe

three

circuit

drierberkapasitas 300 kg bubuk teh/jam dan drier yang


kedua dan ketiga dengan tipe

two circuit drier yang

berkapasitas 250 kg bubuk teh /jam.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas mesin
pengering di UP Tambi ialah :
1) Kadar air bubuk teh basah.
2) Temperatur dan volume udara panas.
Prinsip
pergerakan
diatas

kerja

mesin

pengering

yaitu

karena

trays maka bubuk teh yang diletakkan

trays akan ikut bergerak dan diratakan oleh

spreader yang berputar. Bubuk teh yang telah bergerak


diatas
yang

trays akan bersentuhan dengan udara panas


dihasilkan

oleh

heater

sehingga

air

yang

terkandung dalam bubuk teh menguap maka kadar air


akan menjadi 3-4 %.

39

Tahapan proses pengeringan di UP Tambi yaitu :


1) Heater yang berbahan bakar kayu dinyalakan untuk
memanasi ruang bakar yang terbuat dari bata api
dan plampet. Ruang bakar ini terdapat dalam heater.
2) Panas mengalir ke dalam saluran yang menyebabkan
saluran menjadi panas.
3) Panas yang dihasilkan kompor dihisap ke main fan
untuk dihembuskan ke dalam mesin pengering (drier)
inlet mencapai 90-100oC dan suhu

sampai suhu

outlet mencapai 45-50oC.


4) Bubuk teh yang telah mengalami proses oksidasi
enzimatis selama kurang lebih 2 jam, kemudian
dimasukkan

ke

dalam

mesin

pengering.

Trays

dinyalakan lalu trays bergerak, kemudian bubuk teh


diletakkan diatas trays dan diratakan oleh spreader
yang berputar. Tebal bubuk teh pada

trays kurang

lebih 2 cm, serta diusahakan pada saat meletakkan


bubuk teh tidak melebihi spreader.
5) Bubuk teh yang telah bergerak diatas

trays akan

bersentuhan dengan udara panas yang dihasilkan


dari heater sehingga kadar air dalam bubuk teh akan
menjadi 3-4%.
6) Lamanya bubuk teh pada mesin pengering mulai dari
bubuk teh dimasukkan sampai bubuk teh keluar dari
mesin pengering sekitar 25 menit.

40

7) Bubuk kemudian ditampung pada baki yang terbuat


dari aluminium.
8) Sebelum

bubuk

teh

dibawa

ke

ruang

sortasi,

dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk :


a) Mengetahui derajat layu dan randemen teh kering
dari mein pengering. Derajat layu yaitu angka
persentase berat teh kering asal mesin pengering
terhadap pucuk layu, sedangkan randemen teh
kering

dari

mesin

pengering

yaitu

angka

persentase berat teh kering dari mesin pengering


terhadap berat basah.
b) Mengetahui efisiensi mesin drier.
c) Mengetahui hasil kering dari bubuk II, III, IV, dan
badag.
9) Mesin drier 1 digunakan untuk bubuk IV dan dabag,
mesin drier 2 untuk bubuk III dan IV, mesin drier 3
untuk bubuk II dan III.

Penilaian kondisi bubuk kering di UP Tambi dilakukan


dengan :

Inderawi : bubuk teh kering digenggam dengan


tangan, jika bubuk tersebut lepas antar partikelnya,
berarti bubuk sudah kering optimal. Selain itu,
diketahui dari aroma, rasa, dan warna bubuk teh
yang dihasilkan.

41

Pengukuran kadar air dengan alat


Infratester

yaitu

Infratester :

alat untuk mengukur kadar air

bubuk kering.

e. Sortasi Kering
Proses sortasi kering atau penjenisan di UP Tambi
bertujuan untuk mendapatkan bentuk, ukuran partikel
teh yang seragam dan bersih sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain tujuan diatas
sortasi di UP Tambi juga bertujuan untuk :
1) Memisahkan teh kering menjadi beberapa grade
sesuai dengan ukuran partikel.
2) Membersihkan teh dari serat, tangkai dan bahanbahan lain misalnya debu.
Produk teh yang dihasilkan oleh UP Tambi adalah
sebagai berikut :
1) Mutu I = BOP Grof, BOP, BOPF, PF, Dust, BP, BT, BM
2) Mutu II = PF II, Dust II, BP II, BT II, BM II
3) Mutu III = Dust III, BM III, Bohea

f. Pengujian Mutu Teh

42

Pada proses pengolahan teh dilakukan pengujian


mutu yang bertujuan untuk mengetahui mutu teh yang
dihasilkan pada setiap proses. Adapun pengujian mutu
yang dilakukan di UP Tambi yaitu :
1) Pengujian

mutu

secara

fisik,

pengujian

ini

menggunakan indera perasa dan peraba, misalnya


untuk mendeteksi tingkat kekeringan cukup hanya
dengan genggaman.
2) Pengujian mutu secara organoleptik, pengujian ini
digunakan untuk menilai kenampakan (appearance),
rasa

(taste), aroma (flavour), bau air seduhan

(liquor) serta kenampakan ampas seduhan (infusion).


Pengujian organoleptik di UP Tambi bertujuan untuk
mengetahui tingkat rasa, warna, air seduhan dan
kenampakan ampas dari teh. Kenampakan teh kering
ialah sifat teh kering yang dinilai secara visual sesuai
dengan jenis mutu, meliputi bentuk dan ukuran partikel,
warna partikel teh kering, dan kebersihan (adanya
tulang daun dan benda asing). Air seduhan ialah cairan
hasil seduhan teh hitam setelah dipisahkan dari ampas
seduhannya, meliputi:
1) Warna, yang mencakup jenis warna, kepekatan,
kejernihan dan kecerahan air seduhan.
2) Rasa,

yang

mencakup

kesegaran,

kekuatan,

pungency, dan flavourdari air seduhan pada waktu


dicicipi.

43

3) Bau atau aroma, yang mencakup bau khas teh hitam


dan bau asing lain.

g. Pengepakan dan Pengemasan


Proses pengepakan dan pengemasan merupakan
tahapan terakhir dari pengolahan teh hitam di UP Tambi.
Adapun tujuan dari pengepakan dan pengemasan teh
hitam pada UP Tambi ialah :
1) Melindungi teh dari kerusakan
2) Memudahkan dalam penyimpanan digudang serta
transportasi
3) Sebagai alat promosi.
Pada ruang pengepakan di UP Tambi terdapat pallet
yang

diletakkan

dilantai

yang

berfungsi

untuk

mencegah karung-karung teh bersentuhan langsung


dengan

lantai atau tanah. Hal ini dilakukan untuk

menjaga kelembaban teh sehingga kadar air tidak naik


dan teh menjadi lebih tahan lama.
Pengepakan dan pengemasan produk teh di UP
Tambi saat ini yang masih digunakan yaitu:

1) Pengepakan dan pengemasan menggunakan karung


plastik

44

Pengepakan
menggunakan

dan
karung

pengemasan
plastik

dengan

ukurannya

sama

dengan paper sack yaitu 120 x 70 x 20 cm, hanya


saja dalam mengemas tehnya menggunakan plastik
sebelum

karung

plastik

yang

berfungsi

untuk

menjaga agar uap air tidak dapat masuk sehingga


kelembaban terjaga dan kadar air juga terjaga. Hal
ini dilakukan untuk menjaga mutu teh agar tidak
mudah ditumbuhi oleh jamur.
Biasanya pengemasan dan pengepakan

di UP

Tambi dengan
menggunakan karung plastik dipergunakan untuk
pengiriman lokal
(dalam

negeri).

Misalkan

di

PTPN

IX

Pagilaran

kemudian disana
dilakukan pengemasan lagi untuk ekspor.
2) Pengepakan dan pengemasan menggunakan kertas
karton
Pengemasan
karton

dengan

menggunakan

kertas

berupa kemasan kecil yang terdiri dari tiga

lapis yaitu teh dibungkus dengan plastik, kemudian


dengan karton dan bagian luar karton dilapisi dengan
plastik kaca. Pelapisan plastik kaca pada permukaan
kertas karton dilakukan dengan menggunakan setrika
listrik

Pengemasan

menggunakan

kertas

karton

biasanya dilakukan untuk memenuhi pesanan lokal.

45

6. Pemasaran Produk
Pengolahan teh hitam memproduksi produk yang
sesuai dengan permintaan pasar sehingga tidak kesulitan
dalam pemasaran.Pemasaran pada UP Tambi dengan dua
tujuan yaitu ekspor dan konsumsi lokal. Untuk
ekspor merupakan prioritas yang pertama karena dari segi
laba lebih menguntungkan. Adapun pangsa pasar yang
digarap oleh UP Tambi adalah sebagai berikut:
a. Pasar Ekspor (Perdagangan antar negara)
Direct Export (Ekspor Langsung), dimana semua
proses atau Buyer Agent di negara tujuan pembeli
(Destination),

demikian

dokumen-dokumen

pula

seluruh

pendukungnya.

pengurusan

Pembeli

yang

termasuk ini antara lain :

Hung An Trading Co. LTD, Hong Kong

Iteaco, Kanada
Ekspor Tidak Langsung yang meliputi Exporter&

Blender

Exporter,

merekalah

yang

langsung

berhubungan dengan buyer atau buyer agent di negara


tujuan pembeli (Destination), termasuk pengurusan
dokumen-dokumen

pendukungnya.

termasuk ini antara lain :

PT Unilever Indonesia TBK, Jakarta

46

Pembeli

yang

PT Trijasa Primasejati, Jakarta

b. Pasar Lokal
Antar Daerah, hubungan dengan pembeli dilakukan
secara langsung, dalam hal ini pembeli biasanya juga
merangkap sebagai Packer (mengemas kembali dengan
merk-merk

mereka

sesuai

standar

yang

mereka

tetapkan sendiri).Pembeli yang termasuk ini antara lain :


PT Gunung Subur, Karanganyar dan PT Sariwangi, Bogor.
Eceran

terdiri

dari

penjualan

teh

uraian

dan

kemasan dimana pemasarannya dilakukan melalui Unit


Penjualan

yang

ada

di

PT

Perkebunan

Tambi.Unit

Penjualan ini melayani langsung pada pembeli maupun


penjualan melalui agen-agen yang telah terdaftar. Agen
yang ikut memasarkan produk teh Tambi antara lain :
Koperasi Prasojo, di Kantor Direksi
Koperasi Gotong-Royong, di UP Bedakah
Koperasi Setia Kawan di UP Tambi
Koperasi Sederhana, di UP Tanjungsari
PT Rita Ritelindo, Wonosobo
Toko Teh Tambi, Wonosobo

47

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari laporan di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. PT.

Tirta

Investama

Danone

(Aqua)

adalah

sebuah

perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan air


minum dalam kemasan (AMDK) yang bermerk AQUA.
2. Aqua adalah mountain spring water, artinya sumber air
aqua berasal dari mata air pegunungan yang mengalir ke
permukaan bumi secara alami.
3. Proses produksi aqua dilakukan secara hygienis sehingga
menghasilkan

air

minum

yang

banyak

mengandung

mineral yang sangat baik untuk kesehatan tubuh.


4. PT. Teh Tambi adalah perusahaan yang bergerak di dalam
industri pengolahan teh.
5. Bahan baku yang digunakan oleh PT. Teh Tambi berasal dari
pucuk daun teh segar yang diperoleh dari UP Tambi.
6. Sistem pengolahan teh di PT. Tambi menggunakan sistem
orthodox

rotorvane

yang

meliputi

tahap

Pelayuan,

Penggilingan, Fermentasi, Pengeringan, Sortasi Kering,


Pengujian Mutu Teh serta Pengemasan dan Pengepakan.
7. PT. Teh Tambi melakukan pengujian mutu teh untuk
mengetahui mutu teh agar menghasilkan produk teh yang
berkualitas dengan menggunakan teknik Organoleptik.
8. Kemasan produk teh yang dihasilkan adalah Kemasan
Petruk dan Kemasan Cakil.

B. Saran
1. Bagi perusahaan tersebut agar tetap mempertahankan
kualitas produknya supaya tetap dapat dipercaya oleh
masyarakat sehingga dapat meningkatkan hasil penjualan
48

dan

dapat

meningkatkan

konsisten.
2. Tetap memperhatikan
tercipta

kerjasama

laba

perusahaan

kesejahteraan
yang

baik

secara

karyawan
sehingga

agar
dapat

meningkatkan produktivitas kerja.


DAFTAR PUSTAKA
http://info-biografi.blogspot.com/2013/03/sejarah-berdirinyaaqua.html
http://www.perencanaanpemasaran.com/2013/04/contoh-kasuspemasaran aqua.html
http://www.aqua.com/tentang_aqua
Arifin, S. 1994. Petunjuk Teknis Pengolahan Teh. Pusat Penelitian
Teh
dan
Kina
Gambung.Bandung.OBrien,
J
A.
2003. Introduction To Information Systems: Essentials For
The E-Business Enterprise. McGraw-Hill, Boston, MA
Loo, T.G. 1983.Penuntun Praktis Mengelola Teh dan Kopi. PT.
Kinta. Jakarta.
Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993.
Pembudidayaan
Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta.

dan

Sutejo, 1977.Teh.Penerbit Soeroengan. Jakarta


Setiawati dan Nasikun. 1991. Pengolahan Teh Hitam. Pusat
Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung

49

Anda mungkin juga menyukai