Syok Kardiogenik
Syok Kardiogenik
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan
curah jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan
dapat menyebabkan hipoksia jaringan. Syok dapat terjadi karena disfungsi
ventrikel kiri yang berat, tetapi dapat pula terjadi pada keadaan di mana fungsi
ventrikel kiri cukup baik.
Syok sendiri merupakan suatu sindroma klinis kompleks yang ditandai
dengan berbagai manifestasi hemodinamik. Petunjuk umum untuk syok adalah
tidak memadainya perfusi jaringan. Syok bersifat progresif dan terus
memburuk bila tidak ditangani selagi dini. 2 syok dapat dibagi dalam empat
golongan:
1. Syok hipovolrmik : di induksi oleh penurunan volume darah, yang terjadi
secara langsung karena perdarahan hebat atau karena hilangnya cairan
yang berasal dari plasma ( misalnya diare berat, pengeluaran urin berlebih,
atau keringat berlebih).
2. Syok vasogenik disebabkan oleh vasodilatasi luas yang dicetuskan oleh
zat-zat vasodilator. Terdapat dua jenis syok vasogenik: syok septik dan
syok anafilaktik. Syok septik, yang dapatmenyertai infeksi luas,
ditimbulkan oleh zat vasodilator yang dikeluarkan oleh penyebab infeksi.
Demikian juga pengeluaran zat histamin yang berlebih pada reaksi alergi
berat dapat menyebabkan vasodilatasi ( syok anafilaktik)
3. Syok neurogogenik juga melibatkan vasodilatasi luas, tetapi bukan karena
zat-zat vasodilatasi. Dalam hal ini, tonus vaskuler simpatis yang hilang
menyebabkan vasodilatasi umum, serupa dengan hipotensi emosional
tetapi lebih berat dan lama. Syok ini terjadi pada cedera benturan hebat
( crushing injury).
4. Syok kardiogenik.3
2.2 Epidemiologi
Penyebab syok kardiogenik terbanyak adalah pada pasien infark
miokard akut, dimana terjadi kehilangan sejumlah besar miokardium akibat
terjadinya nekrosis. Insiden syok kardiogenik sebagai komplikasi sinderom
koroner akut bervariasi. Hal ini berhubungan dengan definisi syok kardiogenik
dan kriteria sindrom koroner akut yang dipakai sangat beragam pada berbagai
penelitian. Pria lebih sering terkena syok kardiogenik daripada wanita
dikarenakan angka kejadian infark miokard akut lebih banyak pada pria
dibangdingkan wanita.2
Syok kardiogenik terjadi pada 2,9% pasien angina pektoris tak stabil
dan 2,1% pasien infar miokard akut non elevasi ST. Median waktu
perkembangan menjadi syok pada pasien ini adalah 76 jam dan 94 jam,
dimana yang sering dijumpai adalah komplikasi infark miokard akut dengan
elevasi ST daripada tipe lain dari sindrom koroner akut. Pada studi besar di
negara maju, pasien infark miokard akut yang mendapat terapi trombolitik
tetap ditemukan syok kardiogenik yang berkisar antara 5% sampai 10 %
dengan rata-rata 7,2%. Dimana tingkat mortalitas tetap tinggi sampai saat ini,
berkisar antara 80-90%.
2.3 Etiologi
Komplikasi mekanik akibat infark miokard akut dapat menyebabkan
terjadinya syok. Diantara komplikasi tersebut adalah : ruptur septal ventrikel,
ruptur atau disfungsi otot papilaris dan ruptur miokard yang keseluruhan dapat
mengakibatkan timbulnya syok kardiogenik tersebut. Sedangkan infark
ventrikel kanan tanpa disertai infark atau disfungsi ventrikel kiri pun dapat
menyebabkan terjadinya syok.
Hal lain yang sering menyebabkan terjadinya syok kardiogenik adalah
takiaritmia atau bradiaritmia yang rekuren, diaman biasanya terjadi akibat
disfungsi ventrikel kiri, dan dapat timbul bersamaan dengan aritmia
supraventrikular atau ventrikular.
Syok kardiogenik juga dapat timbul sebagai manifestasi akhir dari
disfungsi miokard yang progresif, termasuk akibat penyakit jantung iskemia,
maupun kardiomiopati hipertrofik dan restriktif. Ciri khas pada syok
kardiogenik akut adalah hilangnya 40% atau lebih miokardium ventrikel kiri.
Nekrosis fokal dapat terjadi karena ketidak seimbangangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen miokardium. Sebagai akibat dari proses infark,
kontraktilitas ventrikel kiri dan kinerjanya menjadi terganggu. Ventrikel kiri
tidak
mampu
menyediakan
curah
jantung
yang
memadai
untuk
ventrikel kiri awal regurgitasi mitral yang dinilai dengan ekokradiografi, dan
tampak manfaat revaskular dini tanpa dipengaruhi nilai fraksi ejeksi ventrikel
kiri pada awal (baseline) atau adanya regurgitasi mitral.
2.4 Patofisiologi
Paradigma lama patofisiologi yang mendasari syok kardiogenik adalah
depresi kontraktilitas miokard yang mengakibatkan lingkaran setan penurunan
curah jantung, tekanan darah rendah, insufisiensi koroner, dan selanjutnya
terjadinya penurunan kontraktilitas dan curah jantung. Paradigma klasik
memprediksi
bahwa
vasokonstriksi
sistemik
berkompensasi
dengan
Prediktor
Pengenalan pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk berkembang
menjadi syok dapat memfasilitasi pengiriman lebih awal pasien risiko tinggi
sebelum timbulnya awitan (onset) instabilitas hemodinamik.
Sejumlah sistim skor menggunakan model prediktif perkembangan
syok telah dilaporkan untuk membantu strategi dalam menggambil keputusan.
5
Pada penelitian GUSTO I, usia, tekanan darah sistolik, frekuensi jantung dan
klas Kilip memberikan lebih 85% informasi prediktif. Empat variable yang
sama, bermakna pada populasi GUSTO III dan memberikan lebih 95%
informasi prediktif. Prediktor utama syok pada populasi PURSUIT mencakup
usia, tekanan darah sistolik, depresi ST, frekuensi jantung, tinggi, infark
miokard dan ronki pada pemeriksaan fisis.
Studi awal pada infark miokard akut mengidentifikasi indikator
signifikan untuk prognosis pasien berdasarkan gambaran klinis dan keadaan
hemodinamik. Klasifikasi Killip dibuat berdasarkan gambaran klinis ( tandatanda gagal jantung kongestif, suara S3 gallop, ronki gambaran radiografik
yang menunjukan gagal jantung kongestif, edema paru dan syok kardiogenik).
Sedangkan klasifikasi Forrester dibuat berdasarkan keadaan hemodinamik
yaitu: angka PCWP ( pulmonary capilarry wedge pressure) dan CI (cadiac
index) yang dihubungkan dengan tingkat mortalitas. Semakin tinggi PCWP
dan semakin rendah CI maka angka mortalitas akan meningkat.
Ronki
kasar,
S3
gallop,
Syok
hiperfusi perifer
PCWP> 18, CI <2,2
Table 1. klasifikasi hemodinamik pada pasien akut miokard infark4
2.6
Manifestasi Klinis
Anamnesa
Keluhan yang timbul berkaitan dengan etiologi timbulnya syok
kardiogenik tersebut. Pasien dengan infark miokard akut datang dengan
6
keluhan tipikal nyeri dada akut, dan mungkin sudah memiliki riwayat penyakit
jantung sebelumnya.
Pada keadaan syok akibat komplikasi mekanik dari infark miokard
akut, biasanya terjadi dalam beberapa hari sampai minggu setelah onset infark
tersebut. Umumnya pasien mengeluh nyeri dada dan biasanya terjadi gejala
tiba-tiba yang menunjukan edema paru akut bahkan henti jantung.
Pasien dengan aritmia akan mengeluhkan adanya palpitasi, presinkop,
sinkop atau merasakan irama jantung yang berhenti sejenak. Kemudian pasien
merasakan letargi akibat kekurangan perfusi ke sistim saraf pusat.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal hemodinamik akan ditemukan sistolik akan
pada gagal jantung kanan. Sianosis dan ekstremitas yang teraba dingin,
menunjukan adanya penurunan perfusi ke jaringan.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Elektrokardiografi (EKG)
Elektrokardiografi
gambaran
rekaman
elektrokardiografi
dapat
Foto Rontgen
Foto roentgen pada dada akan terlihat kardiomegali dan tanda-tanda
kongesti paru atau edema paru pada gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi
komplikasi defek septal ventrikel atau regurgitasi mitral akibat infark miokard
akut, akan tampak gambaran kongesti paru yang disertai kardiomegali,
terutama pada onset infark yang pertama kali. Gambaran kongesti paru
menunjukan kecil kemungkinan terdapat gagal jantung kanan yang dominan
disertai keadaan hipovolemia.
Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan modalitas yang non-invasf sangat banyak
Pemantapan Hemodinamik
8
Saturasi Oksigen
Pemantauan saturasi oksigen sangat bermanfaat dan dapat dilakukan
adanya
penurunan
secara
dramatis
mortalitas
syok
10
yang berasal dari kegagalan pompa iskemik yang dominan. Hipotensi diatasi
segera dengan IABP. Syok mempunyai ciri penyakit 2 pembuluh darah yang
tinggi, penyakit left main, dan penurunan fungsi ventrikel kiri. Tingkat
disfungsi ventrikel dan instabilitas hemodinamik mempunyai korelasi dengan
anatomi koroner. Suatu lesi circumflex atau lesi koroner kanan jarang
mempunyai manifestasi syok pada keadaantanpa infark ventrikel kanan,
underfilling ventrikel kiri, bradiaritmia, infark miokard sebelumnya atau
kardiomiopati.
modalitas terapi secepatnya. Tidak ada trial acak yang membandingkan PCI
dengan CABG pada syok kardiogenik. Trial SHOCK merekomendasikan
CABG emergensi pada pasien left main atau penyakit 3 pembuluh besar. Laju
mortalitas dirumah sakit dengan CABG pada penelitian SHOCK dan registr
adalah sama dengan outcome dengan PCI, wlaupun lebih banyak penyakit
arteri berat dan diabetes yaitu 2 kali pada pasien yang menjalani CABG.
Rekomendasi PCI pada penyakit jantung koroner5
-
11
Tanda klinis: hipoperfusi, CHF, edema paru akut penyakit dasar yang
paling mungkin
Edema paru
akut
Pemberian
1. Furosemid IV
0,5-1 mg/kg
2. Morfin IV 2-4 mg
3. Oksigen bila
perlu
Aritmia
Low Output:
syok
kardiogenik
hipovole
mi
Pemberian:
Bradikar
di
Cairan
Transfusi
darah
Periksa tekanan
darah
vasopressor
12
Takikar
di
TDS>
100mmHg
TDS 70100mmH
g dan
tanda
syok (-)
Periksa tekanan
darah
Tekanan darah
sistole >
100mmHg atau
tidak kurang dari
30 mmHg dari TDS
TDS 70100mmH
g dan
tanda
syok (+)
Dobutamin
2-20
mcg/menit
IV
TDS <
70mmHg
dan
tanda
syok (+)
Dopamin
5- 15
mcg/kg IV
Norepinef
rine 0,530
mcg/meni
t IV
ACE-inhibitor golongan
pendek misalnya:
captopril 6,25 mg
dengan
guidelines
terakhir
ACC/AHA,
direkomendasi
strategi
agresif.
Penggunaan
IABP
menurunkan
afterload,
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan
curah jantung sistemik pada keadaan volume intravaskular yang cukup, dan
dapat menyebabkan hipoksia jaringan. Syok kardiogenik merupakan penyebab
kematian utama pada pasien yang dirawat dengan infark miokard akut.
Etiologi dari syok kardiogenik adalah komplikasi infark miokard akut.
Komplikasi infark miokard akut antara lain: ruptur septal ventrikel, ruptur atau
disfungsi otot papilaris dan ruptur miokard yang keseluruhan dapat
mengakibatkan timbulnya syok kardiogenik tersebut. Sedangkan infark
ventrikel kanan tanpa disertai infark atau disfungsi ventrikel kiri pun dapat
menyebabkan terjadinya syok.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi Idrus, 2007, Syok Kardiogenik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,
Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal. 182-186
2. Price Sylvia, 2007, Disfungsi Mekanis Jantung dan Bantuan Srikulasi:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Hal 641.
3. Sherwood Lauralee, 2007, Pembuluh Darah dan Tekanan Darah: fisiologi
Manusia Dari Sel ke Sistem. EGC.Hal 338
4. Sabatine Marc. 2011. Acute coronary syndrome: Pocket Medicine 4th
edition. Lippincott williams and Wilkins. Hal 1-7
5. Santoso T, 2007, Intervensi Koroner Percutan: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, jilid III, Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Hal 1505-1509
15