Anda di halaman 1dari 6

A.

Bakteri dan Protozoa Rumen


Secara garis besar terdapat 4 kelompok utama mikroba rumen, yaitu:
bakteri, protozoa, jamur dan bakteriophage atau virus. Secara kuantitatif golongan
terakhir belum diketahui. Disamping itu terdapat sejumlah amoeba yang juga
belum diketahui secara pasti populasinya.
Bakteri Rumen
Sebagian besar bakteri rumen berbentuk cocci kecil. Bakteri rumen
diklasifikasikanatas berdasarkan macam substrat yang digunakan sebagai sumber
energi utama, yakni:
a. Bakteri Selulolitik
b. Bakteri Hemiselulosa
c. Acid Utilizer Bacteria (bakteri pemakai asam)
d. Bakteri Amilolitik
e. Sugar Untilizer Bacteria (bakteri pemakai gula)
f. Bakteri Proteolitik
g. Bakteri Methanogenik
h. Bakteri Lipolitik
i. Bakteri Ureolitik
Protozoa Rumen
Sebagian besar protozoa yang terdapat didalam rumen adalah cilliata
meski pun flagellata juga banyak dijumpai. Cilliata ini merupakan protozoa non
pathogen dan anaerobik mikroorganisme. Seperti halnya bakteri, cilliata juga
mampu memfermentasi hampir seluruh komponen tanaman yang terdapat di
dalam rumen seperti: selulosa, hemiselulosa, fruktosan, pektin, pati, gula terlarut
dan lemak. Dari hasil serangkaian studi, diperoleh informasi bahwa ciliata diduga
mempunyai peranan sebagai sumber protein dengan keseimbangan kandungan
asam amino yang lebih baik. Ciliata ini yang mampu mencerna selulosa dengan
hasil akhir berupa asam lemak. Para ahli mengklasifikasikan ciliata rumen yang
berbeda yaitu berdasarkan pada organella sel seperti ada tidaknya vakula,
kerangka dan posisi cilia. Klasifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

Oligotrichia yang mempunyai ukuran sel lebih kecil dan hanya memiliki cilia
di sekitar prostoma (mulut). Jenis ini hanya sedikit sekali menggunakan gula

terlarut sebagai makananannya, akan tetapi butir-butir pati akan menjadi


sasaran utama untuk dimangsanya.

Holotricha yang mempunyai ukuran sel lebih besar dengan cilia menutup
seluruh tubuh. Holotricha dapat menggunakan glukosa, fruktosa, sukrosa dan
pektin. Karbohidrat akan disimpan dalam bentuk amilopektin (salah satu
bentuk rantai panjang pati). Jenis ciliata rumen ini mempunyai peranan
penting dalam metabolisme karbohidrat dengan jalan menelan gula segera
setelah masuk ke rumen dan menyimpannya dalam bentuk amilopektin, yang
selanjutnya akan melepaskan kembali senyawa ini kedalam cairan rumen
pada

saat

populasi

Holotricha

mengalami

lisis

atau

pada

fase

pertumbuhannya. Mekanisme ini mempunyai pengaruh positif terhadap


tersedianya karbohidrat dapat terfermentasi (fermentable carbohydrate) bagi
bakteri rumen, terutama apabila tidak terdapat lagi karbohidrat dalam
makanan misalnya pada saat ternak beristirahat.
B. Interaksi Antara Bakteri dan Protozoa dalam Rumen
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah
satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan
ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang
masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat
dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang.
Populasi mikroba rumen secara umum ditentukan oleh tipe makanan yang
telah dikonsumsi oleh ternak. Populasi mikroba dan proporsi dari setiap jenisnya
tidak tetap akan tetapi berubah-ubah, perubahan ini akan mencapai suatu
keseimbangan yang baru yang sesuai dengan perubahan jenis pakan, hal ini terjadi
karena setiap jenis mikroba rumen mempunyai spesifikasinya masing-masing
dalam mencerna bahan pakan.
Ekosistem mikrobial dalam cairan rumen sebagian besar terdiri dari
bakteri, protozoa, dan sedikit fungi, disamping itu terdapat juga mycoplasma,
virus, dan bacteriophage dalam jumlah yang sangat sedikit. Terdapat interaksi

yang luas antara mikroorganisme dalam rumen, bentuk interaksi tersebut dapat
berupa saling ketergantungan akan subtrat, saling menguntungkan, kompetisi
subtrat atau berupa hubungan yang bisa merugikan.
Kelompok utama mikroba yang berperan dalam proses pencernaan terdiri
dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi
tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak. Volume mikroba rumen kurang
lebih 3,6% dari total cairan rumen yang terdiri dari 50% siliata dan 50% bakteri
ukuran kecil.
Mikroba dalam rumen dapat ditemukan dalam tiga lokasi di rumen, yaitu
menempel pada dinding rumen, menempel pada partikel-partikel makanan, dan
bebas dalam cairan rumen. Proporsi terbesar yaitu bergabung dengan partikelpartikel makanan.

Adanya bakteri dan protozoa ini menyebabkan ternak

ruminansia dapat mencerna pakan yang mengandung serat tinggi, keperluan asam
amino untuk nutrisi protein tidak banyak, bergantung pada kualitas pakan, mampu
mengubah sembarang nitrogen menjadi protein berkualitas tinggi, produk
fermentasi disalurkan ke usus halus dalam bentuk yang lebih mudah dicerna.
Mikroba tersebut dapat bersifat sacharolitik dan proteolitik.
Telah banyak bukti yang menunjukkan bahwa interaksi antara protozoa
dan bakteri didalam rumen lebih bersifat kompetitif. Protozoa memangsa bakteri
yang terdapat pada cairan rumen dan mencernanya sebagai sumber asam amino
bagi pertumbuhannya, akibatnya biomassa bakteri akan berkurang sehingga aljuk
kolonisasi partikel makanan didalam rumen akan berkurang pula. Pengaruh ini
mungkin kurang nyata pada ternak ruminansia dengan pakan basal yang
mengandung banyak partikel terlarut misalnya gula, pati dan sebagainya. Akan
tetapi jika pakan basal adalah limbah pertanian, maka pengaruh penurunan
biomassa bakteri akibat dimangsa oleh protozoa akan kelihatan nyata sekali
dengan diperpanjangnya lag phase yakni suatu keadaan dimana tidak terjadi
pencernaan sama sekali. Seperti telah disebutkan dimuka, kehadiran protozoa
dalam jumlah/populasi tinggi akan membantu pencegahan terjadinya acidosis
apabila ransum basal berupa gula terlarut atau pati, karena protozoa akan menelan

partikel gula dan pati sehingga fermentasi kedua senyawa oleh bakteri tersebut
dapat ditunda sampai senyawa tersebut dilepas kembali pada saat terjadinya lysis
atau pecahnya sel protozoa akibat terlalu banyak menyimpan amilopektin.
Diperkirakan tiap ekor protozoa dapat memangsa bakteri dengan
kecepatan antara 130 - 21200 bakteri/protozoa/jam pada kondisi kepadatan bakteri
109 sel/ml. Pencernaan bakteri dalam sel protozoa dapat berkisar antara 345
1200 bakteri/protozoa/jam. Jumlah ini akan setara dengan 2,4 - 45 persen bakteri
bila konsentrasi protozoa mencapai 106/ml isi rumen domba.
Jenis Entodinium dan protozoa besar lebih selektif dalam memangsa
bakteri danlebih menyukai aneka spesies bakteri. Sementara itu spesies Entodinia
memangsa bakteri selulolitik jauh lebih cepat daripada bakteri jenis lainnya.
Kondisi optimal terjadinya predasi adalah pH rumen sekitar 6,0 dan akan menurun
apabila pH lebih tinggi atau lebih rendah dari 6,0.
Populasi jamur rumen (zoospores) telah dilaporkan meningkat setelah
defaunasi (menghilangkan protozoa dari rumen) oleh beberapa peneliti sebagai
akibat meningkatnya populasi jamur rumen setelah proses defaunasi, daya cerna
serat kasar akan meningkat secara nyata 6 - 10 unit/24 jam. Disamping itu jumlah
bakteri juga meningkat apabila protozoa dihilangkan dari rumen sehingga pada
kondisi pakan dengan kandungan protein rendah tapi kandungan enersi tinggi,
diperoleh kenaikan produksi wool serta bobot badan. Hasil penelitian ini sangat
bertentangan dengan pendapat terdahulu yang melaporkan bahwa faunatedanimals tumbuh lebih baik daripada defaunated-animals. Kesenjangan ini terjadi
hanya karena adanya perbedaan pakan basal yang digunakan dalam penelitian
yaitu pada penelitian terdahulu dipakai pakan dengan kadar protein tinggi,
sedangkan penelitian yang berikutnya menggunakan pakan basal limbah
pertanian.
Rangkuman dari beberapa hasil penelitian oleh Ushida et al. (1991)
menyatakan bahwa defaunasi memberikan pengaruh positip terhadap efisiensi
penggunaan enersi yang digunakan untuk proses sintesis protein mikrobial.
Meskipun demikian peningkatan laju aliran protein mikroba ke dalam duodenum
diperoleh melalui proses multiplikasi hasil protein mikroba akibat meningkatnya
jumlah bahan organik yang terfermentasi di dalam rumen. Oleh karena itu jika

defaunasi tidak memberikan pengaruh terhadap peningkatan jumlah bahan


organik terfermentasi di dalam rumen, maka meskipun defaunasi yang dilakukan
memberikan peningkatan efisiensi penggunaan enersi oleh mikroba, maka
pengaruh keseluruhan defaunasi menjadi tidak tampak dan berakibat pada
penurunan laju aliran protein mikroba ke dalam duodenum. Oleh karena itu di
dalam meneliti manfaat defaunasi tidak cukup hanya mengukur perubahan
kecernaan pakan di dalam rumen namun juga perlu dilihat perubahan komposisi
asam lemak terbang (VFA) akibat defaunasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa interaksi antar mikroba rumen
sangat kompleks dan tidak menguntungkan bagi hewan inang. Protozoa dengan
populasi yang besar akan mengurangi produktivitas ternak, melalui penurunan
ratio
antara asam amino dengan enersi pada hasil pencernaan yang terserap. Hal ini
disebabkan kehadiran protozoa dalam jumlah besar akan mengurangi biomassa
bakteri dan juga jamur didalam rumen ternak yang diberi pakan basal limbah
pertanian atau dengan kadar serat kasar tinggi. Dalam kondisi ini laju pencernaan
serat kasar akan menurun.
KESIMPULAN
1. Kelompok utama mikroba yang berperan dalam proses pencernaan terdiri dari
bakteri, protozoa dan jamur
2. Adanya bakteri dan protozoa ini menyebabkan ternak ruminansia dapat mencerna
pakan yang mengandung serat tinggi, keperluan asam amino untuk nutrisi protein
tidak banyak, bergantung pada kualitas pakan, mampu mengubah sembarang
nitrogen menjadi protein berkualitas tinggi, produk fermentasi disalurkan ke usus
halus dalam bentuk yang lebih mudah dicerna.
3. interaksi antara protozoa dan bakteri didalam rumen lebih bersifat

kompetitif. Protozoa memangsa bakteri yang terdapat pada cairan rumen


dan mencernanya sebagai sumber asam amino bagi pertumbuhannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011.mikroba dalam rumen sapi.
http://rismanismail2.wordpress.com/2011/05/23/mikroba-rumenpart-1/
Anonim. 2011. Mikroba rumen (part 5).
http://mikroba.blogspot.com/2011/05/24/mikroba-rumen.html

Pablo, julian. 2011.interaksi antara mikroba pada hewan.


http://biomatectona.blogspot.com/2011/04/interaksi-mikrobapada-hewan.html
Soetanto, hendrawan. 2003. Bahan kuliah nutrisi ruminan. fakultas peternakan
universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai