Anda di halaman 1dari 23

PENGERTIAN, KONSEP DAN HAKIKAT PROFESI GURU

Pembimbing: Drs. Edy Wiyono, M.Pd


Tujuan
Makalah ini disusun sebagai Tugas Kelompok dan guna mengembangkan kemampuan
dibidang akademis mata kuliah Profesi Kependidikan
Disusun Oleh FKIP PMIPA Fisika 2013; Kelas A Semester IV:

1.
2.
3.
4.

Azhar Umam
Nanda Rizky Kumara
Nur Intan Mahanani
Ravena Nurul Huda A

- K2313012
- K2313048
- K2313054
- K2313058

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2014

20

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengertian, Konsep
dan Hakikat Profesi Guru tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. sebagai dosen
pengajar mata kuliah Profesi Kependidikan atas arahan dan bimbingannya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut membantu baik secara moril
maupun meteril dalam proses penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna mewujudkan makalah yang lebih baik di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan konstribusi positif
kepada para pembaca.

Surakarta, Februari 2015

Penyusun

20

Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................1


KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................4
B.
C.
D.
E.

Rumusan Masalah .............................................................................................5


Tujuan ...............................................................................................................5
Manfaat .............................................................................................................5
Metode Penulisan...............................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN
A. Hakekat Profesi Kependidikan..........................................................................7
B.
C.
D.
E.
F.
G.

Konsep dan Pengertian Profesi dalam Pendidikan............................................8


Syarat-syarat Profesi Keguruan.......................................................................12
Urgensi Profesionalisme dalam kehidupan......................................................14
Cakupan Profesi Kependidikan........................................................................17
Profesi Kependidikan dan Ilmu Pendidikan....................................................18
Perlindungan terhadap Profesi Kependidikan..................................................19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .....................................................................................................21
B. Saran ...............................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................23

BAB I
PENDAHULUAN
20

A. Latar Belakang
Guru sebagai salah satu tenaga kependidikan memiliki tugas dan tanggung jawab yang
besar. Tugas dan tanggung jawab tersebut lebih luas dari sekedar hanya membuat peserta
didik menjadi tahu dan memahami bahan ajar yang diberikan, yaitu menjadikan peserta didik
menjadi manusia terdidik yang memahami perannya sebagai manusia, sehingga bermanfaat
bagi diri dan lingkungannya. Kinerja guru yang selama ini menjadi wacana dalam
meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), telah menjadikan guru sebagai salah satu
isu sentral mengenai pendidikan secara nasional. Persoalan guru adalah persoalan pendidikan,
dan persoalan pendidikan adalah persoalan bangsa. Begitulah kira-kira kalangan praktisi
pendidikan menggiring isu tentang guru dalam upaya meningkatkan profesionalime guru.
Guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya di tingkat
institusional. Tanpa guru pendidikan hanya menjadi slogan muluk karena segala bentuk
kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis
terdepan yaitu guru (Surya, 2003:2). Karena itu, untuk menjadikan pendidikan sebagai
sebuah sektor pembangunan yang efektif.
Guru adalah faktor yang mutlak. Bukan saja jumlahnya yang harus mencukupi,
melainkan mutunya juga harus baik, sebab jumlah dan mutu guru adalah unsur yang secara
langsung ikut menentukan kekuatan sektor pendidikan. Dengan kata lain, kekuatan dan mutu
pendidikan sesuatu negara dapat dinilai dengan mempergunakan faktor guru sebagai salah
satu indeks utama. Itulah antara lain sebabnya mengapa guru faktor yang mutlak dalam
pembangunan.
Pengalaman-pengalaman

inilah

yang

seharusnya

menjadi

perhatian

kebijakan

pengembangan guru di Indonesia. Sayangnya selama ini kita menjadikan guru hanya sebagai
bagian dari aparat pemerintah, yang melakukan tugas harus sesuai dengan birokrasi yang
cenderung hirarkis. Akibatnya guru terkooptasi oleh birokrasi sehingga menghilangkan jati
diri guru sebagai pendidik dan pembimbing di persekolahan.
Peran guru selama ini memang telah diperlakukan sebagai profesi tetapi perlakuan yang
diberikan kepada guru tidak mencerminkan bahwa guru adalah profesi. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai penderitaan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya. Profesi guru

20

kurang dihargai sebagai tenaga profesional, padahal peran yang dimainkannya telah
memenuhi syarat atau ciri-ciri sebagai tenaga professional.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas kita dapat menarik permasalahan yang ada antara lain:
1. Apa hakikat profesi kependidikan?
2. Apa konsep dan maksud dari profesi dan profesi keguruan?
3. Bagaimana syarat-syarat dari profesi keguruan?
4. Bagaimana urgensi keprofesionalan dalam suatu profesi?
5. Apa saja cakupan dari profesi kependidikan?
6. Bagaimana hubungan profesi kependidikan dan ilmu pendidikan?
7. Bagaimana perlindungan terhadap profesi kependidikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui hakikat profesi kependidikan;
2. Untuk mengetahui konsep dan pengertian dari profesi dan profesi keguruan;
3. Untuk mengetahui syarat-syatat dari profesi keguruan;
4. Untuk mengetahui urgensi keprofesionalan dalam suatu profesi;
5. Untuk mengetahui cakupan dari profesi kependidikan;
6. Untuk mengetahui hubungan profesi kependidikan dan ilmu pendidikan;
7. Untuk mengetahui perlindungan terhadap profesi kependidikan;

D. Manfaat

20

1. Untuk Peserta Didik


a. Sebagai acuan dalam meningkatkan eksistensinya dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran; dan
b. Membentuk karakter diri pribadi dengan berbagai keterampilan dan kecakapan
khusus sebagai bekal dirinya dalam menghadapi tantangan zaman.
2. Untuk Dosen
a. Meningkatkan eksistensinya agar dapat mendidik dan membina peserta didik;
dan
b. Sebagai motifasi bagi Dosen untuk para mahasiswanya.
3. Untuk Mahasiswa
a. Mendukung dan berpartisipasi dalam kegiatan peningkatan mutu pendidikan;
dan
b. Sebagai acuan yang baik untuk meningkatkan pengetahuannya.

E. Metode Penulisan
1. Subjek Penulisan
Subjek Penulisan adalah pengertian, konsep dasar dan hakikat profesi guru, yang
pengambilan datanya diambil dari berbagai literatur yang berisi tentang profesi
kependidikan dan dari berbagai sumber lainnya.
2. Prosedur Penulisan
Prosedur penulisan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menentukan sumber-sumber yang akan dijadikan referensi pembuatan
makalah.

20

b. Mengidentifikasi aspek apa saja yang diperlukan dalam penyusunan


pengertian, konsep dasar dan hakikat profesi guru
c. Menyusun semua informasi yang telah diperoleh untuk menjawab rumusan
masalah yang telah dibuat.

BAB I
PEMBAHASAN
A. Hakekat Profesi Kependidikan
Tenaga kependidikan secara umum adalah orang-orang yang peduli dengan masalahmasalah kependidikan dan memiliki tugas dan wewenang tertentu di bidang kependidikan.
Peraturan pemerintah No. 38/1992 pasal 1 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tenaga
kependidikan adalah:
Ayat 1:
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdi diri secara
langsung dalam penyelenggaraan pendidikan.
Ayat 2:
Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar
dan atau melatih peserta didik.
Ayat 3:
Tenaga pembimbing adalah yenaga pendidik yang bertugas membimbing peserta
didik.
Ayat 4:
Tenaga pengajar adalah pendidik yang bertugas utama mengajar peserta didik.
Ayat 5:
Tenaga pengajar adalah tenaga pendidik yang bertugas utama melatih peserta
didik.

20

Peraturan pemerintah No. 38/1992 Pasal 3 menjelaskan tentang jenis tenaga kependidikan,
terdiri atas :
Ayat 1:
Tenaga kependidikan terdiri atas tenaga pendidik,pengelola satuan pendidikan,
penilik, pengawas, peneliti dan pengembnagan di bidang pendidikan, pustakawan,
laboran, teknisi sumber belajar penguji.
Ayat 2:
Tenaga pendidik terdiri atas pembimbing, pengajar, dan pelatih.
Ayat 3:
Pengelola satuan pendidikan terdiri atas kepala sekolah direktur, rector.
(Oemar Hamalik 1984:2) sampai pada suatu kesimpulan bahwa hakikat profesi adalah suatu
pernyataan atau suatu janji yang terbuka. Suatu profesi mengandung unsur pengabdian
(Oemar Hamalik, 1984:3) menurutnya, suatu profesi bukanlah dimaksudkan untuk mencari
keuntungan materi belaka, melainkan untuk pengabdian kepada masyarakat. Pengabdian
seorang profesional menunjuk pada pengutamaan kepentingan orang banyak daripada
kepentingan diri sendiri
B. Konsep dan Pengertian Profesi dalam Pendidikan
Istilah profesi dalam kehidupan sehari-hari digunakan untuk menunjukkan tentang
pekerjaan seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai dokter, dikatakan profesinya sebagai
dokter dan orang yang pekerjaannya mengajar dikatakan profesinya sebagai guru. Bahkan
ada orang yang mengatakan bahwa profesinya sebagai tukang batu, tukang parkir, pengamen,
penyanyi, pedagang, dan sebagainya. Jadi istilah profesi dalam konteks ini sama artinya
dengan pekerjaan atau tugas yang dilakukan oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Keragaman

dalam

memahami

istilah

profesi

dalam

kehidupan

sehari-hari

mengidentifikasikan perlunya suatu pengertian yang dapat menegaskan kriteria suatu


pekerjaan sehingga dapat disebut sebagai suatu profesi. Artinya, tidak semua pekerjaan atau
tugas yang dilakukan dapat disebut sebagai profesi. Pekerjaan-pekerjaan yang memenuhi
kriteria-kriteria tertentu yang disebut sebagai suatu profesi.
Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa inggris yaitu profession, yang artinya
pekerjaan, atau dalam bahasa Latin, profecus yang artinya mengakui, adanya pengakuan
menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu pekerjaan. Sedangkan secara
Terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi
20

pelakunya yang ditekankan pada pekerjaan mental yaitu adanya persyaratan pengetahuan
teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan manual
(Danin,2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok yaitu pengetahuan, keahlian,
dan persiapan akademik.
Secara leksikal, perkataan profesi mengandung berbagai makna dan pengertian. Pertama,
profesi menunjukkan suatu kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu keyakinan
(to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas seseorang (Hornby, 1962).
Kedua, profesi dapat pula menunjukkan dan mengungkapkan suatu pekerjaan atau urusan
tertentu (a particular business, Hornby, 1962).
Websters New World Dictionary menunjukkan lebih lanjut bahwa profesi merupakan
suatu pekerjaan yang menuntut pendidikan tinggi (kepada pengembannya) dalam liberal atrs
atau science, dan biasanya meliputi pekerjaan mental dan bukan pekerjaan manual.
Dari berbagai pengertian profesi tersebut, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Pada umumnya, masyarakat awam memaknai kata profesionalisme bukan hanya
digunakan untuk pekerjaan yang telah diakui sebagai suatu profesi, melainkan pada hampir
setiap pekerjaan. Muncul ungkapan, misalnya, penjahat profesional, sopir profesional, hingga
tukang ojek profesional. Dalam bahasa awam pula, seseorang disebut profesional jika cara
kerjanya baik, cekatan dan hasilnya memuaskan. Dengan hasil kerja itu, seseorang
mendapatkan uang atau bentuk imbalan lainnya.
Dapatkah disalahkan penggunaan istilah yang serampangan itu? Tidak, karena istilah
profesi bukan monopoli kalangan tertentu. Namun, secara sosiologis ada aspek positifnya di
belakang gejala itu, yaitu refleksi dari adanya tuntutan yang makin besar dari masyarakat
akan proses dan hasil kerja yang bermutu, penuh tanggung jawab bukan sekadar asal
dilaksanakan.
Ada semacam common denominators antara berbagai profesi. suatu profesi umumnya
berkembang dari perkerjaan (vocation) yang kemudian berkembang makin matang. Selain

20

itu, dalam bidang apapun, profesionalisme seseorang ditunjang oleh tiga hal, yaitu keahlian,
komitmen, dan keterampilan yang relevan yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di
tengahnya terletak profesionalisme. Ketiga hal itu pertama-tama dikembangkan melalui
pendidikan

prajabatan

dan

selanjutnya

ditingkatkan

melalui

pengalaman

dan

pendidikan/latihan dalam jabatan. Karena keahliannya yang tinggi, maka seorang profesional
dibayar tinggi. well educated, well trained, well paid, adalah salah satu prinsip
profesionalisme.

1. Pengertian profesi keguruan


Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) telah merealisasikan pengertian profesi
keguruan untuk pendidikan di Indonesia sebagai berikut:
a. Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian/dedikasi kepada kepentingan anak
didik dalam perkembangannya menuju kesempurnaan manusiawi.
b. Para anggota profesi keguruan terikat oleh pola sikap dan perilaku guru yang
dirumuskan dalam kode etik guru Indonesia.
c. Para anggota profesi keguruan dituntut untuk menyelesaikan suatu proses pendidikan
persiapan jabatan yang relatif panjang.
d. Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa menyegarkan serta
menambah pengetahuannya
e. Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para anggota harus
memiliki kecakapan / keterampilan teknis.
f. Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan tentang hak-hak
profesional harus seimbang dan merupakan imbalan dari profesi profesionalnya.
2. Konsep-konsep yang berkaitan dengan profesi
Diskusi tentang profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi,
profesional, profesionalisme, profesionalitas dan profesionalisasi. Sanusi, dkk (1991:19)
menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut:
a. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties) dari
para anggotanya. Keahlian diperolah melalui apa yang disebut profesionalisasi, yang
dilakukan baik sebelum seseorang menjalani profesi itu (pendidikan/pelatihan
prajabatan) maupun setelah menjalani suatu profesi (in service training).
20

b. Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi.
kedua, penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang sesuai dengan
profesinya.
c. Profesionalisme menunjuk pada komitmen/paham para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus mengembangkan
strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya.
d. Profesionalitas mengacu kepada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta
derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam rangka melakukan
pekerjaannya.
e. Profesionalisasi menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun kemampuan
para anggota profesi dalam mencapau kriteria yang standar dalam penampilannya
sebagai anggota suatu profesi
Surya dkk, (2000:4.5 4.90) memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah tersebut
diatas sebagai berikut.
a. Profesional mempunyai dua makna. Pertama, mengacu kepada sebutan tentang orang
yang menyandang suatu profesi. Kedua, mengacu kepada sebutan tentang penampilan
seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya. Sebutan dan
penampilan profesional ini telah mendapat pengakuan baik formal maupun informal.
Pengakuan formal diberikan oleh lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu,
yaitu pemerintah atau organisasi profesi. Sedang pengakuan secara informal diberikan
oleh masyarakat dan para pengguna jasa suatu profesi. Misalnya sebutan guru
profesional adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal sesuai
ketentuan berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatannya maupun dengan latar
belakang pendidikan formalnya. Dengan demikian guru SD yang telah lulus Diploma
2 dapat dikatakan sebagai guru profesional karena telah memiliki pengakuan formal,
berupa ijazah Diploma II dan Akta II. Sebutan guru profesional juga dapat mengacu
kepada pengakuan penampilan seorang guru dalam unjuk kerjanya yaitu
melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru.
b. Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk
komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan
meningkatkan kualitas profesionalnya. Pada dasarnya profesionalisme itu merupakan
motivasi intrinsik pada diri guru sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke
arah perwujudan profesional.
20

c. Profesionalitas adalah sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk
dapat melakukan tugas-tugasnya. Sebutan profesionalitas menggambarkan suatu
derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan dan keahlian yang
diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
d. Profesionalisasi adalah suatu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan
profesi dalam mencapai kriteria sesuai standar yang telah ditetapkan. Dengan
profesionalisasi, para guru secara bertahap akan mencapai suatu derajat kriteria
profesional sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah-istilah tersebut ditemukan sebagai berikut:
a. Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan,
kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
b. Profesional adalah: (1) bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya, dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakukannya.
c. Profesionalisasi adalah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi
profesional. (Depdiknas, 2005: 897)
C. Syarat-syarat Profesi Keguruan
1. Syarat-syarat Profesi
Menelaah pengertian profesi sebelumnya, dapat dipahami bahwa profesi adalah pekerjaan
atau jabatan khusus yang dibutuhkan untuk melayani masyarakat. Ciri-ciri utama suatu
profesi menurut Sanusi, dkk (1991) adalah sebagai berikut:
a. Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan.
b. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
c. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu dapat melalui pemecahan masalah
dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
d. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas sistematis dan
eksplisit, bukan hanya sekedar pendapat khalayak umum.
e. Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan waktu yang
cukup lama.
f. Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai
professional itu sendiri
g. Berperan teguh kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.

20

h. Dalam praktiknya melayani masyarakat anggota profesi otonom dan bebas dari
campur tangan orang lain.
i. Jabatan mempunyai prestasi yang tinggi dalam masyarakat.
2. Syarat-syarat profesi keguruan
Bertolak dari beberapa ciri dan keriteria profesi sebagamana disebutkan sebelumnya,
dapat dikatakan bahwa guru memenuhi ciri-ciri dan kriteria seperti diungkapkan Stinnett dan
Liberman sebagai berikut:
1. Guru lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan dalam mendidik, mengajar, dan
melatih peserta didik daripada kepentingan pribadi.
2. Agar dapat menjadi guru, seseorang membutuhkan waktu yang lama untuk dapat
mempelajari konsep-konsep serta prinsip-prinsip pendidikan keguruan, di samping
pengetahuan khusus yang mendukung keahlian.
3. Guru harus memiliki kualifikasi tertentu di bidang keguruan dan pendidikan serta
mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan IPTEK sehingga memungkinkan
mereka dapat bertumbuh dalam jabatannya.
4. Guru telah memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap, dan
cara kerja mereka.
5. Guru membutuhkan kegiatan intelektual yang tinggi.
6. Guru harus memiliki organisasi profesi yang dapat meningkatkan standar pelayanan,
disiplin diri dan kesejahteraan para anggotanya. Organisasi profesi guru-guru
Indonesia dikenal dengan PGRI.
7. Guru diberi otonomi dan kebebasan akademik yang tinggi dan bertanggung jawab
terhadap tugas yang diembannya.
8. Bagi guru, tugas mengajar yang dilaksanakannya merupakan karier hidup, dimana
guru memperoleh nafkah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
National Education Association (Sucipto,kosasi,& Abimanyu,1994) menyusun sejumlah
syarat atau kriteria yang mesti ada dalam jabatan guru, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Jabatan yang Melibatkan Kegiatan Intelektual


Jabatan yang Menggeluti Batang Tubuh Ilmu yang Khusus
Jabatan yang Memerlukan Persiapan Latihan yang Lama
Jabatan yang Memerlukan Latihan dalam Jabatan yang Sinambung
Jabatan yang Menjanjikan Karir Hidup dan Keanggotaan yang Permanen
Jabatan yang Menentukan Baku (Standarnya) Sendiri
Jabatan yang Lebih Mementingkan Layanan Di Atas Keuntungan Pribadi
Jabatan yang Mempunyai Organisasi Profesional yang Kuat dan Terjalin Erat

20

Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 7 ayat 1. Prinsip
profesional guru mencakup karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki bakat, minat, panggilan dan idealisme.
b. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

tugas.
Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
Memiliki ikatan kesejawatan dan kode etik profesi.
Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesi berkelanjutan.
Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan keprofesionalan.
Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan keprofesian. (Sekretariat Negara, 2005: 15)

D. Urgensi Profesionalisme dalam kehidupan


Pada dasarnya profesionalisme dan sikap profesional itu merupakan motivasi intrinsik
yang ada pada diri seseorang sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya menjadi
tenaga profesional. Motivasi intrisik tersebut akan berdampak pada munculnya etos kerja
yang unggul yang ditunjukkan dalam lima bentuk kerja sebagai berikut:
1. Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal.
Berdasarkan kriteria ini, jelas bahwa guru yang memiliki profesional tinggi akan selalu
berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan standar ideal akan mengidentifikasikan dirinya
kepada figur yang dipandang memiliki standar ideal

2. Meningkatkan dan memelihara citra profesi.


Profesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan untuk selalu
meningkatkan dan memelihara citra profesi melalui perwujudan perilaku profesional.
Perwujudan dilakukan melalui berbagai cara, penampilan, cara bicara, penggunaan bahasa,
postur, sikap hidup sehari-hari, hubungan antar pribadi, dan sebagainya.
3. Memanfaatkan setiap kesempatan pengembangan profesional.

20

Berdasarkan kriteria ini, para guru diharapkan selalu berusaha mencari dan
memanfaatkan kesempatan yang dapat mengembangkan profesinya. Berbagai kesempatan
yang dapat dimanfaatkan antara lain: (a) mengikuti kegiatan ilmiah seperti lokakarya,
seminar, dan sebagainya, (b) mengikuti penataran atau pendidikan lanjutan, (c) melakukan
penelitian dan pengabdian pada masyarakat, (d) menelaah kepustakaan, membuat karya
ilmiah, serta (e) memasuki organisasi profesi.
4. Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi.
Hal ini mengandung makna bahwa profesionalisme yang tinggi ditunjukkan dengan
adanya upaya untuk selalu mencapai kualitas dan cita-cita sesuai dengan program yang telah
ditetapkan. Guru yang memiliki profesionalisme tinggi akan selalu aktif dalam seluruh
kegiatan dan perilakunya untuk menghasilkan kualitas yang ideal. Secara kritis, ia akan selalu
mencari dan secara aktif selalu memperbaiki diri untuk memperoleh hal-hal yang lebih baik
dalam melaksanakan tugasnya.
5. Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.
Profesionalisme ditandai dengan kualitas derajat kebanggaan kebanggaan akan profesi
yang dipeganggnya. Dalam kaitan ini diharapkan agar para guru memiliki rasa bangga dan
percaya diri akan profesinya. Rasa bangga ini ditunjukkan dengan penghargaan akan
pengalamannya di masa lalu, berdedikasi tinggi terhadap tugas-tugasnya sekarang, dan
meyakini akan potensi dirinya bagi perkembangan di masa depan.
Profesionalitas seseorang sangat penting dalam semua segi kehidupan, termasuk dalam
jabatan guru. Lebih khusus Sanusi; dkk (1991) mengajukan enam asumsi yang melandasi
perlunya profesionalisasi dalam pendidikan, yaitu:
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan, pengetahuan, emosi, dan
perasaan, dan dapat dikembangkan segala potensinya; sementara itu pendidikan
dilandasi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang menghargai martabat manusia.
2. Pendidikan dilakukan secara intensional, yakni secara sadar dan bertujuan, maka
pendidikan menjadi normatif yang diikat pada norma-norma dan

nilai-nilai

yang baik secara universal, nasional, maupun lokal, yang merupakan acuan para
pendidik, peserta didik, dan pengelola pendidikan.

20

3. Teori-teori pendidikan merupakan jawaban kerangka hipotesis dalam menjawab


permasalahan pendidikan.
4. Pendidikan bertolak pada asumsi pokok tentang manusia, yakni manusia mempunyai
potensi yang baik untuk berkembang. Oleh sebab itu, pendidikan adalah usaha
mengembangkan potensi unggul tersebut.
5. Inti pendidikan terjadi dalam prosesnya, yaitu situasi dimana terjadi dialog antara
peserta didik dengan pendidik, yang memungkinkan peserta didik tumbuh kearah
yang dikehendaki oleh pendidik dan selaras dengan nilai-nilai yang dijunjung tinggi
masyarakat.
6. Sering terjadi dilema antara tujuan utama pendidikan yakni menjadi manusia sebagai
manusia yang baik dengan misi instrumental. Yakni yang merupakan alat untuk
perubahan atau mencapai sesuatu.
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menempatkan kedudukan guru
sebagai tenaga profesional sangat urgen karena berfungsi untuk meningkatkan martabat guru
sendiri dan meningkatkan mutu pendidikan nasional. Ini tertera pada Pasal 4: Kedudukan
guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi
untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk
meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Selanjutnya, Pasal 6 menyatakan tujuan menempatkan guru sebagai tenaga profesional,
yaitu:
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan
sistem pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, sertamenjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Di samping itu, juga PP Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 2 mempersyaratkan
bagi guru profesional memenuhi standar kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi.
Beberapa masalah yang dihadapi dalam mewujudkan kompetensi guru yang profesional
antara lain kurang maksimalnya daya dukung kalangan kependidikan, kurang sarana
prasarana, terbatasnya anggraran pendidikan, kurangnya partisipasi masyarakat, serta
standarisasi mutu atau proses penilaian yang ditanggapi dengan rasa ketakutan oleh beberapa
peserta peningkatan profesi.

20

Dari beberapa masalah tersebut, sebenarnya profesi guru sangat diperlukan dalam
mengatasi hambatan-hambatan pelaksanaan pendidikan. Meskipun demikian, bila disikapi
dengan penuh kearifan, hambatan-hambatan tersebut semestinya mendorong kalangan profesi
kependidikan untuk selalu meningkatkan keprofesionalan dan kualitas unjuk kerjanya.
Sikap dan perilaku para pelaku pendidikan harus disesuaikan dengan realitas zaman yang
terus berkembang. Prasarana penunjang kegiatan pendidikan pun harus sudah beralih dengan
menggunakan media berteknologi tinggi.
Subsidi-subsidi dana pendidikan, berbagai pelatihan, bahkan program sertifikasi untuk
para guru merupakan bentuk kepedulian pemangku kebijakan demi terwujudnya kompetensi
profesionalisme dan kesesuaian kesejahteraan bagi para guru.
Hal ini bijak apabila masing-masing menyadari pentingnya kompetensi profesionalisme
demi terwujudnya pendidikan yang sesungguhnya. Sebenarnya, jika masing-masing pelaku
pendidikan selalu berpegang pada kode etik, bukan merupakan hal yang sulit untuk
mengubah sikap dan tingkah laku, memperbaiki dan meningkatkan kompetensi, serta
mencapai mutu terbaik dalam mewujudkan profesionalisasi guru (Suara Merdeka, 2010)
E. Cakupan Profesi Kependidikan
Achmad Sanusi (1991 : 25) menjelaskan bahwa profesi kependidikan merupakan suatu
payug yang melingkupi berbagai profesi (sub profesi), seperti dikemukakan dalam UU
No.2/1989, yang kemudian dijabarkan dalam PP No.27 , 28 , 29 , dan 30.

Berikut adalah hubungan antara sub-profesi tersebut

Pendidikan/
Pengelola
Pedidikan

Guru
Konselor

20

Pemilik /
Pengawas

PROFESI
KEPENDIDIKAN

Peneliti
Pendidikan

Pustakawan

Teknisis Sumber
Belajar
Laboratorium

Bagan 1. Lingkup Profesi Kependidikan


Pengertian dan ilustrasi tentang lingkup profesi kependidikan diatas memberikan kesan
bahwa profesi kependidikan dengan sub- profesi sub-profesinya umumnya menunjuk
kepada profesi (sub-profesi) yang bergerak di setting persekolahan. Ini berarti bahwa sekolah
merupakan basis profesi kependidikan.
Profesi kependidikan tidak identik dengan profesi keguruan atau sebaliknya. Profesi
kependidikan lebih luas dari pada profesi keguruan. Dengan kata lain, profesi keguruan
merupakan salah satu bagian dari profesi kependidikan.
F. Profesi Kependidikan dan Ilmu Pendidikan
Masih banyak pihak atau kalangan baik di Indonesia maupun negara negara lain
termasuk negara maju yang mempertanyakan eksistansi pekerjaan pekerjaan di bidang
kependidikan sebagai profesi, seperti : apakah pendidikan itu merupakan suatu profesi, dan
apakah pekerjaan mendidik itu sebagai pekerjaan profesional ? Atau dengan kata lain ,
apakah pekerjaan mengajar dan mendidik sudah diakui sebagai profesi oleh peraturan
perundang undangan ?
Dalam hubungan ini Achmad Snusi , dkk (1991: 27-29) mengemukakan bahwa
pertanyaan-pertanyaaan tersebut mengemuka karena beberapa kenyataan, diantaranya :
1. Beragamnya latar belakang pendidikan orang orang yang bergerak dalam profesi ini
2. Tidak adanya aturan yang baku mengenai praktek atau perilaku profesional tenaga
kependidikan yang disepakati bersama dan / dikuatkan hukum.

20

3. Tidak adanya perbedaan yang signifikan dalam performans antara tenga kependidikan
yang berlatar belakang pendidikan dengan tenaga kependidikan yang bukan.
4. Tidak / belum ada pembedaan dalam tingkat / derajat mutu keahlian dalam bidang
keguruan dan bidang pendidikan pada umumnya.
Keadaan ini berpangkal dari ketidak jelasan konsep. Pendidikan cenderung disamakan
dengan pengajaran, dan pekerjaan mendidik tidak dibedakan dengan pekerjaan mengajar.
Padahal mendidik itu pada dasarnya membesarkan anak melalui media pendidikan,
sedangkan yang terjadi sekarang adalah melalui pengajaran di sekolah-sekolah pada
umumnya bukanlah mendidik dalam arti membesarkan anak, melainkan memindahkan atau
mengajarkan pengetahuan/informasi.
G. Perlindungan terhadap Profesi Kependidikan
Pertanyaan yang menyusul adalah apakah profesi kependidikan di Indonesia ada dasar
hukum? Atau dengan bahasa yang lain, apakah profesi kependidikan di Indonesia dilindungi
oleh undang-undang?
Achmad Sanusi, dkk (1991:29-30) mengemukakan berikut ini. Suatu perkembangan
yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya Undang-Undang No. 2/ 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN). Dalam UUSPN, tenaga kependidikan mendapat
perhatian yang amat besar, melebihi bidang-bidang yang lain. Ada 6 pasal (pasal 27-32),
terdiri atas 23 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga kependidikan. Ini menunjukkan
bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya memajukan
pendidikan secara keseluruhan.
Bagi profesional kependidikan, UUSPN mempunyai arti yang sangat penting karena
dalam UU tersebut profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya, bahkan pekerjaan guru
secara tegas telah dilindungi keberadaannya. Insan-insan pendidikan (tenaga kependidikan
dan murid) dilindungi secara hukum, mempunyai hak-hak disamping kewajibankewajibannya.
Gagasan mendasar yang dikandung UUSPN dalam kaitannya dengan tenaga
kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang pasti terhadap jabatan guru khususnya
dan tenaga kependidikan umumnya. Profesi-profesi ini secara tenaga akan dilindungi,
dihargai, diakui, dan dijamin keberadaannya secara hukum. Perlindungan itu secara eksplisit
dikemukakan dalam pasal 28 yang menyatakan bahwa kegiatan pendidikan hanya dapat
20

dilakukan oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar (ayat 1) dan
memiliki kualifikasi sebagai tenaga pengajar (ayat 2). Prinsip ini berlaku untuk tenaga
pendidik pada semua jenjang pendidikan. Proteksi terhadap jabatan tenaga kependidikan
menyangkut juga sebagai penghasilnya, yaitu Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK).
Segi yang berkaitan erat dengan dasar pengakuan status profesional tenaga
kependidikan dalam menjalankan tugasnya, seperti dijamin dalam pasal 30 mengenai hak-hak
tenaga kependidikan. Dalam ayat 3 dikemukakan bahwa tenaga kependidikan berhak
memperoleh perlindungan hukum dalam menjalankan tugasnya. Penegasan ini merupakan
hal yang luar biasa karena memberikan keistimewaan kepada tenaga kependidikan. Mereka
memiliki dua jenis perlindungan hukum, yaitu sebagai warga negara biasa dan sebagai tenaga
kependidikan.
Perlindungan hukum begitu penting bagi tenaga kependidikan, karena hanya dengan
ada jaminan ini maka mereka akan terbebas dari rasa terancam, tidak berani mengambil
resiko, tidak mampu mengambil keputusan sendiri. Padahal sifat-sifat semacam ini justru
merupakan ciri-ciri yang seharusnya melekat pada orang-orang profesional, termasuk tenaga
kependidikan. Perlindungan hukum bagi tenaga kependidikan merupakan penjabaran lebih
lanjut, dan yang lebih penting lagi adalah implementasinya secara nyata. Jangan sampai
jaminan ini hanya ada di atas kertas.
Selanjtnya, kajian yang lebih rinci tentang profesi kependidikan akan diuraikan pada
lab-lab berikutnya sesuai dengan lingkup profesi kependidikan sebagaimana telah dijelaskan
di muka.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

20

Dalam pendidikan, istilah profesi diartikan sebagai suatu pekerjaan atau jabatan yang
menuntut keahlian, dan keahlian itu diperoleh melalui profesionalisasi baik yang dilakukan
sebelum orang tersebut mengaku jabatan maupun setelah memangku jabatan tertentu.
Terkait dengan pekerjaan mengajar dan mendidik perlu adanya profesionalisasi dalam
pendidikan karena; (1) subyek pendidikan itu manusia yang dalam mendidik perlu dilandasi
nilai-nilai kemanusiaan, (2) pendidikan dilakukan secara sadar dan bertujuan, (3) dalam
melakukan pendidikan diperlukan teori-teori pendidikan, (4) pendidikan bertolak dari asumsi
yang positif tentang potensi manusia bahwa manusia itu punya potensi yang baik untuk
dikembangkan, (5) inti pendidikan itu terletak pada prosesnya, yaitu dialog antara pendidik
dengan terdidik, (6) tujuan utama pendidik terletak pada dimensi intrinsiknya, yaitu
menjadikan manusia sebagai manusia yang baik.
Sebagai profesi, profesi kependidikan mencakup profesi (subprofesi subprofesi):
keguruan (guru), bimbingan dan konseling (konselor), perpustakaan (pustakawan), sumber
belajar (teknisi sumber belajar), laboratorium (laboran), peneliti pendidikan (peneliti
pendidikan), supervisi pendidikan (pengawas pendidikan), administrasi pendidikan
(pengelola pendidikan),
Dengan mengacu pada konsep yang benar tentang pendidikan dan tentang pengajaran,
selayaknya semua pihak sependapat bahwa pekerjaan mengajar dan pekerjaan mendidik itu
haruslah dilaksanakan secara profesional, karena pekerjaan itu menuntut keahlian yang
profesional.
Profesi kependidikan di Indonesia telah jelas dasar hukumnya, yaitu Undang-Undang No.
2. 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Ini berarti bahwa ada perlindungan terhadap
profesi kependidikan di negeri kita. Perlindungan itu secara eksplisit dikemukakan pada
pasal28.

B. SARAN
Sebagai tenaga kependidikan seharusnya memiliki pemahaman yang jelas tentang konsep
pendidikan dan konsep pengajaran. Jika demikian tiadak akan mengalami keraguan bahwa
pekerjaan mendidik dan pekerjaan mengajar haruslah dilaksanakan secara profesional.

20

DAFTAR PUSTAKA
Anonym.

2009.

Makalah

Profesi

Kependidikan

(online).

http://blognyamuliadihaneda.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Februari 2015.


Anonym. 2010. Profesi (online). http://biografinanni.blogspot.com/2010/11/konsep-dasarprofesi-guru.html, Diakses tanggal 22 Februari 2015.

20

Anonym. 2010. Profesi (online). http://id.wikipedia.org/wiki/Profesi. Diakses tanggal 22


Februari 2015.
Anonym.

2011.

Hakikat

Profesi

Kependidikan

http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/hakekat-profesi-kependidikan.html.

(online).
Diakses

22

Februari 2015.
B. Kotten, Natsir. 2012. Profesi Kependidikan, Potret Guru Humanis. Cetakan Pertama.
Flores: Nusa Indah
Dedi Supriadi. 1997. Profesi Konseling dan Keguruan. Bandung: Program Pasca Sarjana.
Isnanto, Rizal. 2009. Buku Ajar Etika Profesi. Semarang: Data PDF.
Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional. Cetakkan Pertama. Jakarta ; Rajawali Pers
Prayitno. 1987. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: DepdibudDikjendikti
Sanusi, Ahcmad, dkk.1991. Studi Pengembangan Model Pendidikan Profesional Tenaga
Kependidikan. Bandung: IKIP Bandung
Soetjipto dan Kosasi Raflis. 2004. Profesi Keguruan. Cetakan kedua. Jakarta : Rineka
Cipta
Soetjipto, dkk. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: Depdibud-Dikjendikti
Susilowati. 2010. Inisiasi Profesi Keguruan (online). Data PDF.
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, S.L. 2010. Pengantar Pendidikan. Edisi revisi ke 4.
Jakarta:

20

Anda mungkin juga menyukai