Anda di halaman 1dari 22

KURIKULUM SEKOLAH

Oleh :

ASRUL MARARUSNANDAR
DWI HAEVA WANI
NADYA NURUL ISNAENI
SUPRIADI

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga makalah yang berjudul
Kurikulum Sekolah dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Salawat dan
Salam tak lupa kami curahkan kepada Junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
beserta para keluarga dan sahabatnya. Nabi yang menjadi uswatun khasanah bagi
seluruh umat muslim di dunia. Beliau yang telah membawa cahaya islam sehingga
membawa umatnya keluar dari alam yang gelap (jahiliyah) menujualam yang
terang benderang.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
membantu terselesaikannya makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung, baik secara materil maupun nonmateril. Ucapan terima kasih kepada
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan terkait dengan penyusunan
makalah ini.
Makalah ini telah disusun semaksimal mungkin dan kami telah berusaha
melakukan yang terbaik. Namun sebagai manusia biasa yang tidak luput dari
kesalahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Untuk itu, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan. Kami memohon maaf atas
segala kesalahan dan kekurangan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi orang
lain, dan terutama kepada penulis sendiri.
Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I:PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
BAB II:PEMBAHASAN ........................................................................................... 3
A. Pengertian Kurikulum Sekolah .................................................................
B. Komponen Kurikulum...............................................................................
C. Kurikulum dan Pembelajaran ....................................................................
D. Fungsi Kurikulum .....................................................................................
E. Pengembangan Kurikulum ........................................................................
F. Penggunaan Kurikulum .............................................................................
G. Evaluasi Kurikulum...................................................................................
BAB III : PENUTUP ............................................................................................... 13
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran .................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sehingga pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Setelah itu adanya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan pemerintah ini memberikan
arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan standar nasional
pendidikan, salah satunya memuat standar isi yang didalamnya mengatur
tentang pengembangan kurikulum.
Proses belajar mengajar yang dilakukan secara formal yakni dalam
lingkungan sekolah dan lingkungan pendidikan yang lebih tinggi memerlukan
seperangkat pembelajaran dan titik acuan dalam menjalankan proses belajar
mengajar. Perangkat pembelajaran yang sangat penting yaitu kurikulum, yang
menjadi titik acuan untuk pendidik memberi pemahaman kepada peserta didik
yang terlaksana sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
1.

Apakah yang dimaksud Kurikulum sekolah ?

2.

Bagaimana penerapan kurikulum pada proses pembelajaran ?

3.

Kurikulum apa saja yang telah diterapkan di Indonesia ?

C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memahami kurikulum dan
mengerti cara penerapannya serta mengaplikasikannya dalam dunia

pendidikan sehingga membantu kita sebagai calon pendidik untuk memahami


hal-hal yang sangat penting dalam mendidik peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasala dari bahasa Yunani,
yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu.
Jadi, istilah kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi kuno
di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis start sampai garis finish (Nasution, 1993).
Secara

terminologi,

istilah

kurikulum

digunakan

dalam

dunia

pendidikan, yaitu sejumlah pengetahuan atau kemampuan yang harus


ditempuh atau diselesaikan siswa guna mencapai tingkatan tertentu secara
formal dan dapat dipertanggung jawabkan.
Kurikulum ini merupakan suatu titik acuan atau pedoman bagi pendidik
yang telah disusun oleh pihak yang berikatan dengan dunia pendidikan secara
resmi. Acuan ini dirancang untuk mengembangkan dunia pendidikan yang
bersesuaian dengan zaman dengan harapan peserta didik yang telah mengikuti
proses belajar mengajar secara formal dapat menyelesaikan studinya dengan
memperoleh tanda bukti berupa ijazah. Dimana hal tersebut membuktikan
bahwa seorang peserta didik telah menempuh sejumlah pengetahuan atau mata
pelajaran.
Penertian kurikulum tidak hanya terbatas pada sejumlah daftar mata
pelajaran atau bidang studi saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pebelajar dalam rangka belajar. Pengertian kurikulum secara luas tidak hanya
berupa mata pelajaran atau bidang studi dan kegiatan-kegiatan belajar
pebelajar saja, tetapi juga segala sesuatu yang berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi pebelajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang
diharpkan (Haling, 2007).

B. Komponen Kurikulum
Kurikulum merupakan suatu sistem. Oleh karena itu, kurikulum
dibangun dari beberapa komponen yang saling kerja sama untuk mencapai

tujuan. Dalam system pembelajaran, tujuan merupakan komponen utama


yang harus ditetapkan terlebih dahulu, serta arah atau sasaran yang ingin
dicapai dalam penyelenggaraan pendidikan. Komponen-komponen lain untuk
mencapai tujuan tersebut, itulah yang termasuk komponen-komponen
pendukung, yaitu : materi/ pengalaman belajar, organisasi, dan evaluasi.
a.

Tujuan
Tujuan sebagai sebuah komponen kurikulum adalah kekuatankekuatan fundamental yang peka sekali, karena hasil kurikuler yang
diinginkan tidak hanya mempengaruhi bentuk kurikulum, tetapi memberi
arahan dan fokus untuk seluruh program pendidikan. Tujuan pedidikan
pada dasarnya terdapat beberapa tingkatan, yaitu :
1). Tujuan umum pendidikan nasional ; tujuan pendidikan untuk semua
jenis dan jenjang pendidikan (umum, kejuruan, PT, non formal).
2). Tujuan institusional ; tujuan maing-masing lembaga seperti Sekolah
Dasar, SLTP, SLTA, PT dan PLS.
3). Tujuan kurikuler ; tujuan macam-macam bidang studi, matematika,
bahasa, agama, kesenian, dsb.
4). Tujuan pembelajaran ; tujuan program pembelajaran bidang studi
tertentu pada masig-masing kelas.

b.

Materi/pengalaman belajar.
Fungsi khusus dari kurikulum pendidikan formal adalah memilih
dan menyusun isi (materi/pengalaman belajar) agar keinginan tujuan
kurikulum dapat dicapai dengan cara paling efektif dan supaya
pengetahuan paling penting yang diinginkan pada jalurnya dapat
disajikan secara efektif.
Materi pelajaran mencakup : 1) ilmu pengetahuan, seperti fakta,
prinsip, data, defenisi, 2) keterampilan dan proses seperti membaca,
menulis, berhitung, menari, berpikir, berkomunikasi, dan 3) nilai seperti
konsep tentang baik-buruk, betul-salah, indah-jelek.

c.

Organisasi

Menurut (Taba, 1962 : 290), jika kurikulum merupakan suatu


rencana untuk belajar maka isi dan pengalaman belajar membutuhkan
pengorganisasian sedemikian rupa sehingga berguna bagi tujuan-tujuan
pendidikan. Menurut pendapat Taba ini, materi dan pengalaman belajar
dalam kurkulum diorganisasikan untuk mengefektifkan pencapaian
tujuan.Organisasi materi memiliki dua dimensi, yaitu dimensi horizontal
dan vertikal.
Organisasi horizontal menyangkut ruang lingkup dan keterpaduan
(integrasi) dari keseluruhan materi. Organisasi horizontal merupakan
kaitan antara satu materi dengan materi pelajaran yang lainnya pada kelas
yag sama. Misalnya mata pelajaran sejarah, sosiologi, antropologi, baik
secara terpisah-pisah maupun terpadu dalam suatu mata pelajaran sosial,
dinamakan organisasi horizontal.
Organisasi vertikal mencakup urutan dan kesinambungan materi
pelajaran berupa hubungan longitudinal materi/pengalaman belajar
pebelajar. Misalnya sejarah kelas V SD yang dikaitkan dengan materi
pelajaran sejarah di kelas VI SD merupakan organisai vertikal. Ada lima
kriteria organisasi materi pelajaran/pengalaman belajar : 1) ruang
lingkup, 2) integrasi, 3) urutan, 4) keberlanjutan, serta 5) artikulasi dan
keseimbangan.
1). Kriteria ruang lingkup materi dan pengalaman belajar, baik
dilihat dari segi keluasan dan kedalaman.
2). Kriteria integrasi menyangkut hbungan horizontal materi
pelajaran yang satu dengan semua materi pelajaran yang terkait. Belajar
akan berhasil kalu semua materi dan pengalaman belajar dari satu
pelajaran dikaitkan dengan materi pelajaran lainnya. Integrasi juga
merupakan usaha untuk menimbulkan saling hubungan antara materi
pelajaran dengan semua kegiatan/ pengalaman belajar, dalam satu
disiplin ilmu, maupun antar disiplin ilmu yang terkait. Tujuan kriteria ini
adalah untuk membantu pebelajar melihat kesatuan (hubungan) yang ada
antara semua materi pelajaran terkait.

3) kriteria urutan menyangkut usaha menghasilkan belajar


kumulatif dan berkelanjutan secara vertikal. Kriteria ini menuntut agar
materi/kegiatan belajar yang berurutan dibangun berdasarkan atas
pemahaman bahan terdahulu, tetapi ruang lingkup makin lama makin
luas dan makin mendalam. Kriteria ini menghindarkan pengulangan
materi yang tidak perlu, tetapi menekankan pendalamannya. Ada empat
prinsip urutan, yaitu : 1) dari yang sederhana ke yang kompleks (dari
yang mudah ke yang sulit dan dari yang konkrit ke yang abstrak), 2) dari
bagian ke keseluruhan (menguasai suatu materi terdahulu sebelum
bagian-bagian lainnya), 3) dari keseluruhan ke bagian-bagian, dan 4) dari
satu waktu ke waktu lain.
4)

kriteria

kontinuitas

menyangkut

hubungan

vertikal

materi/kegiatan belajar. Misalnya tujuan belajar mengembangkan


kemampuan menulis, guru perlu memberikan kesempatan kepada
pebelajar untuk melakukan latihan menulis secara berulang-ulang dan
terus-menerus.
5) kriteria artikulasi dan keseimbangan menyangkut saling
(integrasi) berbagai materi pelajaran, baik integrasi horizontal maupun
vertikal. Artkulasi vertikal adalah hubungan yang harus ada antara materi
pokok bahasan, topik atau materi pelajaran. Artikulasi horizontal timbul
apabila interelasi antara beberapa mata pelajaran yang berbeda diajarkan
pada saat yang bersamaan.
6) kriteria keseimbangan, memperhatikan agar ada tekanan yang
seimbang pada semua spek yang ada. Keseimbangan dicapai apabila
pebelajar berkesempatan memahami materi, baik pada aspek personal,
sosial, maupun intelektual. Begitu pula misalnya keseimbangan akan
tercapai kalau materi suatu pelajaran mencakup aspek pengetahuan,
bakat, minat, pengalaman, kegiatan belajar, nilai-nilai, dan pemecahan
masalah secara seimbang.
d.

Evaluasi

Evaluasi adalah komponen keempat dari kurikulum. Evaluasi


ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar siswa (hasil dan
proses) maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran. Menurut (Zais,
1976 : 378) mengemukakan evaluasi secara luas merupakan suatu usaha
sangat besar yang kompleks yang mecoba menantang mengkodifikasi
proses salah satu dari istilah sekuensi atau komponen-komponen.
Kegiatan evaluasi akan memberikan informasi dan data tentang
perkembangan belajar siswa maupun keefektifan kurikulum dan
pembelajaran, sehingga dapat dibuat keputusan-keputusan pembelajaran
dan pendidikan secara tepat.
Komponen evaluasi memberikan indikasi tentang keberhasilan atau
kegagalan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang telah
direncanakan. Komponen ini bermanfaat untuk ;
1). Mengetahui keberhasilan belajar pebelajar.
2). Memperbaiki program belajar dan pembelajaran.
3). Mengukur tingkat pencapaian tujuan pembelajaran.

C. Kurikulum dan Pembelajaran


Kurikulum dan pembelajaran, keduanya tidak dapat dipisahkan.
Kurikulum merupakan seperangkat hasil belajar terstruktur yang ingin dicapai
oleh sekolah. Pembelajaran adalah kegiatan guru untuk membelajarkan
pebelajar.

Kurikulum

merupakan

apa

yang

diajarkan,

sedangkan

pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran.


Kurikulum berkaitan dengan apanya pendidikan, sedangkan pembelajaran
menyangkut bagaimananya.
D. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum menurut Hendyat Soetopo Wasty Soemanto
1. kurikulum berfungsi sebagai media untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang ingin dicapai.

2. kurikulum juga berpungsi bagi perkembangan siswa karena kurikulum


berperan organisasi belajar ( learning oprganisatior) yang tersusun dengan
cermat.
3. sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman
belajar siswa.
4. sebagai

pedoman

untuk

mengadakan

evaluasi

terhadap

tingkat

perkembangan siswa dalam rangka menyerap sejumlah ilmu pengetahuan


sebagai pengalaman bagi mereka.
Ansyar dan Nurtain (1991) mengemukakan fungsi kurikulum, yaitu :
a)

Fungsi preventif, yaitu agar guru terhindar dari melakukan hal-hal yang
tidak sesuai dengan apa yang ditetapkan dalam kurikulum.

b) Fungsi korektif, yaitu sebagai rambu-rambu yang harus dipedomani dalam


membetulkan pelaksanaan pendidikan yang menyimpang dari yang telah
digariskan dalam kurikulum.
c). Fungsi konstruktif, yaitu memberikan arah yang benar bagi pengembangan
dan pelaksanaan pembelajaran.
5. Pengembangan Kurikulum
a)

Pengertian pengembangan kurikulum


Pengembangan kurikulum adalah usaha untuk menjadikan kurikulum
agar lebih baik dan lebih sempurna dari keadaannya sekarang. Lebih baik
dan sempurna daam arti relevan dengan kebutuhan masyarakat dan sesuai
kodrat pebelajar. Tujuannya adalah untuk menjadikan kurikulum agar
senantiasa

sesuai

dengan

tuntutan

kebutuhan

masyarakat

dan

menyesuaikan dengan kodrat pebelajar. Sedangkan pembinaan kurikulum


adalah usaha untuk mencegah dan menghilangkan pengaruh-pengaruh
yang menghambat kelancaran pelaksanaan kurikulum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu :
1) percepatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
pengembangan masyarakat, 2) pendidikan pada suatu tahap persekolahan
tertentu selalu terbatas waktunya, dan 3) manusia akan terlibat dalam
implementasi kurikulum itu, baik guru maupun pebelajar mempunyai

kemampuan yang terbatas. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah


kebermaknaan kurikulum pada pebelajar.
b) Landasan pengembangan kurikulum
Landasan filosofis
Landasan sosial-budaya
Landasan psikologis
Landasan historis
Landasan budaya, agama
Landasan iptek dan seni
c) Beberapa prinsip pengembangan kurkulum
(1). Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembngan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan
kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan
satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung
aspek-aspek pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang
selanjutnya menumbuhkan perubahan tingkah laku peserta didik yang
mencakup tiga aspek tersebut dan bertalian dengan aspek-aspek yang
terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
(2). Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system
penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan
masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi
dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
(3) Prinsip Efisiensi dan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien
dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang
tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat
harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung
pelaksanaan pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar
disekolah juga terbatas sehingga harus dimanfaatkan secara tepat

sesuai dengan tata ajaran dan bahan pembelajaran yang diperlukan.


Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam jumlah maupun
dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan
fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan
secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang semuanya
demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
(4) Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau
dikurangi

berdasarkan

tuntutan

dan

keadaan

ekosistem

dan

kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam


suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri
dan pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan
pertanian., maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn
industri. Sebaliknya, pelaksanaan di desa ditekankan pada program
ketrampilan pertanian. Dalam hal ini lingkungan sekitar, keadaaan
masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan peralatan menjadi faktor
pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
(5) Prinsip integritas
Implikasinya yaitu mengusahakan agar pendidikan dengan suatu
kurikulum menghasilkan manusia seutuhnya walaupun kegiatan
kurikuluernya terjabar ke dalam komponen-komponen kurikuler.
(6) Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagianbagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan,
tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan
fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur
dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip
ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut
sehingga mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

(7) Prinsip sinkronasi


Implikasinya yaitu mengusahakan agar kegiatan kurikuler seirama,
searah dan setujuan. Jangan sampai terjadi suatu kegiatan kurikuler
menghambat, berlawanan, atau ematikan kegiatan-kegiatan kurikuler
lain.
6. Penggunaan Kurikulum
Implementasi kurikulum sasaran utamnaya adalah menghasilkan
pengalaman belajar bagi pelajar. Untuk dapat mewujudkan hal tesebut, guru
harus lebih awal mempersiapkan rancangan pmbelajaran dengan berpedoman
pada kurikulum yang berlaku. Penyusunan rancangan pembelajaran berupa
satuan acara pengajaran (SAP) atau sering pula disebut satuan pelajaran (SP)
sebagai usaha untuk mwujudkan dalam kegiatan nyata proses pembelajaran.
Penyususnan rancangan pembelajaan merupakan tugas guru yang harus
dikembangkan berdasar pada setiap pokok bahasan.
7. EVALUASI KURIKULUM
Istilah evaluasi dapat saja dimaknakan upaya memahami dan
memperbaiki suatu kegiatan. Evaluasi kurikulum berarti upaya memahami dan
memperbaiki pelaksanaan kurikulum. Evaluasi kurikulum selalu mencakup
penetapan baik buruk terhadap pelaksanaan kurikulum berdasarkan kriteria
tertentu.
Tujuan evaluasi kurikulum:
1. Untuk penyempurnaan kurikulum, terutama pada tahap pengembagan.
2. Untuk pengambilan keputusan tentang nasib suatu kurikulum (dipakai
atau diabaikan).
Evaluasi kurikulum adalah:
1. Evaluasi formatif dalam rangka meningkatkan efektifitas program,
pengorganisasian, dan pengolahan program.
2. Evaluasi sumatif dalam rangka keberhasilan implementasi kurikulum
Sasaran evaluasi kurikulum antara lain :
a. Tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan pembelajaran.
Penilaian tentang tujuan-tujuan itu ditinjau dari segi konsistensinya

dengan tujuan intitusional dan atau tujuan umum pendidikan nasional,


ketetapan perumusan, kesesuaian dngan taraf perkembangan dan
kebutuhan siswa, kejelasan dan ketetapan struktur organisasinya, dan
sebagainya.
b. Pengalaman belajr yang mencakup strategi pembelajaran, metode
mengajar, dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
Penilaian tentang hal ini terutama ditinjau dari segi kesesuaiannya
dengan tujuan yang akan dicapai,serta ketetapanya ditinjau dari segi
pebelajar, konten, fasilitas, serta tempat dan waktu, dan sebagainya.
c. Bahan pelajaran (konten) yang diprogramkan untuk mencapai tujuan
tertentu, yang pada umumnya dinyatakan dalam berbagai pokok
bahasan. Penilaian tehadap konten tersebut terutama ditinjau dari
pandangan yang terbaru, keluasan dan kedalamannya, ketepatan
urutannya, kesesuaian dengan perkembangan/ kebutuhan/ pengalaman
pebelajar, dan sebagainya.
d.

Komponen kurikulum lainnya seperti: waktu yang disediakan, fasilitas


yang tersedia, sistem evaluasi, dan sebagainya. Penilaian hal-hal
tersebut terutama ditinjau

dari sgi efektifitas dukungannya dalam

membelajarkan pebelajar untuk mencapai tujuan pendidikan.


e.

kemampuan guru dan personal lainnya yang terlibat didalam


implementasi kurikulum, terutama yang berkaitan dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini terutama yang berhubungan dengan
wawasan dan pemahaman pesan umum dari kurikulum, kemempuan
mengelola program pembelajaran, dsb.

f.

Pebelajar yang mengikuti program pendidikan, terutama dalam


kaitannya dengan ketepatan analisis situasi seperti kegiatan mengikuti
program pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang bersangkutan.

g.

Dukungan iklim profesional sebagai konteks pelaksanaan kurikulum.

h.

Hasil dan dampak kurikulum yakni yang berkaitan dengan hasil belajar
pebelajar serta dampaknya di lapangan.

Langkah-langkah pokok dalam evaluasi kurikulum, menurut Raka Joni


(dalam La Sulo, 1997) mengemukakan sebagai berikut :
a. Tahap persiapan, yang meliputi tiga kegiatan, yakni : 1) penetapan tugas
penilaian (terms of reference) seperti pembatasan ruang lingkup tugas,
cara penggunaan hasilnya (formatif atau sumatif), identifikasi faktor
penunjang dan kendala, penentuan evaluator (internal atau eksternal), dll.
2) klasifikasi design program, yakni pemahaman perangkat kurikulum
beserta dasar-dasar atau asumsi-asumsi yang melandasinya, identifikasi
pencapaian

program,

penetapan

kriteria

penilaian,

penetapan

prosedur/alat pengumpul data, dan penjadwalan, dan 3) uji coba prosedur


dan tehnik pengumpulan data serta logistik pendukungnya, agar
diyakinkan tentang kualitas data yang akan diperoleh.
b. Tahap pelaksanaan, yang terdiri dari empat kegiatan yakni : 1)
penyusunan deskripsi program dengan mengumpulkan dan menganalisis
data, 2) penetapan Judgment, 3) penelaahan bersama antara evaluator,
penyelenggara program, dan pengambilan keputusan, dan 4) penyusunan
laporan untuk konsumsi luas.
8. Persamaan dan perbedaan KBK, KTSP, dan K-13
Pengertian Kurikulum secara umum merupakan seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. (BSNP,2006: 1).
1. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan perangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai oleh
siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemeberdayaan sumber
daya pendidikan( Depdiknas 2002). KBK merupakan sebuah konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga

hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap


seperangkat kompetensi tertentu.
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004,
adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai
diterapkan

sejak tahun 2004 walau

sudah

ada sekolah yang

mulai

menggunakan kurikulum ini sejak sebelum diterapkannya. Secara materi,


sebenarnya kurikulum ini tak berbeda dari Kurikulum 1994, perbedaannya
hanya pada cara para murid belajar di kelas.
Dalam kurikulum terdahulu, para murid dikondisikan dengan
sistem caturwulan. Sedangkan dalam kurikulum baru ini, para siswa
dikondisikan dalam sistem semester. Dahulu pun, para murid hanya belajar
pada isi materi pelajaran belaka, yakni menerima materi dari guru saja.
Dalam kurikulum 2004 ini, para murid dituntut aktif mengembangkan
keterampilan untuk menerapkan IPTek tanpa meninggalkan kerja sama
dan solidaritas, meski sesungguhnya antar siswa saling berkompetisi. Jadi
di sini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator, namun meski begitu
pendidikan yang ada ialah pendidikan untuk semua. Dalam kegiatan di
kelas, para siswa bukan lagi objek, namun subjek. Dan setiap kegiatan
siswa ada nilainya.
2.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah
kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan
di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang system
Pendidikan nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP
oleh

sekolah

dimulai tahun

ajaran

2007/2008 dengan

mengacu

pada Standar Isi (SI) danStandar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk


pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun

2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta Panduan Pengembangan KTSP


yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Secara

umum

tujuan

diterapkannya

KTSP

adalah

untuk

memandirikan dan memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian


kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan.

Secara khusus

diterapkannya KTSP adalah untuk :


1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah

dalam

mengembangkan

kurikulum,

mengelola,

dan

memberdayakan sumber daya yang tersedia.


2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputuasan bersama.
3. Meningkatkan kompetensi yang sehat antar satuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai.
Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada sekolah agar sesuai
dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus. Pelaksanaan KTSP mengacu
pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan SI dan
SKL.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam persyaratan kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang
harus dipenuhi peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi merupakan pedoman untuk pengembangan kurikulum tingkat
satuan pendidikan yang memuat:
kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dikembangkan di tingkat
satuan pendidikan, dan
kalender pendidikan.

SKL digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan


kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. SKL meliputi kompetensi
untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. Kompetensi
lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.

Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang ditetapkan dalam

peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2006 tentang


Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata lain,
pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam arti
tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen Pendidikan
Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan karyawan juga
melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari perguruan tinggi
setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam penyusunan KTSP
maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi masyarakat, situasi
dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
3. Kurikulum 2013
Sedangkan kurikulum terbaru saat ini yang digunakan di Indonesia
yaitu Kurikulum Tahun 2013, di mana kurikulum ini lebih mirip dengan
Kurikulum Berbasis Kompetensi. Model kurikulum berbasis kompetensi
ini ditandai oleh pengembangan kompetensi berupa sikap, pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan keterampilan psikomotorik yang dikemas
dalam berbagai mata pelajaran. Walaupun hampir mirip dengan model
Kurikulum Berbasis Kompetensi, akan tetapi masih ada juga perbedaanperbedaannya. Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dan kemampuan yang
mereka miliki. Di dalam kurikulum ini memandang bahwa setiap peserta
didik itu memiliki potensinya masing-masing yang perlu digali dan
dikembangkan, sehingga kelak potensinya tersebut dapat bermanfaat di
dalam kehidupan si peserta didik nantinya dalam bermasyarakat.

Kurikulum ini dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa setiap peserta


didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar, sehingga dapat
dikatakan bahwa guru hanya sebagai fasilitator saja. Peran peserta didik di
dalam kegiatan pembelajaran itu lebih diutamakan, sehingga potensipotensi yang ada di dalam diri peserta didik menjadi lebih tersalurkan dan
dapat berkembang. Penyelenggaraan pendidikan seperti yang disampaikan
dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas
pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah sejumlah rencana isi yang merupakan sejumlah
tahapan belajar yang di desain untuk siswa dengan petunjuk institusi
pendidikan yang berupa proses yang statis ataupun dinamis dan kompetensi
yang harus dimiliki. Kurikulum adalah seluruh pengalaman di bawah
bimbingan dan arahan dari institusi pendidikan yang membawa ke dalam
kondisi belajar.
Kurikulum mempunyai komponen-komponen yang mempunyai tujuan
utama atau tujuan dari kurikulum tersebut. Karena komponen-komponen
tersebut saling berkaitan dan menunjang untuk mencapai tujuan dari kurikulum
maka di sebutlah kurikulum sebagai suatu sistem. Pengembangan kurikulum
haruslah memperhatikan prinsip-prinsip kurikulumnya yang terdiri dari tujuh
prinsip pengembangan kurikulum antara lain : relevansi, efektivitas, efisiensi,
fleksibilitas, kontinuitas, objektifitas dan demokrasi.
B. Saran
Kebutuhan pendidikan kini semakin kompleks, begitu pula dengan
kebutuhan kurikulum yang ada juga semakin berkembang, maka disarankan
agar tiap sekolah atau lembaga pendidikan menerapkan suatu sistem kurikulum
yang sesuai dengan keadaan lingkungan sekolahnya, karena sesuai dengan
ketetapan pemerintah kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum
2013, maka sudah selayaknya pihak pengembang kurikulum mengembagkan
kurikulum sesuai dengan potensi daerahnya. Oleh karena itu, tujuan, isi,
maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,
karakteristik, kekayaan dan perkembangan yang ada di masyakarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, dkk, Pengembangan Kurikulum, Pustaka Setia, Bandung 1998
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta
Haling, Abd. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.
Nasution. 1993. Asas-asas Kurikulum. Jakarta : Bumi Aksara
Sulo Lipu La Sulo. 1997. Riviu Kurikulum. Ujung Pandang: FIP IKIP Ujung
Pandang.

Anda mungkin juga menyukai