TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
2.2.
kelompok
umur.
Berat
badan
merupakan
hasil
Berat badan dipakai sebagai indikator terbaik pada saat ini untuk
mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak (Sistiarini,
2008).
Berat badan bayi lahir adalah berat neonatus saat lahir yang
ditimbang segera setelah lahir sampai waktu maksimal 24 jam.
Berat badan bayi lahir diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berat badan
lahir normal (BBLN) dan berat badan lahir rendah (BBLR). Berat
bayi lahir normal adalah antara 2500 4000 gram, dan dikatakan
berat badan lahir rendah apabila kurang dari 2500 gram (sampai
2499 gram) (Wiknjosastro, 2005; Sistiarini 2008).
BBLR adalah berat neonatus saat lahir yang ditimbang
segera setelah lahir sebelum waktu 24 jam yang kurang dari 2500
gram (sampai 2499) tanpa memandang masa gestasi. Dahulu bayi
ini dikatakan prematur kemudian disepakati disebut Low birth
weight infant
Wiknjosastro, 2005).
Faktor yang mempengaruhi berat badan lahir
Berat badan lahir merupakan hasil interaksi dari berbagai
faktor melalui suatu proses yang berlangsung selama berada dalam
kandungan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat badan
lahir secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal, meliputi: usia ibu,
jarak kelahiran, paritas, anemia kehamilan, status gizi ibu, penyakit
pada saat kehamilan, faktor kehamilan dan faktor plasenta. Faktor
eksternal, meliputi: faktor lingkungan, tingkat sosial ekonomi,
teratogen kimiawi dan pemeriksaan kehamilan (Manuaba, 2008;
Turhayati, 2006; IDAI, 2004)
a. Faktor Internal:
1) Usia ibu hamil
Usia ibu erat kaitannya dengan berat badan lahir. Usia
reproduksi yang optimal bagi seorang ibu adalah 20-35 tahun,
di bawah dan di atas usia tersebut meningkatakan risiko
kehamilan dan persalinannya (Depkes RI, 2009). Pada usia
yang masih muda, perkembangan organ-organ reproduksi dan
fungsi fisiologinya belum optimal, ukuran panggul dan rahim
pun masih sempit karena masih dalam masa pertumbuhan
(Hartanto, 2004). Pada kehamilan usia remaja kebutuhan
nutrisi dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
dirinya sendiri dan juga untuk janin dan plasentanya, hal ini
dapat mempengaruhi berat badan bayi saat dilahirkan. Selain
kehamilan
berisiko
tinggi,
lebih
tinggi
10
Badan
11
fungsi
plasenta
terhadap
pertumbuhan
janin.
12
dan
anemia
sedang
meskipun
lebih
rendah
makanan
dalam
periode
tersebut
dapat
13
Infeksi
rubella
menyebabkan
insufisiensi
selama
hipotensi,
ketuban
pecah
dini,
dapat
14
kemungkinan
menyebabkan
hambatan
15
pada
pembentukan
vili
plasenta
berupa
menyebabkan
percabangan
perubahan
angiogenesis
uteroplasenta
yang
berpengaruh
terhadap
16
dalam
keluarga
berpendidikan
tinggi
cenderung
dan
masyarakat
lebih
yang
memperhatikan
maupun
bayinya.
Pendidikan
ibu
juga
akan
Beberapa
antikonvulsan
seperti
fenitoin
dan
17
masalah
yang
timbul
selama
masa
18
2.3.
Keadaan
kurangnya
hemoglobin
tersebut
menyebabkan
19
95%.
Terjadinya
peningkatan
volume
darah
20
yang
dapat
mempercepat
21
unsur
penting
dalam
22
acid)
dan
defisiensi
vitamin
B12
23
merupakan bahan baku pembuat sel darah merah, jika jumlah sel
darah banyak, jumlah Hb pun banyak. Begitupula sebaliknya jika
kekurangan (Gibney, Margetts, Kearney, & Arab, 2008).
Anemia lebih sering dijumpai dalam kehamilan. Hal itu
disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan zat-zat
makanan bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam
darah dan sumsum tulang. Dalam kehamilan volume darah
bertambah banyak 30% sampai 40% yang dimulai dari minggu ke
10 dan puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Semakin
matang usia kehamilan semakin banyak pula produksi sel darah
merah yang dibutuhkan ibu hamil sesuai dengan proses
pertumbuhan dan
perkembangan janin
(Maryunani,
2008).
terjadi
24
25
2.3.6.
26
27
28
2.5.
Kerangka Teori
Perfusi O2
dan nutrisi ke
plasenta
Plasenta
hipertrofi,
kalsifikasi,
infark
2.6.
Gangguan
tumbuh
kembang
janin
BBLR
Faktor eksternal:
1. demografi
2. sosial ekonomi
rendah
3. ANC buruk
4. Teratogen kimiawi
(merokok, alkohol,
obat, narkotika)
Fungsi
plasenta
terganggu
Variabel perancu:
Usia Ibu
Paritas dan Jarak kelahiran
Kerangka Konsep
Penyakit jantung
hipertensi
Diabetes mellitus
Tuberculosis
Keganasan
Perdarahan Antepartum
Kehamilan Hidramnion
Preeklamsi/eklamsi
KPD
29
Variabel Dependen
Variabel Independen
Kejadian BBLR
Variabel perancu :
ANC buruk
Sosial ekonomi rendah
Satus gizi ibu
Penyakit infeksi
Teratogen kimiawi
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Keterangan:
Variabel perancu yang sudah dikendalikan :
Variabel perancu yang belum dikendalikan
2.7.
Hipotesis
Terdapat hubungan anemia pada kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD
Margono Soekardjo Purwokerto tahun 2013.