Meclizine merupakan obat antihistamin yang bekerja menghambat interaksi dari histamin pada reseptor H1 secara reversibel. Obat ini termasuk ke dalam kelompok piperazine golongan antagonis reseptor H1. Antihistamin mengurangi pusing dengan cara menghambat reseptor H1 di pusat mual muntah dan mengurangi sensitivitas dari organ telinga dalam yaitu apparatus vestibular. Selain memiliki efek farmakologi antihistamin, obat ini juga memiliki efek farmakologi antikolinergik. Sejak scopolamine (agen antikolinergik) diketahui sangat efektif dalam mencegah gejala pusing, disadari bahwa anti-motion sickness (gejala pusing) dari aktivitas antihistamin bergantung pada aktivitas antikolinergiknya. Data mengenai farmakokinetik dari meclizine masih kurang. Meclizine memiliki onset kurang lebih 1 jam, efek obat dapat berlangsung antara 8 sampai 24 jam setelah pemberian oral dengan waktu paruh 6 jam. Berdasarkan studi yang dilakukan pada tikus, meclizine dimetabolisme menjadi metabolit tidak aktif, norchlorcyclizine, oleh hati. Norchlorcyclizine didistribusikan di seluruh jaringan tubuh tikus, serta menembus penghalang plasenta. Meclizine ditemukan tidak berubah pada tinja, tapi dieliminasi sebagai norchlorcyclizine dalam urin. B. Efek samping Secara keseluruhan, meclizine secara umum dapat ditoleransi dengan baik. Efek samping yang paling umum yang terkait dengan penggunaan meclizine adalah mengantuk, meskipun rasa kantuk yang dirasakan lebih ringan jika dibangdingkan dengan dimenhydrinate dan diphenhydramine. Dalam satu studi yang membandingkan meclizine dengan transdermal skopolamin, efek samping mengantuk secara signifikan lebih besar. Dampak merugikan lainnya sering dilaporkan adalah mulut kering. Bila
dibandingkan dengan transdermal skopolamin, kejadian mulut
kering lebih sedikit. Penglihatan kabur jarang terjadi terkait dengan penggunaan meclizine. Efek pada sistem saraf pusat. Sebuah studi menemukan bahwa meclizine tidak berpengaruh secara signifikan terhadap status kewaspadaan seseorang, tetapi penambahan alkohol dapat mengurangi nilai kewaspadaan. Kombinasi meclizine dengan alkohol memiliki efek aditif dari gangguan kewaspadaan. Food and Drug Administration (FDA) telah mengkategorikan meclizine ke dalam obat golongan B pada masa kehamilan. Pada tahun 1962, para peneliti berpikir bahwa meclizine mungkin bisa menyebabkan abnormalities pada janin. Namun, setelah meninjau data mengenai penggunaan meclizine dalam kehamilan, FDA menetapkan bahwa tidak terdapat cukup bukti untuk mendukung pembatasan pada penggunaan obat ini dalam kehamilan. Sejak tahun 1962, sudah terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan meclizine aman digunakan pada masa kehamilan.