Anda di halaman 1dari 19

TUGAS I

KIMIA FARMASI
ISTILAH DALAM KEFARMASIAN, PENGGUNAAN OBAT,
DAN RUTE PERJALANAN OBAT
DI DALAM TUBUH MANUSIA

Oleh:
WIJO KONGKO Y. K. S.
NURMA ERLITA DAMAYANTI
PUTRI ANDHIKA

(12030234018) KIMIA B / 2012


(12030234204) KIMIA B / 2012
(12030234206) KIMIA B / 2012

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2015

ii

DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI ....................................................................................................................i
Istilah-istilah dalam Kefarmasian......................................................................................1
Contoh Obat dan Penggunaannya......................................................................................5
Rute Perjalanan Obat.......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................17

ii

ISTILAH-ISTILAH DALAM KEFARMASIAN


Agranulositosis: jumlah leukosit kurang dari 500 mm 3 dengan gejala luka infeksi pada
tekak, traktus intestinal dan kulit.
Amfetamin: obat golongan stimulansia (hanya dapat diperoleh dengan resep dokter) yang
biasanya digunakan hanya untuk mengobati gangguan hiperaktif
Analgesik: senyawa kimia obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau pereda
rasa neri tanpa menghilangkan kesadaran
Analgesik Opioid: sekelompok obat yang mempunyai sifat seperti opium atau morfin
sebagai penghilang rasa nyeri.
Anastesi: biasa disebut juga pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi
untuk sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan.
Antalgin: atau disebut juga Levorphanol (nama generik) adalah salah satu obat pengurang
rasa sakit.
Antibiotik: senyawa kimia khas yang dihasilkan melalui sintesis dimana dalam kadar

rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan.


Antidiare: menghentikan BAB yang bersifat diare.
Antidotum: penawar racun.
AntiEmetika: mencegah atau menghilangkan mual atau muntah.
Antihemoroida: untuk mengobati wasir.
Antihistamine: sekelompok obat yang memiliki pengaruh dalam melawan kerja histamin

dengan cara memblokade reseptor H1.


Antiinflamasi: obat yang dapat menghilangkan radang yang disebabkan bukan karena
mikroorganisme (non infeksi).
Antioksidan: merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi.
Antipiretik: zat zat yang dapat menurunkan temperatur tubuh saat demam dengan
menghambat kelenjar prostatglandin pada CNS.
Antiseptika: membasmi kuman (desinfekta).
Antispasmodika: pereda / pelawan keadaan kejang pada tubuh (pereda kejang).
Antitusif: senyawa yang berfungsi menekan virus penyebab batuk pada saluran
tenggorokan (Pereda batuk tidak berdahak).
Apoteker: seseorang yang mempunyai keahlian dan kewenangan di bidang kefarmasian
baik di apotek, rumah sakit, industri, pendidikan, dan bidang lain yang masih berkaitan
dengan bidang kefarmasian.
Brakikardia: kondisi dimana detak jantung melemah yaitu kurang dari 60 denyut per
menit.
Capsulae: sediaan berupa serbuk yang diisikan dalam cangkang kapsul atau berupa
sediaan cairan, setengah padat yang dibungkus dengan kapsul dasar.

Collutoria: larutan pekat dalam air yang mengandung bahan deodoran, antiseptika,
anestetika local atau astringen.
Collyria: sediaan berupa larutan steril, jernih, bebas jarah asing, isotonus, digunakan
untuk membersihkan mata. Dapat ditambahkan zat dapar dan zat pengawet.
Compounding: seni meracik obat menjadi bentuk sediaan tertentu hingga siap digunakan.
Desinfektan Antiseptik: obat yang dapat mencegah infeksi dan mencegah perkembangan

organisme tanpa mematikan organisme.


Digestiva: merangsang pencernaan makanan.
Dismenorrhoe: untuk menobati nyeri haid.
Diuretik: obat untuk meningkatkan ekskresi urin atau jumlah urin.
Dosis: takaran obat yang diberikan pada penderita sesuai kebutuhan.
Drug Utilization Review (DUR): merupakan suatu studi untuk mengevaluasi dan
memastikan bahwa obat-obatan yang digunakan tepat (appropriate), aman (safe) dan

efektif (cost-effective).
Ekspektoran: mengurangi batuk berdahak.
Epithema: obat kompres kulit (obat topikal).
Fatigue: keadaan meningkatnya ketidaknyamanan dan menurunnya efisiensi akibat
pekerjaan yang berkepanjangan atau berlebihan; kehilangan tenaga atau kemampuan
menjawab rangsangan.
Gametositosid: membunuh gametosit yang berada dalam eritrosit sehingga transmisinya
ke nyamuk dihambat.
Gansiklovir: antivirus untuk virus CMV, untuk pengobatan atau terapi penyakit yang

disebabkan oleh sitomegalovirus <CMV>.


Gastrin: perangsang sekresi asam lambung dan pepsin.
Hemostatika ~ Menghentikan pendarahan.
Incubation ~ Masa antara infeksi dan timbulnya gejala penyakit.
Indikasi: petunjuk yang menjadi alasan dilkukannya tindakan langsung terhadap sebab

penyakit.
Infeksi: masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh, khususnya mikroba.
Influenza: penyakit akut yang di sebabkan oleh virus,ditandai dengan demam,radang
selaput lendir saluran nafas atau saluran cerna.
Inhalation: menghirup udara atau uap lain ke dalam paru-paru.
Injeksi: memasukkan larutan obat atau larutanlarutan lain ke dalam tubuh memakai
semprit.
Iritasi: terjadi kondisi tidak normal, timbul luka, gatal, atau perih pada bagian tubuh
tertentu.
Komplikasi: penyakit ataupun penyakit-penyakit yang muncul bersama-sama dengan
penyakit lainnya.

Kontra indikasi: setiap keadaan, teristimewa setiap keadaan penyakit yang menyebabkan
suatu cara pengobatan tidak tepat atau tidak dikehendaki.
Laxantia Laksativ: melancarkan BAB/pencahar.
Leprostatik: obat yang membunuh atau menghambat Mycobacterium leprae, unsur
penyebab lepra.
Litotriptika: menghancurkan batu pada kandung kemih.
Liniment: suatu larutan alkohol atau berlemak atau emulsi dari macam-macam bahan obat
yang dimaksudkan untuk pemakaian luar pada kulit,biasanya dengan menggosokkannya.
Lozenges: obat isap berbentuk sediaan padat bentuk cakram yang mengandung bahan obat
dan umumnya juga bahan pewangi, dimaksudkan untuk secara perlahan-lahan melarut
dalam rongga mulut untuk efek setempat.
Nematosida: zat untuk membasmi cacing nematoda.
Nikotin: zat racun yg terdapat dl tembakau, digunakan dl perobatan dan untuk insektisida.
Obat generik: obat yang di berikan secara gratis pada puskesmas yang terjamin
keamananya oleh negara.
OHO (Obat Hipoglikemik Oral): obat untuk menurunkan kadar gula darah yang
diberikan secara oral.
Oksitoksik: obat yang dapat menyebabkan oksitosia (kelahiran yang cepat).
Onset: waktu yang diperlukan suatu obat untuk mulai memberikan efeknya setelah
pemberian.
OTC (Over The Counter): merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter biasa
disebut juga dengan obat bebas yang terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas.
Parasimpatolitika:pelawan efek perangsang saraf parasimpatik.
PBL (Peripheral Blood Lymphocites): limfosit perifer darah yaitu jumlah limfosit

matang yang bersirkulasi dalam darah


Pharmacy: rumah obat, apotek, apotik.
Psikofarmaka: obat yang bekerja pada fungsi psikologis dan status kejiwaan.
Questran: obat yang menyerap asam empedu dalam usus.
Rational Drug Use (RDU): penggunaan obat secara tepat, baik dosis maupun durasinya

dan didapat dengan harga termurah sesuai dengan hasil klinis dan karakter pasien.
Regimen: pengaturan cara hidup dan makan bagi orang sakit.
Reseptor: tempat obat berikatan dalam tubuh.
Resisten: situasi di mana obat tidak lagi memberikan efek terapi.
Roboransia atau Tonikum: obat kuat.
Sanatogen: obat dalam bentuk cairan untuk penguat darah.
Sedativa: obat penenang.
Simtomatik: berkaitan dengan atau sifat dari suatu gejala.
Skabicida: obat kudis.
Therapeutic drug monitoring (TDM): pemantauan kadar obat dalam darah pada pasien
dan melihat profil farmakokinetik untuk optimasi regimen dosis obat.
3

Vasodilatansia: memperlebar pembuluh darah.


Wekamin: obat yg digunakan khusus terhadap stimulasi central dan efek menekan rasa
lapar.

CONTOH OBAT DAN PENGGUNAANNYA


Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia. (UU No. 36 th. 2009)
Contoh Obat dan Penggunaannya
Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua bentuk obat
mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang tidak stabil jika berada dalam
sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut
dalam usus bukan dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek
terapi yang diinginkan sehingga perlu diperhatikan benar etiket obat yang dibuat.
Misalnya tablet dengan kaplet itu berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti obat
maag golongan antasida), seharusnya etiket obat memuat instruksi yang singkat namun benar
dan jelas. Jangan sampai pasien menjadi bingung dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena
itu penting sekali bagi kita semua untuk mengetahui bentuk sediaan obat terlebih dahulu yang
akan merujuk pada contoh obat dan penggunaannya.
Contoh Obat Berdasarkan Macam-Macam Bentuk Sediaan Obat (BSO)
1. Bentuk sediaan padat: pulvis, pulveres, tablet, kapsul.
2. Bentuk sediaan cair: solusio/mikstura, suspensi, emulsi, linimentum, losio.
3. Bentuk sediaan setengah padat: unguentum, him, jeli.
4. Bentuk sediaan khusus: injeksi, supositoria, ovula, spray, inhalasi.
1. Pulvis dan Pulveres (serbuk)
Bahan atau campuran obat yang homogen dengan atau tanpa bahan tambahan berbentuk
serbuk dan relatif stabil, serta kering. Serbuk dapat digunakan untuk obat luar dan obat
dalam. Serbuk untuk obat dalam disebut Pulveres (serbuk yang terbagi berupa bungkusbungkus kecil dalam kertas dengan berat umumnya 300mg sampai 500mg dengan vehiculum
umumya Saccharum lactis) dan untuk obat luar disebut Pulvis adspersorius (serbuk tabur).

Contoh:
Salicyl bedak (Pulv. Adspersorius)
Oralit (Pulvis untuk obat dalam) dalam kemasan sachet
Puyer (Pulveres)
2. Tablet (compressi)
Tablet adalah sediaan padat yang kompak, yang dibuat secara kempa cetak, berbentuk pipih
atau silkuler dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung satu atau
beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. (Berat tablet normal antara 300 600
mg).
Contoh:
Sediaan paten: Tab. Bactrim, Tab. Pehadoxin
Sediaan generik: Tablet parasetamol, Tablet amoksisilin

Tablet Hisap (Lozenges)


Sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan
dasar beraroma dan manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan

dalam mulut.
Contoh: Kalmicyn lozenges
Trochici
Tablet hisap yang dibuat dengan cara kempa, tablet ini disimpan di dalam suhu kamar
28C. Contoh : FG Trochees
Tablet Sublingual
Tablet yang digunakan dengan cara meletakkan tablet dibawah lidah, sehingga zat
aktif diserap secara langsung melalui mukosa mulut.
Contoh : Tablet Cedocard
Tablet Kunyah
Tablet yang penggunaanya dengan dikunyah, memberikan residu dengan rasa enak
dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit, tablet ini
umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai pengikat dan pengisi
yang mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan

penampilan dan rasa.


Contoh: Tablet Plantacid
Tablet Effervescent
Tablet selain mengandung zat aktif, juga mengandung campuran asam (asam sitrat,
asam tartar) dan Natrium bikarbonat , apabila dilarutkan dalam air akan menghasilkan
karbondioksida yang akan memberikan rasa segar.
6

Contoh: Tablet Ca-D- Rhedoxon


Tablet Salut Gula (TSG)
Tablet disalut dengan gula dari suspensi dalam air mengandung serbuk yang tidak
larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau titanium dioksida, yang disuspensikan

dengan gom akasia atau gelatin, sehingga berat tablet bertambah 30-50%.
Contoh: Supra livron
Tablet Salut Film (TSF)
Sediaan ini merupakan tablet kempa cetak yang disalut dengan bahan yang
merupakan derivat cellulose ( film ) yang tipis/transparan, dan hanya menambah berat

tablet 2-3%.
Contoh: Ferro gradumet
Tablet Salut Enterik (TSE)
Sediaan ini disalut dengan tujuan untuk menunda pelepasan obat sampai tablet telah
melewati lambung, dilakukan untuk obat yang rusak atau inaktif karena cairan

lambung atau dapat mengiritasi lambung.


Contoh: Dulcolax 5 mg, Voltaren
Tablet Multilayer
Obat yang dicetak menjadi tablet kemudian ditambah granulasi diatas tablet yang
dilakukan berulang-ulang sehingga terbentuk tablet multiplayer.
Contoh: Bodrex
Tablet Forte
Tablet yang mempunyai komposisi sama dengan komponen tablet biasa tapi
mempunyai kekuatan yang berbeda ( Biasanya 2 kali tablet biasa )
Contoh: Bactrim Forte
Tablet Pelepasan Terkendali
Tablet ini dibuat sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka
waktu tertentu setelah obat diberikan. Sediaan ini ditelan secara utuh, tidak boleh
dikunyah atau digerus. Ada Sediaan Retard yang devide dose artinya bisa dipotong

menjadi beberapa bagian, contoh Quibron-T.


Contoh: Avil retard, Adalat oros
3. Kapsul
Sediaan obat yang bahan aktifnya dapat berbentuk padat atau setengah padat dengan atau
tanpa bahan tambahan dan terbungkus cangkang yang umumnya terbuat dari gelatin.
Cangkang dapat larut dan dipisahkan dari isinya.
a. Kapsul lunak (Soft Capsule): berisi bahan obat berupa minyak/larutan obat dalam
minyak.
Contoh: Natur E
b. Kapsul keras (Hard Capsule): berisi bahan obat yang kering.
Contoh: Ponstan 250 mg
7

4. BSO Cair

Solutio
Sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.
Contoh: Enkasari 120 ml solution, Betadin gargle.

Sirup Kering
Suatu sediaan padat yang berupa serbuk atau granula yang terdiri dari bahan obat,
pemanis, perasa, stabilisator dan bahan lainnya, kecuali pelarut. Apabiola akan
digunakan ditambah pelarut (air) dan akan menjadi bentuk sediaan suspensi.
Contoh Sirup kering: Cefspan sirup (untuk dibuat Suspensi ) Amcillin DS sirup
(untuk dibuat Suspensi)
Contoh sirup: Biogesic sirup, Dumin sirup

Suspensi
Sediaan cair yang mengandung bahan padat dalam bentuk halus yang tidak larut tetapi
terdispersi dalam cairan/vehiculum, umumnya mengandung stabilisator untuk
menjamin stabilitasnya, penggunaannya dikocok dulu sebelum dipakai.
Contoh: Sanmag suspensi, Bactricid suspensi.

Elixir
Larutan oral yang mengandung etanol sebagai kosolven, untuk mengurangi jumlah
etanol bisa ditambah kosolven lain seperti gliserin dan propilenglikol, tetapi etanol
harus ada untuk dapat dinyatakan sebagai elixir. Kadar alcohol antara 3-75%,
biasanya sekitar 315%, keggunaan alcohol selain sebagai pelarut, juga sebagai
pengawet atau korigen saporis.
Contoh: Batugin 300 ml, Mucopect 60 ml (Paediatri).

Tingtura
Larutan mengandung etanol atau hidroalkohol dibuat dari bahan tumbuhan atau
senyawa kimia. Secara tradisional tingtura tumbuhan berkhasiat obat mengandung
10% bahan tumbuhan, sebagian besar tingtura tumbuhan lain mengandung 20% bahan
tumbuhan.
Contoh : Halog 8 ml.

Gargarisma
8

Obat yang dikumur sampai tenggorokan, dan tidak boleh ditelan


Contoh : Betadine 190 ml.

Guttae
Merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi, dimaksudkan untuk obat
dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang
disebutkan farmakope indonesia.
Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain: guttae (obat dalam), guttae oris (tetes
mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae nasales (tetes hidung), guttae
opthalmicae (tetes mata).
Sediaan cair yang pemakaiannya dengan cara meneteskan.
Tetes Oral
Contoh: Multivitaplek 15 ml, Triamic 10 ml, Termagon
Tetes Mata
Contoh: Colme 8 ml, Catarlent 5 ml, Albucid
Tetes telinga
Contoh: Otolin 10 ml, Otopain 8 ml
Tetes Mata dan Telinga
Contoh: Sofradex 3 ml, Kemicort 5 ml
Tetes Hidung
Contoh: Iliadin 10 ml, Vibrosil, Otrivin

Lotion
Sediaan cair yang digunakan untuk pemakaian luar pada kulit.
Contoh: Tolmicen 10 ml

5. BSO Semi Padat

Unguenta (Salep)
Sediaan 1/2 padat untuk digunakan sebagai obat luar, mudah dioleskan pada kulit dan
tanpa perlu pemanasan terlebih dahulu, dengan bahan obat yang terkandung hares
terbagi rata atau terdispersi homogen dalam vehikulum.Umumnya memakai dasar
salep Hidrokarbon (vaselin album dan vaselin flavum), dan dasar salep Absorbsi
(adeps lanae, dan lanolin).
Contoh: Tolmicen 10 ml, Polik oint 5 g

Salep Berlemak (Fatty Ointment)


Suatu sediaan obat berbentuk setengah padat yang mudah dioleskan, bahan
obat hares terdispersi homogen dalam dasar salep yang bebas air (berlemak).
9

Contoh: Nerisona fatty oint

Salep Mata
Contoh: Cendocycline 1%, 3,5 gram, Cendomycos 3,5 g, Kemicitine 5g

Jelly (Gel)
Sediaan semi padat yang sedikit cair, kental dan lengket yang mencair waktu kontak
dengan kulit, mengering sebagai suatu lapisan tipis, tidak berminyak. Pada umumnya
menggunakan bahan dasar larut dalam air (PEG, CMG, Tragakanta)
Contoh: Bioplasenton Jelly 15 mg, Voltaren Emulgel 100 g

Cream
Sediaan semi padat yang banyak mengandung air, sehingga memberikan perasaan
sejuk bila dioleskan pada kulit, sebagai vehikulum dapat berupa emulsi 0/W atau
emulsi W/O.
Contoh: Chloramfecort 10 g, Hydrokortison 5g, Scabicid 10 g

Pasta
Masa lembek dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentu serbuk dalam
jumlah besar (40-60%), dengan vaselin atau paraffin cair atau bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilage, sabun.
Contoh: Pasta Lassari

6. Bentuk Sediaan Lain

BSO Gas/Aerosol
Sediaan yang mengandung satu atau lebih zat berkhasiat dalam wadah yang diberi
tekanan, berisi propelan yang cukup untuk memancarkan isinya hingga habis,
sedangkan cara penggunaanya dengan ditekan pada tutup botol sehingga
memancarkan cairan dan atau bahan padat dalam media gas. Produk aerosol dapat
dirancang untuk mendorong keluar isinya dalam bentuk kabut halus, kasar, semprotan
basah atau kering atau busa.

Inhalasi
Obat atau larutan obat yang diberikan lewat nasal atau mulut dengan cara dihirup
dimasudkan untuk kerja setempat pada cabang-cabang bronchus atau untuk efek
sistemik lewat paru-paru.
Spray

10

Larutan air atau minyak dalam tetesan kasar atau sebagai zat padat yang
terbagi halus untuk digunakan secara topical, saluran hidung, faring atau kulit
Contoh:
Bricasma Inhaler 400 dose Metered Aerosol
Bricasma Turbuhaler 200 dose serbuk inhaler
Ventolin Rotahaler 200 mcg
Ventolin Rotacaps
Pulmocort Turbuhaler100 mcg/doses 200 dose Serbuk inhaler
Beconase Nasal Spray200 Doses

Injeksi
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus
dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikan
dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya agar kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat
menerima pengobatan melalui mulut.
1) Injeksi dalam Bentuk Larutan
Contoh:
Aminophylin vial 10 ml
Dilantin ampul 2ml
Glukosum flacon 10 ml
ATS ampul 1 ml
Delladyl vial 15 ml
2) Injeksi dalam Bentuk Suspensi
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase
cair. macam suspensi antara lain: suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi
topikal (penggunaan pada kulit) suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi
optalmik, suspensi sirup kering.
Contoh:
Procaine PenicillinG Flacon 10 ml
Cortisone acetat 100 ml
3) Injeksi dalam Bentuk Serbuk kering
Contoh:
Chloramex vial 1000 mg
11

Streptomysin Sulfat Vial 5g


Kemicitine succinate Vial 1000 mg

Vaginal Dosage Form


Sediaan ini untuk vagina dapat berbentuk cair, padat, setengah padat yang cara
penggunaannya dengan menggunakan aplikator (alat khusus) dimasukkan kedalam
liang vagina sedalam-dalamnya. Untuk Tablet vagina dapat dimasukkan langsung
dalam rongga vagina. Berefek lokal sebagai antiseptik, antiinfeksi, dan kouterisasi.
Contoh:
Betadine 100 ml
Canesten SD
Flagystatin
Albothyl (Ovula)

Suppositoria
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan padat yang mengandung obat, cara
penggunaanya dengan memasukkanya kedalam salah satu rongga tubuh.Suppositoria
yang dimasukkan rectum disebut Suppositoria rectal dan bertujuan untuk efek lokal
atau sistemik, sedang yang dimasukkan vagina disebut ovula, untuk efek lokal.
Penggunaan lokal: memudahkan defekasi serta mengobati gatal,iritasi, dan
inflamasi karena hemoroid.
Penggunaan sistematik: aminofilin dan teofilin untuk asma,klorpromazin
untuk anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan hipnitif,aspirin untuk
analgesik antipiretik.

Untuk tujuan sistemik cocok untuk obat-obat yang:


o Iritasi dan toksik di Gastrointestinal
o Tidak stabil pada pH Gastrointestinal
o Dirusak oleh enzim di Gastrointestinal
o Rasa tidak menyenangkan.

Dalam pemakaiannya perlu diperhatikan tentang:


o Kegiatan pasien dalam hal cara penggunaan dan waktunya, agar
mendapatkan efek yang optimal (pagi hari setelah defekasi dan atau
malam hari menjelang tidur, sambil tiduran).
o Absorbsi bahan aktif sering tidak sempurna.
o Dapat menyebabkan proktitis
12

Contoh:

Anusol, obat dimasukkan kedalam dubur, pagi atau sore hari setelah BAB

Flagyl

Dulcolax 10 mg

Primperan 10 mg atau 20 mg

Penggunaan Obat Transdermal


Suatu sistem dimana bahan obat yang terdapat pada permukaan kulit menembus
beberapa lapisan kulit dan masuk sirkulasi sistemik. Bentuk sediaan ini terdapat
beberapa ukuran yang berhubungan dengan konsentrasi obat.
Cara penggunaanya tergantung bahan obat, ada yang ditempelkan dipunggung, lengan
atas, pundak, belakang telinga.
Contoh:
-

Nitroderm TTS

Nitrodisc. Ditempelkan di punggung atau lengan atas

13

RUTE PERJALANAN OBAT


1. Oral
Pemberian obatnya melalui mulut. Kecepatan absorbsi obat melalui cara ini
tergantung pada ketersediaan obat terhadap cairan biologik yang disebut ketersediaan
hayati. Urutan berkurangnya ketersediaan hayati dari bentuk obat ialah: larutan suspensi oral - kapsul - tablet - tablet bersalut. Untuk mecnapai efek lokal dalam usus
juga digunakan pemberian oral, misalnya obat cacing dan antibiotika untuk
mensterilkan lambung-usus pada infeksi atau sebelum operasi (streptomisin,
kanamisin, neomisin, beberapa sulfomida). Obat-obat ini justru tidak boleh diresorpsi,
begitu pula zat kontras Rontgen yang dipakai untuk membuat foto lambung dan usus.
Rute perjalanan obatnya adalah melalui mulut masuk saluran intestinal (lambung),
penyerapan obat melalui membran mukosa pada lambung dan usus, memberi efek
sistematik.
2. Sublingual
Obat dikunyah halus dan diletakkan di bawah lidah (sublingual), di mana
berlangsung resorpsi oleh selaput lendir setepat ke vena-vena lidah yang sangat
banyak. Obat ini akan langsung masuk ke peredaran darah besar tanpa melalui hati.
Untuk mengurangi risiko perangsangan selaput lendir mulut, maka hanya obat yang
bersifat lipofil dapat diberikan dengan cara ini.
3. Injeksi
Pemberian obat secara parental (di luar usus) biasanya dipilih bila dikehendaki
efek yang cepat dan kuat; atau untuk obat yang merangsang atau dapat dirusak oleh
getah lambung, atau tidak diresorpsi usus (streptomisin), begitu pula pada keadaan
pasien yang tidak sadar atau tidak mau bekerjasama. Terdapat bahaya infeksi dengan
kuman (harus steril) dan bahaya merusak pembuluh atau syaraf jika tempat suntikan
tidak dipilih dengan tepat. Adapun macam-macam rute obat secara paretal ialah:
Injeksi intrakutan/intradermal (i.k/i/d) disuntikkan sedikit (0,1-0,2 ml) dalam
kulit untuk tujuan diagnosa yaitu menentukan penyakit. Rutenya melalui
(menembus kulit), memberi efek sistematik.
14

Injeksi subkutan/hipodermik (s.k/h.d) disuntikkan di bawah kulit ke dalam


alveola dan obatnya lambat diabsorbsi; jadi intensitas efek sistemiknya dapat
diatur.
Injeksi intra muskuler (i.m.) disuntikkan masuk otot daging. Injeksi dapat
berupa larutan, suspensi atau emulsi. Dipakai jenis suspensi dan emulsi
dimaksudkan untuk memperoleh efek yang diperpanjang.
Injeksi intravena (i.v.) disuntikkan langsung ke dalam pembuluh darah.
Larutan injeksinya harus jernih. Infus, volum cairan yang besar, banyak
mengandung elektrolit, mengandung substansi nutrisi esensial adalah salah
satu contoh injeksi intravena.
Inkeksi intratekal (i.k.) intraspinal intrasdural, disuntikkan ke dalam sumsum
tulang belakang (antara 3-4 atau 5-6 lembar vertebrata) yang ada cairan
cerebrospinal.
Injeksi intraperitoneal (i.p.) ekstra dural, epidural disuntikkan ke dalam
epidura, di atas durameter, lapisan penutup otak terluar dan sumsum tulang
belakang.
Intrasnsternal (i.s.) disuntikkan ke dalam saluran sumsum tulang belakang
dasar otak.
Intakardial (i.k.d.) langsung ke dalam jantung.
4. Implantasi subkutan
Obat dalam bentuk pellet steril (tablet silindris kecil) dimasukkan di bawah
kulit dengan suatu alat khusus (trocar). Terutama digunakan untuk efek sistematis
lama, misalnya hormon-hormon kelamin (estradiol dan testosteron) dan DOCA.
5. Rektal
Pemberian obat melalui rektum (dubur) layak sekali untuk obat yang
merangsang atau yang dapat dirusak asam lambung, biasanya dalam bentuk
suppositorium (pil taruh), kadang-kadang sebagai cairan (klisma: 2-10ml, lavemen:
10-100ml).
6. Intranasal
Masuknya melalui hidung, digunakan tetes hidung pada selesma untuk
menciutkan mukosa yang berngkak (efedrin, ksilometazolin, dan sebagainya).
Kadang-kadang juga efek sistematis, misalnya vasopresin dan kortikosteroida
(beklometason, flunisolida).
15

7. Aural
Diteteskan pada lubang telinga, memberi efek lokal.
8. Intraokular
Diteteskan pada mata, memberi efek lokal.
9. Inhalasi (intrarespiratorial)
Gas dan zat terbang seringkali diberikan sebagai inhalasi, yaitu larutan obat
yang disemprotkan ke dalam mulut dengan alat aerosol. Semprotan obat dihirup
dengan udara dan resorpsi terjadi oleh mukosa mulut, tenggorokan, dan saluran napas.
Tanpa melalui hati, obat dengan pesat memasuki peredaran darah dan menghasilkan
efeknya. Yang digunakan secara inhalasi adalah anastetika umum (eter, halotam) dan
obat-obat asma (adrenalin, isoprenalin, deksametason, dan beklometason) dengan
maksud mencapai kadar setempat yang tinggi dengan efek terhadap bronchia.
10. Intravaginal
Untuk mengobati secara lokal gangguan vagina, tersedia salep atau tablet yang
harus dimasukkan ke dalam vagina dan melarut di situ, misalnya metronidazol dan
pimasirin pada vaginalis (radang) akibat parasit-parasit trichomonas dan candida.
Obat dapat pula digunakan sebagai bilasan untuk mencegah kehamilan, di mana zat
spermisid (mematikan sel-sel mani) dimasukkan dalam bentuk tablet berbusa, krim,
atau foam ke dalam vagina.
11. Kulit (topikal)
Penggunaan obat pada kulit dimaksudkan untuk memperoleh efek pada atau di
dalam kulit. Bentuk obatnya dapat berupa padat, cair, dan semi padat. Hal ini
mengacu pada fungsi salep, yaitu sebagai pembawa obat untuk pengobatan kulit,
pelumas pada kulit, dan pelindung terhadap rangsang pada kulit, bakteri, dan alergan.

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim._____.

Kamus

Farmasi.

Jakarta:

Kementrian

Kesehatan.

(Online).

http://binfar.kemkes.go.id/kamus/ (diakses pada 17 Pebruari 2015 pukul 19.38 WIB).


Chai, Liang. 2012. Istilah-Istilah Kefarmasian. (Online). https://ml.scribd.com /doc /
104633074/Kamus-Kecil-Farmasi-NON-REGULER-09-2. (diakses pada 17 Pebruari
2015 pukul 19.55 WIB).
Selly. 2009. Macam-macam Obat dan Tujuan Penggunaannya. (Online) http://www.
dechacare.com/Macam-Macam-Obat-dan-Tujuan-Penggunaannya-I461-1.html
(diakses pada 16 Pebruari 2015 pukul 14:31 WIB).
Sulistyowati, Eddy. 2010. Diktat: Obat dan Pengaruhnya Terhadap Tubuh Manusia.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai