Anda di halaman 1dari 8

BAB 9

MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, DAN STRATEGI AUDIT AWAL


MATERIALITAS
Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit
yang harus dikeluarkan. FASB 2 mendefinisikan materialitas sebagai besarnya penghapusan
atau salah saji informasi keuangan yang, demgan memperhitungkan situasinya, menyebabkan
pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalakan informasi tersebut mungkin
akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
Karena auditor bertanggung jawab apakah laporan keuangan salah saji secara
material, maka auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material dan
menyampaikannya kepada klien sehingga bisa dilaukan tindakan koreks. Auditor mengikuti
lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas.
Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas
Langkah 1
Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang

Langkah 2

Merencanakan luas
pengujian

Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang


materialitas ke segmen-segmen

Langkah 3
Mengestimasi total salah saji dalam segmen

Langkah 4
Memperkirakan salah saji gabungan

Mengevaluasi hasil-

Langkah 5
Membandingkan salah saji gabungan dengan
pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tentang

MENETAPKAN PERTIMBANGAN PENDAHULUAN TENTANG MATERIALITAS

Faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertimbangan pendahuluan auditor tentang


materialitas untuk seperangkat laporan keuangan tertentu :
1. Materialitas adalah konsep yang bersifat relatif ketimbang absolut
2. Dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas
3. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas
MENGALOKASIKAN
MATERIALITAS

KE

PERTIMBANGAN
SEGMEN-SEGMEN

PENDAHULUAN
(SALAH

SAJI

TENTANG

YANG

DAPAT

DITOLERANSI)
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-segmen perlu
dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segemen dan bukan untuk laporan
keuangan

secara

keseluruhan.

Auditor

menghadapi

tiga

kesulitan

utama

dalam

mengalokasikan materialitas pada akun-akun neraca :


1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji
dibanding akun-akun lainnya
2. Baik lebih saji ataupun salah saji harus dipertimbangkan
3. Biaya audit relatif mempengaruhi pengalokasian ini
Pada akhir audit, auditor harus menggabungkan semua salah saji aktual dan yang
diestimasi. Selanjutnya auditor harus membandingkannyadengan pertimbangan pendahuluan
tentang materialitas.
MENGESTIMASI

SALAH

SAJI

DAN

MEMBANDINGKAN

DENGAN

PERTIMBANGAN PENDAHULUAN
Ketika meleksanakan prosedur audit untuk setiap segmen audit, auditor membuat kertas
kerja untuk mencatat semua salah salah saji yang ditemukan.salah saji yang ditemukan dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Salah saji yang diketahui (Salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan
oleh auditor)
2. Salah saji yang mungkin ( Salah saji yang mungkin terbagi menjadi dua jenis,yaitu
salah saji yang berasal dari perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor
tentang estimasi saldo akun serta proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor
atas sampel dari populasi)
proyeksilangsung estimasi sala h saji=
sala h saji bersi h dalam sampel
X total nilai populasi yang tercatat
total sampel

RISIKO
Terdapat hubungan yang erat antara materialitas dan resiko. Auditor menerima
beberapa tingkat risiko atau ketidak pastian dalam melaksanakan fungsi audit. Auditor yang
efektif akan mengakui bahwa memang ada risiko dan akan menangani risiko tersebut dengan
tepat
Model risiko audit
PDR =

AAR
IR XCR

PDR : risiko diteksi yang direncanakan

IR : risiko inheren

AAR : risiko audit yang dapat diterima

CR : risiko pengendalian

Ilustrasi perbedaan bukti antar siklus

Siklus
Siklus
penjualan dan pembelian
penagihan
dan
pembanyaran
Penilaian
auditor Memperkiran
Memperkiran
atas ekspektasi salah beberapa salah banyak salah
saji yang material saji
saji
sebelum
(sedang)
(tinggi)
pengendalian
internal
(risiko inheren)
Penilaian
auditor Keefektifan
Keefektifan
atas
keefektifan sedang
tinggi
pengendalian
(sedang)
(rendah)
internal
untuk
mencegah/
mendeteksi salah saji
yang material
( risiko pengendalian
)
Kesediaan
auditor Kesediaan
Kesediaan
untuk membiarkan rendah
rendah
salah
saji
yang (rendah)
(rendah)
material tetap ada
setelah
menyelesaikan audit
(resiko audit yang
dapat diterima)
Perencanaan
luas Level sedang
Level sedang

Siklus
penggajian
dan
personalia
Memperkiran
sedikit salah
saji
(rendah)

Siklus
Siklus
persediaan dan perolehan dan
pergudangan
pembayaran
kembali modal
Memperkiran
Memperkiran
banyak
salah sedikit
salah
saji
saji
(tinggi)
(rendah)

Keefektifan
tinggi
(rendah)

Keefektifan
rendah
(tinggi)

Keefektifan
sedang
(sedang)

Kesediaan
rendah
(rendah)

Kesediaan
rendah
(rendah)

Kesediaan
rendah
(rendah)

Level rendah

Level tinggi

Level sedang

bukti yang akan (sedang)


dikumpulan auditor
(risiko deteksi yang
direncanakan)

(sedang)

(tinggi)

(rendah)

(sedang)

JENIS-JENIS RISIKO
Terdapat empat jenis risiko, yaitu :
1. Planned Detection Risk (PDR : Risiko Deteksi Terencana)
Ukuran risiko bahwa bukti audit atas segmen tertentu akan gagal mendeteksi keberadaan
salah saji yang melebihi suatu nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi. Point utama :
PDR hanya akan berubah jika auditor melakukan perubahan pada salah satu dari
ketiga faktor lainnya tersebut.
Risiko ini menentukan nilai bukti substantif yang direncanakan oleh auditor untuk
dikumpulkan, yang merupakan kebalikan dari ukuran PDR itu sendiri.
2. Inheren Risk (IR : Risiko Inheren)
Suatu ukuran yang dipergunakan auditor dalam menilai adanya kemungkinan bahwa
terdapat sejumlah salah saji yang material (kekeliruan/kecurangan) dalam suatu segmen
sebelum ia mempertimbangkan keefektifan dari pengendalian intern yang ada atau
kerentanan laporan keuangan terhadap timbulnya salah saji yang material.
Hubungan antara IR PDR Bukti audit yang direncanakan : IR saling berlawanan
dengan PDR tapi memiliki hubungan yang searah dengan bukti audit.
3. Control Risk (CR : Risiko Pengendalian)
Ukuran yang dipergunakan auditor untuk menilai kemungkinan terdapat sejumlah salah
saji material yang melebihi nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi atas segmen
tertentu akan tidak terdeteksi oleh pengendalian intern yang dimilki klien. CR
memperlihatkan :
Penilaian tentang keefektifan pengendalian intern yang dimiliki klien untuk mencegah
atau mendeteksi salah saji. Kehendak auditor membuat penilaian tersebut senantiasa
berada di bawah nilai maksimum (100%) sebagai bagian dari rencana audit yang
dibuatnya.
4. Acceptable Audit Risk (AAR : Risiko Akseptibilitas Audit)
Ukuran atas tingkat kesediaan auditor untuk menerima kenyataan bahwa laporan
keuangan mungkin masih mengandung salah saji yang material setelah audit selesai
dilaksanakan serta suatu laporan wajar tanpa syarat telah diterbitkan.
Ketika auditor memutuskan untuk menetapkan suatu tingkat AAR yang lebih rendah,
berarti bahwa auditor ingin memperoleh tingkat keyakinan yang lebih tinggi bahwa
laporan keuangan tidak mengandung salah saji yang material.
MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA

Auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian menggunakannnya untuk


memodifikasi risiko audit yang dapat diterima. Derajat ketergantungan pemakai eksternal
pada laporan keuangan adalah ukuran klien, distribusi kepemilikan, sifat dan jumlah
kewajiban.

Faktor-faktor

Metode yang digunakan praktisi untuk menilai risiko audit yang

Ketergantungan

dapat diterima
1. Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan kaki
2. Membaca notulen rapat dewan direksi untuk menentuukan

pemakai eksternal pada


laporan keuangan
Kemungkinan
terjadinya

kesulitan

keuangan

rencana masa depan


3. Menelaah formulir 10K untuk perusahaan terbuka
4. Mambahas rencana pembiayaan dengan manajemen
1. Menganalisis laporan keuangan untuk mengenali dengan
menggunakan rasio serta prosedur analitis lainnya
2. Menelaah laporan arus kas historis dan yang diproyeksikan

Integrasi manajemen

untuk mempelajari sifat arus kas masuk dan arus kas keluar
Mengikuti prosedur yang dibahas pada bab 8 tentang
penerimaan dan kelanjutan klien

MENILAI RISIKO INHEREN


Pencantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu konsep terpenting
dalam auditing. Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor-faktor utama ketika
menilai risiko inheren, antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Sifat bisnis klien


Hasil audit sebelumnya
Penugasan awal versus penugasanberulang
Pihak-pihak yang terkait
Transaksi nonrutin
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat
Unsur-unsur populasi
Faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang tepat
Faktor yang berkaitan dengan misapropriasi aktiva

HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI RISIKO
Sebagai tambahan untuk memodifikasi bukti audit, ada cara lain di mana auditor bias
mengubah audit untuk merespon risiko, yaitu apabila bila perjanjian tersebut mungkin
membutuhkan staf yang lebih berpengalaman dan perjanjian akan ditelaah kembali lebih teliti
daripada biasanya.

Risiko audit untuk segmen-segmen


Risiko akseptibilitas audit umumnya ditetapkan oleh auditor selama fase perencanaan dan
ditetapkan pada tingkat yang sama bagi setiap siklus dan akun utama.beberapa auditor
menggunakan tingkat risiko akseptibiltas yang sama atas keseluruhan penugasan audit bagi
tiap segmen auditnya.
Mengaitkan nilai salah saji yang masih dapat ditoleransi dan risiko-risiko kepada
tujuan audit yang terkait dengan saldo.
Para auditor dapat mengasosiasikan sebagian besar resiko pada berbagi tujuan audit yang
berbeda dengan efektif, menentukan hubungan antara suatau resiko dengan satu atau dua
tujuan audit cukup mudah dilakukan.
Batasan Batasan Pengukuran
Satu batasan utama dalam penerapan modelresiko audit ini adalah kesulitan pengukuran
berbagai komponen model. Sebagian besar auditor menggunakan istilah pengukuran yang
lebar dan subyektif, seperti rendah, sedang dan tinggi.
Merupakan hal yang cukup sulit untuk suatu auditor dalam mengukur jumlah bukti audit
yang diperlukan bagi suatu tingkat rencana deteksi terencana tertentu . dalam menerapkan
model risiko audit, auditor sanagt memperhatikan masalah overauditing dan underauditing.
Tapi yang paling banyak diperhatikan adalah underauditing, karana hal ini dapat membuat
auditor bermasalah dengan hukum.
Kertas kerja atas perencanaan pengumpulan bukti audit dari uji rincian saldo.
Para praktisi audit mengembangkan beragam jenis kertas kerja untuk membantu mereka
dalam menghubungkan berbagai pertimbanagn yang dapat mempengaruhi bukti audit.
Sehingga mereka dapat menentukan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan
Hubungan antara risiko, materialitas, dan bukti audit.
Konsep-konsep materialtitas dan risiko dalam auditing saling terkait erat dan tak
terpisahkan. Risiko merupakan pengukuran atas ketidakpastian, sementara materialitas
merupakan suatu pengukuran atas ukuran atau besaran. Secara bersama kedua hal tersebut
mengukur tingkat ketidakpastian suatu nilai pada suatu besaran tertentu.
Faktor-faktor yang mempengruhi risiko
Ketergantungan pemakai eksternal
Kemungkinan kegagalan keuangan
Integritas manajemen

Risiko

Bukti audit

Risiko audit
yang dapat
diterima

Sifat bisnis
Hasil audit sebelumnya
Penugasan awal vs penugasan berulang

Risiko
T
Risiko
pengendalian
inheren

Risiko L
deteksi
terncana

Bukti audit
yang
direncanakan
L

Pihak-pihak yang terkait


Transaksi nonrutin
Pertimbangan yang diperlukan

untuk

mencatat saldo akun dan transaksi dengan

tepat
Unsur-unsur populasi
Faktor yang berkaitan dengan salah saji yang
timbul akibat pelaporan keuangan yang

curang
Kerentanan aktiva terhadap misapropriasi

Efektifitas pengendalian internal


Rencana pengandalan

L = hubungan langsung ; T = hubungan terbalik

MENGEVALUASI HASIL
Setelah auditor melakukan perencanaan penugasan dan mengumpulkan bukti audit, hasilhasil audit dapat dinyatakan pula dalam sejumlah istilah dari versi evaluasi atas model risiko
audit. Dalam SAS 47, model risiko audit untuk mengevaluasi hasil-hasil audit ini dinyatakan
sebagai berikut:
Dimana:
AcAR = risiko audit yang tercapai
IR

= risiko inheren

CR

= risiko pengendalian

AcDR = risiko deteksi yang dicapai


Terdapat tiga cara untuk mengurangi tingkat risiko audit yang tercapai hingga mencapai
satu tingkat risiko yang dapat diterima :
1. Mengurangi tingkat risiko inheren
2. Mengurangi tingkat risiko pengendalian
3. Mengurangi tingkat risiko deteksi yang tercapai dengan meningkatkan uji-uji audit yang

subtantif.
MEREVISI RISIKO-RISIKO DAN BUKTI AUDIT
Auditor harus melakukan pertimbangan yang sangat hati-hati saat membuat keputusan,
dengan berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan, bahwa penilaian awal atas risiko
pengendalian atau risiko inheren telah ditetapkan terlalu rendah atau risiko aseptabilitas audit
yang ditetapkan terlalu tinggi. Dalam situasi semacam ini auditor mengikuti suatu pendekatan
dua langkah. Pertama auditor harus merevisi penilaia awal tentang tingkat risiko yang tepat.
Kedua, auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi tersebuit terhadap kebutuhan akan
bukti audit, tanpa mempergunakan model risiko audit.

Anda mungkin juga menyukai