PEMICU 2
MODUL REPRODUKSI
Disusun Oleh :
Kelompok Diskusi 4
Fransisca A. Utami
Rio Wira Pratama
Ismi Wulandari AS
Venny Hillery Wahyuni
Assa Ayu Marsitha
Yohanes
Afifah Mukarommah
Muhammad Luthfi Taufik
Ni'matul Muthmainnah
Alvin Pratama Jauharie
Wenny Rupina
Jahari
I11108008
I11111004
I11111013
I11111021
I11111022
I11111024
I11111037
I11111049
I11111054
I11111063
I11111067
I11111075
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu 2
Panji, seorang laki-laki berusia 23 tahun sedang mengendarai sepeda
motor dengan kecepatan 70 km/jam ketika tiba-tiba melintas seekor
kucing. Panji berusaha menghindari kucing tersebut, Ia membanting
stir ke arah kiri , tetapi sepeda motornya oleng dan membentur trotoar.
Panji terlempar dari
gangguan
Baal
Ekstensi
Kateter vena
Bidai
e. Sensibilitas
f. Bengkak
Kecelakaan
Lalu Lintas
pemeriksaa
n
Pertolongan
Pertama
Diagnosis
Aspek
Medikolega
l
Anamnesis : - bunyi krek
-T. tangan baal
- sulit
menggenggam
Pemfis : - siku bengkak
- Gang. Sensibilitas
- Gang. Motorik jari
kanan
p. penunjang
(radiologi)
fraktur
metode
ulna
radius
penyulit
Kompresi saraf
Tatalaksana
Sistem
kompertemen
Terapi
bedah
Non
Bidai & kateter
vena
1.6. Hipotesis
Lengan kiri Panji diduga mengalami fraktur didaerah proksimal
region antebrachii yang disertai terjadinya krompresi saraf N.
Medianus dan N. Radialis yang menyebabkan gangguan sensibilitas
dan motorik.
1.7. Pertanyaan Diskusi
a. Anatomi lengan bawah
1. Tulang
2. Otot
3. Saraf
b. Kinesiology jari normal
c. Fraktur
1. Definisi
2. Etiologi
3. Jenis- jenis
4. Patofisiologi fraktur
- Bagaimana mekanisme nyeri pada fraktur?
- Mengapa terjadi bengkak pada siku?
- Apa yang menyebabkan bunyi krek?
5. Proses penyembuhan fraktur
6. Faktor- faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur.
7. Komplikasi fraktur
- Baal pasca fraktur
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
- Lainnya
8. Pemeriksaan
- Bagaimana pemeriksaan radiologi pada lengan bawah?
9.. Tatalaksana
- Apa fungsi kateter vena?
- Apa tujuan pemasangan bidai?
- Mengapa pada saat dibaringkan posisi tangan Panji harus
ekstensi?
d. Bagaimana aspek medikolegal pada kecelakaan?
BAB II
PEMBAHASAN
a. Anatomi lengan bawah
1. Tulang Ulna dan Radius (Tulang Lengan Bawah)
a. Radius
Sumber: Putz, R. ,R. pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta edisi 22. Jakarta : EGC
margo
interossea
yang
tajam
untuk
melekatnya
b. Ulna
Sumber: Putz, R. ,R. pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta edisi 22.
Jakarta : EGC
Fungsi sensorik
Rr. musculares
N. musculocutaneus
N. medianus
N. ulnaris
N. cutaneus brachii
medialis
N. cutaneus antebrachii
medialis
N. axillaris
N. radialis
M.teres major
M. longus colli, M. longus
capits
M. coracobrachilis, M.
biceps brachii,
M.brachialis
M. pronator teres, M.
flexor carpi radialis, M.
Palmaris longus, M. flexor
digitorium superficialis, M.
flexor pollicis longus, M.
flexor digitorium
profundus (bagian radial),
M. pronator quadrates, M.
flexor pollicis brevis
(Caput superficiale), M.
opponens pollicis, Mm.
lumbricales I, II
M. flexor carpi ulnaris, M.
flexor digitorium
profundus (bagian ulnar),
M. Palmaris brevis, M.
flexor digiti minimi, M.
opponens digiti minimi, M.
abductor digiti minimi, M.
flexor pollicis brevis
(Caput profundum), M.
adductor pollicis, Mm.
lumbricales III, IV, Mm,
interossei
M. deltoideus, M. teres
minor
M. triceps brachii, M.
anconeus, M.
brachioradialis, M.
extensor carpi radialis
longus, M. extensor carpi
radialis brevis, M.
supinator, M. extensor
digitorium, M. extensor
pollicis longus, M.
abductor pollicis longus,
M. extensor pollicis brevis,
M. extensor indicis, M.
extensor carpi ulnaris
Sumber: Putz , R. ,R. pabst. 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta edisi 21. Jakarta : EGC
Putz, R. ,R. pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta edisi 22. Jakarta : EGC
Mengepalkan Tangan
Mengepalkan yangan disempurnakan oleh flexio
articulatio metacarpophalangea dan interphalangea jari serta
pollex. Posisi ini dilakukan oleh kontraksi otot-otot flexor
panjang jari dan pollex. Supaya gerakan ini efisien, harus ada
kontraksi sinergis dari m. extensor carpi ulnaris, m. extensor
carpi radialis longus dan brevis agar dapat mengextentiokan
articulatio radiocarpalis. [32]
Dengan kekuatan yang memadai, hanya trauma yang
melebihi daya lentur tersebt yang dapat mengakibatkan fraktur.
Bila terjadi fraktur tertutup pada tulang maka tulang yang patah
tersebut tidak dapat dilihat karena tulang tersembunyi dibalik
kulit, fasia, bahkan otot. Gejala klinis yang dapat membedakan
frak
c. Fraktur
1. Definisi fraktur
Fraktur merupakan istilah dari hilangnya kontinuitas tulang,
tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian. Secara
umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan trauma fisik.
Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi lengkap/ tidak lenglap. [16]
Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,
sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan ketebalan
tulang. Pada beberapa keadaan trauma musculoskeletal, fraktur dan
dislokasi terjadi bersamaan. Hal ini terjadi apabila disamping
kehilangan hubungan yang normal antar kedua permuaan tulang
disertai pula fraktur sendi tersebut. [16]
2. Etiologi
Pada trauma mussuloskeletal yang dapat menjadi fraktur
dapat dibagi menjadi trauma langsung dan tidak langsung. [16]
a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang
dan terjadi pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan.
b. Trauma tidak langsung
Suatu kondisi trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur. Misalnya, jatuh dengan tangan ekstensi
dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada keadaan ini
biasanya jaringan linak tetap utuh.
Fraktur dapat juga terjadi ketika tekanan yang menimpa
tulang lebih besar dari pada daya tahan tulang akibat trauma.
Fraktur terjadi Fraktur terjadi karena penyakit tulang seperti tumor
tulang, osteoporosis yang disebut fraktur pathologis. Fraktur stress
atau fatigue, fraktur yang fatigue biasanya sebagai akibat dari
penggunaan tulang secara berlebihan yang berulang ulang. [16]
3. Klasifikasi fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi dalam klasifikasi penyebab,
klasifikasi jenis, klasifikasi klinis, dan klasifikasi radiologis. [16]
a. Klasifikasi penyebab
1. Fraktur traumatik
Disebabkan oleh trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar. Tulang tidak mampu menahan trauma
tersebut sehingga terjadi fraktur.
2. Fraktur potologis
Disebabkan oleh kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada daerahdaerah tulang yang telah menjadi yang telah menjadi lemah karena
tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali
menunjukan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari
fraktur- fraktur semacam ini adalah tumor, baik primer maupun
metastasis.
3. Fraktur stress
Disebabkan oleh trauma yang terus menerus pada suatu tempat
tertentu
b. Klasifikasi jenis fraktur
1. Fraktur terbuka, terdiri dari 3 derajat:
a. Derajat I
- Luka < 1cm
- Kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka
remuk
- Fraktur sederhana, transversal
- Kontaminasi minimal
b. Derajat II
- Laserasi > 1 cm
- Kerusakan jaringan lunak tidak luas
- Fraktur komunitif sedang
- Kontaminasi sedang
c. Derajat III
- Jaringan lunak yang menutupi tulang adekuat, ada laserasi
fraktur segmental
- Kehilangan jaringan lunak, fraktur terpapar atau
terkontaminasi
2. Fraktur tertutup
3. Fraktur kompresi
4. Fraktur stress
5. Fraktur avulsi
6. Greenstick fracture (fraktur lentuk/ salah satu tulang patah sedang
sisi lain membengkak)
7. Fraktur transversal
8. Fraktur kominutif (tulang pecah menjadi beberapa fragmen)
9. Fraktur imppaksi (sebagian fragmen tulang masuk ke dalam tulang
lain)
c. Klasifikasi Klinis
1. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh
fragmen tulang sehingga lokasi fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan atau tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka
Fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka
pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk dalam atau dari luar.
3. Fraktur dengan komplikasi
Fraktur yang disertai dengan komplikasi misalnya mal-union,
delayed union, non- union, serta infeksi tulang
d. Klasifikasi Radiologis
1. Fraktur transversal
Frakttur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang
tulang. Apabila dikontrol dengan bidai gips dapat stabil
2. Fraktur kominutif
Serpihan- serpihan/terputusnya keutuhan jaringan dimana terdapat
lebih dari dua fragmen tulang.
3. Fraktur oblik
Fraktur yang membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini sulit di
perbaiki dan tidak stabil.
4. Fraktur segmental
Fraktur berdekatan pada satu tulang yang menyebabkan terpisahnya
segmen sentral dari suplai darahnya. Fraktur ini sulit di tangani,
biasanya satu ujung yang tidak memiliki pembuluh darah akan sulit
sembuh dan mungkin memerlukan pengobatan secara bedah.
5. Fraktur impaksi/ kompresi
Fraktur ini terjadi ketika 2 tulang menumbuk tulang yang berada
diantaranya, seperti misalnya tulang vertebra dengan 2 vertebra
lainnya (sering disebut dengan brust fracture).
6. Fraktur spinal
Timbul akibat torsi pada ekstermitas. Khasnya pada cedera terputar
sampai tulang patah. Fraktur ini cepat sembuh dengan imobolisasi
luar.
4. Patofisiologi fraktur
a. Bagaimana mekanisme nyeri pada fraktur?
Menurut International Association for the Study of Pain
(IASP) tahun 1986 nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
adanya kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi,
atau dideskripsikan berdasarkan kerusakan tersebut. Jadi, nyeri
yang dirasakan orang lain karena tertusuk duri sama dengan
nyeri yang dirasakan terhadap orang lain lagi itu sama karena
tergantung dari pengalaman sensorik dan emosional masingmasing orang untuk mengungkapkannya sebagai suatu Nyeri.
Jadi nyeri itu bersifat subjektif dan merupakan suatu sensasi
sekaligus emosi.
Klasifikasi nyeri dibedakan berdasarkan durasi dan
patofisiologi.
Berdasarkan durasinya :
ada trauma.
Nyeri neuropathic : Nyeri neuropathic ini berkaitan dengan
gangguan atau disfungsi dari jaringan saraf.
Pain
Stimulation of
nociceptors
Somatic
pain
Viscera
pain
Fast pain
slow pain
Referred
pain
Non-nocicieptor
pain
Inflamatory
Neuropathic
pain
Lesions to
nerves or
cns
Central
neuropathic
pain
Muscle pain
jaringan
yang
mengenai
ujung-ujung
saraf
Nociceptive Pain
Pain caused by injury to
body tissues
(musculoskeletal,
cutaneous or visceral)2
Dalam
respon
nyeri
mengakibatkan
hiperalgesia,
di
mana
stimulusnya
itu
dihantarkan
oleh
radiks
ventralis
kemudian
1. fase 1: inflamasi
Respon tubuh pada saat mengalami fraktur sama dengan respons
apabila ada cedera di bagian tubuh lain. Terjadi perdarahan pada
jaringan yang cedera dan pembentukan hematoma pada lokasi
Proses
peyembuhan
tulang
dapat
dipantau
dengan
pemeriksaan sinar X.Imobilisasi harus memadai sampai tandatanda adanya kalus tampak pada gambaran sinar X. Kemajuan
program terapi (dalam hal ini pemasangan gips pada pasien yang
mengalami
patah
tulang
femur
telah
ditinggalkan
dan
di
antara
fragmen-fragmen
menimbulkan
proses
osteogenik.
fraktur
Kompresi
akan
gagal
sirkuler
pada
[13]
yang
dirasa
tidak
sentuhan.
Analgesia : hilangnya persepsi terhadap stimulus nyeri
Paresthesia : sensasi abnormal spontan (tanpa rangsangan)
meningkatnya
Diagnosis klinis
Mononeuropati
Pleksopati brachial
infraklavikular
Radikulopati
Pleksopati brachial
supraklavikular
Pleksopati
lumbosakral
b. Komplikasi lainnya
Setelah terjadinya fraktur, dapat terjadi kerusakan saraf
tepi akibat sindrom kompartemen dan trauma saraf tepi.
1. Sindrom kompartemen
a. Definisi
Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana
terjadi peningkatan tekanan intertisial di dalam ruangan
yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial yang
tertutup. Ruangan tersebut berisi otot, saraf dan pembuluh
darah. Ketika tekanan intrakompartemen meningkat, perfusi
darah ke jaringan akan berkurang dan otot di dalam
kompartemen akan menjadi iskemik [4] [5] [10]
b. Patofisiologi
Patofisiologi
sindroma
kompartemen
melibatkan
[5]
dapat
mengalir
keluar
ke
sel-sel
dan
hasil
lanjut.
Pembengkakan
yang
terus
bertambah
endotel.
Dalam
kapiler-kapiler
terjadi
1. Pain (nyeri) : nyeri pada jari tangan atau jari kaki pada saat
peregangan pasif pada otot-otot yang terkena, ketika ada
trauma langsung.
2. Pallor (pucat) : kulit terasa dingin jika di palpasi, warna
kulit biasanya pucat, abu-abu atau keputihan.
3. Parestesia : biasanya memberikan gejala rasa panas dan
gatal pada daerah lesi.
4. Paralisis : biasanya diawali dengan ketidakmampuan untuk
menggerakkan sendi, merupakan tanda yang lambat
diketahui.
5. Pulselesness (berkurang atau hilangnya denyut nadi) :
akibat adanya gangguan perfusi arterial.
2. Cidera Saraf Tepi
Saraf tepi bisa trauma terbuka, tertutup atau akibat tekanan
akibat penjeratan lokal pada daerah spesifik ekstremitas.
a. Etiologi
Cedera saraf tepi dapat dikarenakan luka terbuka (benta tajam,
peluru), traksi (peregangan, tindakan bedah), patah tulang atau
dislokasi sendi. Lebih jarang adalah luka kerusakan oleh
jepitan atau tekanan akibat pemasangan bidai, atau bebat yang
terlalu kencang, turniket atau keadaan yang menimbulkan
iskemik. [22]
b. Gejala klinis
Cedera saraf tepi dapat menyebabkan kehilangan fungsi motorik,
sensorik atau keduanya. [19]
c. Patofisiologi
Cedera saraf perifer menyebabkan impuls dari perifer tidak
sampai ke sistem saraf pusat, sehingga dapat bermanifestasi
hilangnya sensasi sensorik ataupun parestesi. Hantaran impuls
dari sistem saraf pusat tidak dapat sampai ke otot yang
diinervasi oleh saraf yang cedera. Hal ini bermanifestasi lemah
ataupun kehilangan kekuatan motorik. [19]
karrena
kehilangan
banyak
darah
dan
disebabkan oleh
tindakan emergensi
pembidaian,
8. Pemeriksaan
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis Untuk fraktur-fraktur dengan tandatanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis sedangkan
terutama
pemeriksaan
pada
anak
yang
lempeng
gejala-gejala
seperti
nyeri, pembengkakan,
langsung
sis
lateral
letika
jatuh.
Gambaran
klinisnya
terutama
berguna
ketika
radiografi/CT
Scan
colium
chirurgiccum humeri)
Imobilisasi saja tanpa reposisi (misal, pemasangan gips)
2. Terapi operatif
- Reposisi terbuka, fiksasi interna
- Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti eksterna
b. Fraktur terbuka
1. Lakukan penanganan secepat mungkin waktu optimal 6-7
2.
3.
4.
5.
-
jam
Berikan analgetik
Berikan antibiotic
Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman
Teknik debridmen
Lakukan narkosis
Bila luka cukup luas, pasang dulu torniket
Cuci ekstermitas selama 5-10 menit lalu lakukan
pencukuran (luka diirigasi dengan cairan NaCl steril atau
elektrolit
(natrium,
kalsium,
kalium),
nutrien
elektrolit
(natrium,
kalsium,
kalium),
nutrien
Splinting)
adalah
Tindakan
untuk
dilakukan
dengan
meluruskan
tulang
yang
dalam
membagi
risiko
tersebut,
dan
dengan
"peserta"
untuk
membolehkan
dokter
Sebagai
pedoman
dalam
memberikan
surat-surat
kepentingan
kesehatan
pasien,
rahasia
sebab
perlukaan
atau
sebab
meninggal
dengan
penyidik
(polisi/polisi
militer)
VeR
berguna
untuk
umur, bangsa,
alamat,
pekerjaan,
kapan
dilakukan
fisik
maupun
pemeriksaan
laboratorium
dan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lengan kiri Panji diduga mengalami fraktur didaerah proksimal region
antebrachii yang disertai terjadinya krompresi saraf N. Medianus dan N.
Radialis yang menyebabkan gangguan sensibilitas dan motorik.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[5]
[6]
[7]
[8]
injury.
Avalible
at
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/orthopedicsurgery/1990528-tujuan-dan-prinsip-pembidaian/#ixzz2FC5TrP7j
[18]
[19]
[20]
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
Putz , R. ,R. pabst. 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta edisi 21.
Jakarta : EGC
[26]
Putz, R. ,R. pabst. 2006. Atlas Anatomi Manusia Sobotta edisi 22.
Jakarta : EGC
[27]
[28]
Rasul
Abraham.
Compartment
syndrome.
Available
at
http://www.emedicine.com.
[29]
[30]
[31]
[32]
[33]
Underwood, J.C.E.
EGC: Jakarta
[34]