Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOFARMASI-FARMAKOKINETIKA
FARMAKOKINETIKA SEDIAAN INTRAVENA
(MONO KOMPARTEMEN DAN MULTI KOMPARTEMEN)

Disusun oleh :
Kelompok C5
Laduna Aniq (10060309017)
Tammy Mulia Dewi (10060309038)
Lisna Gianti (10060309039)
Mauliddya Nuryatin (10060309067)
Leonard Azdarisha K. (10060309068)
Rudy Komar (10060309129)
ASISTEN :
Millatur Rodiyah S.Farm
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2013

FARMAKOKINETIKA SEDIAAN INTRAVENA


(MONO KOMPARTEMEN DAN MULTI KOMPARTEMEN)

1. Tujuan Percobaan
1.1. Mengetahui

prinsip

dan

perhitungan

parameter-parameter

farmakokinetik model mono kompartemen dan multi kompartemen


dari sediaan intravena.
2. Teori Dasar
2.1. Farmakokinetika
Distribusi dan eliminasi obat dalam tubuh berbeda untuk setiap
orang, tetapi dapat dikarakterisasi menggunakan model matematika dan
statistika. Farmakokinetika adalah ilmu dari kinetika absorpsi, distribusi,
dan

eliminasi

(yakni,

ekskresi

dan

metabolisme)

obat.

Adapun

farmakokinetika klasik adalah suatu studi model teoritis yang memfokuskan


pada pengembangan dan parameterisasi model. Deskripsi distribusi dan
eliminasi obat sering disebut disposisi obat. Studi farmakokinetika
mencakup baik pendekatan eksperimental dan teoretis (Shargel, L., et al.
2012:3).
a. Aspek Eksperimental
Meliputi pengembangan teknik sampling biologis, metode analitik
untuk pengukuran obat dan metabolit, dan prosedur yang memfasilitasi
pengumpulan dan manipulasi data.
b. Aspek Teoretis

Meliputi pengembangan model farmakokinetika yang memprediksi


disposisi obat setelah pemakaian obat (Shargel, L., et al. 2012:3).
Farmakokinetika
farmakokinetika

untuk

klinis
terapi

merupakan
obat,

mencakup

penerapan
suatu

metode
pendekatan

multidisiplin untuk strategi pendosisan optimal individual yang didasarkan


pada kondisi penyakit pasien dan pertimbangan spesifik-pasien. Perbedaan
usia, gender, genetik, dan etnik juga dapat mengakibatkan perbedaan
farmakokinetika yang dapat mempengaruhi keluaran terapi obat (Shargel,
L., et al. 2012:3).
2.2.

Pengukuran Konsentasi Obat


Konsentrasi obat merupakan satu unsur penting dalam penentuan

farmakokinetika individual atau populasi, konsentrasi obat diukur dalam


sampel biologis. Metode analitik yang sensitif, akurat, dan tepat tersedia
untuk pengukuran obat-obat dalam matriks biologis. Pengukuran merupakan
pendekatan langsung untuk penetapan farmakokinetika obat dalam tubuh
yang secara umum divalidasi, sehingga dihasilkan informasi akurat untuk
pemantauan farmakokinetika dan klinis (Shargel, L., et al. 2012:5).

2.3.

Kurva Kadar dalam Plasma-Waktu


Kurva didapatkan dengan mengukur konsentrasi obat dalam sampel

plasma yang diambil pada berbagai jarak waktu setelah pemberian suatu
produk obat. Konsentrasi obat dalam tiap ciplikan plasma digambar pada
koordinat kertas grafik rektangular terhadap waktu pengambilan cuplikan

plasma. Selama obat mencapai sirkulasi umum (sistemik), konsentrasi obat


dalam plasma akan naik sampai maksimum. Pada umumnya, absorpsi suatu
obat terjadi lebih cepat daripada eliminasi. Selama obat diabsorpsi ke dalam
sirkulasi sistemik, obat didistribusikan ke semua jaringan dalam tubuh dan
juga secara serentak dieliminasi. Eliminasi suatu obat tejadi melalui ekskresi
atau biotransformasi atau kombinasi keduanya (Shargel, L., et al. 2012:6).
2.4. Pemodelan Farmakokinetika
Suatu model merupakan suatu hipotesis dengan menggunakan istilah
matematika untuk menggambarkan hubungan kuantitatif secara ringkas.
Kemampuan prediktif dari suatu model terletak pada ketepatan pemilihan
dan pengembangan fungsi-fungsi matematika yang menjadi parameter
faktor-faktor penting dalam menentukan proses kinetika. Parameterparameter kunci dalam suatu proses biasanya diestimasi melalui pencocokan
model ke data percobaan disebut variabel. Model farmakokinetika
digunakan untuk (Shargel, L., et al. 2012:10-11) :
1) Memprediksi kadar obat dalam plasma, jaringan, dan urinberbagai
pengaturan dosis.
2) Menghitung pengaturan dosis optimum untuk tiap pasien secara
individual.
3) Memperkirakan kemungkinan akumulasi obat dan/atau metabolitmetabolit.
4) Menghubungkan konsentrasi obat dengan aktivitas farmakologik atau
toksikologis.
5) Menilai perubahan laju atau tingkat availabilitas antarformulasi
(bioekuivalensi).
6) Menggambarkan perubahan faal atau penyakit yang mempengaruhi
absorpsi, distribusi atau eliminasi obat.
7) Menjelaskan interaksi obat.

Salah satu pemodelan farmakokinetika yang disebut dengan model


kompartemen adalah model farmakokinetika klasik yang meniru proses
kinetika absorpsi, distribusi, dan proses eiminasi obat dengan sedikit rincian
fisiologis (Shargel, L., et al. 2012:73). Dengan menganggap suatu obat
diberikan dengan injeksi intravena dan obat melarut (didistribusi) secara
cepat dalam cairan tubuh. Suatu kompartemen hanya dianggap sebagai
suatu jaringan atau kelompok jaringan yang mempunyai aliran darah dan
afinitas obat serupa. Dalam masing-masing kompartemen obat dianggap
terdistribusi merata. Model merupakan suatu sistem terbuka karena obat
dapat dieliminasi dari sistem dan didasarkan atas anggapan linier yang
menggunakan persamaan diferensial linier (Shargel, L., et al. 2012:12-13).
Dalam farmakokinetika, model kompartemen dibedakan menjadi dua
tipe yaitu:
a) Model satu kompartemen terbuka (mono kompetemen).
Model ini merupakan suatu penyederhanaan dari disposisi obat
dalam tubuh, yang mana kenyataannya lebih kompleks dari suatu
kompartemen tunggal. Dengan menganggap bahwa obat diinjeksikan
sekaligus dalam suatu kotak/kompartemen, dan obat berdistribusi secara
serentak dan homogen ke dalam kompartemen. Eliminasi obat terjadi dari
kompartemen segera setelah injeksi (Shargel, L., et al. 2012:51).
Model kompartemen satu terbuka tidak memprediksi kadar obat
dalam jaringan sesungguhnya. Akan tetapi, menganggap bahwa perubahan
kadar obat dalam plasma akan menghasilkan perubahan kadar obat dalam
jaringan yang proporsional. Oleh karena profil kinetiknya konsisten dengan

inklusi kompartemen vaskuler dan konsentrasi obat dalam kompartemen


berkesetimbangan (Shargel, L., et al. 2012:52).
b) Model kompartemen dua terbuka (multi kompartemen).
Model ini merupakan model yang menjelaskan dan memprediksi
konsentrasi obat dalam plasma dan jaringan obat-obat ini. Pada model ini,
obat terdistribusi ke dalam dua kompartemen, yaitu kompartemen sentral
(mewakili darah, cairan ekstraseluler dan jaringan dengan perfusi tinggi)
dan jaringan atau kompartemen perifer (terdiri dari jaringan-jaringan yang
mana obat berkesetimbangan dengan lebih lambat). Transfer obat antardua
kompartemen dianggap terjadi melalui proses orde kesatu (Shargel, L., et al.
2012:75-76).
Obat dalam jaringan yang mempunyai perfusi darah tinggi akan
berkesetimbangan cepat dengan obat dalam plasma. Jaringan perfusi tinggi
dan darah menyusun kompartemen sentral. Pada saat distribusi obat awal
terjadi, maka secara bersamaan obat dihantarkan ke satu atau lebih
kompartemen perifer yang tersusun dari kelompok jaringan dengan perfusi
darah yang lebih rendah dan afinitas obat yang berbeda (Shargel, L., et al.
2012:74).
Selain itu model ini menjelaskan juga pengamatan dimana setelah
suatu injeksi intravena cepat, kurva kadar dalam plasma-waktu tidak
menurun secara linier sebagai proses tunggal, laju orde kesatu. Kurvanya
mencerminkan eliminasi obat orde kesatu dari tubuh, hanya setelah
kesetimbangan distribusi, atau kesetimbangan obat dalam plasma dengan
jaringan perifer terjadi (Shargel, L., et al. 2012:73-74).
2.5. Parameter-parameter Farmakokinetika

Parameter farmakokinetika merupakan suatu tetapan untuk obat yang


diestimasi

dari

data

percobaan.

Suatu

fungsi

farmakokinetika

menghubungkan satu variabel bebas (independen) ke satu variabel


bergantung (dependen), sering melalui parameter-parameter (Shargel, L., et
al. 2012:10). Parameter dalam farmakokinetika adalah sebagai berikut
(Shargel, L., et al. 2012:52-57) :
1) Waktu Paruh Eliminasi (t ) dan Tetapan Laju Eliminasi (K)
Waktu paruh eliminasi merupakan jangka waktu sampai kadar obat
dalam darah menurun menjadi separuh dari harga asalnya. Sedangkan
tetapan laju eliminasi adalah parameter yang menentukan laju penurunan
konsentrasi obat dalam tubuh selama waktu tertentu dan merupakan proses
order kesatu, dengan satuan waktu-1 (jam-1) (Shargel, L., et al. 2012:52).
2) Volume Distribusi (Vd)
Volume distribusi adalah parameter farmakokinetika yang menyatakan
suatu volume yang harus diperhitungkan dalam memperkirakan jumlah obat
dalam tubuh dari konsentrasi obat yang ditemukan dalam kompartemen
sampel. Berguna untuk mengkaitkan konsentrasi obat dalam plasma dan
jumlah obat dalam tubuh dan dinyatakan dalam Liter (L) (Shargel, L., et al.
2012:53, 59).
3) Klirens (Cl)
Klirens adalah suatu ukuran eliminasi obat dari tubuh tanpa
mengidentifikasi

mekanisme

atau

prosesnya,

dengan

menganggap

keseluruhan tubuh sebagai suatu sistem eliminasi obat dimana berbagai


proses eliminasi terjadi dan dinyatakan sebagai volume/waktu (Shargel, L.,
et al. 2012:57, 59).
4) Kadar Puncak dalam Plasma/AUC (Area Under Curve)

Adalah waktu untuk mencapai kadar puncak dalam plasma dan area di
bawah kurva. Sedangkan waktu kadar puncak dalam plasma adalah waktu
yang diperlukan untuk mencapai konsentrasi obat maksimum dalam plasma
yang secara kasar menunjukkan laju absorpsi obat rata-rata. Kadar puncak
dalam plasma (konsentrasi maksimum obat) biasanya dikaitkan dengan
dosis dan tetapan laju absorpsi dan eliminasi obat. Sedangkan waktu AUC
dikaitkan dengan jumlah obat yang terabsopsi secara sistemik (Shargel, L.,
et al. 2012:7).
2.6.
Acyclovir
2.7.
Metilprednisolon

3. Data Pengamatan
3.1. Acyclovir
Waktu (jam)
0,167
0,3
0,5
0,75
1
1,5
2

Cp (g/mL)
26
23
19
16
12
7
5

ln Cp
3,26
3,14
2,94
2,77
2,48
1,95
1,61

ln Ct = -Ke.t + ln Co
y = bx + a
3.1.1. Grafik Acyclovir (Model 1 Kompartemen)

Model 1 Kompartemen
4.00
3.00
Konsentrasi plasma (g/mL)

2.00
1.00

f(x) = - 0.93x + 3.42


ln Cp
R = 1
Linear (ln Cp)

0.00
0 2 4
Waktu (jam)

3.1.2. Parameter-parameter Farmakokinetika


PARAMETER
FARMAKOKINETIK
Ke (/jam)

RUMUS
-Ke = b

HASIL
0,93

ln Co = a
Co = Exp a

0,75
3,42
30,42

10 mg/1 kg BB

33500,00

Vd x Ke

1,10
1,02

t 1/2 (jam)
ln Co
Co (g/mL)
Dosis Intravena (g/kg) (BB: 3.35
kg )
Vd (L)
Clearance (L/jam)

(g/mL.jam)
32,86

3.2.

Obat X (sheet 1)
Diketahui : Obat x dengan dosis intravena 250 mg

Halaman terpisah buat yang obat x ini..


4. Pembahasan
Pada percobaan ini telah dilakukan pemodelan farmakokinetika dari sediaan
intravena, dengan menggunakan model kompartemen baik mono kompartemen
(model satu kompartemen terbuka) dan multi kompartemen (model dua
kompartemen terbuka). Tujuan pemodelan farmakokinetika sendiri adalah
penyederhanaan anggapan yang dibuat untuk menggambarkan suatu sistem
biologis yang kompleks berikatan dengan pergerakan obat dalam tubuh. Sebagian
besar menganggap bahwa konsentrasi obat dalam plasma mencerminkan
konsenrasi obat dalam tubuh secara global (Shargel, L., et al. 2012:11).
Pemodelan farmakokinetika yang dikerjakan adalah obat acyclovir, obat x
dan metilprednisolon. Akan tetapi, yang akan dibahas hanya obat acyclovir dan
obat x. Pemodelan yang pertama dikerjakan adalah obat acyclovir, dari data
pengamatan antara waktu dan kadar obat dalam plasma (Cp) mula-mula data Cp
di lon (ln)-kan terlebih dahulu yang kemudian dicari kurva kadar dalam
plasmanya dari hubungan antara waktu dengan data ln kadar obat dalam plasma.
Diperoleh grafik yang membentuk garis linier dari kurva, dimana hal ini berarti
menunjukkan bahwa obat acyclovir bekerja pada model satu kompartemen (mono
kompartemen). Model satu kompartemen terbuka memberikan cara paling
sederhana untuk menggambarkan proses distribusi dan eliminasi obat dalam
tubuh, dengan menganggap perubahan kadar obat dalam plasma akan
menghailkan perubahan kadar obat dalam jaringan yang proporsional karena
profil kinetiknya konsisten dengan inklusi kompartemen vaskuler dan kadar obat
dalam kompartemen berkesetimbangan (Shargel, L., et al. 2012:51-52). Setelah
diketahui pemodelannya maka dilakukan perhitungan parameter-parameter

farmakokinetika untuk kompartemen 1 yang meliputi: tetapan laju eliminasi,


waktu paruh eliminasi, konsentrasi awal (C0), ln C0, dosis, volume distribusi,
klirens, dan AUC.
Dari hasil data pengamatan pemodelan farmakokinetika yang dilakukan dari
acyclovir dengan dosis intravena 33,5 mg, diperoleh konsentrasi awal di dalam
tubuh sebesar 30,42 g/mL dan waktu paruh eliminasi acyclovir di dalam tubuh
hewan uji adalah 0,75/jam dengan laju eliminasi obat 0,93/jam. Memiliki volume
distribusi 1,10 L, serta klirens/bersihan obat sebesar 1,02 L/jam. Berdasarkan
literatur

yang

di

dapat

acyclovir

memiliki

parameter

standar

farmakokinetika..........
Selanjutnya diberi data obat x yang tidak diketahui dan diperoleh ternyata
obat ini bekerja pada model 2 kompartemen terbuka (multi kompartemen). Hal ini
ditunjukkan oleh profil kurva kadar obat dalam plasma menurun secara
bieksponensial sebagai penjumlahan dari dua proses order kesatu distribusi dan
eliminasi. Kurva untuk obat yang mengikuti model kompartemen ini dibagi
menjadi dua bagian, yakni fase distribusi dan fase eliminasi. Model ini
menganggap bahwa tidak ada obat dalam kompartemen jaringan pada t = 0.
Setelah injeksi intravena bolus, obat berkesetimbangan dengan cepat dalam
kompartemen sentral (Shargel, L., et al. 2012:75-76).
Setelah diketahui kurvanya maka pemodelan dua kompartemen dikerjakan
dengan metode residual. Metode residual dikenal sebagai feathering atau peeling
adalah suatu prosedur yang berguna untuk mencocokan suatu kurva dengan data
percobaan suatu obat bila obat tidak jelas mengikuti suatu model kompartemen
satu (Shargel, L., et al. 2012:79). Langkah pertama dicari persamaan regresi-linier
dari bagian fase eliminasi terlebih dahulu, selanjutnya dari persamaan tersebut

data waktu dimasukan untuk memperoleh ln kadar obat dalam plasma dan
dieksponensialkan barulah menggunakan metode residual. Dari metode ini dapat
dihasilkan parameter-parameter farmakokinetika beserta nilai AUC, AUC terakhir,
AUC total, dan
.
Hasil dari parameter farmakokinetika dari obat x ini diperoleh waktu paruh
eliminasi obat x di dalam tubuh adalah 5,67/jam, dengan laju eliminasinya
0,20/jam.
5. Kesimpulan
a. Dari data obat acyclovir diperoleh obat bekerja pada model 1
kompartemen yang dapat ditunjukkan oleh terbentuknya garis linier
pada kurva obat dalam plasma terhadap waktu.
b. Data obat x (tidak diketahui) ternyata obat ini dapat bekerja pada model
2 kompartemen (multi kompartemen) yang ditunjukkan dengan
terbentuknya garis yang tidak linier pada kurva obat dalam plasma
terhadap waktu, yakni ada dua bagian distribusi dan post-distribusi
(eliminasi).

DAFTAR PUSTAKA
Shargel, L., Wu, S., Yu, A. 2012. Biofarmasetika & Farmakokinetika Terapan,
Edisi Kelima. Airlangga University Press, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai