Pembimbing :
dr. Slamet Widi Saptadi, Sp. A
dr. Hartono, Sp. A
dr. Zuhriah Hidajati, Sp. A, M.Si, Med
dr. Lilia Dewiyanti, Sp. A, M.Si, Med
Disusun oleh :
Nitto Agustino (01.209.5963)
Noviana Puspitasari (01.209.5968)
Uyunun Masitoh Sari (01.210.6291)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2015
BAB I
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
Umur
: 0 hari
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Jawa
Bangsal
: Perinatologi
No. RM
: 301618
Lahir
Nama pasien
Umur
: 0 hari
Jenis kelamin
: Perempuan
Suku
: Jawa
Bangsal
: Perinatologi
No. RM
: 301619
Lahir
Nama ayah
: Tn. M
Umur
: 33 tahun
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Pendidikan
: SLTA
Nama ibu
: Ny. S
Umur
: 32 tahun
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Pendidikan
: SLTA
II.
DATA DASAR
Anamnesis
Alloanamnesis dilakukan dengan ibu pasien dan perawat ruang Perinatologi
dilakukan pada tanggal 15 Maret 2015 di ruang Perinatologi dan didukung
catatan medis.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS
-
Ibu G2P1A0, usia 32 tahun, hamil 33 minggu, riwayat haid teratur, siklus 28
hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu rutin memeriksakan kehamilannya
dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Selama hamil, ibu mengaku hanya
merasa mual namun tidak disertai muntah.Riwayat trauma sebelum
kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat penyakit darah
tinggi dan kencing manis disangkal, riwayat minum jamu-jamuan
disangkal, riwayat perdarahan disangkal oleh ibu. Pola makan sebelum
dan selama hamil tidak terlalu banyak mengalami perubahan (sehari 3x
dan habis).
Pada tanggal 13 Maret 2015 sekitar jam 15.00 WIB, pasien mulai
mengalami kencang kencang pada perutnya, pasien tidak pergi ke bidan
atau rumah sakit karena merasa bahwa usia kehamilannya belum cukup.
Pukul 17.00 WIB pasien merasa perut nya semakin terasa kencang dan
disertai lendir darah pada jalan lahirnya.
Pukul 21.00 WIB pasien merasa bahwa ada cairan jernih yang keluar dari
jalan lahirnya tanpa dirasakan adanya keinginan untuk pipis. Pasien
merasakan ingin mengejan. Tidak lama kemudian bayi pertama yang di
dalam kandungannya lahir secara spontan. Lahir bayi pertama dengan
jenis kelamin perempuan, berat badan 1380 gram, panjang badan 38 cm,
lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm, caput suksaedenum (-), cephal
hematom (-). Keluarga pasien segera memanggil bidan di dekat rumahnya.
Pukul 21.30 WIB bayi kedua lahir dengan dibantu oleh bidan. Bayi kedua
lahir dengan jenis kelamin perempuan, berat badan 1200 gram, panjang
2
Menurut keluarga pasien dan bidan yang menolong, bayi (I) lahir tidak
langsung menangis. Kira sekitar lima menit baru bayi menangis, bayi (II)
lahir dengan merintih lalu lima menit kemudian menangis.
Setelah masuk RS
-
Ibu datang ke IGD RSUD Kota Semarang pada tanggal 13 Maret 2014
pukul 23.00 WIB dikarenakan plasenta belum dapat dilahirkan selama 30
menit. Kedua bayi dibawa ke rumah sakit bersama dengan ibunya.
Saat masuk rumah sakit, bayi (I) kurang peka terhadap rangsang, warna
kemerahan, tonus otot agak lemah, nch +/+, HR : 160x/m, bayi (II) kurang
peka terhadap rangsang, warna kulit pucat, tonus otot agak lemah, nch +/+,
HR : 152x/m.
Bayi (I) dan bayi (II) diberikan injeksi Vitamin K 1 x 1 mg serta diolesi
salep mata Chloramphenicol, kemudian dirawat dan diobservasi di ruang
Perinatologi.
Pasang OGT
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (-), ikterik (-)
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (-), ikterik (-)
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
Aff CPAP
Diet 3 cc/x
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
13/3/15
144
40
36.3
ckp
14/3/15
120
34
36.2
ckp
15/3/15
125
40
37.1
ckp
16/3/15
136
44
36.4
ckp
17/10/15
136
40
36.3
ckp
Pasang OGT
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (-), ikterik (-)
Program
transfusi
PRC
15cc/jam
premedikasi
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
Aff CPAP
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
Bayi aktif menangis keras (+), refleks hisap (+), ikterik (-)
13/10/15
144
14/10/15
115
15/10/15
130
16/3/15
136
17/3/15
132
18/3/15
136
7
RR x/m
T C
N (i/t)
40
36.3
ckp
38
36.8
ckp
38
36.8
ckp
36
36.5
ckp
38
36.4
ckp
36
36.4
ckp
gonorea,
klamidia,
trikomoniasis,
kandidiasis,
vaginalis
disangkal.
Dua Bayi jenis kelamin perempuan dari ibu G2P1A0 hamil 33 minggu, usia 39
tahun, lahir secara spontan ditolong oleh bidan di dekat rumah.
Pertumbuhan (By. I)
-
Panjang badan
: 38 cm
Lingkar kepala
: 28 cm
Lingkar dada
: 25 cm
Panjang badan
: 38 cm
Lingkar kepala
: 26 cm
Lingkar dada
: 24 cm
Perkembangan
-
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B
:-
BCG
:-
Polio
:-
Kesan :Bayi I dan II belum mendapat imunisasi hepatitis B, BCG dan polio.
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu tidak menggunakan KB sebelum hamil.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah dan Ibu pasien baru menikah 8 tahun yang lalu. Keduanya bekerja
sebagai karyawan di sebuah perusahaan swasta. Biaya pengobatan ditanggung
Jamkesmas.
Kesan : sosial ekonomi kurang
Data Obsetri
Anak ke
Tahun
Jenis
Keadaan
kelamin,
anak
kehamilan
BBL
sekarang
2009
2 dan 3
2015
Hamil sekarang
Data Keluarga
Perkawinan
Umur
Keadaan sehat
Ayah
Ibu
23 tahun
Sehat
24 tahun
Sehat
Data Perumahan
10
Kepemilikan rumah
Keadaan rumah
Dinding
rumah
Sumber
air
minum
Jarak
antar
rumah
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
: 52x/menit
Suhu
: 36,2C
Status Internus
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 28 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, tidak tegang dan tidak menonjol, caput succedaneum (-),
cephal hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah
dicabut, kulit kepala tidak ada kelainan.
Mata
11
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), bentuk normal, sekret (-/-), septum
deviasi (-)
Telinga
Bentuk normal, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Tulang Belakang
12
Genitalia
(+) Perempuan
Anorektal
Anus (+)
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki belum sempurna
Superior
- /- /- /- /< 2 detik
Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
CRT
Inferior
- /- /- /- /< 2 detik
Kulit
sianotik (-), pucat (-), iketrik (-)
Refleks Primitif :
Refleks Hisap
: (-)
Refleks Rooting
: (-)
Refleks Moro
: (+)
Refleks Menggenggam : ( + )
Pemeriksaan Fisik (By. II)
Pemeriksaan fisik dilakukan 15Maret 2015 di Perina Rumah Sakit Umum
Semarang. Bayi perempuan usia 0 hari, berat badan lahir 1200 gram,
panjang badan 38 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar dada 24 cm.
Kesan umum :
Berat badan lahir sangat rendah, kurang aktif, tampak sesak, menangis
merintih, kejang (-)
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
: 46x/menit
Suhu
: 36,2C
Status Internus
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 26 cm, ubun-ubun besar masih
terbuka, caput succedaneum (-), cephal hematom (-), rambut hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala tidak ada
kelainan.
Mata
Pupil bulat, isokor, 2mm/ 2mm, refleks cahaya (+/+) normal,
kornea jernih, sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Hidung
Napas cuping hidung (+/+), bentuk normal, sekret (-/-), septum
deviasi (-)
Telinga
Bentuk normal, membalik segera setelah dilipat, discharge (-/-)
Mulut
Sianosis (-), trismus (-), stomatitis(-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Timpani
Tulang Belakang
Spina bifida (-), meningokel (-)
Genitalia
(+) perempuan
Anorektal
Anus (+)
Ekstremitas
Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
CRT
Superior
- /- /- /- /< 2 detik
Inferior
- /- /- /- /< 2 detik
Kulit
sianotik (-), pucat (-), ikterik (-), sklerema (-)
Refleks Primitif :
Refleks Hisap
: (-)
Refleks Rooting
: (-)
Refleks Moro
: (+)
15
Refleks Menggenggam : ( + )
Pemeriksaan Penunjang (By. I)
Tgl
14/03/15
15/03/15
16/03/15
17/03/15
18/03/15
Hb
(g/dl)
24.5
25
Ht (%)
Leukosit
Trombosit
GDS
68.8
67.9
(mm3)
14.6
11
(mm3)
166.000
214.000
85
Bil.
Bil.Di
Total
rek
8.86
0.27
Hb
14/03/15
15/03/15
(g/dl)
9.2
12.6
Ht (%)
Leukosit
Trombosit
GDS
26.8
37.7
(mm3)
14.0
14.7
(mm3)
219.000
299.000
120
31
Pemeriksaan Khusus :
BALLARD SCORE
16
Maturitas neuromuskuler
Sikap tubuh
Jendela siku-siku
Rekoil lengan
Sudut popliteal
Tanda Selempang
Tumit ke kuping
Total
Poin
3
3
2
2
1
1
12
Maturitas fisik
Kulit
Lanugo
Lipatan telapak kaki
Payudara
Bentuk telinga
Genitalia (perempuan)
Total
Poin
2
2
1
2
2
2
11
(By. I)
New Ballard Score
Poin
3
3
2
1
2
1
12
Maturitas fisik
Kulit
Lanugo
Lipatan telapak kaki
Payudara
Bentuk telinga
Genitalia (laki-laki)
Total
Poin
2
2
1
2
2
2
11
(By. II)
New Ballard Score
Downes Score
Skor
0
<60 x/menit
Tidak ada
Tidak ada
60-80 x/menit
Ringan
Sianosis hilang
>80 x/menit
Berat
Sianosis menetap
Air entry
Udara masuk
dengan oksigen
Penurunan ringan
Merintih
Tidak merintih
udara masuk
Dapat didengar
dengan stetoskop
stetoskop
Pemeriksaan
Frekuensi napas
Retraksi
Sianosis
18
BBL : 2200 gr
U
BBL : 1300gram
Usia Kehamilan : 33 minggu
Hasil : Neonatus Kurang Bulan Berat Badan Lahir Sangat Rendah
Kecil Masa Kehamilan
19
BBL : 1200 gr
Usia Kehamilan : 33 minggu
Hasil : Neonatus Kurang Bulan Berat Badan Lahir Sangat Rendah
Kecil Masa Kehamilan
APGAR SCORE (By. I)
Klinis
1 mnt
5 mnt
10 mnt
1 mnt
5 mnt
10 mnt
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
Respiratory Effort
Apgar tidak dapat dinilai
APGAR SCORE (By. II)
Klinis
Appearance
20
Pulse
Grimace
Activity
Respiratory Effort
Apgar tidak dapat dinilai
GUPTE SCORE (By. I)
Prematuritas
Cairan amnion berbau busuk
Ibu demam
Asfiksia
Partus lama
Vagina tidak bersih
KPD
Hasil : 3
3
2
2
2
1
2
1
Ibu demam
Asfiksia
Partus lama
Vagina tidak bersih
KPD
Hasil : 3
3
2
2
2
1
2
1
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Kesan : observasi neonatal infeksi
Hasil : 3
Bells Squash (By II)
1. Partus tindakan (SC, forceps, vacuum, sungsang)
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Kesan : observasi neonatal infeksi
Hasil: 3
III.
RESUME
Telah lahir dua bayi perempuankembar dari ibu G2P1A0 hamil 33 minggu usia
32 tahun, lahir secara spontan. Bayi pertama lahir sendiri dirumah dan yang
kedua ditolong oleh bidan di sekitar rumah pasien. Saat lahir bayi (I)
22
menangis setelah lima menit dan bayi (II) langsung merintih saat lahir,Saat
bayi (I) dan bayi (II) sudah tiba dirumah sakit didapatkan, bayi (I) dapat
menangis keras, kurang peka terhadap rangsang, warna kemerahan, tonus otot
sedang, nch +, retraksi +, HR :160 x/menit. Berat badan lahir 1300 gram
panjang badan 38 cm, lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 25 cm. APGAR
score sulit untuk dinilai. Bayi (II) merintih, kurang peka terhadap rangsang,
warna kulit pucat, tonus otot sedang, pernapasan baik, HR : 152 x/menit. Berat
badan lahir 1200 gram panjang badan 38 cm, lingkar kepala 26 cm, lingkar
dada 24 cm. APGAR score sulit untuk dinilai.
Kesan umum :
Bayi berat lahir sangat rendah, kurang masa kehamilan, ditemukan tandatanda neonatus preterm pada kedua bayi, tampak kurang aktif, ikterik (-).
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 15 Maret 2015 didapatkan (By. I):
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
: 40 x/menit
Suhu
: 36,3 C
Status Internus
Kepala :
+)
Hidung
Telinga:
Mulut :
Thorax
pergerakan
dada
simetris,
retraksi(+)
23
Paru
Jantung
tampak segar
Tulang belakang
Genitalia
Anorektal
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki belum sempurna
Superior
- /- /- /- /< 2 detik
Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
Capillary refill
Kulit
Inferior
- /- /- /- /< 2 detik
Lanugo
sedikit
dan
tidak
rata,
sianotik (-), pucat (-), ikterik (+) kramer II, sklerema (-)
Pemeriksaan Penunjang
Darah rutin
Hb
: 24,5 (14/03/2015)
Ht
: 68.6
Bilirubin Total
: 8.86mg/dL (18/03/15)
Bilirubin Direk
: 0.29mg/dL (18/03/15)
Pemeriksaan Khusus
Ballard score
Kurva Lubchenco
Kehamilan
APGAR score
24
Gupte score
:3
Bells Squash
:3
Kesan :
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
: 40 x/menit
Suhu
: 36,3 C
Status Internus
Kepala :
+)
Hidung
Telinga:
Mulut :
Thorax
pergerakan
dada
simetris,
retraksi(+)
Paru
Jantung
tampak segar
Tulang belakang
Genitalia
25
Anorektal
Ekstremitas
Rajah tangan dan kaki belum sempurna
Superior
- /- /- /- /< 2 detik
normotonus
Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
Capillary refill
Tonus
Kulit
Inferior
- /- /- /- /< 2 detik
normotonus
Lanugo
sedikit
dan
tidak
rata,
Hb
Pemeriksaan Khusus
Ballard score
Kurva Lubchenco
Kehamilan
APGAR score
Gupte score
:3
Bells Squash
:3
Kesan :
IV.
DIAGNOSIS BANDING
Neonatus preterm
- KMK (Kecil Masa Kehamilan)
- SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
26
Neonatus Gemeli
Berat lahir
- BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
- BBLSR (Bayi Berat Lahir Sangat Rendah)
- BBLSAR (Bayi Berat Lahir Sangat Amat Rendah)
Distress Pernapasan
- Ringan
- Sedang
- Berat
Neonatus Infeksi
Hiperbilirubinemia
V.
DIAGNOSIS KERJA
By.I
1. Neonatus Preterm
2. Gemelli (I)
3. BBLSR
4. Kecil Masa Kehamilan
5. Hiperbilirubinemia
6. Distres pernafasan sedang
By.II
1. Neonatus Preterm
2. Gemelli (II)
3. BBLSR
4. Kecil Masa Kehamilan
5. Distress pernafasan sedang
VI.
TERAPI
A. Terapi Awal (By. I & By. II)
27
Injeksi Vit K 1 x 1 mg
B. Terapi di Perinatologi
Bayi I
VII.
PROGNOSIS
(By. I)
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
(By. II)
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
28
Quo ad sanationam
VIII.
: ad bonam
USUL
Diberikan Imunisasi Hepatitis B dan Polio sebelum kedua bayi pulang.
IX.
NASEHAT DI RUMAH
Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan, berikan 2-3 jam sekali
Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat
rentan terhadap infeksi pernapasan.
30
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
USIA GESTASI DAN BERAT BADAN LAHIR
PENDAHULUAN
Hubungan berat badan lahir dengan usia gestasi merupakan salah satu
indikator kesehatan bayi baru lahir yang mencerminkan pertumbuhan intrauterin
yang dapat mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya.
Berawal dari fakta klinis bahwa bayi dengan masalah berat badan lahir dan atau
usia gestasi memiliki masalah klinis yang serupa,yaitu gangguan perkembangan
fisik , gangguan perkembangan mental dan kelainan kongenital maka American
Academy of Pediatrics, Comitee on Fetus and Newborn menyarankan agar semua
bayi baru lahir diklasifikasikan menurut berat badan lahir berdasarkan usia
gestasi.
Tidak semua bayi baru lahir yang memiliki berat badan lahir kurang dari
2500 gram lahir kurang bulan dan tidak semua bayi dengan berat badan lahir lebih
dari 2500 gram adalah aterm. Hal ini ddokumentasikan oleh penelitian Guenwald
(1960) yang menunjukan bahwa sepertiga bayi baru lahir dengan berat badan
rendah sebenarnya adalah aterm. Oleh sebab itu diperlukan tinjauan lebih lanjut
mengenai berat badan lahir dan usia gestasi.
DEFINISI DAN KLASIFIKASI
Berat Badan Lahir
Berat bayi yang ditimbang dalam waktu 24 jam setelah lahir di fasilitas
kesehatan (Rumah Sakit , Puskesmas dan Polindes) yang dilakukan oleh petugas
kesehatan (Dokter , Bidan dan Perawat)
Klasifikasi :
1. Bayi Badan Lahir Rendah
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram
31
32
2. Dismaturitas
Bayi lahir pada masa gestasi itu, dan mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
PATOFISIOLOGI BAYI BERAT LAHIR RENDAH
Terdapat banyak penyebab bayi berat lahir rendah tetapi yang paling
utama
adalah
gangguan
pertubuhan
intrauterine
(Intrauterine
Growth
dua
variabel
bebas
yang
diketahui
mempengaruhi
pertumbuhan janin, yaitu berat ibu sebelum hamil dan pertambahan berat
selama kehamilan. Ibu dengan berat badan kurang seringkali melahirkan
bayi yang berukuran lebih kecil daripada yang dilahirkan dengan berat
33
2. Kesulitan Pernafasan
-
34
4. Imaturitas Hati
-
5. Imaturitas Ginjal
-
Ketidakseimbangan
elektrolit,
misalnya
hiponatremia
atau
Fagositosis terganggu
7. Kelainan Neurologis
-
Retinopati prematuritas
Kejang
Hipotonia
8. Kelainan Kardiovaskular
-
35
9. Kelainan Hematologis
-
Anemia
Hiperbilirubinemia
Hipokalsemia
Luar
36
Edema
tangan dan Pitting
Edema
kaki
Pitting
Tidak
ada
edema
pada tibia
Halus
; Sedikit
ketebalan
Tekstur
Sangat
Tipis
Kulit
tipis
halus
Tebal dan
menebal
dan sedang
; seperti
, pecah-
ruam
dan pecah
perkamen
dan ; pecah
pengelupasa
ruam
pecah dan
n superfisial
superficial
ruam
dalam
Pucat
hanya
Warna
Merah tua
Kulit
Merah
muda
pucat
menyeluruh
tubuh
telinga
bervariasi
bibir
telapak
tangan atau
kaki
Beberapa
Sejumlah
besar vena Vena-vena
Beberapa
Opasitas
vena
Kulit
terlihat
cabangnya
besar tampak
tampak
37
jelas,
terlihat
terutama
pada
pada
abdomen
abdomen
pembuluh
darah
Paling
abdomen
Lanugo
Banyak
Penipisan
Sedikit
sekali
rambut
terutama
daerah
separuh
tanpa
punggung
seluruh
bawah
rambut
tanpa
punggung
punggung
Garis-garis
Garis-garis
lanugo
merah
jelas
pada
lebih
Identasi
pada
nyata dan
bagian
lebih
dari dalam
sepertiga
Telapak
anterior
lebih dari
Kaki
lipatan
bagian
sepertiga
kulit
anterior
kurang
bagian
kaki
sepertiga
dari anterior
anterior
bagian
Puting
anterior
Puting susu Areola
susu
tampak
Bentuk
hamper
jelas
Putting
tidak
, terangkat ,
tidak
berbintik
Areola
, berbintik ,
0,75 cm
0,75 cm
areola
Ukuran
Jaringan
Jaringan
Jaringan
Jaringan
Payudara
payudara
payudara
payudara
payudara
tidak
pada
satu pada
satu pada
satu
38
teraba
sisi
sisi
berukuran
0,5 cm
> 1 cm
0,5 1 cm
Pinna
datar dan
Putaran
Bentuk
tidak
Bagian
Putaran
penuh
Telinga
berbentuk
pinna
sebagian
seluruh
putaran memutar
pinggir
atas
pinna
sedikit
atau tidak
ada
Pinna
lunak
dapat pinna
dapat
dilipat
Kekakua
dilipat
dengan
n Telinga
dengan
mudah
mudah
recoil
Pinna keras
, terdapat
beberapa o hingga ke
recoil)
terjadi recoil
Paling tidak
Dalam
ada
skrotum
Genitalia
tidak
terletak
Pria
terdapat
tinggi
di berada
testis
dalam
bawah
Labia
skrotum
Labio
mayora
mayora
Labio
Genitalia
terpisah
hampir
mayora
Wanita
jauh
, menutupi
testis
satu
yang
di
menutupi
39
labio
labia
labio minora
minora
minora
secara penuh
menutup
keluar
1. Evaluasi neurologis
Tidak seperti penilaian umur kehamilan berdasarkan criteria fisik
yang dapat dilakukan segera setelah lahir, pemerksaan neurologis
harus dilakukan saat bayi berada dalam keadaan tenang dan
beristirahat. Dilema penilaian neurologis adalah ketidakpraktisan
penilaian dan dalam beberapa keadaan seperti asfiksia , depresi atau
infeksi dapat menyebabkan defisit neurologis, sehingga dapat terjadi
bias penilaian. Hal menyebabkan beberapa peniliti lebih mempercayai
criteria fisik daripada criteria neurologis dalam menilai usia gestasi. 1,4
2. Sistem nilai yang menggabungkan ciri fisik luar dan evaluasi
neurologis
Dubowitz
dan
rekan
menemukan
sistem
penilaian
yang
40
41
42
NEONATUS GEMELI
Menurut
Federasi
Obstetri
Ginekologi
Internasional,
kehamilan
43
Plasenta dan selaput janin kembar dizigotik. (A): 2 plasenta, 2 korion, 2 amnion.
(B): 2 plasenta (menjadi satu), 2 korion, 2 amnion.
b. Gemelli monozigotik = kembar satu telur, homolog, uniovuler, identik dapat
terjadi karena :
- Satu telur dengan 2 inti, hambatan pada tingkat blastula
- Hambatan pada tingkat segmentasi
- Hambatan setelah amnion dibentuk, tetapi sebelum primitif
44
Gambar 2.
Jenis kembar monozigotik berhubungan dengan waktu terjadinya faktor
penghambat (Corner): Hambatan dalam tingkat segmentasi (2 4 hari). (B).
Hambatan dalam tingkat blastula (4 7 hari). (C) Hambatan setelah amnion
dibentuk tetapi sebelum primitive streak.
45
Gambar 3 :
Plasenta dan selaput janin kembar monozigotik. (A): 2 plasenta, 2 korion (melekat
menjadi satu), 2 amnion. (B): 2 plasenta (menjadi satu), 2 korion (melekat
menjadi satu), 2 amnion. (C): 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion (melekat menjadi
satu) (D): 1 plasenta, 1 korion amnion.
TWIN TO TWIN TRANSFUSION SYNDROME (TTTS)
Definisi
Twin to twin transfusion syndrome (TTTS) adalah suatu keadaan dimana
terjadi transfusi darah intrauterin dari janin ke janin yang lain pada kehamilan
kembar. TTTS merupakan komplikasi dari kehamilan kembar monochorionik
dimana dari gambaran sonografi terlihat ditemukan polihidramnion pada satu
kantong dan oligohidramnion pada kantong yang lainnya pada suatu kehamilan
ganda monochorionik-diamniotik. TTTS merupakan akibat dari ketidakseimbangan yang kronis dari transfusi antar janin kembar yang terjadi melalui
anastomosis pembuluh plasenta pada kehamilan kembar monochorion. Janin
donor akan menjadi anemis, oligiri, dan mengalami pertumbuhan yang terhambat,
46
47
sehingga dapat
Patogenesis
Ada beberapa factor yang mempengaruhi patofisiologi terjadinya TTTS
yakni:
1. Tipe dan jumlah dari anstomosis yang ada juga dipengaruhi letak yang sangat
bergantung pada ukuran zona plasenta dan insersi tali pusat (sentral, eksentrik,
marginal, velamentosa)
48
tersendiri
yang
mempengaruhi
pertumbuhan
janin
kembar
49
terjadinya
sirkulasi
ketiga.
Karena
sirkulasi
menghasilkan
50
HIPERBILIRUBINEMIA
PENDAHULUAN
Hiperblirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling
sering ditemukan pada bayi baru lahir. Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi
terlihat lebih kuning akibat akumulasi pigmen bilirubin yang berwarna ikterus
pada sklera dan kulit. Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum berfungsi
secara optimal, sehingga proses glukoronidasi bilirubin tidak terjadi secara
maksimal. Keadaan ini akan menyebabkan dominasi bilirubin tidak
terkonjugasi di dalam darah. Pada kebanyakan bayi lahir fenomena ini
merupakan proses fisiologis tetapi pada beberapa bayi terjadi peningkatan
bilirubin secara berlebihan sehingga bilirubin berpotensi menjadi toksik dan
dapat menyebabkan kematian dan bila bayi tersebut dapat bertahan hidup pada
jangka panjang akan menyebabkan sequele neurologis. Dengan demikian bayi
yang mengalami kuning harus dibedakan apakah ikterus yang terjadi
menrupakan keadaan fisiologis atau patologis serta dimonitor apakah
mempunyai kecenderngan untuk berkembang menjadi hiperbilirubinemia
yang berat.
51
DEFINISI
Ikterus neonatorum
Kadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewrnaan ikterus pada kulit
dan sklera akibat akumulasi bilirubin yang tiak terkonjugasi yang berlebih.
Hiperbilirubinemia
Peningkatan kadar plasma bilirubin 2 standar deviasi atau lebih dari kadar
yang ditentukan berdasarkan umur bayi atau lebih dari persentil 90
Ikterus fisiologis
Umumnya terjadi pada bayi baru lahir, kadar bilirubin tak terkonjugasi
pada minggu pertama > 2 mg/dl. Pada bayi ckup ulan yan mendapat susu
formula kadar bilirubinakan mencapai puncaknya sekitar 6-8 mg/dl pada hari
ke-3 kehidupan dan kemudian akan menurun cepat selama 2 3 hari diikuti
penurunan lambat sebesar 1 mg/dl selama 1 sampai 2 minggu.
Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI kadar bilirubin puncak dapat
mencapai 7 14 mgdl dan penurunan terjadi dalam 2 4 minggu, bahkan ada
yang mencapai 6 minggu. Pada bayi kurang bulan yang mendapat susu
52
Fase Awal
Kejang
53
Gangguan pendengaran
Displasia dental-enamel
FISIOLOGI BILIRUBIN
Pembentukan bilirubin
Bilirubin adalah pigmen kristal berwarna jungga ikterus yang merupakan
bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi
oksidasi-reduksi. Langkah oksidasi yang pertama adalah biliverdin yang
dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase. Biliverdin
kemudian akan direduksi menjadi blirubin oleh enzim biliverdin reduktase.
Biliverdin bersifat larut dalam air dan secara cepat diubah menjadi
bilirubin melalui reaksi bilirubin redukstase. Berbedadengan biliverdin,
bilirubin I bersifat lipofilik, sehingga diperlukan mekanisme transport dan
eliminasi bilirubin.
Transportasi bilirubin
Setelah proses pembentukan bilirubin, selanjutnya akan dilepas ke
sirkulasi melalui ikatan dengan albumin. Bayi baru lahir mempunyai kapasitas
ikatan plasma yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin yang
rendah dan kapasitas
ikat
yang
kurang,
sehingga
dapat
terjadi
peningkatan kadar bilirubin I bebas yang banyak dalam darah. Bilirubin yang
terikat pada albumin akan ditransportasi ke sel hepar untuk selanjutnya
mengalami konjugasi.
Asupan bilirubin
Saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit,
albumin terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin ditransfer
melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin. Penelitian menunjukan
bahwa ikterus fisiologis pada bayi baru lahir juga berhubungan dengan
defisiensi ligandin, tetapi hal itu tidak lebih penting daripada defisiensi
konjugasi dan hambatan transfer bilirubin darah ke empedu pada hari ke 3 4.
Konjugasi bilirubin
54
55
PATOFISIOLOGI HIPERBILIRUBINEMIA
Ikterus fisiologis
Ikterus fisiologis merupakan masalah yang terjadi pada bayi cukup
ataupun kurang bulan selama minggu pertama kehidupan/ Peningkatan
ketersediaan bilirubin merupakan hasil dari produksi bilirubin dan early
bilirubin yang lebih besar serta penurunan usia sel darah merah. Resirkulasi
aktif bilirubin di enterohepatik meningkatkan kadar serum bilirubin tidak
terkonjugasi disebabkan oleh penurunan bakteri flora normal, aktifitas beta
glukoronidase dan penurunan motilitas usus halus
Pada bayi yang diberi munum lebih awal atau diberi minum lebih sering
dan bayi dengan aspirasi mekonium atau pengeluaran mekonium lebih awal
cenderung mempunyai insiden yang rendah untuk terjadinya ikterus fisiologis.
Pada bayi yang diberi susu formula cenderung mengeluarkan bilirubin lebih
banyak pada mekonium pada 3 hari pertama dibandingkan dengan yang
diberikan ASI. Pada bayi yang mendapat ASI terdapat 2 bentuk neonatal
jaundice yaitu early onset dan late onset. Bentuk early onset diyakini
berhubungan dengan pemberian minum yang kurang, sedangkan late onset
dipengaruhi oleh kandungan ASI yang mempengaruhi proses konjugasi dan
ekskresi (kadar 2 alpha-20 beta-pregnanediol yang mempengaruhi aktifitas
UDPGT)
Faktor yang mempengaruhi ikterik fisiologis
Dasar
Peningkatan bilirubin yang tersedia
Peningkatan produksi bilirubin
Penyebab
1. Peningkatan sel darah merah
2. Penurunan umur sel darah merah
beta
glukoronidase
2. Tidak adanya flora normal pada GIT
3. Pengeluaran konium yang terlambat
Penurunan biliruin clearance
56
Ikterik non-fisiologis
Dasar
Penyebab
1. Peningkatan produksi bilirubin
Inkompabilitas darah fetomaternal
2. Peningkatan
penghancuran
Defisiensi enzim kongenital (G6PD
hemoglobin
galaktosemia)
Sepsis
Polisitemia
vera
(twin-to-twin
transfusion)
Ileus mekoneum
UDPGT
7. Perubahan fungsi dan perfusi hati
(Criglar-Najjar disease)
Asfiksia
Hipoksia
Hpotermi
Hipoglikemi
Sepsis
Obat
pregnenadiol)
Anomali kongenital (atersia biliaris
(kemampuan konjugasi)
dan
hormon
fibrosis kistis)
57
endokrin
(novobiastin
DIAGNOSIS
Berbagai faktor risiko dapat meningkatkan kejadian hiperbilirubinemia
yang berat. Perlu penilaian pad abayi baru lahir terhadap berbagai risiko,
terutama untuk bayi bayi yang pulang lebih awal. Selain itu juga perlu
dilakukan penanganan medis bayi dan disosialisasikan pada dokter yang
menangani bayi tersebut selanjutnya.
Tampilan ikterus dapat ditentukan dengan memeriksa bayi dalam ruangan
dengan pencahayaan baik dan menekan kulit dengan tekanan ringan untuk
melihat warna kulit dan jaringan subkutan. Derajat ikterik kemudian
ditentukan dengan menggunakan penilaian ikterik oleh Kramer.
58
Fototerapi
menurunkan
kadar
bilirubin
dengan
cara
2. Transfusi tukar
Transfusi pengganti digunakan untuk:
59
3. Terapi obat
60
Pencegahan
hiperbilirubinemia
dengan
menggunakan
DEFINISI
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir dibagi dua yaitu early infection
(diperoleh dari ibu saat masih berada di dalam kandungan) dan late infection
(infeksi yg diperoleh dari lingkungan luar).
PATOFISIOLOGI
Infeksi pada neonates dapat dibagi menjadi beberapa cara, yaitu:
1. Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulai ibu ke plasenta. Selanjutnya infeksi
melalui sirkulasi umbilicus dan masuk ke janin. Yang dapat masuk melalui cara
ini antara lain:
a. Virus: rubella, poliomyelitis, coxakie, variola, varicella, CMV.
b. Spirochaeta: treponema palidum
61
62
Bayi tertidur
Tampak gelisah
Pernafasan cepat
Terjadi edema
Sklerema
Ada 2 skoring yang digunakan untuk menemukan diagnosis neonatal infeksi yaitu
Bell Squash Score dan Gupte Score:
1. Partus tindakan
2. Ketuban tidak normal
3. Kelainan bawaan
4. Asfiksia
5. Preterm
6. BBLR
7. Infeksi tali pusat
8. Riwayat penyakit ibu
9. Riwayat penyakit kehamilan
Hasil: < 4 Observasi NI; > 4 NI
Gupte Score:
Prematuritas
Cairan amnion berbau busuk
Ibu demam
3
2
2
63
Asfiksia
Partus lama
Vagina tidak bersih
KPD
Hasil: 3-5 screening NI; > 5 NI
2
1
2
1
KLASIFIKASI
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan.
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatuss dengan
gejala-gejala sistemik.
Faktor resiko:
o Persalinan lama
o Persalinan dengan tindakan
o Infeksi / febris pada ibu
o Air ketuban bau, keruh
o KPD > 12 jam
o Prematuritas & BBLR
o Fetal distress
Tanda & gejala:
o Refleks hisap lemah
o Bayi tampak sakit, tidak aktif, tampak lemah
o Hipotermia atau hipertermia
o Merintih
64
65
dilakukan
dengan
mengurangi
sekecil
mungkin
terjadinya rangsangan
66
5. Oftalmia neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi melewati jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium:
o Stadium infiltratif
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme,
bisa terdapat pseudomembran.
o Stadium supuratif
Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tidak begitu hebat, terdapat sekret
bercampur darah, yang khas sekret akan muncrat dengan mendadak
saat palpebra dibuka.
o Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Sekret jauh berkurang, gejala lain tidak
begitu hebat lagi.
Penatalaksanaan:
o Bayi harus diisolasi
o Bersihkan mata dengan larutan garam fisiologis setiap 15 menit
disusul dengan pemberian salep mata penisilin, salep mata
diberikan setiap jam selama 3 hari
o Penisilin prokain 50000 unit/KgBB IM.
PENCEGAHAN
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
67
68
DAFTAR PUSTAKA
1. Markum, H. 1991. Ilmu Kesehatan Anak. Buku 3. FKUI, Jakarta.
2. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19 th edition.
Dalam Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.
3. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI; 2010
4. S a i f u d d i n , A B , A d r i a n z , G . M a s a l a h
Bayi
Baru
Lah i r.
L,
Ted
R.
Neonatal
Sepsis.2011.Avalaible
69