Surateleng pada zaman pemerintahan Prabu Sitija, putra Prabu Kresna, raja negara Dwarawati dengan Dewi Pretiwi, putri Prabu Nagaraja dari Kerajaan Sumur Jalatunda. Dia tercipta dari ancak (tempat sesaji). Ancak atau encek adalah tempat sesaji berupa pelepah batang pisang yang dibentuk segi empat. Sisinya kira-kira 30-40 cm. Alas ancak dibuat dari utas bambu yang dianyam jarang-jarang. Di atas anyaman diletakkan selembar daun pisang sebagai alas sesaji berupa makanan, jajan pasar, tumpeng, atau sesaji lainnya. Sampai sekarang ancak masih digunakan di desa-desa ketika melakukan ritual seperti bersih desa. Dipakai untuk membawa nasi dan lauk-pauk. Kalau kita melongok ke tempat orang hajatan di desa-desa yang masih memegang tradisi, Sumber : Rupa & Karakter Wayang Purwa
Tokoh-Tokoh Wayang Dalam Mahabharata
ancak sebagai tempat sesaji ditaruh di pojok rumah, di bawah
atap pringgitan. Berkat kesaktian Cangkok Wijayamulya milik Bambang Sitija, sebuah ancak bisa dipuja menjadi makhluk raksasa yang buas dan kejam. Ancakogra sangat sakti dan menjadi senapati kepercayaan Prabu Sitija. Ia membantu Bambang Sitija merebut negara Surateleng dari kekuasaan Prabu Narakasura. Ancakogra juga menjadi pemimpin pasukan bala tentara negara Surateleng tatkala Prabu Sitija yang bergelar Prabu
Narakasura
menyerang
dan
merebut
negara
Prajatisa/Trajutisna dari kekuasaan Prabu Bomantara.
Ketika
terjadi
perselisihan
antara
Prabu
Sitija/Bomanarakasura dan Prabu Gatotkaca, raja negara
Pringgandani, yang berkaitan dengan masalah hak pemilikan Hutan Tunggarana, Ancakogra mendapat tugas memimpin pasukan
bala
tentara
Surateleng
dan
Prajatisa
untuk
menyerang negara Pringgandani. Ancakogra tewas dalam
pertempuran melawan Gatotkaca. Dadanya hancur terkena hantaman aji Brajamusti. Brajamusti adalah paman Gatotkaca yang sukmanya masuk ke tangan Gatotkaca sebagai ajian. Sumber : Rupa & Karakter Wayang Purwa