Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada Tanaman Padi
Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada Tanaman Padi
Tanaman Padi
PENGENDALIAN
HAMA TERPADU
WERENG COKLAT
PADA TANAMAN PADI
Tim Pengendalian Hama Wereng Coklat
Dirjen Pertanian Tanaman Pangan Jakarta
November 1986
***********
PENDAHULUAN
Penggunaan teknologi maju dalam pembangunan pertanian tanaman pangan yang
dilaksanakan sejak Pelita I telah mengantar Indonesia mencapai swasembada beras.
Telah menjadi tekad kita bersama untuk melestarikan swasembada tersebut.
Diantaranya faktor-faktor yang mengancam kelestarian swasembada beras adalah
jasad pengganggu terutama hama wereng coklat.
Hama wereng coklat telah lama dikenal sebagai hama pada tanaman padi di
Indonesia, tetapi baru sejak tahun 1970 hama ini meningkat secara drastis menjadi
hama utama yang mengancam produksi beras. Keadaan serangan hama wereng
coklat yang sangat merisaukan merupakan konsekuensi penerapan teknologi maju
yang kurang memperhatikan bioekolig hama dalam usaha mengejar sasaran.
Penanaman varietas unggul dalam areal luas mengakibatkan keanekaragaman
lingkungan menjadi berkurang. Varietas unggul yang mempunyai anakan banyak,
tumbuh subur dan rimbun, akan menciptakan keadaan iklim mikro yang sangat
sesuai untuk perkembangan hama wereng coklat. Penanaman varietas unggul yang
memiliki ketahanan gen tunggal terhadap wereng coklat mengakibatkan tekanan
seleksi yang kuat terhadap hama tersebut, sehingga mendorong perkembangan
biotip baru yang mampu menghancurkan varietas yang semula tahan.
Tersedianya air pengairan yang cukup mendorong petani untuk menanam padi
secara terus menerus, menyebabkan tersedianya makanan dan tempat berkembang
biak bagi wereng coklat secara berkesinambungan.
Penggunaan insektisida yang tidak tepat dari segi jenis, dosis, konsentrasi, waktu
dan cara aplikasinya selain tidak efektif juga dapat menyebabkan resistensi,
resurgensi, munculnya hama sekunder, dan akibat samping lainnya yang tidak
diinginkan.
Pengalaman dalam menanggulangi hama wereng coklat sejak musim tanam 19741975 sampai saat ini, menunjukkan bahwa pengendalian hama wereng coklat tidak
pernah berhasil bila hanya mengandalkan satu cara pengendalian saja. Oleh karena
itu, maka sistem pengendalian hama terpadu, yaitu sistem pengendalian populasi
hama dengan menerapkan berbagai cara pengendalian yang serasi sehingga tidak
menimbulkan kerugian ekonomi dan aman terhadap lingkungan. Pada prinsipnya
pelaksanaan pengendalian ham terpadu adalah kewajiban petani sendiri dengan
pembinaan dan bimbingan oleh aparat pemerintah.
***********
***********
Wereng coklat yang baru menetas sebelum menjadi dewasa melewati 5 tahap
pertumbuhan nimfa (instar) yang dibedakan menurut ukuran tubuh dan bentuk bakal
sayapnya. Serangga muda itu disebut nimfa.
Periode nimfa berkisar antara 12-15 hari. Hal penting yang perlu diperhatikan yaitu
periode telur lebih dari separuh periode nimfa. Oleh karena telur wereng coklat
diletakkan dalam jaringan pelepah daun, maka telur tidak dipengaruhi oleh aplikasi
insektisida.
***********
Menurut ukuran sayapnya wereng coklat dewasa terdiri dari dua bentuk, yaitu
bentuk bersayap panjang (makroptera) dan bentuk bersayap pendek (Brakhiptera).
Pemunculan kedua bentuk tersebut antara lain dipengaruhi oleh kepadatan populasi.
Bentuk makroptera dapat terbang sehingga merupakan bagian populasi yang
berfungsi untuk menemukan tempat hidup baru. Perpindahan wereng coklat jarak
jauh dapat terjadi dengan bantuan angin.
Beberapa hari setelah kawin wereng coklat betina mulai bertelur, puluhan butir telur
sehari. Selama hidupnya, seekor wereng coklat betina di Laboratorium dapat
menghasilkan telur sampai 1000 butir. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan,
kemampuan bertelur di lapangan hanya mencapai 100-600 butir. Lama hidup
***********
makroptera migran kurang dari 5 hari dan masa hidup Brakhiptera betina berkisar
antara 5-9 hari. Di daerah tropis, satu generasi wereng coklat berlangsung sekitar
satu bulan. Siklus hidup wereng coklat tercantum dalam gambar 4 di bawah ini.
Dinamika Populasi
Populasi wereng coklat yang berkembang di sawah dimulai oleh wereng coklat
migran pada awal fase pembentukan anakan padi. Setelah menetap, wereng coklat
berkembangbiak secara eksponential untuk satu atau dua generasi pada tanaman
padi vase vegetatif, tergantung pada saat imigrasinya. Apabila imigrasi terjadi pada
umur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka wereng coklat dapat berkembang biak
sebanyak dua generasi. Puncak populasi nimfa generasi pertama (G1) dan kedua (G2)
berturut-turut muncul pada umur 5-6 minggu setelah tanam dan 10-11 minggu
setelah tanam. Apabila imigrasi terjadi setelah tanaman berumur 5-6 minggu setelah
tanam, puncak generasi nimfa hanya dijumpai satu kali, yaitu pada umur 9-10
minggu setelah tanam. Pada keadaan lain kepadatan populasi tertinggi terjadi pada
fase pembungaan tanaman padi yaitu pada umur 9-11 minggu setelah tanam.
Apabila kepadatan populasi mencapai 300-500 ekor per rumpun, tanaman akan
segera mati kering (hopperburn). Kecenderungan umum dinamika populasi wereng
coklat selama satu musim tanam dicantumkan pada gambar 5.
***********
Wereng coklat dewasa yang muncul pada saat tanaman berumur 7 minggu setelah
tanam umumnya berbentuk brakhiptera. Pada tanaman fase generatif wereng coklat
yang muncul umumnya berbentuk makroptera yang kemudian pindah dari
pertanaman tersebut. Akibatnya populasi wereng coklat pada tiap rumpun berkurang
dengan cepat selama fase pemasakan tanaman padi (gambar 6).
***********
Jika pada hamparan yang sama terdapat sawah yang baru ditanami maka akan
terjadi migrasi wereng coklat makroptera berasal dari tanaman padi fase generatif
tersebut.
***********
Karena itu pengaturan pola tanam yang berupa menanam serempak pada satu
hamparan yang cukup luas sangat bermanfaat, guna menghindarkan perpindahan
wereng coklat dari pertanaman satu ke pertanaman lainnya.
***********
hari mampu memangsa 10-20 ekor wereng coklat dewasa atau 15-20 nimfa
sehingga dianggap sebagai predator utama wereng coklat.
Mikrovelia dauglasi yang banyak terdapat pada permukaan air sawah, memangsa
nimfa yang jatuh dari tanaman. Kepik Cyrtorhinus lividipennis merupakan predator
utama yang memangsa telur dan nimfa. Selain itu terdapat beberapa parasit yaitu
antara lain kelompok Mymaridae, Trichogrammatidae, Dryinidae, dan Elenchidae.
Musuh-musuh alami wereng coklat yang umum ditemukan di Indonesia tercantum
pada gambar 7-21.
***********
***********
Kerusakan
Serangga dewasa dan nimfa biasanya menetap di bagian pangkal tanaman padi dan
mengisap pelepah daun. Wereng coklat menusukkan stiletnya ke dalam ikata
pembuluh vaskuler tanaman inang dan mengisap cairan tanaman dari jaringan
floem. Nimfa instar ke empat dan kelima menghisap cairan tanaman lebih banyak
daripada instar pertama, kedua dan ketiga. Wereng coklat betina mengisap cairan
lebih banyak daripada yang jantan. Kerusakan khas akibat isapan wereng coklat
adalah kering bagaikan terbakar yang dikenal dengan Hopperburn. Gejala awal
yang timbul adalah menguningnya helaian daun yang paling tua dan makin
banyaknya jamur jelaga karena banyaknya embun madu yang dikeluarkan wereng
coklat.
Perubahan warna berlangsung terus meliputi semua bagian tanaman, dan akhirnya
seluruh tanaman mengering berwarna coklat (Gambar 22).
Hopperburn biasanya terjadi pada fase setelah pembentukan malai. Kehilangan hasil
akibar serangan wereng coklat berkisar antara 10-90 persen, tergantung pada
tingkat kerusakan tanaman yang terserang.
Penyakit yang ditularkan oleh Wereng Coklat
Wereng coklat dapat menularkan dua macam penyakit virus padi, yaitu Penyakit
Kerdil Rumput (Grassy Stunt) dan Kerdil Hampa (Ragged Stunt). Penyakit
virus ini terutama penyakit kerdil rumput, biasanya terjadi secara epidemik setelah
eksploitasi wereng coklat.
Tanaman padi yang terserang penyakit kerdil rumput pertumbuhannya sangat
terhambat, sehingga menjadi kerdil dan mempunyai anakan banyak. Daunnya
menjadi sempit, pendek, berwarna kuning pucak dan berbintik-bintik coklat tua
(Gambar 23).
Serangan virus kerdil hampa menyababkan tanaman menjadi agak kerdil, daun hijau
tua, terpilin, pendek, kaku, sobek-sobek, berpuru, anakan bercabang dan malainya
tidak muncul serta hampa (Gambar 23).
Kedual penyakit virus diatas bersifat persisten. Penularan melalui telur (transovarial)
atau keturunan wereng coklat tidak terjadi. Hubungan antara vektor (wereng coklat)
dan virus dapat dilihat pada tabel 1.
INTERAKSI
VARIETAS
ANTARA
WERENG
Varietas Tahan
***********
COKLAT
DAN
Ketahanan varietas padi terhadap wereng coklat semula dianggap karena adanya
penolakan rasa oleh serangga. Pada varietas tahan, wereng coklat dapat mengisap
pembuluh tapis dengan stiletnya tetapi tidak terus menerus. Hal ini diduga karena
adanya bahan kimia yang menghalangi pengisapan tersebut. Hambatan ini
mengakibatkan angka kematian nimfa tinggi dan kesuburan wereng coklat menurun.
Hanya mengandalkan pada varietas tahan dapat mempercepat perubahan biotipe
wereng coklat. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan agar penggunaan varietas
tahan dapat dipertahankan lebih lama, misalnya penelitian tentang perlindungan
varietas rentan, pergiliran varietas tahan yang berbeda tetuanya dan lain-lainnya
(Gambar 24)
***********
***********
***********
INTERAKSI
ANTARA
INSEKTISIDA
WERENG
COKLAT
DAN
***********
***********
***********
= Intensitas Serangan
= Jumlah rumpun terserang
= Jumlah rumpun sehat
***********
***********
***********
***********
***********
***********
***********
***********
Pemilihan suatu varietas tahan yang dianjurkan tergantung terutama pada biotipe
wereng coklat yang menyerang, potensi produksi, mutu dan selera setempat
terhadap varietas yang dipilih, dengan tetap memperhatikan saran tersebut diatas.
Varietas-varietas padi yang dianjurkan untuk propinsi yang merupakan daerah
serangan kronis/endemis wereng coklat tercantum pada tabel 4.
Varietas-varietas yang dicantumkan di dalam tabel tersebut baru sebagian saja dari
varietas padi yang tersedia. Apabila di suatu daerah tersedia varietas lain yang
terbukti tahan terhadap wereng coklat biotipe setempat, maka varietas tersebut
dapat digunakan untuk melengkapi rekomendasi.
Eradikasi dan Sanitasi
Eradikasi dan sanitasi dilakukan dengan tujuan menghilangkan sumber serangan.
Pada daerah serangan wereng coklat yang bukan merupakan daerah serangan virus
kerdil rumput dan kerdil hampa, eradikasi dan atau sanitasi dilakukan pada tanaman
padi yang puso (intensitas serangannya > = 85%). Pada daerah serangan berat,
eradikasi hendaknya diikuti dengan pemberaan lahan selama satu sampai dua bulan
atau penanaman tanaman non padi.
Pada daerah serangan hama wereng coklat yang juga merupakan daerah serangan
virus maka eradikasi dan sanitasi dilakukan pada tanaman terserang sebagai
berikut:
- sanitasi atau eradikasi selektif terhadap pertanaman padi pada stadia
vegetatif yang terserang virus dengan intensitas < 50% atau terhadap
pertanaman padi pada stadia generatif yang terserang virus dengan intensitas
< 85%
- Eradikasi total dilakukan terhadap pertanaman padi vegetatif yang terserang
virus dengan intensitas >=50% atau terhadap pertanaman padi stadia
generatif yang terserang virus dengan intensitas >=85%
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 31 diagram berikut:
***********
***********
Penggunaan Insektisida
Pengendalian dengan insektisida dilakukan apabila cara pengendalian lain kurang
efektif sehingga populasi hama verada diatas ambang ekonomi. Pemilihan jenis dan
cara aplikasi insektisida hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga usaha
pengendalian menjadi efektif, efisien dan aman bagi lingkungan, khususnya terhadap
predator hama wereng coklat. Hendaknya dihindarkan pemilihan insektisida yang
menimbulkan resurgensi.
Insektisida tidak perlu digunakan pada varietas tahan kecuali kalau ketahanannya
patah. Penggunaan pestisida pada varietas rentan hendaknya disesuaikan dengan
hasil pengamatan. Aplikasi insektisida seyogyanya dilakukan pada saat populasi
wereng coklat dalam stadium nimfa. Hendaknya dihindari aplikasi pestisida pada
stadium telur karena telur-telur yang diletakkan pada jaringan tanaman tidak dapat
terjangkau oleh insektisida sehingga tetap hidup dan dalam keadaan tekanan musuh
alami yang rendah, populasi wereng coklat akan cepat meningkat kembali.
Karena wereng coklat tinggal pada bagian pangkal tanaman padi, maka aplikasi
insektisida dengan cara penyemprotan harus diarahkan pada bagian pangkal
tanaman padi.
Jenis insektisida yang dianjurkan dalam pengendalian wereng coklat adalah Applaud
10 WP serta insektisida yang berbahan aktif MIPC (seperti Mipcin 50 WP) dan
BPMC (Hopcin 50 EC, Bassa 50 EC, Baycarb 500 EC, Dharmabas 50 EC dan Kiltop 50
EC)
Applaud 10 WP adalah insektisida yang dapat mengganggu dan menghambat
pertumbuhan hama wereng coklat sehingga gagal dalam proses ganti kulit dan mati
3-7 hari kemudian.
Telur wereng coklat bila terkena langsung insektisida ini tidak dapat menetas, sedang
betina bunting yang terkena langsung akan menghasilkan telur yang juga tidak
menetas.
Sebaliknya insektisida ini tidak mematikan musuh alami (predator) wereng coklat
dan memiliki efek residu yang relatif lama (20-30 hari).
Insektisida-insektisida lain yang tersebut diatas adalah dari golongan senyawa
Carbamat yang efektif untuk mengendalikan serangga dewasa dan nimfa wereng
coklat dan memiliki efek residu kurang lebih 14 hari.
Aplikasi insektisida harus diusahakan pada waktu, cara dan dosis yang tepat. Waktu,
ambang pengendalian dan dosis serta cara aplikasinya tercantum dalam tabel 5.
Apabila dijumpai populasi wereng coklat di persemaian atau pertanaman muda
dengan populasi yang tinggi melebihi kebiasaan terutama di daerah pertanaman
varietas rentan, maka dapat diramalkan akan terjadi peningkatan serangan wereng
coklat bahkan dapat terjadi eksplosi. Keadaan tersebut bila meliputi areal yang luas
***********
HAMA
TERPADU
WERENG
COKLAT
DAN
Berdasarkan keadaan pertanaman padi setempat dan wereng coklat yang menyerang
serta cara pengendalian yang paling sesuai guna memperoleh hasil yang efektif
maka daerah serangan hama wereng coklat dibedakan menjadi daerah
kronis/endemis, daerah penyebaran baru, dan daerah yang kemungkinan terserang.
Daerah kronis/endemis adalah daerah yang pernah mengalami serangan wereng
coklat selama dua musim yang lalu tanpa memperhatikan luas dan intensitas
serangan, dan dalam musim tanam saat ini ada serangan.
Daerah penyebaran baru adalah daerah yang selama dua musim tanam yang lalu
tidak mengalami serangan, dan dalam musim tanam saat ini ada serangan.
Daerah yang mungkin terserang atau terancam adalah daerah yang berbatasan
dengan daerah kronis atau dengan daerah penyebaran serangan baru yang
mempunyai peluang besar untuk mengalami serangan, atau selama dua musim
tanam yang lalu pernah terjadi serangan, namun dalam musim tanam saat ini
belum ada serangan.
Berdasarkan pembagian wilayah serangan tersebut memakan urutan prioritas
komponen pengendalian dirinci menurut kondisi daerah serangan. Urutan prioritas
komponen pengendalian hama wereng coklat untuk musim tanam yang sedang
berjalan dan untuk musim tanam yang akan datang sebagaimana tercantum dalam
tabel 6 dan 7.
Pengendalian hama terpadu wereng coklat, penyakit kerdil hampa dan penyakit
kerdil rumput pada dasarnya adalah kewajiban dari petani masing-masing.
Kewajiban aparatur pemerintah dalam membina dan membimbing sistem
pengendalian hama terpadu adalah :
1. Dukungan Pembinaan dan Bimbingan
***********
2. Dukungan Pelayanan
-
[end]
***********
***********
***********
***********