Anda di halaman 1dari 34

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada

Tanaman Padi

PENGENDALIAN
HAMA TERPADU
WERENG COKLAT
PADA TANAMAN PADI
Tim Pengendalian Hama Wereng Coklat
Dirjen Pertanian Tanaman Pangan Jakarta
November 1986

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

PENDAHULUAN
Penggunaan teknologi maju dalam pembangunan pertanian tanaman pangan yang
dilaksanakan sejak Pelita I telah mengantar Indonesia mencapai swasembada beras.
Telah menjadi tekad kita bersama untuk melestarikan swasembada tersebut.
Diantaranya faktor-faktor yang mengancam kelestarian swasembada beras adalah
jasad pengganggu terutama hama wereng coklat.
Hama wereng coklat telah lama dikenal sebagai hama pada tanaman padi di
Indonesia, tetapi baru sejak tahun 1970 hama ini meningkat secara drastis menjadi
hama utama yang mengancam produksi beras. Keadaan serangan hama wereng
coklat yang sangat merisaukan merupakan konsekuensi penerapan teknologi maju
yang kurang memperhatikan bioekolig hama dalam usaha mengejar sasaran.
Penanaman varietas unggul dalam areal luas mengakibatkan keanekaragaman
lingkungan menjadi berkurang. Varietas unggul yang mempunyai anakan banyak,
tumbuh subur dan rimbun, akan menciptakan keadaan iklim mikro yang sangat
sesuai untuk perkembangan hama wereng coklat. Penanaman varietas unggul yang
memiliki ketahanan gen tunggal terhadap wereng coklat mengakibatkan tekanan
seleksi yang kuat terhadap hama tersebut, sehingga mendorong perkembangan
biotip baru yang mampu menghancurkan varietas yang semula tahan.
Tersedianya air pengairan yang cukup mendorong petani untuk menanam padi
secara terus menerus, menyebabkan tersedianya makanan dan tempat berkembang
biak bagi wereng coklat secara berkesinambungan.
Penggunaan insektisida yang tidak tepat dari segi jenis, dosis, konsentrasi, waktu
dan cara aplikasinya selain tidak efektif juga dapat menyebabkan resistensi,
resurgensi, munculnya hama sekunder, dan akibat samping lainnya yang tidak
diinginkan.
Pengalaman dalam menanggulangi hama wereng coklat sejak musim tanam 19741975 sampai saat ini, menunjukkan bahwa pengendalian hama wereng coklat tidak
pernah berhasil bila hanya mengandalkan satu cara pengendalian saja. Oleh karena
itu, maka sistem pengendalian hama terpadu, yaitu sistem pengendalian populasi
hama dengan menerapkan berbagai cara pengendalian yang serasi sehingga tidak
menimbulkan kerugian ekonomi dan aman terhadap lingkungan. Pada prinsipnya
pelaksanaan pengendalian ham terpadu adalah kewajiban petani sendiri dengan
pembinaan dan bimbingan oleh aparat pemerintah.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

BIOEKOLOGI WERENG COKLAT


Biologi
Wereng coklat, Nilaparvata lugens Stal, tergolong dalam ordo Homoptera famili
Delphacidae. Seluruh tubuhnya berwarna coklat kekuningan sampai coklat tua,
berbintik coklat gelap pada pertemuan sayap depannya. Panjang badan serangga
jantan rata-rata 2-3 mm dan serangga betina 3-4 mm. Inang utama wereng coklat
adalah tanaman padi. Dengan demikian perkembangan populasi wereng coklat
tergantung pada adanya tanaman padi.
Telur wereng coklat berwarna putih, berbentuk seperti buah pisang, berukuran 1,30
mm x 0,33 mm dan biasanya diletakkan berkelompok di dalam jaringan pelepah
daun tanaman padi. Namun telur wereng coklat kadang-kadang dapat ditemukan
pada helai daun. Telur menetas setelah 7-10 hari.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Wereng coklat yang baru menetas sebelum menjadi dewasa melewati 5 tahap
pertumbuhan nimfa (instar) yang dibedakan menurut ukuran tubuh dan bentuk bakal
sayapnya. Serangga muda itu disebut nimfa.
Periode nimfa berkisar antara 12-15 hari. Hal penting yang perlu diperhatikan yaitu
periode telur lebih dari separuh periode nimfa. Oleh karena telur wereng coklat
diletakkan dalam jaringan pelepah daun, maka telur tidak dipengaruhi oleh aplikasi
insektisida.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Menurut ukuran sayapnya wereng coklat dewasa terdiri dari dua bentuk, yaitu
bentuk bersayap panjang (makroptera) dan bentuk bersayap pendek (Brakhiptera).
Pemunculan kedua bentuk tersebut antara lain dipengaruhi oleh kepadatan populasi.
Bentuk makroptera dapat terbang sehingga merupakan bagian populasi yang
berfungsi untuk menemukan tempat hidup baru. Perpindahan wereng coklat jarak
jauh dapat terjadi dengan bantuan angin.

Beberapa hari setelah kawin wereng coklat betina mulai bertelur, puluhan butir telur
sehari. Selama hidupnya, seekor wereng coklat betina di Laboratorium dapat
menghasilkan telur sampai 1000 butir. Tetapi karena adanya pengaruh lingkungan,
kemampuan bertelur di lapangan hanya mencapai 100-600 butir. Lama hidup

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

makroptera migran kurang dari 5 hari dan masa hidup Brakhiptera betina berkisar
antara 5-9 hari. Di daerah tropis, satu generasi wereng coklat berlangsung sekitar
satu bulan. Siklus hidup wereng coklat tercantum dalam gambar 4 di bawah ini.

Dinamika Populasi
Populasi wereng coklat yang berkembang di sawah dimulai oleh wereng coklat
migran pada awal fase pembentukan anakan padi. Setelah menetap, wereng coklat
berkembangbiak secara eksponential untuk satu atau dua generasi pada tanaman
padi vase vegetatif, tergantung pada saat imigrasinya. Apabila imigrasi terjadi pada
umur 2 atau 3 minggu setelah tanam, maka wereng coklat dapat berkembang biak
sebanyak dua generasi. Puncak populasi nimfa generasi pertama (G1) dan kedua (G2)
berturut-turut muncul pada umur 5-6 minggu setelah tanam dan 10-11 minggu
setelah tanam. Apabila imigrasi terjadi setelah tanaman berumur 5-6 minggu setelah
tanam, puncak generasi nimfa hanya dijumpai satu kali, yaitu pada umur 9-10
minggu setelah tanam. Pada keadaan lain kepadatan populasi tertinggi terjadi pada
fase pembungaan tanaman padi yaitu pada umur 9-11 minggu setelah tanam.
Apabila kepadatan populasi mencapai 300-500 ekor per rumpun, tanaman akan
segera mati kering (hopperburn). Kecenderungan umum dinamika populasi wereng
coklat selama satu musim tanam dicantumkan pada gambar 5.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Wereng coklat dewasa yang muncul pada saat tanaman berumur 7 minggu setelah
tanam umumnya berbentuk brakhiptera. Pada tanaman fase generatif wereng coklat
yang muncul umumnya berbentuk makroptera yang kemudian pindah dari
pertanaman tersebut. Akibatnya populasi wereng coklat pada tiap rumpun berkurang
dengan cepat selama fase pemasakan tanaman padi (gambar 6).

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Jika pada hamparan yang sama terdapat sawah yang baru ditanami maka akan
terjadi migrasi wereng coklat makroptera berasal dari tanaman padi fase generatif
tersebut.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Karena itu pengaturan pola tanam yang berupa menanam serempak pada satu
hamparan yang cukup luas sangat bermanfaat, guna menghindarkan perpindahan
wereng coklat dari pertanaman satu ke pertanaman lainnya.

Langkah pertama dalam peramalan wereng coklat adalah mengetahui


kecenderungan populasi wereng coklat pada setiap lokasi dan musim tanam.
Banyaknya wereng coklat migran pada wakt-waktu tertentu dicatat secara cermat
dan teratur. Wereng coklat betina brakhiptera yang muncul pada generasi
selanjutnya merupakan kunci utama peramalan wereng coklat.
Musuh Alami
Di daerah tropis, peranan musuh alami dalam mengendalikan populasi wereng coklat
sangat besar. Diantaranya musuh alami tes adalah predator Lycosa sp yang setiap

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

hari mampu memangsa 10-20 ekor wereng coklat dewasa atau 15-20 nimfa
sehingga dianggap sebagai predator utama wereng coklat.
Mikrovelia dauglasi yang banyak terdapat pada permukaan air sawah, memangsa
nimfa yang jatuh dari tanaman. Kepik Cyrtorhinus lividipennis merupakan predator
utama yang memangsa telur dan nimfa. Selain itu terdapat beberapa parasit yaitu
antara lain kelompok Mymaridae, Trichogrammatidae, Dryinidae, dan Elenchidae.
Musuh-musuh alami wereng coklat yang umum ditemukan di Indonesia tercantum
pada gambar 7-21.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Kerusakan
Serangga dewasa dan nimfa biasanya menetap di bagian pangkal tanaman padi dan
mengisap pelepah daun. Wereng coklat menusukkan stiletnya ke dalam ikata
pembuluh vaskuler tanaman inang dan mengisap cairan tanaman dari jaringan
floem. Nimfa instar ke empat dan kelima menghisap cairan tanaman lebih banyak
daripada instar pertama, kedua dan ketiga. Wereng coklat betina mengisap cairan
lebih banyak daripada yang jantan. Kerusakan khas akibat isapan wereng coklat
adalah kering bagaikan terbakar yang dikenal dengan Hopperburn. Gejala awal
yang timbul adalah menguningnya helaian daun yang paling tua dan makin
banyaknya jamur jelaga karena banyaknya embun madu yang dikeluarkan wereng
coklat.
Perubahan warna berlangsung terus meliputi semua bagian tanaman, dan akhirnya
seluruh tanaman mengering berwarna coklat (Gambar 22).
Hopperburn biasanya terjadi pada fase setelah pembentukan malai. Kehilangan hasil
akibar serangan wereng coklat berkisar antara 10-90 persen, tergantung pada
tingkat kerusakan tanaman yang terserang.
Penyakit yang ditularkan oleh Wereng Coklat
Wereng coklat dapat menularkan dua macam penyakit virus padi, yaitu Penyakit
Kerdil Rumput (Grassy Stunt) dan Kerdil Hampa (Ragged Stunt). Penyakit
virus ini terutama penyakit kerdil rumput, biasanya terjadi secara epidemik setelah
eksploitasi wereng coklat.
Tanaman padi yang terserang penyakit kerdil rumput pertumbuhannya sangat
terhambat, sehingga menjadi kerdil dan mempunyai anakan banyak. Daunnya
menjadi sempit, pendek, berwarna kuning pucak dan berbintik-bintik coklat tua
(Gambar 23).
Serangan virus kerdil hampa menyababkan tanaman menjadi agak kerdil, daun hijau
tua, terpilin, pendek, kaku, sobek-sobek, berpuru, anakan bercabang dan malainya
tidak muncul serta hampa (Gambar 23).
Kedual penyakit virus diatas bersifat persisten. Penularan melalui telur (transovarial)
atau keturunan wereng coklat tidak terjadi. Hubungan antara vektor (wereng coklat)
dan virus dapat dilihat pada tabel 1.

INTERAKSI
VARIETAS

ANTARA

WERENG

Varietas Tahan

***********

COKLAT

DAN

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Penggunaan varietas tahan untuk mengendalikan wereng coklat merupakan


pendekatan praktis yang penting. Dewasa ini telah ditemukan empat macam gen
tahan terhadap wereng coklat, yaitu Bph 1 dan Bph3 sebagai gen dominan serta Bph2
dan Bph4 sebagai gen resesif. Bph1, Bph2 dan Bph4 telah digunakan untuk
memperbaiki varietas-varietas padi dari IRRI dan Indonesia yang telah ditanam
secara luas oleh petani.
Reaksi varietas-varietas tersebut terhadap hama wereng coklat pada saat ini
tercantum pada tabel 2.

Ketahanan varietas padi terhadap wereng coklat semula dianggap karena adanya
penolakan rasa oleh serangga. Pada varietas tahan, wereng coklat dapat mengisap
pembuluh tapis dengan stiletnya tetapi tidak terus menerus. Hal ini diduga karena
adanya bahan kimia yang menghalangi pengisapan tersebut. Hambatan ini
mengakibatkan angka kematian nimfa tinggi dan kesuburan wereng coklat menurun.
Hanya mengandalkan pada varietas tahan dapat mempercepat perubahan biotipe
wereng coklat. Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan agar penggunaan varietas
tahan dapat dipertahankan lebih lama, misalnya penelitian tentang perlindungan
varietas rentan, pergiliran varietas tahan yang berbeda tetuanya dan lain-lainnya
(Gambar 24)

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Biotipe Wereng Coklat


Biotipe wereng coklat yang berbeda mempunyai kemampuan yang berbeda dalam
menyerang varietas padi yang memiliki gen tahan berbeda. Interaksi antara varietas
padi dengan biotipe wereng coklat dapat dilihat pada tabel 2 dan gambar 25.
Kegunaan varietas tahan tergantung kemampuan biotipe wereng coklat
mematahkan ketahanan varietas itu. Dalam percobaan di labolatorium
diperlukan waktu sekitar 10 generasi atau 4-5 kali tanam untuk
berkembang menjadi biotipe baru. Di sumatera utara, biotipe wereng coklat
berubah dari biotipe 1 menjadi biotipe 3 melalui biotipe 2, mengikuti perubahan
varietas padi yang ditanam di propinsi tersebut (Gambar 25). Perubahan populasi
seperti ini terjadi bila populasinya mengalami tekanan seleksi yang kuat dalam areal
pertanaman varietas tahan dengan sifat ketahanan tunggal dan ditanam terus
menerus.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

INTERAKSI
ANTARA
INSEKTISIDA

WERENG

COKLAT

DAN

Penggunaan insektisida merupakan salah satu alternatif untuk mengendalikan hama


wereng coklat. Perlu disadari bahwa penggunaan insektisida yang tidak bijaksana
dapat menimbulkan dampak yang tidak kita inginkan seperti timbulnya resistensi dan
resurgensi wereng coklat.
1. Resistensi terjadi karena insektisida tertentu digunakan secara terus menerus
dengan frekwensi yang cukup tinggi sehingga dosis yang semula dapat
mengendalikan wereng coklat tidak lagi dapat mengendalikan.
2. Resurgensi merupakan keadaan bahwa populasi hama menjadi makin
meningkat setelah disemprot dengan insektisida tertentu. Peningkatan
populasi tersebut disebabkan antara lain oleh:
a. Terbunuhnya musuh alami hama akibat penggunaan insektisida
b. Insektisida tersebut mempunyai pengaruh tertentu terhadap fisiologi
serangga hama, sehingga perkembangbiakannya menjadi lebih tinggi.
Dewasa ini banyak insektisida yang digunakan untuk mengendalikan hama padi di
Indonesia ternyata menimbulkan resurgensi terhadap hama wereng coklat. Oleh
karena itu, dengan Inpres No 3 tahun 1986, pemerintah melarang penggunaan
insektisida tersebut untuk digunakan pada tanaman padi. Daftar insektisida yang
dilarang dalam Inpres No 3 tersebut tercantum pada tabel 3.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

PENGAMATAN DAN PELAPORAN


Pengamatan

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Pengamatan merupakan kegiatan untuk mengamati perkembangan populasi wereng


coklat, kerusakan yang ditimbulkannya, dan penyakit virus yang ditularkan wereng
coklat. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada persemaian maupun pertanaman padi
oleh pengamat hama.
Pengamat hama perlu dibantu secara aktif oleh para PPL, Pamong Desa, Kontak Tani,
dan Petani agar dapat mengetahui adanya serangan wereng coklat dan penyakit
virus yang ditularkan sedini mungkin. Petani, sebagai sumber informasi primer, perlu
dibina sehingga dapat memberikan informasi adanya tanaman terserang serta
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk melaksanakan pengamatan.
Beberapa istilah yang dalam pengamatan hama wereng coklat, penyakit kerdil
rumput, dan penyakit kerdil hampa perlu difahami adalah:
a. Luas Serangan adalah luas pertanaman padi yang terserang wereng coklat,
penyakit kerdil rumput dan penyakit kerdil hampa.
b. Wilayah Penaksiran, adalah areal pertanaman yang dibatasi oleh tandatanda yang jelas, antara lain perkampungan, tanaman non padi, sungai,
jalan, lahan kosong, dan sebagainya
c. Wereng Coklat
a. Daerah Terancam, yaitu apabila pada pertanaman padi telah
ditemukan hama wereng coklat dengan kepadatan populasi kurang
dari 1 ekor per tunas atau kurang dari 20 ekor per rumpun untuk
tanaman yang anakannya 20, dan lebih dari 20 tunas per rumpun
b. Tanaman Terserang, yaitu apabila tanaman padi digunakan untuk
tempat hidup dan berkembangbiak oleh hama wereng coklat dengan
kepadatan populasi 1 ekor per tunas atau lebih atau sama dengan 20
ekor per rumpun untuk tanaman yang anakannya 20 atau lebih dari 20
tunas per rumpun dan mengakibatkan kerusakan
c. Intensitas Serangan, adalah tingkat kepadatan populasi atau derajat
kerusakan tanaman padi akibat serangan wereng coklat. Intensitas
serangan dibagi empat tingkat:
Intensitas Serangan Ringan, yaitu apabila kepadatan populasi
wereng coklat > = 1 ekor per tunas atau >= 20 ekor per rumpun
untuk tanaman yang anakannya 20 tunas per rumpun atau lebih
Intensitas Serangan Sedang, yaitu apabila telah terjadi perubahan
warna tanaman yang semula hijau menjadi kekuningan atau
mengering kecoklatan yang mencapai luasan 25% dari areal
pertanaman.
Intensitas Serangan Berat, yaitu apabila telah ditemukan tanaman
yang menunjukkan warna kuning atau mengering kecoklatan yang
luasnya lebih dari 25% areal sampai kurang dari 85% areal
pertanaman.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Intensitas Serangan Puso, yaitu apabila luas tanaman yang


menunjukkan warna kuning atau mengering kecoklatan meliputi lebih
dari 85% persen areal pertanaman.
d. Penyakit Kerdil Rumput dan Kerdil Hampa
a. Tanaman Terserang, adalah tanaman padi yang menunjukkan gejala
serangan virus kerdil rumput dan kerdil hampa
b. Intensitas Serangan dihitung dengan cara membandingkan banyak
rumpun yang terserang terhadap seluruh tanaman, baik yang
terserang maupun yang sehat. Untuk setiap wilayah penaksiran
diamati 150 rumpun contoh dan selanjutnya digunakan rumus
I = a/(a+b) x 100%
I
a
b

= Intensitas Serangan
= Jumlah rumpun terserang
= Jumlah rumpun sehat

Intensitas serangan penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa dibagi


empat tingkat:
Intensitas Serangan Ringan, yaitu apabila ditemukan gejala
penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa pada derajat kerusakan
kurang dari 25%
Intensitas Serangan Sedang, yaitu apabila derajat kerusakan sama
atau lebih besar dari 25% sampai kurang dari 50%
Intensitas Serangan Berat, yaitu apabila derajat kerusakan sama
atau lebih besar dari 50% sampai kurang dari 85%
Intensitas Serangan Puso, yaitu apabila derajat kerusakan sama
atau lebih besar dari 85%
e. Musuh Alami
Musuh alami diamati jenis dan populasinya per rumpun
Pelaporan
Pelaporan serangan hama wereng coklat, penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa
dibuat oleh:
a. Pengamat Hama
Laporan peringatan, Laporan Setengah Bulan, dan Laporan Musiman
b. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten/Kodya
Laporan Setengah Bulan, dan Laporan Eksploitasi
c. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi
Laporan Setengah Bulan, dan Laporan Eksploitasi

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

d. Balai Proteksi Tanaman Pangan


Laporan Setengah Bulan, dan Laporan Musiman
Peta Serangan
Untuk mengetahui perkembangan serangan, penyebaran serta tingkat intensitas di
dalam suatu wilayah serta berbagai sarana dalam menyusun rencana gerakan
pengendalian, maka perlu dibuat peta serangan. Peta serangan dibuat berdasarkan
hasil pengamatan dengan wilayah desa sebagai satuan wilayah terkecil.
Intensitas serangan ringan digambarkan dengan warna kuning, intensitas serangan
sedang dengan warna merah jambu, intensitas serangan berat dengan warna jingga,
dan intensitas serangan puso warna biru dan daerah terancam digambarkan dengan
warna hijau. Pemakaian warna menggunakan stabilo.

PENGENDALIAN HAMA TERPADU WERENG COKLAT


Pengendalian hama terpadu adalah sistem pengendalian populasi hama dengan
menerapkan berbagai cara pengendalian yang serasi dalam suatu kesatuan program
sehingga populasi hama dapat ditekan di bawah tingkat yang dapat menimbulkan
kerugian ekonomi, dan aman terhadap lingkungan. Teknologi yang digunakan harus
benar-benar yang menguntungkan petani.
Khusus dalam pengendalian hama wereng coklat dan penyakit-penyakit virus yang
ditularkan, akan dilaksanakan empat cara pengendalian utama yaitu pengaturan
pola tanam, penanaman varietas unggul tahan wereng (VUTW), eradikasi
dan sanitasi, dan penggunaan Insektisida secara bijaksana. Keempat cara
terdapat harus dipadukan dalam suatu kesatuan program yang dilaksanakan secara
mantap, menyeluruh dan berkesinambungan. Untuk melaksanakan sistem
pengendalian terpadu tersebut, diperlukan berbagai langkah-langkah terkoordinasi
antara berbagai instansi yang bersangkutan.
Pengaturan Pola Tanam
Cara-cara pengaturan pola tanam yang dapat diterapkan dalam pengendalian hama
wereng coklat dan penyakit virus yang ditularkannya adalah tanam serentak,
pergiliran tanaman, dan pergiliran varietas tahan.
Tanam Serempak
Dengan tanam serentak diharapkan tidak terjadi tumpang tindih generasi hama
sehingga populasi wereng coklat tidak mempunyai kemampuan untuk
berkembangbiak, terus menerus, memudahkan pengamatan dan apabila diperlukan
memudahkan penentuan saat aplikasi insektisida dan lebih menjamin efektivitas
aplikasi insektisida. Dengan demikian aplikasi insektisida tidak perlu diulang-ulang.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Tanam serentak dapat membantu memutuskan tersedianya makanan hama karena


adanya periode tidak ada tanaman (Bera) pada saat pengolahan tanah diantaranya
dia periode tanam, sehingga populasi wereng coklat dapat ditekan.
Tanam serentak hendaknya dilakukan pada areal yang cukup luas sekurangkurangnya meliputi satu petak tersier atau wilkel dengan selisih waktu tanam paling
lama dua minggu dan selisih waktu panen paling lama empat minggu. Untuk itu
varietas padi yang ditanam harus yang berumur relatif sama.
Cara ini perlu ditunjang dengan ketersediaan tenaga kerja yang cukup pada saat
pengolahan tanah dan panen, pengaturan air yang ketat dan dipatuhi oleh petani,
serta pengaturan kebijaksanaan harga pada saat panen serentak.
Pergiliran Tanaman
Hama wereng coklat tidak mempunyai inang lain selain padi. Penanaman monokultur
padi secara terus menerus menyebabkan tersedianya tanaman inang sepanjang
tahun yang memungkinkan berkembangnya populasi wereng coklat. Oleh karena itu,
usaha untuk memutus ketersediaan makanan mutlak diperlukan. Usaha tersebut
antara lain dengan cara menerapkan pergiliran tanaman, yaitu sekurang-kurangnya
satu kali menanam non padi atau dibiarkan bera selama satu sampai dua bulan
setiap tahun (gambar 26 dan 27)

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Pergiliran Varietas Tahan


Bagi daerah-daearah berpola tanam padi sepanjang tahun karena berbagai alasan
seperti drainase, sosial ekonomi, dan lain-lain, hendaknya dilakukan pergiliran
varietas tahan untuk menekan dan menghambat perkembangan biotipe baru.
Varietas yang digilir harus dari kelompok varietas yang memiliki gen tahan (tetua
tahan) yang berbeda (gambar 28).
Cara ini perlu ditunjang dengan pengelolaan penyediaan benih yang terprogram
denga baik untuk menjamin ketepatan jenis, mutu, jumlah, waktu, tempat dan
harga, oleh karena itu, perusahaan-perusahaan benih, penangkar-penangkar benih
dan ikatan penangkar benih harus benar-benar memahami akan pentingnya
penyediaan benih dalam usaha pengendalian hama terpadu wereng coklat.

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Penanaman Varietas Unggul Tahan Wereng (VUTW)


Di daerah tropis, penanaman varietas tahan mempunyai peranan yang penting dalam
pengendalian hama wereng coklat. Namun demikian, pengendalian wereng dengan

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

mengandalkan pada penanaman varietas tahan masih mengandung resiko, karena


ketahanan genetik varietas tahan dapat dipatahkan oleh adanya perkembangan
biotipe wereng coklat. Oleh karena itu wereng coklat memiliki potensi reproduksi
yang tinggi, siklus hidup yang pendek dan sifat monophagus, maka akan mendorong
terjadinya biotipe yang lebih ganas (biotipe virulen) terhadap varietas tahan
monogenik yang ditanam secara monokultur terus menerus. Dengan demikian,
berarti daya tahan varietas tergantung sepenuhnya pada perkembangan biotipe
virulen.
Di Indonesia penanaman varietas tahan dilakukan secara meluas guna
menanggulangi masalah wereng coklat. Varietas tahan dapat digunakan tanpa
penambahan masukan oleh petani, serta dapat digabungkan dengan cara
pengendalian biologi misalnya pemanfaatan musuh-musuh alami (predator dan
parasitoid). Agar penggunaan varietas tahan dapat tahan lama dan efektif
penggunaannya perlu diintegrasikan dengan komponen pengendalian yang lain,
seperti pengaturan pola tanam, pergiliran varietas, sistem pengamatan yang intensif
dan penggunaan insektisida secara bijaksana (gambar 29 dan 30)

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Beberapa pendekatan praktis di lapangan yang disarankan agar penggunaan varietas


tahan dipertahankan selama mungkin adalah mencegah penanaman varietas tahan
monogenik secara monokultur terus menerus, menganjurkan pergiliran varietas
thana, dan menanam varietas-varietas yang telah menunjukkan ketahanan cukup
lama di lapang (misalnya PB36).

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Pemilihan suatu varietas tahan yang dianjurkan tergantung terutama pada biotipe
wereng coklat yang menyerang, potensi produksi, mutu dan selera setempat
terhadap varietas yang dipilih, dengan tetap memperhatikan saran tersebut diatas.
Varietas-varietas padi yang dianjurkan untuk propinsi yang merupakan daerah
serangan kronis/endemis wereng coklat tercantum pada tabel 4.
Varietas-varietas yang dicantumkan di dalam tabel tersebut baru sebagian saja dari
varietas padi yang tersedia. Apabila di suatu daerah tersedia varietas lain yang
terbukti tahan terhadap wereng coklat biotipe setempat, maka varietas tersebut
dapat digunakan untuk melengkapi rekomendasi.
Eradikasi dan Sanitasi
Eradikasi dan sanitasi dilakukan dengan tujuan menghilangkan sumber serangan.
Pada daerah serangan wereng coklat yang bukan merupakan daerah serangan virus
kerdil rumput dan kerdil hampa, eradikasi dan atau sanitasi dilakukan pada tanaman
padi yang puso (intensitas serangannya > = 85%). Pada daerah serangan berat,
eradikasi hendaknya diikuti dengan pemberaan lahan selama satu sampai dua bulan
atau penanaman tanaman non padi.
Pada daerah serangan hama wereng coklat yang juga merupakan daerah serangan
virus maka eradikasi dan sanitasi dilakukan pada tanaman terserang sebagai
berikut:
- sanitasi atau eradikasi selektif terhadap pertanaman padi pada stadia
vegetatif yang terserang virus dengan intensitas < 50% atau terhadap
pertanaman padi pada stadia generatif yang terserang virus dengan intensitas
< 85%
- Eradikasi total dilakukan terhadap pertanaman padi vegetatif yang terserang
virus dengan intensitas >=50% atau terhadap pertanaman padi stadia
generatif yang terserang virus dengan intensitas >=85%
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar 31 diagram berikut:

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Penggunaan Insektisida
Pengendalian dengan insektisida dilakukan apabila cara pengendalian lain kurang
efektif sehingga populasi hama verada diatas ambang ekonomi. Pemilihan jenis dan
cara aplikasi insektisida hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga usaha
pengendalian menjadi efektif, efisien dan aman bagi lingkungan, khususnya terhadap
predator hama wereng coklat. Hendaknya dihindarkan pemilihan insektisida yang
menimbulkan resurgensi.
Insektisida tidak perlu digunakan pada varietas tahan kecuali kalau ketahanannya
patah. Penggunaan pestisida pada varietas rentan hendaknya disesuaikan dengan
hasil pengamatan. Aplikasi insektisida seyogyanya dilakukan pada saat populasi
wereng coklat dalam stadium nimfa. Hendaknya dihindari aplikasi pestisida pada
stadium telur karena telur-telur yang diletakkan pada jaringan tanaman tidak dapat
terjangkau oleh insektisida sehingga tetap hidup dan dalam keadaan tekanan musuh
alami yang rendah, populasi wereng coklat akan cepat meningkat kembali.
Karena wereng coklat tinggal pada bagian pangkal tanaman padi, maka aplikasi
insektisida dengan cara penyemprotan harus diarahkan pada bagian pangkal
tanaman padi.
Jenis insektisida yang dianjurkan dalam pengendalian wereng coklat adalah Applaud
10 WP serta insektisida yang berbahan aktif MIPC (seperti Mipcin 50 WP) dan
BPMC (Hopcin 50 EC, Bassa 50 EC, Baycarb 500 EC, Dharmabas 50 EC dan Kiltop 50
EC)
Applaud 10 WP adalah insektisida yang dapat mengganggu dan menghambat
pertumbuhan hama wereng coklat sehingga gagal dalam proses ganti kulit dan mati
3-7 hari kemudian.
Telur wereng coklat bila terkena langsung insektisida ini tidak dapat menetas, sedang
betina bunting yang terkena langsung akan menghasilkan telur yang juga tidak
menetas.
Sebaliknya insektisida ini tidak mematikan musuh alami (predator) wereng coklat
dan memiliki efek residu yang relatif lama (20-30 hari).
Insektisida-insektisida lain yang tersebut diatas adalah dari golongan senyawa
Carbamat yang efektif untuk mengendalikan serangga dewasa dan nimfa wereng
coklat dan memiliki efek residu kurang lebih 14 hari.
Aplikasi insektisida harus diusahakan pada waktu, cara dan dosis yang tepat. Waktu,
ambang pengendalian dan dosis serta cara aplikasinya tercantum dalam tabel 5.
Apabila dijumpai populasi wereng coklat di persemaian atau pertanaman muda
dengan populasi yang tinggi melebihi kebiasaan terutama di daerah pertanaman
varietas rentan, maka dapat diramalkan akan terjadi peningkatan serangan wereng
coklat bahkan dapat terjadi eksplosi. Keadaan tersebut bila meliputi areal yang luas

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

dan hasil pengamatan menunjukkan perlu tindakan pengendalian maka perlu


tindakan pengendalian secara serentak meliputi seluruh areal tersebut sebelum
nimfa generasi pertama mencapai puncak populasinya. Pada keadaan tersebut
insektisida yang sesuai digunakan adalah Applaud 10 WP yang mempunyai efek
mematikan telur dan nimfa, residu yang lama dan tidak menimbulkan resurgensi.
Pengendalian wereng coklat menggunakan insektisida pada akhir stadium
pembungaan, cukup dilakukan oleh petani secara perorangan. Pada saat itu,
insektisida yang sesuai digunakan adalah yang dapat mematikan wereng coklat
dengan cepat, yaitu insektisida carbamat seperti tersebut diatas. Dalam keadaan ini,
wereng coklat tidak mempunyai kemungkinan timbul resurgensi karena tanaman
padi telah memasuki stadium pemasakan.
STRATEGI PENGENDALIAN
PENYAKIT VIRUS

HAMA

TERPADU

WERENG

COKLAT

DAN

Berdasarkan keadaan pertanaman padi setempat dan wereng coklat yang menyerang
serta cara pengendalian yang paling sesuai guna memperoleh hasil yang efektif
maka daerah serangan hama wereng coklat dibedakan menjadi daerah
kronis/endemis, daerah penyebaran baru, dan daerah yang kemungkinan terserang.
Daerah kronis/endemis adalah daerah yang pernah mengalami serangan wereng
coklat selama dua musim yang lalu tanpa memperhatikan luas dan intensitas
serangan, dan dalam musim tanam saat ini ada serangan.
Daerah penyebaran baru adalah daerah yang selama dua musim tanam yang lalu
tidak mengalami serangan, dan dalam musim tanam saat ini ada serangan.
Daerah yang mungkin terserang atau terancam adalah daerah yang berbatasan
dengan daerah kronis atau dengan daerah penyebaran serangan baru yang
mempunyai peluang besar untuk mengalami serangan, atau selama dua musim
tanam yang lalu pernah terjadi serangan, namun dalam musim tanam saat ini
belum ada serangan.
Berdasarkan pembagian wilayah serangan tersebut memakan urutan prioritas
komponen pengendalian dirinci menurut kondisi daerah serangan. Urutan prioritas
komponen pengendalian hama wereng coklat untuk musim tanam yang sedang
berjalan dan untuk musim tanam yang akan datang sebagaimana tercantum dalam
tabel 6 dan 7.
Pengendalian hama terpadu wereng coklat, penyakit kerdil hampa dan penyakit
kerdil rumput pada dasarnya adalah kewajiban dari petani masing-masing.
Kewajiban aparatur pemerintah dalam membina dan membimbing sistem
pengendalian hama terpadu adalah :
1. Dukungan Pembinaan dan Bimbingan

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

Menyediakan teknologi yang dapat diterapkan oleh petani


Memantau keadaan serangan hama wereng coklat dan penyakit virus, antara
lain mengenai biotipe, luas serangan, populasi, intensitas serangan, varietas
yang terserang dan memberikan anjuran pengendaliannya kepada petani
Memberikan penyuluhan mengenai hama wereng coklat dan penyakit virus
kepada kelompok tani/petani sehingga petani menjadi mengerti, mau dan
mampu melaksanakan sistem pengendalian hama terpadu
Khusus dalam pemberantasan menggunakan insektisida, diusahakan agar
petani dapat melakukan lima tepat yaitu tepat dosis, konsentrasi, waktu dan
cara aplikasinya.

2. Dukungan Pelayanan
-

Memberikan pelayanan dan bila perlu pengaturan untuk tercapainya usaha


pengendalian
Mengusahakan agar sarana pengendalian dan sarana produksi pertanain yang
diperlukan petani tersedia dalam jenis, jumlah, mutu dan waktu yang tepat
dengan harga terjangkau
Keberhasilan pelaksanaan sistem pengendalian hama terpadu wereng coklat
dan penyakit virus, sangat ditentukan oleh kemampuan segenap aparatur
pemerintah, BUMN, swasta dan koperasi dalam memberikan bimbingan dan
pelayanan sehingga petani/kelompok tani melaksanakan secara sungguhsungguh sistem pengendalian hama terpadu dalam pertanaman padinya

[end]

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

***********

Pengendalian Hama Terpadu Wereng Coklat Pada


Tanaman Padi

***********

Anda mungkin juga menyukai