1244 1358 1 PB
1244 1358 1 PB
Abstrak: Kelainan pigmentasi kulit adalah salah satu alasan pasien datang berkonsultasi ke
dokter spesialis kulit. Meskipun umumnya tidak berhubungan dengan abnormalitas dan
morbiditas, kelainan pigmentasi seringkali mengganggu penampilan. Kelainan pigmentasi
kulit dibagi menjadi lesi epidermal, campuran epidermo-dermal, dan lesi dermal. Untuk
praktisnya, kelainan ini dapat dibagi menjadi lesi pigmentasi yang responsif terhadap laser
dan lesi yang tidak responsif terhadap laser. Lesi epidermal yang responsif terhadap laser
antara lain: efelid (freckles), lentigo simpleks, lentigo solaris, makula melanotik labial, dan
keratosis seboroik. Sedangkan lesi epidermal yang tidak responsif terhadap laser contohnya
makula caf au lait dan nevus spilus. Lesi dermo-epidermal, misalnya nevus Becker dan melasma,
umumnya tidak berespons terhadap laser. J Indon Med Assoc. 2012;63:69-75.
Kata kunci: lesi pigmentasi, laser, nevus Ota, nevus Hari
69
The Use of Laser for Treatment of Pigmented Lesions in the Cosmetic Field
A. A. Sagung Putra Dewi, I G. A. Elis Indira
Department of Dermato-Venereology, Faculty of Medicine Universitas Udayana/
Sanglah Hospital, Denpasar
Abstract: Skin pigmentation problem is one of the reasons for consultation with a dermatologist.
Although not associated with abnormality and morbidity, pigmentation abnormality often causes
significant effect on appearance. Pigmentation abnormalities are categorized as epidermal lesions, epidermo-dermal lesions, and dermal lesions. For practicality, pigmented lesions can be
categorized as laser-responsive and laser-unresponsive lesions. Epidermal lesions with good
response to laser include ephelides (freckles), simple lentigo, solar lentigo, melanotic labial
macule, and seborrhoic keratoses. Lesions with poor response to laser include caf au lait
macule and nevus spilus. In most cases, epidermo-dermal lesions, such as Beckers nevus and
melasma, show poor response to laser treatment. J Indon Med Assoc. 2012;63:69-75.
Keyword: pigmented lesions, laser, Ota nevus, Hari nevus.
Pendahuluan
Hiperpigmentasi merupakan kelainan kulit akibat adanya
peningkatan deposisi melanin kutaneus baik karena
peningkatan sintesis melanin, peningkatan jumlah melanosit,
atau gangguan distribusi unit epidermal melanin ke
keratinosit. Sebagian besar perubahan warna yang terjadi
bergantung pada lokasi deposisi melanin.1
Kelainan pigmentasi kulit ini menjadi salah satu alasan
pasien datang berkonsultasi ke dokter spesialis kulit.
Meskipun umumnya tidak berhubungan dengan abnormalitas dan morbiditas, kelainan pigmentasi seringkali mengganggu penampilan sehingga pasien secara aktif berusaha
mencari cara untuk memperbaiki penampilan mereka.2
Kelainan pigmentasi kulit pada pada bidang kosmetik
dapat dibagi menjadi lesi epidermal, campuran epidermo-dermal, dan lesi dermal. Untuk praktisnya, lesi pigmentasi dapat
dibagi menjadi lesi yang responsif terhadap laser dan lesi
yang tidak responsif terhadap laser.2,3 Lesi epidermal yang
memberikan respons baik terhadap laser adalah efelid (freckles), lentigo simpleks, lentigo solaris, makula melanotik labial, dan keratosis seboroik. Sedangkan lesi epidermal yang
tidak berespons terhadap laser adalah makula caf au lait
dan nevus spilus. Lesi dermo-epidermal seperti nevus Becker
dan melasma, pada umumnya tidak responsif terhadap laser.3-5
Sebelum terapi laser, perlu dibuat diagnosis klinis.5,6
Konsultasi sebelum terapi laser sangat penting dan mencakup
keluhan utama, harapan pasien terhadap terapi dan riwayat
pemakaian obat untuk mencari kontraindikasi terapi laser.5
Tinjauan pustaka ini disusun untuk meningkatkan penge70
tahuan tentang cara kerja laser pada lesi pigmentasi, mengetahui lesi pigmentasi yang responsif dan tidak responsif
terhadap terapi laser, serta efek samping yang mungkin terjadi
sehingga dapat membantu dalam penentuan pilihan terapi
terbaik bagi pasien.
Pembentukan Sinar Laser
Kata laser adalah singkatan dari Light Amplification by
Stimulated Emission of Radiation. Laser merupakan cahaya
koheren monokromatik dan lurus. Laser bekerja sesuai dengan
prinsip optik dan elektronik. Laser diciptakan berdasarkan
quantum theory of radiation yang menyatakan bahwa atom
atau molekul berada dalam keadaan istirahat pada keadaan
normal. Jika terpajan sinar, maka atom akan tereksitasi dari
keadaan stabil menjadi tidak stabil. Atom atau molekul yang
tidak stabil akan kembali ke keadaan stabil dengan memancarkan radiasi spontan. Untuk menghasilkan laser harus ada
sumber energi (lazim disebut pompa energi media aktif) dan
resonator optik dengan cermin. Energi yang terlepas diserap
oleh atom dalam bentuk foton. Saat atom melepaskan foton,
energi juga lepas dalam bentuk sinar.7,8 Flash lamp adalah
salah satu contoh sumber tenaga laser. Media aktif yang
dipakai beragam termasuk gas, cairan, dan zat padat (CO2,
fluorescent dyes, ruby).3
Cara Kerja Laser
Tahun 1983, Anderson dan Parish8 memperkenalkan teori
selective photothermolysis, yang menjelaskan selektivitas
sinar laser terhadap target di kulit berdasarkan perbedaan
panjang gelombang, durasi denyut dan fluence yang
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013
Seruloderma
Nevus Becker
Efelid (freckles)
Lentigo solaris
Pigmentasi Berloque
Melasma
Hiperpigmentasi pasca inflamasi
Nevus Ota
Melanosis Riehl
Makula amiloidosis
Hiperpigmentasi terinduksi obat
Ta t o
Erythema ab igne
dengan wajah oriental, hispanik, dan kulit hitam. Prevalensinya diperkirakan 40% pada wanita dan 20% pada lakilaki. Gambaran klinisnya berupa patch berwarna coklat terang
sampai keabuan simetris bilateral dengan batas tidak tegas
pada area yang terpajan sinar matahari, khususnya pada
regio malar, mandibular, dan sentrofasial. Gambaran histologi
pada tipe epidermal berupa peningkatan jumlah melanin dalam
melanosit lapisan basal dan suprabasal. Pada tipe dermal
terdapat dermal melanofag. Sedangkan pada tipe campuran
terdapat kedua gambaran tersebut.3,12
Terapi lini pertama untuk melasma adalah tabir surya
dan pemutih topikal, terapi lini kedua adalah peeling kimia,
laser QS atau IPL. Respons terapi dengan laser ini tidak dapat
diramalkan. Laser ablatif seperti Erbium:YAG dan CO2 dapat
digunakan namun terdapat kemungkinan efek samping yaitu
hiperpigmentasi sementara, perburukan lesi dan kemungkinan
hipopigmentasi menetap. Suatu pilot study pada 6 wanita
suku Thai dengan melasma, membandingkan hasil terapi dari
laser CO2 diikuti laser QS alexandrite dengan laser QS alexandrite saja. Pada studi ini didapatkan perbaikan secara signifikan pada kelompok kombinasi, namun kemungkinan
terjadinya dispigmentasi lebih besar. Selain itu, pada kelompok
kombinasi, pasien dengan kulit fototipe IV-V seringkali muncul
hiperpigmentasi sehingga memerlukan hidrokuinon.5,7,27,28
Hiperpigmentasi periorbital familial, umumnya
dijumpai pada suku Karibia dan Indian, dan kemungkinan
diturunkan secara autosomal dominan. Secara klinis tampak
patch hiperpigmentasi simetris mengelilingi mata. Secara
histopatologi terdapat peningkatan melanin pada lapisan
basal epidermis dan melanofag pada dermis bagian atas.
Pengobatan biasanya tidak efektif meskipun banyak laporan
memberikan hasil yang baik dengan agen pemutih topikal
dan laser.2,29
Lesi Dermis
Melanositosis dermis atau seruloderma memiliki
gambaran klinis dan histopatologi yang mirip. Warna kebiruan
pada melanosit dermis disebabkan oleh peningkatan relatif
refleksi sinar biru pada kulit yang normal. Gambaran
histopatologi, kecuali pada tato, tampak melanosit dendritik
berbentuk spindle dan memanjang pada dermis, sering di
antara bundel kolagen dan paralel pada kulit.3,7
Nevus ota, gambaran klinisnya berupa makula berwarna
biru keabuan unilateral dengan distribusi pada cabang
oftalmik dan cabang malar dari nervus trigeminus. Sebagian
besar gambaran tipikalnya sekitar mata, area zigomatik, dahi,
alis dan hidung. Pigmentasinya berbintik dengan nuansa biru,
hitam, ungu atau coklat. Mukosa ipsilateral, sklera dan
membran timpani mungkin terlibat. Lebih sering terjadi pada
ras Asia dan kulit hitam, 40% terjadi pada saat lahir dan hilang
pada dekade pertama atau kedua kehidupan, meskipun kasus
dengan onset yang lebih lambat pernah dilaporkan.
Predileksinya lebih banyak pada wanita (wanita:laki-laki=4:1),
gambaran histologinya terdapat pemanjangan bipolar
73
Lynde CB, Kraft JN, Lynde CW. Topical treatments for melasma
and postinflammatory hyperpigmentation. Skin Therapy Letter
[serial on the Internet]. 2006;11(9):1-11. Available from: http:
//www.skintherapyletter.com/2006/index.html
2. Por A. Cosmetic pigmentary disorders. Dermatology Bulletin
[serial on the Internet]. 2001;12:13-17. Available from: http://
www.nsc.gov.sg/showpage.asp?id=288
3. Sakamoto FH, Wall T, Avram MM, Anderson RR. Laser and
flashlamps in dermatology. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill;
2007. p. 2263-79.
4. Halder RM, Nandedkar MA, Neal KW. Pigmentary disorders in
pigmented skin. In: Halder RM, editor. Dermatology and dermatological therapy of pigmented skin. New York: CRC Press; 2006.
p. 91-103.
5. Chan NPY, Chan HHL. Epidermal and dermal color improvement in ethnic skin: pigment lasers and light. In: Alam M, Bhatia
AC, Kundu RV, Yoo SS, Chan HHL, editors. Cosmetic dermatology for skin of color. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 34-44.
6. Avram MR, Tsao S, Zeina T, Avram MH. Disorders of pigmentation. In: Avram MR, Tsao S, Zeina T, Avram MH, editors. Color
atlas of cosmetic dermatology. New York: McGraw-Hill; 2007.
p. 122-45.
7. Hobbs LM, Battle EF. Laser therapy for pigmented skins. In:
Halder RM, editor. Dermatology and dermatological therapy of
pigmented skin. New York: CRC Press; 2006. p. 259-75.
8. Pikatan S. Laser. Seminar Intern Januari 1991 Fakultas Teknik
Universitas Surabaya; 1991 Januari; Surabaya. Indonesia. Surabaya:
Ubaya Press; 1991.
9. Kaufman J. Laser and light devices. In: Baumann L, editor. Cosmetic dermatology principles and practice. 2nd ed. New York:
McGraw-Hill; 2009. p. 212-21.
10. Bose SK, Ortonne JP. Pigmentation: Dyschromia. In: Baran R,
Maibach HI, editors. Texbook of cosmetic dermatology. 2nd ed.
New York: Martin Dunitz; 1995. p. 392-405.
11. Ortonne JP, Nordlund JJ. Mechanisms that cause abnormal skin
color. In: Nordlund JJ, Boissy RE, Hearing VJ, King R, Oetting W,
Ortonne JP, editors. The pigmentary system: Physiology and
pathophysiology. 2nd ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. 2006.
p. 521-9.
12. Baumann L, Sanghari S. Skin pigmentation and pigmentation
disorders. In: Baumann L, editor. Cosmetic dermatology prinJ Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
ciples and practice. 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p.98104.
Kamarasinghe P. Pigmentary changes associated with systemic
diseases. Dermatology bulletin [serial on the Internet]. 2001;
12:9-12. Available from: http://www.nsc.gov.sg/showpage.asp?id=
288
Sterry P, Paus R, Burgdorf W. Theime clinical companions dermatology. New York: Stuttgart; 2006. p. 371-83.
Leppere H, Boone B, Schepper SD, Verhaeghe E, Ongenae K,
Van Gel N. Hypomelanoses and hypermelanoses. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed.
New York: McGraw-Hill; 2007. p. 622-41.
Rashid T, Hussain I, Haider M, Haroon TS. Laser therapy of
freckles and lentigines with quasi-continous, frequency-douled,
Nd:YAG (532 nm) laser in Fitzpatrick skin type IV: a 24 mounth
follow up. J Cosmet Laser Ther. 2002:4(3-4):81-85.
Grichnik JM. Rhodes AR, Sober AJ. Benign neoplasias and
hiperplasias of melanocytes. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill;
2007. p. 1099-1122.
Kilmer SL, Wheeland RG, Goldberg DJ, Anderson RR. Treatment
of epidermal pigmented lesions with the frequency doubled Q
switched Nd: YAG laser. A controlled single impact dose response
multi center trial. Arch Dermatol. 1994:130(12);1515-79.
Bregni RC, Contreras E, Netto AC. Oral melanoacanthoma and
oral melanotic macule: a report of 8 cases. Med Oral Patol Oral
Cir Bucal. 2007;12:E374-9.
Avram MR, Tsao S, Zeina T. Benign growth. In: Avram MR, Tsao
S, Zeina T, editors. Color atlas of cosmetic dermatology. New
York: McGraw-Hill; 2007. p.186-213.
Mehrabi D, Brodell RT. Use of alexandrite laser for treatment of
seborrheic keratosis. Dermatol Surg. 2002;28(5):437-9.
Sterry P, Paus R, Burgdorf. Genodermatosis. Theime clinical
companions dermatology. New York: Stuttgart; 2006. p. 33270.
Levy IL, Mardon S, Pizzi AM. Treatment of individual cafe au
lait macules with the Q-switched Nd:YAG a clinicopathologic
correlation. J Cutan Laser Ther. 1999:1(4);217-223.
Grekin RC. 310 nm pigmented lesion dye laser: its characteristics
and clinical uses. J Dermatol Surg Oncol. 1993:19:380.
75