Anda di halaman 1dari 22

RADIATION DERMATITIS

OUTLINE
PENDAHULUAN
FAKTOR RESIKO
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
TATALAKSANA DAN PENCEGAHAN
PEMBAHASAN REVIEW JURNAL
PENDAHULUAN
Terapi radiasi digunakan untuk mengobati pasien kanker.
Radiasi yang digunakan adalah radiasi elektromagnetik, radiasi ini
memanfaatkan sinar-x yang memiliki panjang gelombang berkisar
antara 0,01 sampai 10 nm.
Panjang gelombang ini lebih pendek dari sinar ultraviolet dan lebih
panjang daripada sinar gamma
Salah satu kekurangan dari terapi radiasi adalah munculnya efek
radiasi pada kulit. Reaksi pada kulit terjadi pada 95% pasien yang
menjalani terapi radiasi.
Perubahan pada kulit yang diinduksi oleh radiasi dibagi menjadi akut
dan kronis, termasuk eritema akut dan deskuamasi serta atrofi kronis
dan fibrosis
FAKTOR RESIKO
Penggunaan produk seperti krim sukralfat pada permukaan kulit
sebelum terapi dapat meningkatkan dosis radiasi yang diserap oleh
kulit. Hal ini mengakibatkan reaksi kulit akan semakin parah.
Penggunaan terapi radiasi bersamaan dengan agen kemoterapi dapat
memperburuk efek toksisitas pada kulit
Faktor intrinsik yang spesifik untuk masing-masing pasien
berhubungan dengan variasi efek samping radiasi yang terjadi
PATOFISIOLOGI
Efek radiasi ion pada kulit terjadi karena kerusakan sel oleh radikal
bebas dan reaktif oksigen intermediet yang menyebabkan sel
membelah secara cepat di lapisan basal dan lapisan dibawah dermis.
Kerusakan sel menyebabkan rusaknya DNA serta perubahan pada
komponen protein, lemak dan karbohidrat di jaringan kulit. Paparan
radiasi juga merusak fungsi barier epidermis
Perubahan kulit akut setelah terapi radiasi merupakan konsekuensi
dari cedera jaringan langsung yang terjadi bersamaan dengan reaksi
inflamasi lokal.
Eritema transien terlihat pada 24 jam pertama setelah inisiasi
pengobatan. Eritema terjadi akibat reaksi mediator inflamasi seperti
prostaglandin dan leukotrin yang mengakibatkan dilatasi kapiler dan
peningkatan permeabilitas vaskular.
Eritema yang berkelanjutan umumnya terjadi 2-4 minggu berikutnya
disertai oleh degenerasi epidermis dan edema pada lapisan dermis
yang terjadi karena infiltrasi leukosit ke jaringan dibawahnya.
Gambaran histologis yang terlihat yaitu terdapat infiltrat inflamasi di
daerah perivaskular disekitar pembuluh darah yang berdilatasi
dengan sel endotelial yang edema.
Perubahan kulit lainnya termasuk kulit kering dan epilasi yang terjadi
akibat destruksi kelenjar sebasea (kelenjar minyak) dan folikel
rambut.
Seiring berjalannya waktu, remodeling dari endotelium yang cedera
membentuk telangiektasia.
Telangiektasia secara klinis terlihat seperti area kemerahan di kulit, di
area tersebut banyak pembuluh darah menonjol, berdinding tipis dan
terlihat melebar di kulit.
Reaksi kulit onset lambat termasuk hiperpigmentasi atau
hipopigmentasi dan biasanya bervariasi diantara masing-masing
pasien
MANIFESTASI KLINIS
Perubahan kulit akut akibat radiasi
Reaksi kulit awal akibat terapi radiasi biasanya terjadi dalam beberapa
hari sampai minggu, sementara reaksi lambat dapat terjadi dalam
beberapa bulan hingga tahun setelah terapi. Perubahan kulit yang
timbul dalam waktu 90 hari sejak dimulainya terapi merupakan bentuk
akut dari radiation dermatitis.
Perubahan kulit kronis akibat
radiasi
Reaksi kulit kronis terjadi lebih dari
90 hari setelah inisiasi terapi radiasi.
Perubahan yang terjadi meliputi
penipisan epidermis, atrofi dermis,
cedera vaskular, fibrosis yang
berkembang sebagai indurasi
progresif dengan pembentukan
edema, dan penebalan dermis. Efek
samping lain yang muncul lebih
lambat yaitu, dispigmentasi,
telangiektasia, dan nekrosis kulit
dengan ulserasi
TATALAKSANA DAN
PENCEGAHAN
Pencegahan dan pengobatan dermatitis akibat radiasi masih menjadi
tantangan. Studi yang dilakukan pada berbagai agen topikal dan wound
dressing memiliki hasil yang saling bertentangan.
Oleh karena itu, sulit untuk menetapkan panduan tatalaksana dan
pencegahan baku. Sebagian besar intervensi dan rekomendasi yang saat ini
digunakan lebih didasarkan pada pengalaman klinis daripada data
pendukung yang objektif.
Pasien disarankan untuk memakai pakaian longgar agar tidak terjadi
gesekan pada area terapi. Pasien diminta untuk menghindari produk
kosmetik, kondisi panas atau dingin yang ekstrem, dan paparan sinar
matahari.
Selain itu, apabila mencukur rambut disekitar area kulit yang diterapi maka
alat cukur listrik atau gunting harus digunakan. Petunjuk perawatan kulit ini
direkomendasikan untuk pasien individual, karena tidak menimbulkan
bahaya dan bermanfaat untuk mencegah cedera lebih lanjut
PEMBAHASAN REVIEW
JURNAL
Grading untuk Radiation Dermatitis adalah
sebagai berikut (Zenda, et al., 2016; Manas, et al.,
2015)
Grade 1 : Eritema ringan atau deskuamasi kering. Awitannya dalam beberapa hari sampai
minggu dimulai terapi, namun gejala bisa pudar dalam waktu satu bulan. Kulit
menunjukkan eritema ringan yang menempel pada kompresi atau "deskuamasi kering."
Pruritus dan rambut rontok dapat terlihat.
Grade 2 : Eritema sedang, deskuamasi lembab ringan, sebagian besar terbatas pada
lipatan kulit, edema sedang. Onset 1 sampai 2 minggu setelah terapi, lebih parah
dibanding grade 1. Kulit menunjukkan edema dan eritema intens yang menyakitkan, dan
ini mungkin berlanjut ke rusaknya lapisan epidermis dan "deskuamasi lembab" yang
mencakup eksudat fibrinous dan bula.
Grade 3 : Deskuamasi lembab di area selain lipatan kulit, perdarahan akibat trauma
ringan atau abrasi. Timbul nyeri yang cukup parah
Grade 4 : Konsekuensi yang mengancam jiwa, nekrosis kulit atau ulserasi lapisan dermis,
perdarahan spontas lokasi radiasi dan indikasi cangkok kulit. Termasuk bentuk dermatitis
langka, terjadi pada kurang dari 5% pasien, pengobatan dengan debridemen bedah,
cangkok kulit dengan ketebalan penuh, atau operasi rekonstruktif.
TATALAKSANA DAN PENCEGAHAN
Penelitian yang dilakukan oleh Ryan, et al. (2013) membuktikan
pengaruh kurkumin untuk mengurangi keparahan dermatitis kulit
akibat radiasi. Penelitian ini didasari oleh efek kurkumin yang
merupakan antioksidan kuat dan agen anti-inflamasi yang banyak
digunakan untuk mengobati penyakit kulit, seperti kudis, jerawat,
ekzema, kulit keriput dan mempercepat penyembuhan luka.
Penelitian yang dilakukan oleh Manas, et al. (2015) membuktikan
bahwa pemberian pengobatan topikal pada kulit berupa laktokin
berbasis sistem R1 dan R2 efektif untuk mencegah, menunda onset
gejala, dan mengurangi grade dari radiation dermatitis pada
penderita kanker kepala, leher dan payudara yang menjalani
kemoradiasi
KESIMPULAN
Efek radiasi pada kulit disebut radiation dermatitis. Reaksi ini terjadi
pada 95% pasien yang menjalani terapi radiasi. Tingkat keparahan
radiation dermatitis dibagi menjadi empat grade. Manifestasi yang
muncul dapat akut maupun kronis. Manifestasi ini timbul akibat
kerusakan sel oleh radikal bebas dan reaktif oksigen intermediet yang
menyebabkan sel membelah secara cepat di lapisan basal dan lapisan
dibawah dermis. Penelitian menggunakan kurkumin terbukti
mengurangi tingkat keparahan radiation dermatitis. Penelitian lainnya
menggunakan laktokin efektif mencegah, menunda onset gejala, dan
mengurangi tingkat keparahan untuk radiation dermatitis.
REFERENSI
Hegedus, F., Mathew, L. M., & Schwartz, R. A. (2016). Radiation dermatitis : an overview. International Journal of Dermatology.
Retrieved from <http://onlinelibrary.wiley.com/wol1/doi/10.1111/ijd.13371/full > [Accessed at 20 June 2017]
Manas, A., Santolaya, M., Ciapa, V. M., Belinchon, B., & Tully, F. (2015). Topical R1 and R2 Prophylactic Treatment of Acute
Radiation Dermatitis in Squamous Cell Carcinoma of the Head and Neck and Breast Cancer Patients Treated With
Chemoradiotherapy. Retrieved from <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4485614/pdf/eplasty15e25.pdf > [Accessed
at 19 June 2017]
Nasser, N. J., Fenig, S., Ravid, A., Nouriel, A., Ozery, N., Gardyn, S., Koren, R., & Fenig, E. (2017). Vitamin D ointment for prevention
of radiation dermatitis in breast cancer patients. Nature Partner Journal Breast Cancer, Retrieved from
<https://www.nature.com/articles/s41523-017-0006-x> [Accessed at 20 June 2017]
Ryan, J. L., Heckler, C. E., Ling, M., Katz, A., Williams, J. P., Alice, P., Pentland, P., & Morrow, G.R. (2013). Curcumin for Radiation
Dermatitis : A Randomized , Double-Blind , Placebo- Controlled Clinical Trial of Thirty Breast Cancer Patients Curcumin for
Radiation Dermatitis : A Randomized , Double-Blind , Placebo-Controlled Clinical Trial of Thirty Breast Cancer Patients. Radiation
Research Society. 180(1). 34-43. Retrieved from <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3998827/pdf/nihms50380.pdf >
[Accessed at 18 June 2017]
Zenda, S., Ota, Y., Tachibana, H., Ogawa, H., Ishii, S., Hashiguchi, C., Akimoto, T., Ohe, Y., & Uchitomi, Y. (2016). A prospective picture
collection study for a grading atlas of radiation dermatitis for clinical trials in head-and-neck cancer patients. Journal of Radiation
Research. 57(3), 301306. Retrieved from <https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4915537/pdf/rrv092.pdf> [Accessed
at 19 June 2017]

Anda mungkin juga menyukai