Anda di halaman 1dari 7

Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB)

Penggunaan Laser untuk Terapi


Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik

A. A. Sagung Putra Dewi, I G. A. Elis Indira


Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/
Rumah Sakit Sanglah, Denpasar

Abstrak: Kelainan pigmentasi kulit adalah salah satu alasan pasien datang berkonsultasi ke
dokter spesialis kulit. Meskipun umumnya tidak berhubungan dengan abnormalitas dan
morbiditas, kelainan pigmentasi seringkali mengganggu penampilan. Kelainan pigmentasi
kulit dibagi menjadi lesi epidermal, campuran epidermo-dermal, dan lesi dermal. Untuk
praktisnya, kelainan ini dapat dibagi menjadi lesi pigmentasi yang responsif terhadap laser
dan lesi yang tidak responsif terhadap laser. Lesi epidermal yang responsif terhadap laser
antara lain: efelid (freckles), lentigo simpleks, lentigo solaris, makula melanotik labial, dan
keratosis seboroik. Sedangkan lesi epidermal yang tidak responsif terhadap laser contohnya
makula caf au lait dan nevus spilus. Lesi dermo-epidermal, misalnya nevus Becker dan melasma,
umumnya tidak berespons terhadap laser. J Indon Med Assoc. 2012;63:69-75.
Kata kunci: lesi pigmentasi, laser, nevus Ota, nevus Hari

Korespondensi: A. A. Sagung Putra Dewi,


Email: aasputra dewi@gmail.com

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013

69

Penggunaan Laser untuk Terapi Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik

The Use of Laser for Treatment of Pigmented Lesions in the Cosmetic Field
A. A. Sagung Putra Dewi, I G. A. Elis Indira
Department of Dermato-Venereology, Faculty of Medicine Universitas Udayana/
Sanglah Hospital, Denpasar

Abstract: Skin pigmentation problem is one of the reasons for consultation with a dermatologist.
Although not associated with abnormality and morbidity, pigmentation abnormality often causes
significant effect on appearance. Pigmentation abnormalities are categorized as epidermal lesions, epidermo-dermal lesions, and dermal lesions. For practicality, pigmented lesions can be
categorized as laser-responsive and laser-unresponsive lesions. Epidermal lesions with good
response to laser include ephelides (freckles), simple lentigo, solar lentigo, melanotic labial
macule, and seborrhoic keratoses. Lesions with poor response to laser include caf au lait
macule and nevus spilus. In most cases, epidermo-dermal lesions, such as Beckers nevus and
melasma, show poor response to laser treatment. J Indon Med Assoc. 2012;63:69-75.
Keyword: pigmented lesions, laser, Ota nevus, Hari nevus.

Pendahuluan
Hiperpigmentasi merupakan kelainan kulit akibat adanya
peningkatan deposisi melanin kutaneus baik karena
peningkatan sintesis melanin, peningkatan jumlah melanosit,
atau gangguan distribusi unit epidermal melanin ke
keratinosit. Sebagian besar perubahan warna yang terjadi
bergantung pada lokasi deposisi melanin.1
Kelainan pigmentasi kulit ini menjadi salah satu alasan
pasien datang berkonsultasi ke dokter spesialis kulit.
Meskipun umumnya tidak berhubungan dengan abnormalitas dan morbiditas, kelainan pigmentasi seringkali mengganggu penampilan sehingga pasien secara aktif berusaha
mencari cara untuk memperbaiki penampilan mereka.2
Kelainan pigmentasi kulit pada pada bidang kosmetik
dapat dibagi menjadi lesi epidermal, campuran epidermo-dermal, dan lesi dermal. Untuk praktisnya, lesi pigmentasi dapat
dibagi menjadi lesi yang responsif terhadap laser dan lesi
yang tidak responsif terhadap laser.2,3 Lesi epidermal yang
memberikan respons baik terhadap laser adalah efelid (freckles), lentigo simpleks, lentigo solaris, makula melanotik labial, dan keratosis seboroik. Sedangkan lesi epidermal yang
tidak berespons terhadap laser adalah makula caf au lait
dan nevus spilus. Lesi dermo-epidermal seperti nevus Becker
dan melasma, pada umumnya tidak responsif terhadap laser.3-5
Sebelum terapi laser, perlu dibuat diagnosis klinis.5,6
Konsultasi sebelum terapi laser sangat penting dan mencakup
keluhan utama, harapan pasien terhadap terapi dan riwayat
pemakaian obat untuk mencari kontraindikasi terapi laser.5
Tinjauan pustaka ini disusun untuk meningkatkan penge70

tahuan tentang cara kerja laser pada lesi pigmentasi, mengetahui lesi pigmentasi yang responsif dan tidak responsif
terhadap terapi laser, serta efek samping yang mungkin terjadi
sehingga dapat membantu dalam penentuan pilihan terapi
terbaik bagi pasien.
Pembentukan Sinar Laser
Kata laser adalah singkatan dari Light Amplification by
Stimulated Emission of Radiation. Laser merupakan cahaya
koheren monokromatik dan lurus. Laser bekerja sesuai dengan
prinsip optik dan elektronik. Laser diciptakan berdasarkan
quantum theory of radiation yang menyatakan bahwa atom
atau molekul berada dalam keadaan istirahat pada keadaan
normal. Jika terpajan sinar, maka atom akan tereksitasi dari
keadaan stabil menjadi tidak stabil. Atom atau molekul yang
tidak stabil akan kembali ke keadaan stabil dengan memancarkan radiasi spontan. Untuk menghasilkan laser harus ada
sumber energi (lazim disebut pompa energi media aktif) dan
resonator optik dengan cermin. Energi yang terlepas diserap
oleh atom dalam bentuk foton. Saat atom melepaskan foton,
energi juga lepas dalam bentuk sinar.7,8 Flash lamp adalah
salah satu contoh sumber tenaga laser. Media aktif yang
dipakai beragam termasuk gas, cairan, dan zat padat (CO2,
fluorescent dyes, ruby).3
Cara Kerja Laser
Tahun 1983, Anderson dan Parish8 memperkenalkan teori
selective photothermolysis, yang menjelaskan selektivitas
sinar laser terhadap target di kulit berdasarkan perbedaan
panjang gelombang, durasi denyut dan fluence yang
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013

Penggunaan Laser untuk Terapi Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik


digunakan akan diserap oleh kromofor yang berbeda di kulit
(air, melanin, hemoglobin).7,8 Sinar laser akan diserap
kromofor, memicu reaksi termal atau panas yang dapat
menghancurkan jaringan yang menyerapnya. Reaksi termal
hanya terjadi pada kromofor tersebut, tanpa hamburan panas
ke struktur di sekitarnya. Untuk mencapai hal itu lebar denyut
harus cukup panjang untuk memanaskan jaringan target
sampai batas kerusakan, namun tidak terlalu panjang
sehingga merusak jaringan sekitarnya. Durasi denyut adalah
waktu selama penyinaran dengan laser. Durasi denyut yang
ideal untuk menghancurkan jaringan secara selektif ditentukan oleh ukuran jaringan target. Jaringan yang lebih kecil
akan lebih cepat dingin setelah terpajan sinar laser.8,9
Prinsip Laser pada Lesi Pigmentasi
Tantangan utama dalam terapi lesi pigmentasi adalah
derajat melanisasi epidermis. Sinar laser diserap oleh pigmen
epidermis, diubah menjadi panas dan dapat menimbulkan
efek samping seperti bula dan dispigmentasi. Penyerapan
laser oleh melanin epidermal menyebabkan rendahnya laser
yang menjangkau kromofor sehingga efektivitas laser pada
orang berkulit gelap berkurang. Parameter laser seperti
panjang gelombang, durasi denyut dan efisiensi alat
pendingin sangat penting diperhatikan sehingga pasien
berkulit gelap dapat diberi terapi secara efektif dan aman.7
Melanin menyerap sinar dengan rentang panjang
gelombang dari ultraviolet sampai mendekati infrared (2501200 nm). Laser dengan panjang gelombang antara 250 nm
dan 1200 nm memancarkan sinar yang diserap oleh kromofor
melanin pada epidermis sebelum mencapai target di dermis.
Semakin panjang gelombang, semakin dalam penetrasi sinar,
absorpsi oleh melanin epidermal juga semakin berkurang.
Kerusakan epidermis akan berkurang, sehingga dapat
digunakan untuk terapi pasien berkulit gelap.5,7
Sesuai dengan teori selektif farmakokinetik, struktur
yang kecil seperti melanin akan kehilangan panas lebih cepat
dibandingkan struktur yang lebih luas seperti folikel rambut
di dermis. Kecepatan hamburan panas pada melanosit epidermis dalam perbandingan dengan luasnya target dermis
merupakan mekanisme proteksi untuk epidermis.3,7
Dengan panjang gelombang dan durasi denyut yang
panjang, diperlukan pendingin untuk mengurangi kerusakan
termal. Terdapat dua jenis alat pendingin, yaitu jenis kontak
dan nonkontak. Alat pendingin kontak secara langsung
menyentuh kulit sedangkan alat pendingin nonkontak
mendinginkan kulit melalui semburan pendingin. Perlu
diperhatikan bahwa alat pendingin dapat menimbulkan efek
samping yang tidak diinginkan seperti bula dan dispigmentasi.8
Kelainan Pigmentasi pada Bidang Kosmetik
Terdapat dua gambaran klinis hipermelanosis yaitu
hipermelanosis coklat atau melanoderma yang terjadi akibat
penumpukan melanin pada epidermis dan hipermelanosis biru
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013

atau seruloderma yang terjadi akibat penumpukan melanin


pada dermis.10-13 Berbagai contoh kelainan pigmentasi
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Kelainan Pigmentasi Menurut Lokasi Penumpukan
Melanin
Melanoderma

Seruloderma

Nevus Becker
Efelid (freckles)
Lentigo solaris
Pigmentasi Berloque
Melasma
Hiperpigmentasi pasca inflamasi

Nevus Ota
Melanosis Riehl
Makula amiloidosis
Hiperpigmentasi terinduksi obat
Ta t o
Erythema ab igne

Terapi Laser untuk Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik


Respons laser pada lesi pigmentasi berhubungan
dengan lokasi lesi. Lesi epidermal dapat dibagi menjadi lesi
responsif laser dan lesi tidak responsif laser. Respons laser
pada lesi campuran epidermo-dermal tidak dapat diramalkan.
Sedangkan pada lesi dermal, laser bersifat destruktif, hasil
tidak sempurna, dan menimbulkan jaringan parut.2,3
Target kromofor untuk kelainan pigmentasi adalah
melanosom yang memiliki diameter 1 m. Durasi denyut 1 s
(mikrosekon) atau lebih pendek selektif merusak melanosom
tanpa merusak jaringan sekitarnya.7
Laser Q-switched efektif dan aman untuk mengobati lesi
pigmentasi epidermal dan dermal. Sistem Q-switched (Qswitched ruby, alexandrite, Nd:YAG 1064 nm dan Frequencydoubled 532 nm Nd:YAG). Semuanya dapat digunakan
tergantung fototipe kulit, fluence, dan jaringan sekitarnya.9
Q-switched ruby (QS ruby) (694 nm) merupakan salah
satu sistem laser kuno, memancarkan sinar merah visible
dengan durasi denyut 25 dan 50 ns. Medium aktifnya adalah
kristal ruby (aluminium oxide). Terapi dengan laser ini
menyebabkan lesi memutih kemudian menghilang setelah 20
menit, dan dapat menimbulkan krusta tipis yang menghilang
dalam 10-14 hari. Dispigmentasi sementara dapat terjadi pada
kulit tipe gelap.7
Laser Q-switched alexandrite (QS alexandrite) dengan
panjang gelombang 755 nm dan durasi 50-100 ns juga dapat
menimbulkan krusta. Seperti QS ruby, krusta akan menghilang
dalam beberapa minggu. Dispigmentasi merupakan efek
samping yang sering terjadi. Laser ini aman digunakan pada
kulit fototipe IV tapi perlu hati-hati.7,9
Laser Q-switched neodymium-doped yttrium aluminum
garnet (QS Nd:YAG) dengan panjang gelombang mendekati
sinar infra-merah pada 1064 nm dengan durasi denyut 10 ns.
Laser ini menggunakan yttrium aluminium garnet doped
dengan ion neodynium. Penetrasinya sampai 3,7 nm dan
hanya sedikit diserap oleh melanin dan hemoglobin, sehingga
ideal untuk individu berkulit gelap. Bintik-bintik perdarahan
dapat terjadi khususnya pada ukuran spot yang kecil misalnya
2 mm.5,7
71

Penggunaan Laser untuk Terapi Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik


Frequency-doubled QS Nd:YAG baik digunakan untuk
lentigo pada fototipe I-IV, menyebabkan perubahan warna
segera, biasanya terjadi krusta lebih dari 1-3 minggu.
Dispigmentasi sering terjadi dan akan menghilang dalam
beberapa minggu.7
Laser Intense Pulse Light (IPL) adalah sumber cahaya
yang dapat digunakan untuk mengobati kelainan pigmentasi,
digunakan untuk mengobati lentigo fasial dengan fototipe IIII dan kulit orang Asia. Terdapat risiko dispigmentasi jika
digunakan pada individu dengan kulit fototipe III-IV. IPL
memerlukan frekuensi terapi lebih banyak dibandingkan QSwitched untuk mengobati lentigo.7,8
Lesi Epidermis
Lesi yang Responsif terhadap Laser
Efelid (freckles) adalah makula berwarna coklat
kemerahan sampai coklat yang muncul pada area yang
terpajan sinar matahari. Lebih sering terjadi pada anak-anak
serta orang berkulit putih dan berambut merah. Intensitas
efelid berfluktuasi, ukuran dan jumlahnya tergantung pada
jumlah pajanan sinar matahari.1,14 Secara histopatologi
terdapat hipermelanisasi pada lapisan basal epidermis, jumlah
melanosit normal tetapi melanosom memanjang dan
berbentuk batang seperti pada orang yang berkulit gelap.2,15
Pilihan terapi untuk efelid dengan tabir surya dan bahan
pemutih seperti hidrokuinon, retinoid, asam azaleat, dan asam
kojik tampaknya efektif untuk mengurangi efelid. Modalitas
terapi yang bersifat destruktif seperti krioterapi dan trichloroacetic acid peel (TCA) juga efektif, namun terdapat risiko
hiperpigmentasi dan sering rekuren.2,6
Terdapat berbagai macam laser yang dipakai untuk
mengobati efelid yaitu laser yang menghasilkan energi
dengan denyut lebih pendek dari waktu relaksasi termal
melanosom seperti QS Nd:YAG, QS alexandrite, dan QS ruby.5
Satu penelitian yang menggunakan laser Nd:YAG untuk terapi
efelid pada 20 pasien dengan kulit fototipe IV, yang diterapi
sebanyak 3 sampai 8 kali dengan interval 4 sampai 12 minggu,
didapatkan 50% pasien mengalami kesembuhan. Namun
terjadi rekurensi dan muncul efek samping berupa
hipopigmentasi dan hiperpigmentasi yang menghilang 2-6
bulan setelah terapi.6,16
Lentigo simpleks dan lentigo solaris, lentigo simpleks
biasanya muncul pada anak-anak dan tampak sebagai lesi
makula berwarna coklat terang sampai hitam, berbatas tegas
dengan lesi yang terpisah atau berkelompok. Lesi dapat
muncul pada kulit dan mukosa, tidak terbatas pada tempat
yang terpajan sinar matahari, namun kemungkinan unilateral
dan dermatomal (lentigo segmental, lentigo parsial unilateral).2,5 Secara histopatologi didapatkan peningkatan jumlah
melanosit pada membran basal epidermis, elongasi rete ridge
dan papila dermis. Lentigo solaris merupakan lentigo yang
didapat dan merupakan dampak akumulasi paparan sinar.
Gambaran klinisnya berupa makula coklat dengan ukuran
bervariasi, distribusinya pada area yang terpajan sinar seperti
72

wajah dan tangan bagian depan. Gambaran histopatologinya


menyerupai lentigo simpleks.2,17
Sebenarnya tidak ada indikasi medis untuk terapi lentigo namun secara kosmetik, lesi mengganggu penampilan,
selain itu ada pula persepsi bahwa lentigo berhubungan
dengan penuaan kulit. Krioterapi dan laser merupakan terapi
utama, namun laser dikatakan lebih efektif dibandingkan
krioterapi. Peeling kimia, tretinoin topikal, dermabrasi dan
agen pemutih topikal juga dapat dipakai sebagai pilihan
terapi.6
Laser QS Nd:YAG, QS alexandrite, dan QS ruby, QS
Nd:YAG, pulsed dye, fractional resurfacing dan laser KTP
semuanya efektif. Dengan laser QS, endpoint terapi adalah
pemutihan jaringan sedangkan pada QS Nd:YAG terjadi pinpoint bleeding dengan penyembuhan dalam satu minggu.5
Satu studi membandingkan antara frequency-doubled QS
Nd:YAG dengan peeling TCA 35%, didapatkan bahwa 60%
pasien menunjukkan 70% hasil lebih baik pada kelompok laser. Didapatkan efek samping hipopigmentasi, hiperpigmentasi, dan eritema ringan pada sedikit pasien.6,18
Makula melanotik labial, angka kejadiannya sekitar
3%, predominan pada wanita dan pada bibir bawah. Gambaran
klinisnya berupa makula melanosis yang soliter, permukaannya rata dan berwarna merah kecoklatan sampai coklat.
Lokasinya pada bibir, ginggiva, mukosa pipi, dan palatum.
Secara histopatologis didapatkan peningkatan jumlah melanin dan keratinosit pada membran basal epidermis, akantosis
ringan tanpa elongasi rete ridge.2,19 Pengobatan untuk makula
labial melanosis adalah krioterapi, laser, dan IPL. Insisi lesi
dapat dilakukan namun mungkin menimbulkan jaringan parut.2
Keratosis seboroik, biasanya muncul pada dekade ke-4
dan dapat terjadi pada seluruh permukaan kulit. Keratosis
seboroik merupakan lesi yang didapat namun pada 50% kasus
terdapat transmisi autosomal dominan.2 Lesi berwarna merah
muda sampai coklat kemerahan, soliter atau multipel,
berbentuk datar atau menimbul dengan permukaan verukosa
dan biasanya melebar dan menebal seiring waktu.2,20
Modalitas terapi untuk keratosis seboroik termasuk:
krioterapi, elektrodesikasi, kuretase, laser QS, dan laser ablatif.
Laser bukan pilihan terapi utama, namun dipertimbangkan
sebagai terapi alternatif dan memberikan respons baik.5 Laser yang digunakan adalah QS ruby dan QS alexandrite. Efek
samping yang mungkin terjadi adalah hipopigmentasi,
terkadang tidak efektif untuk lesi yang tebal, namun
pengulangan terapi akan memberikan hasil yang baik. Laser
ablatif seperti CO2 dan erbium:YAG juga efektif, namun
repigmentasi jarang terjadi.20,21
Lesi yang tidak Responsif terhadap Laser
Caf au lait macules (CALM) merupakan makula atau
patch berwarna coklat terang berbatas tegas. Insidensinya
sebanyak 13,8% atau merupakan bagian dari suatu sindrom
seperti neurofibromatosis, sindrom Albright, dan sindrom
Marfan. CALM biasanya muncul pada saat lahir atau awal
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013

Penggunaan Laser untuk Terapi Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik


masa kanak-kanak dan prevalensinya meningkat pada dekade
pertama kehidupan, secara histopatologi tampak peningkatan
melanin pada lapisan basal epidermis sedangkan jumlah
melanosit normal.2,22
CALM sebenarnya tidak memerlukan terapi namun
mengganggu penampilan sehingga menimbulkan stres pada
pasien dan orangtuanya. 18 Terapi dengan laser sering
dikerjakan termasuk dengan frequency-doubled QS Nd:YAG,
QS ruby dan QS alexandrite, tetapi hasilnya sangat bervariasi,
50% lesi menghilang setelah 1-3 kali terapi.23
Nevus spilus, atau nevus lentiginosa merupakan lesi
patch hiperpigmentasi berbatas tegas dengan makula atau
papul berpigmen gelap melapisi bagian atasnya. Nevus spilus terjadi pada 0,2% bayi baru lahir, 1-2% pada anak-anak
dan 2% pada dewasa. 2,24 Patch dapat terjadi di daerah
manapun, lesi dapat terlokalisir secara segmental, tetapi
pernah juga dilaporkan lesi pada kelopak mata. Gambaran
histopatologinya terdiri dari jumlah melanosit yang
meningkat dengan pola epidermal lentiginosa.2,17
Tidak terdapat panduan tata laksana baku untuk nevus
spilus. Beberapa laporan tentang terapi dengan laser ruby
dan alexandrite memberikan respons yang baik seperti pada
nevus melanositik kongenital, tetapi tidak diketahui apakah
penyinaran dengan laser meningkatkan risiko keganasan.24,25
Lesi Dermo-Epidermal
Kelainan pigmentasi dermo-epidermal memberikan
respons yang bervariasi terhadap laser, namun pada
umumnya respons kurang baik.2
Nevus Becker, merupakan hamartoma berpigmen
dengan prevalensi 0,5% pada populasi laki-laki. Biasanya
muncul sebelum umur 15 tahun pada bahu, dada, atau skapula
unilateral, lesi berupa patch berwarna coklat dan berambut.
Secara histopatologi, epidermis tampak akantosis dan
papilomatosis. Pada lapisan basal ditemukan hipermelanisasi
dengan melanosit yang normal atau meningkat. Dermis
menebal dengan hipertrofi kelenjar sebasea, dan serat otot
polos membentuk bundle.5,15
Nevus Becker sulit diobati dan cenderung rekuren. Laser argon dan CO2 sering menimbulkan jaringan parut atau
hiperpigmentasi yang permanen. Satu studi dengan laser QS
ruby menampilkan peningkatan pigmentasi setelah 4 minggu.
Trelles, et al dikutip dari Ohtsuka26 menggunakan laser
erbium:YAG dan mem-bandingkan dengan laser QS Nd:YAG
pada 22 pasien yang di-follow-up 2 tahun. Laser erbium:YAG
memberikan hasil yang signifikan baik dengan kesembuhan
lengkap pada 54% setelah terapi tunggal. Laser QS Nd:YAG
memerlukan terapi multipel dan hanya satu dari sebelas pasien
mencapai kesembuhan signifikan setelah tiga kali terapi. Laser long-pulsed juga digunakan untuk menghilangkan rambut
dan pigmentasi nevus Becker, namun dapat terjadi perubahan
tekstur dan komplikasi.
Melasma, merupakan kelainan hiperpigmentasi yang
didapat, lebih sering dijumpai pada wanita usia pertengahan
J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013

dengan wajah oriental, hispanik, dan kulit hitam. Prevalensinya diperkirakan 40% pada wanita dan 20% pada lakilaki. Gambaran klinisnya berupa patch berwarna coklat terang
sampai keabuan simetris bilateral dengan batas tidak tegas
pada area yang terpajan sinar matahari, khususnya pada
regio malar, mandibular, dan sentrofasial. Gambaran histologi
pada tipe epidermal berupa peningkatan jumlah melanin dalam
melanosit lapisan basal dan suprabasal. Pada tipe dermal
terdapat dermal melanofag. Sedangkan pada tipe campuran
terdapat kedua gambaran tersebut.3,12
Terapi lini pertama untuk melasma adalah tabir surya
dan pemutih topikal, terapi lini kedua adalah peeling kimia,
laser QS atau IPL. Respons terapi dengan laser ini tidak dapat
diramalkan. Laser ablatif seperti Erbium:YAG dan CO2 dapat
digunakan namun terdapat kemungkinan efek samping yaitu
hiperpigmentasi sementara, perburukan lesi dan kemungkinan
hipopigmentasi menetap. Suatu pilot study pada 6 wanita
suku Thai dengan melasma, membandingkan hasil terapi dari
laser CO2 diikuti laser QS alexandrite dengan laser QS alexandrite saja. Pada studi ini didapatkan perbaikan secara signifikan pada kelompok kombinasi, namun kemungkinan
terjadinya dispigmentasi lebih besar. Selain itu, pada kelompok
kombinasi, pasien dengan kulit fototipe IV-V seringkali muncul
hiperpigmentasi sehingga memerlukan hidrokuinon.5,7,27,28
Hiperpigmentasi periorbital familial, umumnya
dijumpai pada suku Karibia dan Indian, dan kemungkinan
diturunkan secara autosomal dominan. Secara klinis tampak
patch hiperpigmentasi simetris mengelilingi mata. Secara
histopatologi terdapat peningkatan melanin pada lapisan
basal epidermis dan melanofag pada dermis bagian atas.
Pengobatan biasanya tidak efektif meskipun banyak laporan
memberikan hasil yang baik dengan agen pemutih topikal
dan laser.2,29
Lesi Dermis
Melanositosis dermis atau seruloderma memiliki
gambaran klinis dan histopatologi yang mirip. Warna kebiruan
pada melanosit dermis disebabkan oleh peningkatan relatif
refleksi sinar biru pada kulit yang normal. Gambaran
histopatologi, kecuali pada tato, tampak melanosit dendritik
berbentuk spindle dan memanjang pada dermis, sering di
antara bundel kolagen dan paralel pada kulit.3,7
Nevus ota, gambaran klinisnya berupa makula berwarna
biru keabuan unilateral dengan distribusi pada cabang
oftalmik dan cabang malar dari nervus trigeminus. Sebagian
besar gambaran tipikalnya sekitar mata, area zigomatik, dahi,
alis dan hidung. Pigmentasinya berbintik dengan nuansa biru,
hitam, ungu atau coklat. Mukosa ipsilateral, sklera dan
membran timpani mungkin terlibat. Lebih sering terjadi pada
ras Asia dan kulit hitam, 40% terjadi pada saat lahir dan hilang
pada dekade pertama atau kedua kehidupan, meskipun kasus
dengan onset yang lebih lambat pernah dilaporkan.
Predileksinya lebih banyak pada wanita (wanita:laki-laki=4:1),
gambaran histologinya terdapat pemanjangan bipolar
73

Penggunaan Laser untuk Terapi Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik


melanosit dermis pada setengah bagian atas dermis. Epidermis biasanya normal tetapi mungkin tampak hiperpigmentasi
fokal.7,15
QS ruby, QS alexandrite dan QS Nd:YAG sudah
digunakan untuk terapi nevus ota dengan hasil baik dan
komplikasi minimal. Suatu penelitian melaporkan bahwa terapi
laser QS ruby setelah 12 bulan pada 101 pasien menghasilkan
kesembuhan lebih dari 75% pada 56% pasien. Kesembuhan
tidak lengkap ditemukan pada 36% pasien. Hipopigmentasi
dan hiperpigmentasi ditemukan pada 17% dan 6% pasien.7
Chan NPY dan Chan HHL5 membandingkan penggunaan laser QS alexandrite dengan QS Nd:YAG untuk terapi nevus
ota dan menemukan toleransi lebih baik dengan QS alexandrite. Komplikasi hipopigmentasi umumnya terjadi pada laser ruby.30
Nevus Hori, merupakan kelainan pigmen simetris didapat
yang terjadi pada pada wanita Asia. Onsetnya pada dekade
kedua dan kemungkinan berhubungan dengan riwayat
keluarga. Gambaran klinisnya berupa makula berwarna coklat
terang sampai kebiruan pada dahi, pelipis, kelopak mata, regio
malar, alae nasi, dan pangkal hidung. Secara histopatologi
terdapat peningkatan bipolar dan ireguler melanosit pada
dermis.15
Seperti nevus Ota, laser QS tampak efektif untuk terapi
nevus Hori. Kunachack S, Leelaudomlipi P (31) melakukan
studi serial kasus nevus Hori yang diterapi dengan laser QS
ruby (fluence 7-10J/cm2, waktu pengulangan 1 Hz, ukuran
spot 2-4 mm). Kesembuhan sempurna terjadi pada lebih dari
90% pasien, dengan rekurensi setelah rerata follow up 2,5
tahun dan hiperpigmentasi pasca-inflamasi (HPI) pada 7%
pasien.31 Pada tahun 2000, terdapat dua penelitian menggunakan laser QS Nd:YAG, didapatkan bahwa laser ini efektif
untuk nevus Hori, tetapi angka kejadian HPI mencapai 50%
sampai 73%.7
Berdasarkan pengalaman peneliti nevus Hori lebih
resisten terhadap terapi dibandingkan nevus ota, pasien
memerlukan terapi lebih sering dengan interval setiap 4
minggu. Idealnya terapi diberikan sebelum repigmentasi
epitel terjadi. Penelitian oleh Ee HL, Goh CL, Khoo LS32
menggunakan laser QS Nd:YAG 532 nm diikuti dengan QS
Nd:YAG 1064 nm lebih efektif untuk menghilangkan pigmen
dibandingkan dengan QS Nd:YAG 1064nm saja.
Tato, merupakan implantasi pigmen eksogen intradermal. Pigmen yang digunakan beraneka ragam tetapi yang
umum digunakan adalah warna hitam, biru, merah, kuning
dan hijau dengan kedalaman dan kepadatan pigmen
bervariasi. Gambaran histopatologinya terdapat partikel tinta
di fagosom dalam sitoplasma keratinosit atau fagosit,
termasuk fibroblas, makrofag, dan sel mast.3,32
Semakin dalam dan berat beban pigmen semakin banyak
terapi yang diperlukan. Tato profesional lebih sukar
dihilangkan dibandingkan tato amatir.2 Laser dapat efektif
menghilangkan tato tetapi tidak untuk semua warna tato.
Laser QS ruby, alex, dan Nd:YAG efektif untuk menghilangkan
74

tato biru-hitam. Tato hijau berespons baik dengan laser QS


dengan panjang gelombang 694 nm atau 755 nm. Tato dapat
bertambah gelap sehingga pasien harus diberi penjelasan
tentang kemungkinan efek samping yang dapat terjadi dan
diperlukan tes pada area yang akan dikerjakan.34-36
Rangkuman
Terdapat berbagai macam lesi pigmentasi yang ingin
dihilangkan oleh pasien dengan alasan kosmetik.
Patofisiologi, terapi, dan respons terhadap terapi pada
masing-masing lesi ini sangat berbeda. Berbagai jenis laser
telah tersedia untuk terapi lesi pigmentasi kulit. Secara umum
terapi laser menghasilkan respons baik pada lesi epidermal.
Lesi dermo-epidermal secara umum tidak berespons terhadap
laser. Pemahaman tentang kelainan pigmentasi kulit pada
bidang kosmetik sangatlah penting bagi dokter untuk
merencanakan pilihan terapi, memberikan penjelasan, dan
harapan yang realistis tentang hasil terapi.
Daftar Pustaka
1.

Lynde CB, Kraft JN, Lynde CW. Topical treatments for melasma
and postinflammatory hyperpigmentation. Skin Therapy Letter
[serial on the Internet]. 2006;11(9):1-11. Available from: http:
//www.skintherapyletter.com/2006/index.html
2. Por A. Cosmetic pigmentary disorders. Dermatology Bulletin
[serial on the Internet]. 2001;12:13-17. Available from: http://
www.nsc.gov.sg/showpage.asp?id=288
3. Sakamoto FH, Wall T, Avram MM, Anderson RR. Laser and
flashlamps in dermatology. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill;
2007. p. 2263-79.
4. Halder RM, Nandedkar MA, Neal KW. Pigmentary disorders in
pigmented skin. In: Halder RM, editor. Dermatology and dermatological therapy of pigmented skin. New York: CRC Press; 2006.
p. 91-103.
5. Chan NPY, Chan HHL. Epidermal and dermal color improvement in ethnic skin: pigment lasers and light. In: Alam M, Bhatia
AC, Kundu RV, Yoo SS, Chan HHL, editors. Cosmetic dermatology for skin of color. New York: McGraw-Hill; 2009. p. 34-44.
6. Avram MR, Tsao S, Zeina T, Avram MH. Disorders of pigmentation. In: Avram MR, Tsao S, Zeina T, Avram MH, editors. Color
atlas of cosmetic dermatology. New York: McGraw-Hill; 2007.
p. 122-45.
7. Hobbs LM, Battle EF. Laser therapy for pigmented skins. In:
Halder RM, editor. Dermatology and dermatological therapy of
pigmented skin. New York: CRC Press; 2006. p. 259-75.
8. Pikatan S. Laser. Seminar Intern Januari 1991 Fakultas Teknik
Universitas Surabaya; 1991 Januari; Surabaya. Indonesia. Surabaya:
Ubaya Press; 1991.
9. Kaufman J. Laser and light devices. In: Baumann L, editor. Cosmetic dermatology principles and practice. 2nd ed. New York:
McGraw-Hill; 2009. p. 212-21.
10. Bose SK, Ortonne JP. Pigmentation: Dyschromia. In: Baran R,
Maibach HI, editors. Texbook of cosmetic dermatology. 2nd ed.
New York: Martin Dunitz; 1995. p. 392-405.
11. Ortonne JP, Nordlund JJ. Mechanisms that cause abnormal skin
color. In: Nordlund JJ, Boissy RE, Hearing VJ, King R, Oetting W,
Ortonne JP, editors. The pigmentary system: Physiology and
pathophysiology. 2nd ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd. 2006.
p. 521-9.
12. Baumann L, Sanghari S. Skin pigmentation and pigmentation
disorders. In: Baumann L, editor. Cosmetic dermatology prinJ Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013

Penggunaan Laser untuk Terapi Lesi Pigmentasi pada Bidang Kosmetik

13.

14.
15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.
22.

23.

24.

ciples and practice. 2nd ed. New York: McGraw-Hill; 2009. p.98104.
Kamarasinghe P. Pigmentary changes associated with systemic
diseases. Dermatology bulletin [serial on the Internet]. 2001;
12:9-12. Available from: http://www.nsc.gov.sg/showpage.asp?id=
288
Sterry P, Paus R, Burgdorf W. Theime clinical companions dermatology. New York: Stuttgart; 2006. p. 371-83.
Leppere H, Boone B, Schepper SD, Verhaeghe E, Ongenae K,
Van Gel N. Hypomelanoses and hypermelanoses. In: Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ,
editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed.
New York: McGraw-Hill; 2007. p. 622-41.
Rashid T, Hussain I, Haider M, Haroon TS. Laser therapy of
freckles and lentigines with quasi-continous, frequency-douled,
Nd:YAG (532 nm) laser in Fitzpatrick skin type IV: a 24 mounth
follow up. J Cosmet Laser Ther. 2002:4(3-4):81-85.
Grichnik JM. Rhodes AR, Sober AJ. Benign neoplasias and
hiperplasias of melanocytes. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill;
2007. p. 1099-1122.
Kilmer SL, Wheeland RG, Goldberg DJ, Anderson RR. Treatment
of epidermal pigmented lesions with the frequency doubled Q
switched Nd: YAG laser. A controlled single impact dose response
multi center trial. Arch Dermatol. 1994:130(12);1515-79.
Bregni RC, Contreras E, Netto AC. Oral melanoacanthoma and
oral melanotic macule: a report of 8 cases. Med Oral Patol Oral
Cir Bucal. 2007;12:E374-9.
Avram MR, Tsao S, Zeina T. Benign growth. In: Avram MR, Tsao
S, Zeina T, editors. Color atlas of cosmetic dermatology. New
York: McGraw-Hill; 2007. p.186-213.
Mehrabi D, Brodell RT. Use of alexandrite laser for treatment of
seborrheic keratosis. Dermatol Surg. 2002;28(5):437-9.
Sterry P, Paus R, Burgdorf. Genodermatosis. Theime clinical
companions dermatology. New York: Stuttgart; 2006. p. 33270.
Levy IL, Mardon S, Pizzi AM. Treatment of individual cafe au
lait macules with the Q-switched Nd:YAG a clinicopathologic
correlation. J Cutan Laser Ther. 1999:1(4);217-223.
Grekin RC. 310 nm pigmented lesion dye laser: its characteristics
and clinical uses. J Dermatol Surg Oncol. 1993:19:380.

J Indon Med Assoc, Volum: 63, Nomor: 2, Februari 2013

25. Grevelink JM, Gonzalex S, Bonoan R, Vibhaqool C, Gonzalez E.


Treatment of naevus spilus with the QS ruby laser. Dermatol
Surg.1997;23(5):365.
26. Ohtsuka H. as ruby treatment of pigmented skin lesions. Jpn
Plast Reconstr Surg. 1991;44:615.
27. Por A. Management of melasma. Dermatology bulletin [serial on
the Internet]. 200;12:40-41. Available from: http://www.nsc.
gov.sg/showpage.asp?id=288
28. Taylor CR, Anderson RR. In neffective treatment of refractory
melasma and post inflamatory hyperpigmentation by QS ruby
laser. J Dermatol. 1994;100:169-74.
29. Lowe NJ, Wieder J, Ihori N, Boxrud C, Saucer D, Cholet M. Infra
orbital pigmented skin: preliminary observations of laser therapy.
Dermatol Surg. 1995;31:767-70.
30. Chan HH, Ying SY, Ho WS. An invivo trial comparing the clinical efficacy and complications of Q switched 755 nm alexandrite
and Q switched 1064 nm Nd YAG laser in the treatment of
naevus of Ota. Dermatol Surg. 2000;26(10):919-22.
31. Kunachack S, Leelaudomlipi P. Q-switched Nd YAG laser treatment for acquired bilateral naevus of ota-like maculae long-term
follow-up. Lasers Surg Med. 2000;26(4):376-9.
32. Ee HL, Goh CL, Khoo LS. Treatment of acquired bilateral nevus
of ota-like macules (Horis nevus) with a combination of the 532
nm Q switched Nd:YAG laser followed by the 1064 nm Q switched
Nd:YAG is more effective: prospective study. Dermatol Surg.
2006;32(1):34-40.
33. Laumann A. Body art. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill;
2007. p. 886-93.
34. Kilmer SL, Lee MS, Anderson RR. Treatment of multicoloured
tattoos with the frequency doubled QS Nd YAG laser: a dose
response study with comparison with the QS ruby laser. Laser
Med Surg Suppl. 1993;5:54.
35. Fitzpatrick RE, Goldman MP. Tattoo removal using the QS alexandrite laser. Arch Dermatol. 1994;130:1508.
36. Taylor CR, Gange RW, Dover JS. Treatment of tattoos by QS
ruby laser: a dose response study. Arch Dermatol. 1990;126:893.

75

Anda mungkin juga menyukai